• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR - DOCRPIJM 1505275234BAB 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR - DOCRPIJM 1505275234BAB 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur"

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)

Bab VII - 1

BAB VII

RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

7.1 RENCANA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

7.1.1 Arah Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Pengembangan permukiman baik diperkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah unutk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (liveable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.

Pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Perintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasaran dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khusus bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

Pengembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannnya. Aspek sosial budaya ini meliputi desain, pola, dan struktur, serta bahan material yang digunakan.

Kajian pengembangan permukiman diuraikan berdasarkan peruaturan UU No. 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan permukiman. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk:

(2)

Bab VII - 2 utilitas umum secara berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang berkepribadian Indonesia;

b. ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan;

c. mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;

a. memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara; dan b. mendorong iklim investasi asing.

Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut, penyelenggaraan perumahan dan permukiman, baik di daerah perkotaan yang berpenduduk padat maupun di daerah perdesaan yang ketersediaan lahannya lebih luas perlu diwujudkan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pengelolaannya. Pemerintah dan pemerintah daerah perlu

memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dalam bentuk pemberian kemudahan pembiayaan dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan hunian.

Kebijakan untuk pengembangan permukiman di Kota Pariaman tetap mengarah pada kebijakan pengembangan permukiman yang mengacu pada amanat peraturan perundangan :

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman.

(3)

Bab VII - 3 perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

7.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

7.1.2.1Isu Strategis

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

(4)

Bab VII - 4 7.1.2.2Kondisi Eksisting

A. Kondisi Lingkungan Permukiman

Pola pertumbuhan dan sebaran permukiman pada umumnya terbentuk karena adanya tarikan-tarikan aktifitas yang muncul sebagai pendukung fungsi kawasan perkotaan. Hal ini terlihat dari kondisi permukiman yang banyak berkembang mengikuti pusat kegiatan kota dan pada struktur jaringan utama kota. Di Kota Pariaman, sebaran permukiman lebih banyak berada di kawasan pusat kota dibanding kawasan pinggirannya. Sebaran permukiman di Kota Pariaman ini cenderung terkonsentrasi di Kecamatan Pariaman Tengah

Perumahan penduduk di Kota Pariaman tumbuh secara menyebar. Perumahan tersebut merupakan perumahan yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat atau perumahan yang tumbuh secara alamiah. Oleh karena itu, banyak rumah-rumah penduduk yang tidak mengikuti aturan tata ruang yang ada. Akan tetapi seiring dengan berkembangnya Kota Pariaman dan bertambahnya jumlah penduduk mendorong berkembangnya perumahan-perumahan formal atau perumahan yang dibangun oleh developer.

Secara keseluruhan jumlah rumah yang ada sebanyak 17.440 unit dengan rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 5 jiwa. Jika jumlah rumah yang ada dikelompokkan menjadi dua rumah yakni rumah formal dan swadaya maka diketahui bahwa sebagian besar rumah yang ada merupakan perumahan swadaya. Dari 17.440 rumah yang ada di Kota Pariaman 93% merupakan rumah swadaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7.1 berikut ini.

Tabel 7.1

Jumlah Rumah Berdasarkan Pembangunannya di Kota Pariaman

No Kecamtan Jumlah Rumah (unit) Total (unit)

Pengembang Swadaya

1 Pariaman Tengah 637 6.611 7.248 2 Pariaman Selatan 203 3.493 3.696 3 Pariaman Timur 335 1.665 2.000

4 Pariaman Utara 0 4.496 4.496

Jumlah 1.175 16.290 17.440

(5)

Bab VII - 5 Kondisi fisik rumah dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni rumah permanen, semi permanen dan tidak permanen atau temporer. Jumlah rumah permanen masih mendominasi jumlah rumah di Kota Pariaman, yakni 66% dari total seluruh rumah yang ada di Kota Pariaman. Sedangkan rumah tidak permanen atau temporer jumlahnya sangat sedikit yakni hanya 11%. Untuk lebih jelasnya jumlah rumah berdasarkan kondisinya dapat dilihat pada tabel 7.2 berikut ini.

Tabel 7.2

Jumlah Rumah Berdasarkan Kondisi di Kota Pariaman

No Kondisi Fisik Jumlah (unit)

1 Permanen 11.506

2 Semi permanen 3.948

3 Tidak permanen 1.986

Total 17.440

Sumber : Hasil survey Tahun 2012

Kepemilikan lahan dan bangunan di Kota pariaman dapat dilihat berdasarkan banyaknya bangunan yang memiliki IMB. Bangunan yang memiliki IMB pada umumnya termasuk klasifikasi bangunan permanen dengan fungsi yang beranekaragam. Fungsi bangunan yang memiliki IMB tersebut terdiri atas rumah pribadi, fasilitas umum seperti sekolah, kantor, poskesde serta ruko, toko/kedai, SPBU dan heller.

Perumahan di Kota Pariaman dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu :

1. Perumahan Formal, perumahan yang pembangunannya direncanakan

(6)

Bab VII - 6 Tabel. 7.3

Data Jumlah dan Sebaran Perumahan Formal di Kota Pariaman

No Kecamatan Jumlah

Sumber : RP4D Kota Pariaman Tahun 2010

Tabel. 7.4

Data Perumahan Formal Menurut Kecamatan

No Kecamatan Jumlah Lokasi

Sumber : RP4D Kota Pariaman Tahun 2010

(7)

Bab VII - 7 hunianya masih relatif rendah yakni hanya 50%. Ini artinya masih banyak rumah-rumah tersebut yang belum dihuni. Hal ini bisa dipengaruhi berbagai hal seperti budaya masyarakat serta sarana dan prasarana yang belum lengkap di perumahan-perumahan tersebut.

Adapun jenis-jenis sarana dan prasarana yang ada di kawasan perumahan formal ini adalah jalan masih dalam kondisi permukaan tanah, saluran drainase kurang memadai, fasilitas sosial seperti lapangan olahraga, taman, pembuangan sampah dan sarana sosial lainnya belum memadai di kawasan perumahan formal ini. Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran perumahan formal di Kota Pariaman dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 7.1

Gambaran Perumahan Formal di Kota Pariaman

2. Perumahan Swadaya, yaitu perumahan yang dibangun secara individu oleh

(8)

Bab VII - 8 tersebut diatas lahan miliki pribadi. Gambara tentang kondisi sarana prasarana dasar pada kawasan perumahan ini adalah sebagai berikut :

- Kawasan perumahan belum dilengkapi dengan saluran drainase.

- Kondisi jalan penghubung dengan jalan utama masih berupa permukaan tanah.

- Belum semua kawasan perumahan swadaya dilayani oleh armada angkutan sampah.

- Dibeberapa kawasan belum terlayani oleh air bersih/air minum.

Untuk lebih jelasnya mengenai perumahan swadaya di Kota Pariaman tergambar pada gambar berikut ini.

Gambar 7.2

Gambaran Perumahan Swadaya di Kota Pariaman

3. Perumahan Kawasan Khusus, yaitu perumahan yang memiliki permasalahan

(9)

Bab VII - 9 bencana gempa dan tsunami akan memakan banyak korban jiwa. Untuk itu diperlukan pembangunan jalan-jalan evakuasi sebagai sarana untuk mitigasi bagi penduduk disekitar kawasan ini. Kawasan rawan bencana lainnya yang terdapat di Kota Pariaman adalah Kawasan rawan bencana banjir pada Kecamatan Pariaman Tengah dan Pariaman Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 6.3 berikut ini.

Gambar 7.3

Gambaran Perumahan Khusus (Perumahan Nelayan) di Kota Pariaman

4. Kawasan Kumuh

(10)

Bab VII - 10 Tabel. 7.5

Sebaran Kawasan Kumuh di Kota Pariaman

Kawasan Luas (Ha)

D. Cimparuh Dataran rendah-

rawan bencana

K. Jawi-Jawi II Dataran rendah-

rawan bencana

K. Kampung Pondok Dataran rendah-

rawan bencana

K. Lohong Kampung Kaliang Kampung Kaliang

D. Manggung Dataran rendah-

rawan bencana

D. Naras Hilir Naras Hilir Dataran rendah-

rawan bencana

D. Marunggi Pasir Sikadondong Pasir Sikadondong

D. Pasir Sunur Dataran rendah-

rawan bencana 20 Pariaman

Selatan

D. Taluk Dataran rendah-

(11)
(12)
(13)

Bab VII - 13 Profil Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan-Kampung Perak

(Kampung Perak-Jawi Jawi I-Jawi Jawi II-Kampung Pondok)

Profil Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan-Ujung Batung

(14)
(15)
(16)

Bab VII - 16 Profil Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan-Naras

(Ampalu-Manggung-Balai Naras-Naras Hilir-Naras I)

(17)
(18)

Bab VII - 18 Profil Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan-Pasir Sikadondong

(Pasir Sikadondong-Pasir Sunur-Taluk)

7.1.2.3Permasalahan dan Tantangan

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan mengenai beberapa persoalan dan tantangan pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman di Kota Pariaman. Persoalan dan tantangan tersebut mencakup ketersediaan perumahan dan permukiman, kebutuhan perumahan dan permukiman, kelengkapan PSU dan keterkaitan pengembangan perumahan dan permukiman dengan kondisi Kota Pariaman yang rawan bencana khususnya tsunami.

Persoalan dan tantangan ini dapat dikelompokkan menjadi dua yakni permasalahan yang mendesak untuk ditangani dan rumusan permasalahan yang perlu diantisipasi. Berikut penjabarannya agar lebih jelas.

(19)

Bab VII - 19 a. Relokasi kawasan permukiman penduduk khususnya nelayan di sepanjang

pantai ke daerah aman, karena pada saat ini masih banyak permukiman penduduk di sepanjang pantai.

b. Perbaikan saluran drainase dan badan jalan yang mengakibatkan banjir jika musim hujan di beberapa kawasan perumahan swadaya dan perumahan formal seperti perumahan pondok Amar, perumahan Pratama Mandiri dan perumahan Kampung Baru dan

c. Penyediaan PSU di beberapa kawasan perumahan swadaya dan formal seperti perkerasan jaringan jalan karena masih jalan tanah yakni di perumahan Griya Taluak Permai, perumahan Panin Mandiri Pratama, perumahan Bumi Bunda Asri dan perumahan Griya Tata bakri. Serta penyediaan jaringan air bersih di Villa Faakhri Makmur Permai.

2. Rumusan masalah perumahan dan permukiman di Kota Pariaman yang perlu diantisipasi adalah :

a. Masih banyak penduduk yang membangun rumah di kawasn rawan bencana sehingga perlu adanya insentif dan disinsentif, yakni jika membangun rumah pada kawasan rawan bencana akan dikenakkan pajak yang tinggi, akan tetapi jika membangun rumah dikawasan aman dan yang sesuai dengan yang telah diperuntukkan akan dikenakkan pajak rendah.

b. Masih banyak kawasan permukiman yang pelayanan PSU-nya masih rendah, oleh karena itu perlu adanya perencanaan kawasan perumahan dan permukiman yang letaknnya tidak jauh dari akses induk prasarana dan sarana umum.

(20)

Bab VII - 20 Tabel: 7.6

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kota Pariaman

No Permasalahan Tantangan Peluang

Pengembangan

1 Aspek Lahan

Pasca bencana dan isu tsunami, pada

zona merah banyak terjadi alih fungsi lahan dari perumahan menjadi perdagangan dan jasa

Status lahan, yaitu tanah ilegal dan yang

terkait dengan tanah adat/ ulayat

Bencana alam menyebabkan lahan yang di bagian barat (pesisir pantai) kurang diminati Tingginya kebutuhan masyarakat akan lahan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk mempengaruhi pergeseran penggunaan lahan Banyak lahan-lahan yang rawan terhadap bencana

Pengembangan yang antisipatif terhadap dampak suatu pengembangan baru, misalnya koridor Jalan Padang By Pass

Munculnya konsep-konsep

pengembangan baru, seperti Kasiba/Lisiba

2. Aspek Lingkungan

Munculnya kawasan kumuh dan padat

penduduk pada kawasan rawan bencana dan pusat kota

Menurunnya vitalitas kawasan (terutama

pada kawasan strategis) baik dari segi sosial, ekonomi, maupun manifestasinya dalam segi-segi fisiknya,misalnya pada kawasan heritage

Pengembangan harus

3. Aspek Infrastruktur

Jangkauan pelayanan sarana dan

(21)

Bab VII - 21

Pengembangan infrastruktur sering

kurang efektif karena bermasalah dalam pembebasan lahan

Lemahnya sinergi antar stakeholder

dalam pengelolaan infrastruktur

4. Aspek Kelembagaan

Kurangnya koordinasi antara pemerintah

pusat/daerah dengan pihak swasta (developer) dalam dalam pengembangan, penanganan, pengelolaan, serta pengendalian kawasan

Kurangnya koordinasi lintas sektor dalam

pengembangan, penanganan, pengelolaan, serta pengendalian kawasan

Kinerja lembaga penanggung- jawab

regulasi dan layanan operasional pengelolaan kawasan dan infrastruktur belum maksimal

Tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap pemerintah daerah

Kepentingan kelompok dan

perorangan dalam menentukan

7.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

(22)

Bab VII - 22 Tabel 7.7

Parameter dan Indikator kekumuhan

Aspek Kriteria Parameter Indikator Nilai Satuan

Kondisi Fisik

Bangunan Gedung

Keteraturan Jumlah 6.938 u

Persentase 0,4

Kelayakan Jumlah bangunan hunian memiliki

lingkungan lebar > 1,50 meter permukaan perkerasan lengkap saluran samping

(23)

Bab VII - 23

(24)

Bab VII - 24

terangkut ke TPS /TPA min. dua kali

terangkut ke TPS /TPA min. dua kali

Kepadatan penduduk 58 jw/ha Jumlah penduduk 77.784 j

w Perikanan /nelayan 753 unit

(25)

Bab VII - 25 Pertambangan /galian 36 unit

rumah tangga Industri /pabrik 121 unit

rumah tang Konstruksi /bangunan 622 unit

rumah tangga Perdagangan /jasa 8.679 unit

rumah tang Pegawai pemerintahan 2.489 unit

rumah Puskesmas /pustu 9.042 unit

rumah Tidak ada usia wajib

belajar

4.702 unit rumah

tang

Sumber: Buku Panduan Penyusunan RP2KPKP dan rekap baseline data KOTAKU

Pariaman, 2016

(26)

Bab VII - 26 melalui pertimbangan berikut:

1. Lokasi permukiman yang berdekatan, bersinggungan langsung maupun tidak

dapat dijadikan 1 (satu) delineasi kawasan;

2. Pemenuhan minimal 15 Ha, jika kawasan tersebut penanganannya diprakarsai dengan dana APBN;

3. Kesepakatan dan /atau intervensi (justifikasi) Kelompok Kerja Teknis Kota Pariaman.

Setelah melalui beberapa faktor pertimbangan tersebut, maka didapat pengelompokan kawasan permukiman kumuh Kota Pariaman. Setelah ditentukan pengelompokan kawasan permukiman kumuh perkotaan prioritas penanganan. Langkah selanjutnya adalah merumuskan kebutuhan penanganan pada masing-masing kawasan permukiman kumuh perkotaan prioritas penanganan. Kebutuhan penanganan ini didasarkan pada permasalahan eksisting pada masing-masing kawasan permukiman kumuh perkotaan prioritas penanganan dan didasarkan pada pola /konsep penanganan

Tabel 7.8

Pengelompokan Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas Penanganan

No Kecamatan Kelurahan

/Desa

Nama Kawasan Pengelompokan Kawasan

SK WaKo Verifikasi

Pemutakhiran

Pasar Kuraitaji Pasar Kuraitaji

2 Pariaman Tengah K. Ujung Batung Ujung Batung Ujung Batung Ujung Batung Ujung Batung

3 Pariaman Tengah D. Cimparuh Cimparuh Cimparuh

4 Pariaman Tengah K. Jalan Kereta Api

Jalan Kereta Api Jalan Kereta Api

5 Pariaman Tengah K. Jawi-Jawi I Jawi-Jawi I Kampung Perak Kampung Perak

6 Pariaman Tengah K. Jawi-Jawi II Jawi-Jawi II Jawi-Jawi I

(27)

Bab VII - 27

9 Pariaman Tengah K. Karan Aur Karan Aur Karan Aur Karan Aur Karan Aur

10 Pariaman Tengah K. Lohong Kampung Kaliang

Kampung Kaliang Kampung Kaliang

11 Pariaman Tengah D. Ampalu Ampalu Naras Ampalu

12 Pariaman Utara D. Manggung Manggung Manggung

13 Pariaman Utara D. Balai Naras Balai Naras Balai Naras

14 Pariaman Utara D. Naras Hilir Naras Hilir Naras Hilir Naras Hilir

15 Pariaman Utara D. Naras I Naras I Naras I Naras I

16 Pariaman Utara D. Padang Birik-Birik

Padang Birik- Birik

Padang Birik-Birik Padang Birik-Birik

17 Pariaman Tengah K. Pasir Pasir Pasir Pasir Pasir

18 Pariaman Selatan D. Marunggi Pasir Sikadondong

Pasir Sikadondong

Pasir Sikadondong Pasir Sikadondong

19 Pariaman Selatan D. Pasir Sunur Pasir Sunur Pasir Sunur

20 Pariaman Selatan D. Taluk Taluk Taluk

Sumber: diskusi, verifikasi, justifikasi TAP dan Pokjanis Kota Pariaman, 2016

7.1.4 Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan

Berdasarkan uraian diatas adapun program kegiatan yang akan diusulkan dalam pengembangan permukiman di Kota Pariaman adalah Pembangunan infrastruktur permukiman pada kawasan permukiman rawan bencana, kumuh yang meliputi pembangunan infrastruktur :

1. Revitalisasi dan pengembangan kawasan permukiman

Penataan jaringan jalan yang terstruktur, yang seiring dengan penataan jaringan drainase

Peningkatkan kapasitas jalan untuk jalur-jalur evakuasi

Penyehatan lingkungan permukiman (sanitasi dan persampahan) Normalisasi sungai

Penataan dan pengamanan kawasan sempadan sungai melalui pengembangan RTH dan jalur inspeksi

Penataan bangunan dan lingkungan

(28)

Bab VII - 28 Penataan jaringan jalan yang terstruktur

Perbaikan dan peningkatan kualitas saluran drainase dan pembangunan kolam penampungan

Program air bersih untuk masyarakat

Peningkatkan kualitas dan kapasitas jalan, sekaligus untuk jalur-jalur evakuasi

Penyediaan ruang-ruang pelarian (shelter/escape building yang berfungsi ganda/multi fungsi, maupun escape hill)

Normalisasi sungai

3. Penataan kawasan permukiman di sekitar industri Penanganan jalan lingkungan

Penanganan drainase yang lebih konprehensif di kawasan Penanganan pelayanan sampah (TPS kurang)

Perlu penanganan SPAM

Penataan bangunan dan lingkungan

4. Penataan kawasan pengembangan permukiman baru berkepadatan rendah Kasiba/Lisiba

Penanganan jalan lingkungan

Pengendalian banjir (sekitar pusat pemerintahan) Butuh banyak sumber air non perpipaan

Permukiman yang berkontur, sehingga perlu program-program PLP yang terkait dengan kawasan resapan (biopori, dll)

7.1.5 KRITERIA PERSIAPAN DAERAH

Dalam pengembangan permukiman di Kota Pariaman, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Pariaman Tahun 2013

(29)

Bab VII - 29

7.1.6 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan, maka disusunlah usulan program dan kegiatan. Usulan program dan kegiatan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan kriteria kesiapan daerah. Selengkapnya usulan program pengembangan permukiman Kota Pariaman tersaji pada Tabel 7.9.

B. Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman

(30)

Bab VII - 30 Tabel 7.9

Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman di Kota Pariaman

N o

Nama Kawasan Indikasi Program /Kegiatan Satuan Vol HPS Sumber

Pendanaan

1 Kawasan : Kp. Pondok

Kelurahan : Kp. Pondok DED Peningkatan Jalan Lingkungan 1 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

Kecamatan : Pariaman Tengah DED Peningkatan Jalan Lingkungan 2 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Peningkatan Jalan Lingkungan 3 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Peningkatan Jalan Lingkungan 4 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Drainase Jalan Lingkungan 1 Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Drainase Jalan Lingkungan 2 Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

2 Kawasan : Karan Aur

Kelurahan : Karan Aur DED Peningkatan Jalan Lingkungan 1 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

Kecamatan : Pariaman Tengah DED Peningkatan Jalan Lingkungan 2 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Drainase Jalan Lingkungan 1 Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Drainase Jalan Lingkungan 2 Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Drainase Jalan Lingkungan 3 Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Drainase Jalan Lingkungan 4 Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

(31)

Bab VII - 31

Kelurahan : Ampalu DED Peningkatan Jalan Lingkungan 1 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

N o

Nama Kawasan Indikasi Program /Kegiatan Satuan Vol HPS

Sumber

Kecamatan : Pariaman Utara DED Peningkatan Jalan Lingkungan 2 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Peningkatan Jalan Lingkungan 3 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Drainase Jalan Lingkungan 1 Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Drainase Jalan Lingkungan 2 Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Drainase Jalan Lingkungan 3 Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

4 Kawasan : Pasir

Kelurahan : Pasir DED Peningkatan Jalan Lingkungan 1 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

Kecamatan : Pariaman Utara DED Peningkatan Jalan Lingkungan 2 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Peningkatan Jalan Lingkungan 3 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Peningkatan Jalan Lingkungan 4 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Peningkatan Jalan Lingkungan 5 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Drainase Jalan Lingkungan 1 Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Drainase Jalan Lingkungan 2 Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Drainase Jalan Lingkungan 3 Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Drainase Jalan Lingkungan 4 Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Drainase Jalan Lingkungan 5 Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

(32)

Bab VII - 32

Kelurahan : Taluk DED Peningkatan Jalan Lingkungan 1 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

Kecamatan : Pariaman Selatan DED Peningkatan Jalan Lingkungan 2 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

N o

Nama Kawasan Indikasi Program /Kegiatan Satuan Vol HPS

Sumber

DED Peningkatan Jalan Lingkungan 3 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

DED Peningkatan Jalan Lingkungan 4 (Rabat Beton) Paket 1,00 50.000.000,00 APBN /APBD 1, 2

(33)

Bab VII - 33 7.2 RENCANA PENATAAN BANGUNAN & LINGKUNGAN

7.2.1 Arah Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:

1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.

Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

(34)

Bab VII - 34 Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

5) Permen PU No.01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

(35)

Bab VII - 35 merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

7.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

7.2.2.1Isu Strategis

Sebagai kota yang tumbuh di wilayah pesisir Kota Pariaman secara signifikan mengalami pertumbuhan dari setiap tahunnya, dimana perkembangan pembangunan yang terjadi pada kenyataannya belum sepenuhnya diiringi dengan pengaturan (regulasi) untuk mengimbangi laju pembangunan, sehingga pembangunan sebagian di kawasan ini masih terkesan tumbuh secara sporadis tanpa terkendali.

Pusat Pelayanan Kota, adalah di Wilayah Jati yang berada di Kecamatan Pariaman Tengah dengan fungsi sebagai pengembangan pasar regional dan pasar wisata Kota Pariaman serta kawasan perkantoran dan perumahan yang didukung oleh keberadaan Terminal Regional Jati yang akan dikembangkan pada tahun-tahun mendatang. Fungsi dari Pusat Pelayanan Kota di Kawasan Jati adalah sebagai kawasan perkantoran, perdagangan regional dan permukiman.

Sub pusat pelayanan lingkungan berfungsi sebagai perumahan, perdagangan dan jasa yang melayani sub wilayah kota atau kecamatan, terdiri dari:

• Cubadak Air di Kecamatan Pariaman Utara; • Kuraitaji di Kecamatan Pariaman Selatan;

• Cubadak Mentawai di Kecamatan Pariaman Timur.

(36)

Bab VII - 36 dikembangkan pada setiap wilayah kelurahan, namun dengan tetap mempertimbangkan jangkauan skala pelayanan fasilitas yang akan dikembangkan.

7.2.2.2Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan

A. Peraturan Daerah

Tabel 7.10

Peraturan Daerah/Peraturan Walikota terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

No. Peraturan Perihal Tahun

1. 7 Bangunan Gedung 2013 Perda kota

PP

B. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

Jika dilihat dari kepadatan rumah di Kota Pariaman masih tergolong rendah. Kepadatan rumah di Kota Pariaman yakni 2 unit rumah/ha, dengan kepadatan paling tinggi di Kecamatan Pariaman Tengah. Hal ini sangat wajar karena fungsi Kecamatan Pariaman Tengah sebagai pusat perdagangan dan jasa.Untuk lebih jelasnya kepadatan rumah di Kota Pariaman dapat dilihat pada Tabel 7.11 berikut

ini.

Tabel 7.11

Kepadatan Rumah Kota Pariaman

Sumber: RTRW Kota Pariaman Tahun 2010 - 2030 Kecamatan Luas wilayah

(37)

Bab VII - 37 Kondisi fisik rumah dapat dikelompokkan menjadi 3(tiga), yakni rumah permanen, semi permanen, dan tidak permanen atau temporer. Jumlah rumah permanen masih mendominasi jumlah rumah di Kota Pariaman, yakni 66% dari total seluruh rumah yang ada di Kota Pariaman. Sedangkan rumah tidak permanen atau temporer jumlahnya sangat sedikit yakni hanya 11%.

Tabel 7.12

Jumlah Rumah Berdasarkan Kondisi di Kota Pariaman No Kondisi Fisik Jumlah (unit)

1 Permanen 11.506 2 Semi permanen 3.948 3 Tidak permanen 1.986

Total 17.440

Sumber: Pendataan dan Monitoring Pembangunan Perumahan PU, 2010

Dalam kaitannya pelaksanaan penataan bangunan gedung yang ada di Kota Pariaman, pemerintah kota telah berupaya melakukan sosialisasi maupun pelaksanaan penerapan peraturan yang berlaku. Seperti terlihat pada tabel berikut. Namun pada kenyataannya, masih banyak bangunan-bangunan gedung yang baru dibangun maupun yang ada, tidak memenuhi persyaratan maksimun yang telah diberlakukan.

Tabel 7.13

Kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

No Kegiatan Sudah

/Belum

Instansi

Penyelenggara

Tahun Pelaksanaan

(38)

Bab VII - 38

C. Penataan Lingkungan Permukiman

1. Kawasan Nelayan

Kawasan nelayan di kota Pariaman masih perlu penanganan P/S dasar seperti tabel berikut:

Tabel 7.14

Kawasan Nelayan Kota Pariaman

No Lokasi Kelurahan/ Kecamatan

Luas kawasan

(Ha)

Kebutuhan Infrastruktur Sudah /Belum tertangani

2. Kawasan Tradisional/bersejarah

Kawasan tradisional/bersejarah di Kota Pariaman tersebar di beberapa lokasi, diantaranya dalah sebagai berikut:

Tabel 7.15

Kawasan Tradisional/Bersejarah Kota Pariaman

(39)

Bab VII - 39 Gambar 7.5

Kondisi Bangunan Pada Permukiman Tradisional Di Kuraitaji

3. Ruang Terbuka Hijau

RTH merupakan ruang atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam pemanfaatannya, RTH lebih luas dari sekedar pengisian hijau tanaman tetapi mencakup pula pengertian dalam bentuk pemanfaatan ruang terbuka bagi kegiatan masyarakat. Kawasan perkotaan di suatu wilayah merupakan wilayah yang dipadati dengan berbagai aktivitas dan jenis pemanfaatan lahan, untuk itu harus diperhatikan keberadaan dari ruang terbuka hijaunya sebagai areal untuk perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga kehidupan. Dimana dengan adanya RTH, dapat mengurangi polusi udara, sebagai paru-paru kota, dan dapat mempengaruhi estetika suatu kota.

(40)

Bab VII - 40 telah tersedia dalam sebuah kawasan menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis RTH yang akan dibangun. Identifikasi dapat dilakukan dengan pengumpulan data primer melalui survey atau pengumpula data sekunder dari peta land use atau remote sensing

Identifikasi jenis RTH juga menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis RTH yang akan dibangun. Hal ini dimaksudkan agar penyebaran RTH kota/kawasan perkotaan dapat lebih variatif dan komplementer. Sebagai contoh, jika dalam sebuah kawasan telah banyak dibangun RTH yang cenderung kepada fungsi sosial seperti taman komunitas, dapat dipertimbangkan untuk membangun RTH yang cenderung kepada fungsi ekologis seperti hutan kota.

Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Kota Pariaman yang terdiri dari:

• Meningkatkan keindahan dan keasrian Kota Pariaman; • Menyediakan ruang social budaya masyarakat;

• Meningkatkan kualitas iklim mikro Kota Pariaman; • Menyediakan fasilitas Kota Pariaman.

Ruang terbuka hijau berdasarkan tujuan di atas, meliputi: • RTH Taman Kota;

• RTH Jalur Jalan; • RTH Pemakaman; • RTH Hutan Kota;

• RTH Kawasan Pariwisata.

Kriteria kawasan lindung untuk kawasan terbuka hijau kota adalah:

1. Ruang terbuka hijau taman kota termasuk RTH taman Rukun Tetangga, RTH Rukun Warga, RTH kelurahan dan RTH Kecamatan;

2. Ruang terbuka hijau jalur jalan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas iklim mikro Kota Pariaman direncanakan sebesar 20-30% dari luas jalan dengan menempatkan tanaman pada Rumija;

(41)

Bab VII - 41 • TPU Kota Pariaman untuk pelayanan bagian utara Kota Pariaman di

kembangkan di kecamatan Pariaman Utara;

• TPU Kota Pariaman untuk pelayanan di bagian selatan Kota Pariaman di

rencanakan di kecamatan Pariaman Selatan;

• TPU Kota Pariaman untuk pelayanan bagian Timur Kota Pariaman direncanakan di kecamatan Pariaman Timur;

• TPU Kota Pariaman untuk pelayanan bagian pusat Kota direncanakan di

kecamatan Pariaman Tengah;

• Disetiap Kecamatan dikembangkan TPU dengan luas yang disesuaikan dengan ketersediaan lahan dan kepadatan penduduknya.

4. RTH hutan kota berada di Sikapak Kecamatan Pariaman Utara dan RTH kawasan pariwisata dan fasilitas Kota Pariaman berada di Pantai Gondaria-Sunur.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) tersebut dapat dikontribusi di Kota Pariaman terdiri dari:

• Ruang Terbuka Hijau Produktif seperti kawasan pertanian, dan perkebunan; • Ruang Terbuka Hijau Konservasi, seperti hutan kota, dan catchment area; • Ruang Terbuka Hijau Lingkungan, meliputi taman kota, taman lingkungan dan

perkarangan;

• Ruang Terbuka Koridor, meliputi koridor jaringan jalan, jalur jaringan listrik

tegangan tinggi, serta sepanjang perbatasan Kota Pariaman dengan wilayah sekitarnya yang didesain dengan ketebalan zona penyangga 100-500 m; • Ruang Terbuka Hijau Khusus, meliputi tempat pemakaman umum (TPU),

pekarangan perkantoran, buffer zone, kawasan pendidikan, kawasan rekreasi, dan kebun binatang.

(42)

Bab VII - 42 ancaman bencana mengingat Kota Pariaman berada pada kawasan rawan bencana terutama bencana gempa dan tsunami.

Penggunaan lahan untuk kawasan ruang terbuka hijau eksisting tersebar di wilayah Kota Pariaman berupa kawasan mangrove, sempadan sungai (Sungai Batang Mangau, Sungai Batang Piaman, dan Sungai Batang Manggung), sempadan pantai, Taman Lapangan Merdeka, Taman Nan Tongga, jalur hijau jalan dan median jalan, taman rumah dinas walikota, kawasan olahraga serta lokasi-lokasi pemakaman.

Kota Pariaman memiliki beberapa lokasi wisata yang potensial untuk dijadikan kawasan ruang terbuka hijau salah satunya adalah kawasan sepanjang pantai yang merupakan icon wisata Kota Pariaman. Selain itu kawasan sempadan sungai dan hutan kota yang direncanakan di Desa Sikapak Barat adalah lokasi yang potensial untuk menjadi objek tujuan wisata kota yang masih belum dimanfaatkan secara optimal yang berpotensi dikembangkan menjadi kawasan wisata air dan kawasan wisata keluarga. Khusus untuk kawasan hutan kota di Desa Sikapak Barat selain berfungsi sebagai hutan kota ke depan kawasan ini akan dikembangkan sebagai kawasan wisata keluarga.

Sebahagian besar ruang terbuka hijau (RTH) eksisting yang ada di Kota Pariaman diperuntukan bagi RTH Publik yang status kepemilikan lahan dan pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Kota Pariaman melalui beberapa instansi teknis terkait seperti Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian serta Dinas Kelautan dan Perikanan. Sebaran dan luasan RTH di Kota Pariaman dapat dilihat pada tabel 7.16.

Tabel 7.16

Luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Pariaman

No Nama RTH Luas (m2) Lokasi

1 Taman Lapangan Merdeka 5.000 Kec. Pariaman Tengah 2 Taman Pendopo Walikota 3.746 Kec. Pariaman Tengah 3 Taman Nan Tongga 4.881 Kec. Pariaman Tengah 4 Taman Kantor Walikota Lama 3.358 Kec. Pariaman Tengah 5 Taman Kantor Balaikota Cimparuh 1.697 Kec. Pariaman Tengah 6 Pantai Gandoriah 5.923 Kec. Pariaman Tengah

7 Pantai Cermin 559 Kec. Pariaman Tengah

8 Pantai Kata 19.326 Kec. Pariaman Tengah-Kec. Pariaman Selatan 9 Pantai Taluak 12.168 Kec. Pariaman Selatan

10 Pantai Lohong 868 Kec. Pariaman Tengah

(43)

Bab VII - 43 12 Pantai Ampalu 5.680 Kec. Pariaman Utara 13 Sempadan Batang Mangau 15.912 Kec. Pariaman Selatan 14 Sempadan Batang Piaman 1.200 Kec. Pariaman Tengah 15 Talao Manggung 7.014 Kec. Pariaman Utara

16 Median Jalan 8.038 Tersebar

17 Pemakaman Umum 46.152 Tersebar

18 Lapangan Olahraga 24.725 Tersebar 19 Taman Lingkungan Perumahan 102 Tersebar

20 Jalur Hijau 18.750 Tersebar

21 Taman Lingkungan Perkantoran 29.946 Tersebar 22 Kawasan Hijau Kota 10.000 Tersebar

Total 236.671

Sumber : Data RAKH dari identifikasi Citra Satelit, Tahun 2010, dan Hasil Survey Lapangan 2012.

Beberapa Sebaran Lokasi RTH Di Kota Pariaman

(44)

Bab VII - 44

2. RTH Sempadan Pantai

(45)

Bab VII - 45

4. Taman Angka

5. Taman Hijaiyah

(46)

Bab VII - 46

7. RTH Tugu dan Gerbang Perbatasan

8. RTH Lingkungan dan Pekarangan

9. RTH Pemakaman

Terletak dijalan baru kota pariaman,ad ataman yang cukup hijau disekitar desa tersebut, penghijauan dilakukan oleh masyarakat setempat

(47)

Bab VII - 47 10. RTH Kawasan Sekolah dan Perkantoran

Status kepemilikan lahan ruang terbuka hijau berpengaruh pada pemanfaatannya oleh publik. Status kepemilikan lahan RTH terbagi atas 3 kelompok, yakni publik, semi publik/semi privat dan privat.

Kepemilikan lahan publik adalah lahan yang dikuasai oleh pemerintah atau negara dengan pemanfaatan bersifat terbuka bagi umum. Kepemilikan lahan privat adalah lahan untuk RTH yang dimiliki secara pribadi atau institusi dengan pemanfaatan terbatas (tertutup). Sementara RTH dengan status kepemilikan semi publik, adalah lahan dimiliki pemerintah atau Negara namun pemanfaatannya terbatas, atau sebaliknya, lahan dimiliki privat namun dapat dimanfaatkan oleh publik.

(48)

Bab VII - 48 Tabel 7.17

Sebaran RTH Berdasarkan Status Kepemilikan di Kota Pariaman

No Nama RTH Luas (m2) Kepemilikan

Ruang terbuka hijau di Kota Pariaman yang bersifat publik, berdasarkan fungsi terdiri dari 7 (tujuh) jenis, yakni :

1. Taman Kota (misalnya Taman Lapangan Merdeka), 2. Taman Lingkungan (Misal Taman Kantor Walikota), 3. Taman Rekreasi (misal, Taman Pantai Gandoriah) 4. Sempadan Sungai (Misal, sempadan Batang Mangau), 5. Sempadan Pantai.

6. Jalur Hijau

(49)

Bab VII - 49 Untuk lebih jelasnya RTH berdasarkan fungsi yang ada di Kota Pariaman dapat dilihat pada tabel 7.18.

Tabel 7.18

RTH Berdasarkan Fungsi di Kota Pariaman

No Nama RTH Luas (m2) Fungsi

1 Taman Lapangan Merdeka 5.000 Taman Kota

2 Taman Pendopo Walikota 3.746 Taman Lingkungan 3 Taman Nan Tongga 4.881 Taman Lingkungan 4 Taman Kantor Walikota Lama 3.358 Taman Lingkungan 5 Taman Kantor Balaikota Cimparuh 1.697 Taman Lingkungan 6 Pantai Gandoriah 5.924 Taman Rekreasi 7 Pantai Cermin 560 Taman Rekreasi 8 Pantai Kata 19.327 Taman Rekreasi 9 Pantai Taluak 12.169 Taman Rekreasi 10 Pantai Lohong 868.40 Taman Rekreasi 11 Pantai Pauh 11.626 Taman Rekreasi 12 Pantai Ampalu 5.680 Taman Rekreasi 13 Sempadan Batang Mangau 15.912 Sempadan Sungai 14 Sempadan Batang Piaman 1.200 Sempadan Sungai 15 Talao Manggung 7.015 Sempadan Sungai 16 Median Jalan 8.038 Jalur Hijau

17 Pemakaman Umum 46.152 TPU

18 Lapangan Olahraga 24.725 Lapangan Olahraga 19 Taman Lingkungan Perumahan 102 Taman Lingkungan 20 Jalur Hijau 18.750 Jalur Hijau

21 Taman Lingkungan Perkantoran 29.946 Taman Lingkungan 22 Kawasan Hijau Kota 10.000 Taman Lingkungan

Total Luas 236.671

Sumber ; Masterplan RTH Kota Pariaman 2012

(50)

Bab VII - 50

4. Pariwisata

Pariwisata dalam perkembangannya merupakan suatu gejala sosial yang kompleks, menyangkut berbagai aspek tatanan kehidupan manusia seutuhnya. Yang mana dari seluruh aspek tatanan manusia memiliki kaitan yang erat dan saling menunjang untuk pembangunan sektor dunia pariwisata saat ini.

Salah satu fungsi dan peranan yang diarahkan sebagai salah satu kawasan tujuan wisata, Kota Pariaman berupaya terus untuk membangun dan mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan yang ada diwilayahnya. Untuk mengetahui kondisi pariwisata (tourism conditional) Kota Pariaman, maka perlu diidentifikasi kegiatan pariwisata beserta komponen-komponen pariwisata yang meliputi : kondisi objek, daya tarik wisata, kondisi pasar pariwisata, kondisi sarana dan prasarana (Supply and Demand) serta kelembagaan pariwisatanya.

Untuk melihat kondisi objek dan daya tarik wisata yang ada di Kota Pariaman, maka dapat diidentifikasi dari produk wisata melihat stratifikasi daya tarik masing-masing objek wisata serta mengidentifikasi penyebaran objek wisata yang ada di Kota Pariaman.

Kota Pariaman memiliki cukup banyak dan beragam objek wisata, baik objek wisata yang tergolong wisata alam, wisata sejarah, seni dan budaya. Secara umum pengunjung yang datang ke Kota Pariaman mempunyai maksud yang berbeda-beda, antara lain untuk urusan pekerjaan, studi/penelitian, berlibur atau rekreasi/wisata. Dari berbagai maksud kunjungan dan potensi objek wisata yang ada, maka dapat diidentifikasi 3 (tiga) jenis wisata yang dapat ditemui di Kota Pariaman, yaitu :

1. Wisata Alam

(51)

Bab VII - 51 Kegiatan parawisata pantai berada pada ruang daratan, pesisir dan laut yang meliki objek dan daya tarik wisata yang salah satunya yaitu berupa alam. Di Kota Pariaman kegiatan pariwisata pantai terdapat di Pantai Sunur, Pantai Kata, Pantai Cermin, Pantai Gandoriah, Pantai Taloa Pauh, Pantai Konservasi Penyu, Pantai Taloa Manggung, Pantai Manggung dan PantaiTeluk Belibis.

Kegiatan pariwisata pantai di Kota Pariaman telah memberikan manfaat yang berarti untuk masyarakat sekitar, yang cukup jelas terlihat adalah meningkatnya pendapatan masyarakat dengan adanya kegiatan wisata tersebut. Keberhasilan pariwisata yang berkembang, didukung oleh aksesibilitas, baik dari arah utara maupun arah selatan. Sarana jalan yang mendukung yaitu hanya memerlukan waktu 1,5 – 2 jam dari pusat Kota Pariaman maupun luar kota, sedangkan untuk wisata mancanegara hanya memerlukan waktu 0,5 – 2 jam dari bandara.

Kawasan untuk kegiatan pariwisata selam berada pada alam bawah laut yang memiliki potensi alam berupa keunikan, kelangkaan dan keindahan pemandangan alam bawah laut (underwater panorama). Di Kota Pariaman kegiatan pariwisata selam terdapat di Pulau Kasiak, Pulau Angso, Pulau Tangah, Pulau Ujung. Kegiatan pariwisata selam di Kota Pariaman belum termanfaat secara optimal, ini dikarenakan tidak lengkapnya alat untuk menyelam dan juga diakibatkan penyewaan alat yang cukup tinggi nominalnya. Sehingga masyarakat tidak mampu untuk menggunakannya.

Belum berkembangnya wisata alam lainnya, sebagian besar juga disebabkan belum adanya investor yang berminat menanamkan modalnya dalam kegiatan wisata selam ini. Sementara bila dilihat dari potensi yang ada, wisata selam ini dapat dikembangkan.

2. Wisata Sejarah dan Budaya

(52)

Bab VII - 52 yang terlibat dengan peristiwa bersangkutan sebagai tindakan mengenang kembali, namun juga menarik bagi orang lain yang tidak mengalami peristiwa tersebut menjadikannya sebagai pengetahuan terhadap sejarah masa lampau.

Pariwisata sejarah merupakan peninggalan budaya dari kehidupan sebelumnya, yang mana sampai sekarang masih dimanfaatkan sebagai salah satu objek yang bermanfaat. Lokasi tempat objek wisata sejarah/budaya yang terdapat di Kota Pariaman yaitu Kuburan Panjang yang terdapat di Pulau Angso yang berada di Kecamatan Pariaman Tengah. Kegiatan sejarah/budaya di Kota Pariaman belum termanfaat secara optimal, dikarenakan transportasi untuk mencapai Pulau Angso tersebut belum ada.

3. Wisata Minat Khusus

Wisata minat khusus adalah daya tarik wisata yang lazimnya memanfaatkan berbagai sumber daya alam dan budaya, namun dikembangkan lebih jauh sebagai suatu pengembangan yang kreatif dengan interpretasi mendalam pada aspek-aspek yang dapat di eksploitasi lebih lanjut

Berdasarkan jenis objek wisata yang ada di Kota Pariaman terdapat 22 objek wisata yang terdiri dari wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah dan wisata minat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7.19

Jumlah Objek Wisata Menurut Jenisnya

No Kecamatan W. Alam W. Budaya W. Sejarah W.

Minat

Jumlah

1 Pariaman Selatan 4 - 2 - 6 2 Pariaman Tengah 5 2 3 - 10 3 Pariaman Timur - - 2 - 2 4 Pariaman Utara 3 - - 1 4 Total 12 2 7 1 22

(53)

Bab VII - 53 Potensi Objek Wisata Kecamatan Pariaman Selatan

Potensi objek wisata yang ada di Kecamatan Pariaman Selatan yaitu jenis wisata alam dan wisata sejarah :

1. Pantai Sunur

Pantai Sunur terletak di Desa Sunur Kecamatan Pariaman Selatan. Pantai Sunur berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan berdekatan dengan Pantai Kata.

Di Pantai Sunur selain pengunjung bisa menikmati indahnya pantai, pengunjung juga bisa menikmati kuliner khas Sunur karena di Pantai Sunur ini banyak terdapat rumah makan khas Pariaman.

Gambar 3.6 Kondisi Pantai Sunur

2. Pantai Kata

(54)

Bab VII - 54 Pantai ini menawarkan panorama alam yang masih asri dan alami, pantai ini cocok bagi yang suka beraktifitas berjalan kaki. Disamping itu bagi yang suka berolah raga bersepeda, pantai ini adalah pilihan yang pas. Pantai ini menawarkan jalan setapak berkelok menyusuri undakan-undakan pasir diantara rimbun pohon pinus. Pohon pinus tumbuh begitu lebat di area pantai ini.

Gambar 3.7 Kondisi Pantai Kata

3. Pulau Ujung

Pulau Ujung sebagaimana namanya, adalah pulau yang terletak paling jauh diantara pulau-pulau lain yang terdapat di Kota Pariaman tepatnya di Kecamatan Pariaman Selatan. Pulau Ujung juga termasuk wisata alam.

Pulau ini terletak 1,9 mil dari Pantai Kata. Untuk sampai kesana membutuhkan waktu selama 20 menit dengan menggunakan kapal motor dari Muara pantai Gondariah. Luas Pulau Ujung mencapai 3,94 ha dengan topografi relatif datar, dan dibagian lainnya berpasir.

(55)

Bab VII - 55 terdiri dari vegetasi hutan seluas 25.190 m2 (77,5%) hutan dan pasir. Pulau Ujuang tedapat pada koordinat 00006’39” LS dan 100006’39” BT dan 00º 39' 45,2" LS 100º 06' 43,0"LU. Pulau Ujuang merupakan salah satu pulau terdekat dengan pantai dan terletak di sebelah selatan Kota Pariaman yang dapat dicapai dari pantai terdekat yakni Pantai Sunur.

Pulau Ujung sebagaimana pulau kecil lainnya, juga memiliki ekosistem rumput laut dan ekosistem terumbu karang, dengan jenis terumbu karang yang ada berupa jenis Branching, Encrusting, Massive, Foliose, Soft Corals dengan kondisi “ Sedang “ (40,00 %). Sedangkan jenis rumput laut yang ada yakni : rumput laut hijau (Halimida sp), rumput laut coklat (Padina australis, Sargasum sp,

Turbinaria), rumput laut merah (Eucheuma sp). Bentuk dan kondisi eksisting Pulau Ujung dapat dilihat pada gambar 3.8. Pulau Ujung juga termasuk pulau yang jarang dikunjungi karena struktur karangnya yang menyulitkan kapal untuk merapat. Kegiatan masyarakat yang biasa dilakukan disekitar Pulau Ujuang adalah mencari ikan atau tempat berlindung kapal dari badai.

(56)

Bab VII - 56 4. Mesjid Tua Kuraitaji

Mesjid Tua Kuraitaji ini berada di Desa Balai Kuraitaji yang termasuk jenis wisata sejarah.

Gambar 3.10 Mesjid Tua Kuraitaji

Potensi Objek Wisata Kecamatan Pariaman Tengah

Potensi objek wisata yang ada di Kecamatan Pariaman Tengah yaitu jenis wisata alam, wisata sejarah dan wisata budaya :

1. Pantai Gandoriah

(57)

Bab VII - 57 Tempat ini sangat baik digunakan untuk wisata keluarga, karana selain memiliki pantai yang landai dan bersih juga sering para pengunjung mandi laut dan berselancar kecil dengan aman.

Pantai Gandoriah mudah ditempuh karena dekat dengan pasar induk dan pusat perkantoran. Jika ingin pergi ke Pantai Gandoriah bisa menggunakan angkutan darat yakni mobil, motor, kereta api dan kendaraan umum lainnya seperti bus dan angkot. Jika ingin berkeliling Pantai Gandoriah pengunjung dapat menyewa dokar (bendi) atau dapat menyewa sepeda tandem dengan sewa berkisar 20.000 – 30.000 rupiah.

Gambar 3.11 Kondisi Pantai Gandoriah

2. Pantai Cermin

Selain Pantai Kata yang merupakan akronim dari Karan Aur dan Taluak, Pantai Cermin juga merupakan kependekan dari kata Cemara Mini.

(58)

Bab VII - 58 begitu besar. Disamping pohon pinus dan kelapa, pohon cemara juga banyak di pantai ini.

Fasilitas di area ini cukup memadai dan relatif aman. Dilokasi ini terdapat restoran yang cukup representatif menyediakan menu khas gulai kepala ikan, cumi goreng, dan aneka jenis ikan laut lainnya.

Gambar 3.12 Kondisi Pantai Cermin

3. Pulau Angso Duo

Pulau Angso memiliki luas 5,13 Ha, dengan 1,25 hektar adalah hamparan pasir dan 3,88 hektar kawasan bervegetasi dan keliling pulau 840,7 meterPulau Angso merupakan pulau kecil terdekat dengan pesisir Kota Pariaman. Pulau Angso terletak pada koordinat 00038’01” LS dan 100005’57 BT dan 00º 38' 03,0" LS 100º 05' 59,4"LU dan merupakan pulau yang letaknya cukup dekat dengan pantai, yakni memiliki jarak 1,9 Km dari Pantai Gandoriah.

(59)

Bab VII - 59 terhadap kondisi fisik dan sebaran ekosistim disekitar pulau, maka sebagian ruang kawasan Pulau Angso harus dijadikan sebagai kawasan konservasi bagi perlindungan dan pelestarian terumbu karang yang memiliki kondisi baik (dengan keberadaan karang hidup >80%).

Pulau Angso memiliki tutupan lahan terdiri dari dominasi vegetasi hutan seluas 30.682 m2 (81,9%), pantai seluas 6.736 m2 (17,9%), serta bangunan fasilitas wisata berupa shelter seluas 6 m2 (0,02%). Ekosistem yang ada di Pulau Angso berupa ekosistem rumput laut dan ekosistem terumbu karang, dimana jenis rumput laut yang ada yaitu dari kelompok rumput laut hijau (Halimida sp), rumput laut coklat (Padina australis, Sargasum sp, Turbinaria) dan rumput laut merah (Eucheuma sp). Jenis rumput laut ini dapat dilihat pada gambar 3.33. Sedangkan ekosistim terumbu karang yang ada berasal dari jenis

Branching, Digitate, Massive, dan Folios dengan kondisi “Baik Sekali“ (82,50 %). Di sekitar pantai Pulau Angso ini juga banyak ditemukan jenis ikan karang dan kelompok biota laut lainnya.

Penghubung antar pulau dari kawasan pesisir biasanya menggunakan kapal payang/kapal long tail dengan frekuensi kunjungan masyarakat ke pulau ini termasuk tinggi dengan aktifitas utama memancing dan menangkap ikan serta untuk tujuan wisata pada waktu-waktu tertentu. Kawasan pulau ini, termasuk kawasan yang telah dimanfaatkan secara intensif karena jaraknya yang cukup dekat dengan pantai, sehingga upaya perlindungan potensi alam pada bagian-bagian tertentu dari kawasan pulau ini perlu menjadi pertimbangan.

(60)

Bab VII - 60 Selain perahu motor, juga terdapat speedboat yang juga dapat mengantarkan pengunjung. Jika menggunakan perahu motor, perjalaanan ditempuh sekitar 10-15 menit. Jika menggunakan

speedboat akan lebih cepat dari itu. Biaya tiket pulang-pergi hanya 40.000 rupiah, dan sudah mencakup asuransi.

Gambar 3.13 Kondisi Pulau Angso Duo

4. Pulau Tangah

Pulau Tangah memiliki luas 6,58 hektar, terdiri dari 1,56 hektar hamparan pasir dan 5,02 hektar kawasan bervegetasi. Keliling pulau adalah 951,1 meter dengan rata-rata tutupan karang hidup 17 %. Dengan pola tutupan lahan berupa vegetasi hutan seluas 23.221 m2 (78,3%) dan pantai seluas 6.430 m2 (21,7%). Pulau Tangah terdapat pada koordinat 00038’51 LS dan 100006’05” BTdan 00º 38' 59,3 "LS 100º 06' 10,5" LU.

(61)

Bab VII - 61 yang ada berasal dari kelompok rumput laut hijau (Halimida sp), rumput laut coklat (Padina australis, Sargasum sp, Turbinaria) dan rumput laut merah (Eucheuma sp). Sedangkan ekosistim terumbu karang yang ada berasal dari jenis Branching, Encrusting, Massive, Foliose, dan Sponge dengan kondisi “ Sedang “ (31,57 %). Pulau Tangah relatif jarang dikunjungi karena struktur karangnya yang menyulitkan bagi kapal untuk merapat. Pulau ini merupakan salah satu pulau yang dimanfaatkan bagi kapal-kapal untuk berlindung jika terjadi badai.

Gambar 3.15 Kondisi Pulau Tangah

5. Talao Pauh

(62)

Bab VII - 62 Gambar 3.17

Kondisi Pantai Talao Pauh

6. Kuburan Panjang

Kuburan Panjang adalah salah satu wisata sejarah yang terada di Pulau Angso Duo. Di pulau kecil ini terdapat sebuah makam sepanjang 5 meter yang merupakan makam ulama besar di Minangkabau. Di nisan tertulis “Wali Allah dari Madinah” dengan angka tahun arab 1329 Hijriyah.

(63)

Bab VII - 63 Gambar 3.18

Kuburan Panjang

7. Pesta Budaya Tabuik

Pesta Budaya Tabuk ini diadakan pada minggu awal bulan Muharram. Tabuik merupakan acara paling puncak dari ritual Tabuik Pariaman. Acara perkabungan arak-arakan tabuik ini diadakan tiap tahunnya pada awal Muharam di kalender Hijriah untuk memperingati wafatnya Husein dalam perang Karbala sekitar tahun 680 Masehi.

Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara. Walaupun awal mulanya merupakan upacara syi’ah, akan tetapi penduduk terbanyak di Kota Pariaman dan daerah lain yang melakukan upacara serupa, kebanyakan penganut Sunni.

(64)

Bab VII - 64 Gambar 3.20

Rumah Tabuk

8. Mariam Kuno

Meriam Kuno ini termasuk kedalam jenis wisata sejarah yang berlokasi di Kampuang Pondok Kecamatan Pariaman Tengah.

Gambar 3.21

Meriam Kuno

9. Mesjid Tua

Salah satu mesjid tua di Kota Pariaman adalah Surau Pasa atau Mesjid Raya Kota Pariaman. Mesjid ini berlokasi di kelurahan Kampung Perak. Mesjid ini telah menjadi cagar budaya yang dilindungai pemerintah.

(65)

Bab VII - 65 Gambar 3.22

Mesjid Raya Pariaman

10. Rumah Gadang Moh. Shaleh

Rumah Gadang Moh. Shaleh terdapat di dekat pasar Pariaman berdiri tahun 1889 Masehi, rumah gadang bergaya Kajang Aceh ini masih tampak kokoh sampai hari ini. Tiang-tiangnya yang panjang, langkannya yang tinggi, serta tungkapnya yangberlapis menghasilkan keunikan tersendiri.

Rumah Gadang Moh. Shaleh ini termasuk jenis wisata budaya yang berlokasi di Kampung Perak Kecamatan Pariaman Tengah.

Gambar 3.23

Rumah Gadang Moh. Shaleh

Potensi Objek Wisata Kecamatan Pariaman Timur

Potensi objek wisata yang ada di Kecamatan Pariaman Timur yaitu jenis wisata alam dan wisata sejarah :

1. Benteng Jepang Santok

Benteng Jepang Santok ini adalah jenis wisata sejarah yang terdapat di Air Santok Kecamatan Pariaman Timur.

(66)

Bab VII - 66 3. Benteng Jepang Santok ini adalah jenis wisata sejarah yang terdapat di

Air Santok I Kecamatan Pariaman Timur. 4. Guci Badano

Guci Badano ini adalah jenis wisata sejarah yang terdapat di Bungo Tanjung Kecamatan Pariaman Timur.

Gambar 3.25 Guci Badano

Potensi Objek Wisata Kecamatan Pariaman Utara

Potensi objek wisata yang ada di Kecamatan Pariaman Utara yaitu jenis wisata alam dan wisata sejarah :

1. Pantai Teluk Belibis

(67)

Bab VII - 67 Gambar 3.25

Pantai Teluk Belibis

2. Talao Manggung

Talao Manggung ini termasuk jenis wisata alam yang terdapat di Desa Manggung Kecamatan Pariaman Utara.

Lokasi wisata ini bisa dibilang baru diminati belakangan ini karena baru selesainya renovasi sejumlah sarananya. Disini, anda bisa menikmati sunset atau memancing sambil menikmati jagung bakar dan kuliner khas Pariaman lainnya.

Gambar 3.26 Pantai Talao Manggung

3. Pulau Kasiak

Pulau Kasiak adalah kawasan konservasi penyu secara alami milik pemerintah kota. Pulau kasiak memiliki luas 3,94 Ha, ditumbuhi pohon kelapa, pohon sukun, pepaya dan tumbuhan lainnya.

Pemerintah kota beberapa kali bersama mahasiswa pecinta terumbu karang melakukan penanaman terumbu karang di pulau ini. Memiliki

(68)

Bab VII - 68 ini cocok untuk yang suka menyelam. Untuk lebih jelasnya dapat dlihat pada gambar 3.27 kondisi Pulau Kasiak dan gambar 3.28 peta Pulau Kasiak.

Gambar 3.27 Kondisi Pulau Kasiak

4. Penangkaran Penyu

Penangkaran penyu termasuk jenis wisata minat khusus. Penangkaran penyu ini berada di Desa Apar, Kecamatan Pariaman Utara.

Gambar 3.29

(69)
(70)

Bab VII - 70 Gambar 7.20

Penangkaran Penyu

Tabel 7.20

Jumlah Potensi Objek Wisata menurut Kecamatan

No. Kecamatan Objek Wisata Jenis Wisata Lokasi

1 Pariaman Tengah Pantai Gandoriah Wisata Alam Kel. Pasir

Pantai Cermin Wisata Alam Kel. Karan Au

Pulau Angso Duo Wisata Alam Pulau Angso Duo

Pulau Tangah Wisata Alam Pulau Tangah

Talao Pauh Wisata Alam Desa Pauh Pariaman

Kuburan Panjang Wisata Sejarah Pulau Angso Duo Pesta Budaya Tabuik Wisata Budaya Kel. Pasir

Mariam Kuno Wisata Sejarah Kampung Pondok

Masjid Tua Wisata Sejarah Kap. Perak

Rumah Gadang Moh.

Sholeh

Wisata Budaya Kap. Perak

2 Pariaman Selatan Pantai Sunur Wisata Alam Desa Sunur

Paantai Kata Wisata Alam Desa Taluak

Pulau Ujung Wisata Alam Pulau Ujung

Gambar

Tabel 7.7
Tabel 7.8 Pengelompokan Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas Penanganan
Tabel 7.9 Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman di Kota Pariaman
Gambar 7.5 Kondisi Bangunan Pada Permukiman Tradisional Di Kuraitaji
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pada kesempatan yang berbahagia ini, saya juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat Kabupaten Sambas

Bupati/Walikota sudah membentuk lembaga yang menangani rehabilitasi hutan dan lahan (misalnya Dinas yang mengurusi kehutanan atau Kelompok Kerja RHL), maka lembaga ini

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tulisan ini akan mengkaji mengenai pendapatan keluarga, lokasi sekolah, budaya, dan harapan memperoleh pekerjaan sebagai

Oleh karena itu, menarik untuk mengamati secara empiris bagaimana tanggung jawab sosial (yang sering disebut kinerja sosial) yang telah dilakukan di dalam

Roda gigi merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dan putaran dari suatu poros ke poros yang lain dengan rasio kecepatan yang konstan dan memiliki

Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka rumusan masalahnya adalah mendesain suatu suatu sistem yang berbasis komputer untuk membagi beban kerja dosen

Laskar Wanita Mintarjo, Komplek Perkantoran Gunung Gare Kota Pagar Alam mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk pelaksanaan kegiatan Tahun Anggaran 2014, seperti

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung sebagai instansi pemerintah memiliki posisi strategis dalam pengembangan dakwah Islam. Salah satu hal yang menjadi