151
BAB 7
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam pengembangan kawasan permukiman, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.
7.1.1 Kondisi Eksisting
Dilihat dari sisi pemanfaatan ruang permukiman, permukiman kumuh diartikan sebagai
permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak
memenuhi syarat. Penggunaan ruang para permukiman kumuh tersebut seringkali berada
pada suatu ruang yang tidak sesuai dengan fungsi aslinya sehingga berubah menjadi fungsi
permukiman, seperti muncul kantung-kantung permukiman pada daerah sempadan untuk
kebutuhan ruang terbuka hijau atau lahan-lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya
(squatters). Keadaan demikian yang menunjukkan bahwa penghuninya kurang mampu untuk
membeli dan menyewa rumah di daerah perkotaan dengan harga lahan/ bangunan yang
tinggi, sedangkan lahan kosong di daerah perkotaan sudah tidak ada. Permukiman tersebut
muncul dengan sarana dan prasarana kurang memadai, kondisi rumah yang kurang baik
dengan kepadatan yang tinggi serta mengancam kondisi kesehatan penghuni.
Berdasarkan Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kabupaten
Kepulauan Sangihe ini, maka Pemerintah Daerah berkomitmen untuk melaksanakan
Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh secara tuntas dan
berkelanjutan sebagai prioritas pembangunan daerah dalam bidang perumahan dan
permukiman dengan melihat kondisi eksisting yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihee
sebagai berikut.
Kabupaten/Kota Luas Kawasan Kumuh 2015 (Ha)
Tertangani (Ha) [Data Dari Sektor Bangkim]
SK KUMUH
Kab. Kepulauan
152 7.2 Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai
bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan
lingkungan binaan, baik di perkotaan maupuin di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan
gedung maupun lingkungannya.
Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan
lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah: 1) memberdayakan
masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri,
serasi, dan selaras dan 2) memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan
lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.
Kebijakan dan Program Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Kebijakan
1) Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk bangunan
gedung dan rumah negara
2) Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk
memenuhi persyaratan bangunan gedung dan penataan lingkungan permukiman
3) Meningkakan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan permukiman
4) Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan
produktivitas masyarakat
5) Mengembangkan kawasan-kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi
pertumbuhan kota
6) Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga
nasional maupun internasional lainnya di bidang bangunan gedung dan penataan
lingkungan permukiman
7) Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/ mempertimbangkan
khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.
8) Menjaga kelestarian nilai-nilai arstitektur bangunan gedung yang dilindungi dan
dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya)
Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur bangunan
gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten.
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan,
antara lain:
a. Permasalahan dan tantangan di bidang bangunan gedung
- Kurang ditegakannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan
gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana
- Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang
153
- Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya
kualitas pelayanan publik dan perijinan.
b. Permasalahan dan tantangan di bidang gedung dan rumah negara
- Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan
keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
- Penyelenggaraan bangunan gedunng dan rumah negara kurang tertib dan efisien.
- Masih banyak aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
c. Permasalahan dan tantangan di bidang penataan lingkungan
- Masih adanya permukiman kumuh
- Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung
bersejarah padahal mempunyai potensi pariwisata
- Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olahraga, dan lain-lain
kurang diperhatikan.
d. Permasalahan dan tantangan di bidang pemberdayaan masyarakat perkotaan
- Terdapat penduduk miskin di perkotaan dan perdesaan
- Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat
- Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan, dan
penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya.
e. Tantangan penataan bangunan dan lingkungan
- Amanat Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG,
bahwa semua bangunan gedung harus layak fungsi pada tahun 2010.
- Komitmen terhadap kesepakatan internasional tentang Millenium Development
Goals (MDGs), bahwa pada tahun 2015, 2000 daerah kabupaten/kota bebas kumuh
dan 2025 semua daerah bebas kumuh.
Program
Program Penataan Bangunan dan Lingkungan
a. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung
Lingkup kegiatan terdiri dari :
1) Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan
lingkungan
Sasaran kegiatan
- Meningkatkan peran pemerintah daerah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan sehingga dapat turut
ambil bagian secara aktif dalam proses pembangunan bangunan gedung dan
154
- Pemerintah daerah dapat menyelaraskan peraturan perundangan tentang
bangunan gedung agar memenuhi persyaratan administratif dan teknis yang
diamanatkan UUBG dan peraturan pelaksanaannya.
Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
- Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam bentuk sosialisasi, dengan peserta dari
kabupaten
- Paket materi terkait dengan undang-undang, peraturan pelaksanaan, standar
dan pedoman tentang penataan bangunan dan lingkungan permukiman
Keluaran/produk kegiatan
- Produk dari kegiatan ini adalah laporan penyelenggaraan diseminasi peraturan
perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan
2) Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur
Sasaran kegiatan
- Memberikan pemahaman dan wawasan dalam penyusunan Ranperda
bangunan gedung, sekaligus peningkatan pemahaman kelembagaannya
- Peningkatan kemampuan kelembagaan bangunan gedung di daerah
Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
- Fasilitasi ranperda bangunan gedung, berupa penyiapan materi yang
diperlukan dalam penyusunan perda bangunan gedung di daerah dan
memberikan pengarahan kepada daerah dalam penyusunan perda bangunan
gedung
- Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung berupa
penyelenggaraan sosialisasi serta bantuan teknis pembentukan kelembagaan
bangunan gedung di daerah
- Bantuan teknis pembentukan tim ahli bangunan gedung di daerah
Keluaran/produk kegiatan
- Laporan kegiatan bangunan gedung di daerah yang memuat inventarisasi
lembaga/instansi terkait dengan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah
termasuk di dalamnya tupoksi dan susunan organisasinya serta konsep
pengembangan kelembagaan
- Laporan kegiatan fasilitasi penyusunan raperda bangunan gedung di daerah,
dengan ketentuan memuat pemetaan substansi perda dan raperda sesuai
yang diamanatkan oleh UUBG dan peraturan pelaksanaannya serta tindak
lanjutnya
- Laporan kegiatan bantuan teknis pembentukan tim ahli bangunan gedung,
dengan ketentuan memuat laporan penyelenggaraan sosialisasi mengenai
pedoman teknis pembentukan tim ahli bangunan gedung
155 Sasaran kegiatan
- Tercapainya keragaman pemahaman, kesadaran, dan tanggung jawab para
aparat dan pelaksana khususnya para PPK pembinaan teknis bangunan
gedung dan mampu mengimplementasikan di daerah
- Tercapainya pelayanan pusat informasi bidang bangunan gedung bagi
masyarakat, dunia usaha dan instansi pemerintah sendiri yang maksimal di
daerah
Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
- Pembinaan teknis kepada para pelaksana pembangunan bangunan gedung
- Pembuatan/pengembangan website pusat informasi bangunan
- Penyusunan materi informasi PIPPB
- Pelayanan sistem informasi dan teknologi
- Penyuluhan bidang penataan bangnan gedung dan lingkungan
- Penyelenggaraan pameran bidang penataan bangunan gedung dan lingkungan
Keluaran/produk kegiatan
- Produk dari kegiatan ini adalah laporan yang berisi laporan hasil forum diskusi,
penyuluhan dan pameran, dokumentasi bahan publikasi dan tutorial website.
4) Pelatihan teknis tenaga pendata HSBG dan keselamatan bangunan
Sasaran kegiatan
- Terwujudnya bangunan gedung yang andal dan tertib pembangunan
bangunan gedung negara melalui tersedianya tenaga yang terampil di daerah
dalam hal:
- Pengecekan keandalan bangunan gedung khususnya keselamatan dan
kemudahan
- Pendata harga pembangunan bangunan gedung Negara
Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
- Pelatihan teknis untuk petugas pendata harga dan dinas yang terkait dengan
penanggulangan kebakaran
Keluaran/produk kegiatan
- Laporan pelaksanaan kegiatan pelatihan.
5) Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara
Sasaran kegiatan
Terpenuhinya tertib pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara melalui:
- Terselenggaranya proses pemanfaatan dan penghapusan
- Terselenggaranya proses pendaftaran, pengalihan status dan hak rumah
negara yang tertib, dan tersedianya laporan kegiatan
- Tersedianya sistem arsip yang handal, data bangunan gedung dan rumah
negara yang up to date, retrieval yang mudah, lengkap dan tertib serta tenaga
156 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
- Penyusunan format pengendalian untuk proses pendaftaran, pengalihan
status dan pengalihan hak
- Melakukan inventarisasi Bangunan Gedung Negara/BGN (pendataan geding
dan rumah negara)
- Melakukan penataan arsip BGN
- Peningkatan keterampilan tenaga arsiparis
- Pendataan harga dan penyusunan Harga Satuan Bangunan Gedung Negara
(HSBGN) sesuai dengan mekanisme penyusunan dan penetapan
- Pelaksanaan administrasi pelaporan terhadap proses pengalihan status dan
pengalihan hak di daerah
- Penyusunan laporan pengelolaan gedung dan rumah negara
- Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung
Keluaran/produk kegiatan
Laporan pengelolaan bangunan gedung negara yang terdiri atas:
- Jumlah rumah negara yang telah ditetapkan statusnya menjadi golongan
III
- Jumlah surat ijin penghunian/SIP rumah negara golongan III
- Jumlah dan nilai penaksiran/penilaian harga rumah negara golongan III
- Jumlah dan nilai pengalihan hak dan penetapan harga rumah negara
golongan III beserta tanahnya
- Jumlah perjanjian sewa beli rumah negara golongan III
- Penerimaan negara dari penjualan/pengalihan hak rumah negara
golongan III setiap tahun
- Jumlah dan nilai penyerahan hak milik rumah negara dan pelepasan hak
atas tanahnya
Daftar inventarisasi BGN yang terdiri dari:
- Bangunan Gedung Negara
- Rumah negara golongan I dan golongan II
- Rumah negara golongan III
- Ledger, yang terdiri dari: i) Kartu Ledger BGN, dan ii) Kartu Ledger Rumah Negara
6) Pembinaan teknis pembangunan gedung negara
Sasaran kegiatan
- Tersedianya tenaga teknis yang memenuhi syarat, terampil dan handal, yang
dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional
- Terwujudnya proses penyelenggaraan BGN yang fungsional, memenuhi
persyaratan keselamatan, kesehatan, kemudahan, dan kenyamanan, serta
157 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
- Melakukan penugasan tenaga bantuan teknis kepada instansi pemegang mata
anggaran baik berupa bantuan tenaga, informasi, maupun percontohan
- Melakukan inventarisasi dan evaluasi tenaga teknis yang dapat ditugaskan
- Melakukan pembinaan terhadap tenaga teknis dan koordinasi berkala
- Menyusun laporan pelaksanaan bantuan teknis
Keluaran/produk kegiatan
- Laporan pelaksanaan pembinaan
- Laporan bulanan pelaksanaan bantuan teknis penyelennggaraan BGN
- Laporan tahunan
7) Penyusunan rencana induk sistem proteksi kebakaran (RISPK)
Sasaran kegiatan
- Sasaran yang hendak dicapai adalah tesedianya panduan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran di daerah, dalam rangka meningkatkan
kemampuan kelembagaan pemadam kebakaran dan masyarakat dalam
pelaksanaan tugas pencegahan dan penanggulangan kebakaran, serta
menurunnya kejadian kebakaran, jumlah kerugian dan korban jiwa akibat
bencana
Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
- Rencana Induk Kebakaran (RIK) merupakan acuan pencegahan
penanggulangan kebakaran daerah untuk kurun waktu 5-10 tahun
- Pemantapan lokasi daerah terpilih dengan melakukan kesepakatan dengan
pemerintah daerah
- Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di daerah terpilih
Keluaran/produk kegiatan
Naskah kajian akdemis RISPK daerah, minimal memuat:
- Hasil identifikasi dan kajian teknis tentang latar belakang permasalahan,
pengalaman pemda terhadap penanganan kawasan yang mengalami
peristiwa kebakaran, narasumber, dinas/instansi yang berkepentingan
dengan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
- Hasil pelaksanaan kegiatan penyusunan RISPK daerah serta pelaksanaan
strategi pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di daerah
serta hasil studi literatur terkait.
Draft rencana induk sistem proteksi kebakaran (RISPK) daerah hasil konsensus,
yang minimal memuat
158
- Penjabaran mengenai potensi topografi, kondisi alam, dan persebaran
titik-titik rawan kebakaran, dan penentuan daerah yang memiliki potensi
sumber air, serta faktor-faktor lain yang mendukung RISPK daerah
- Rencana umum pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
- Rencana detail pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
- Program pengendalian, pengawasan dan pembinaan dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
- Tahapan program dan pendanaan yang diusulkan, dan
- Ditetapkan sebagai rancangan peraturan daerah.
Kesepakatan untuk ditindaklanjuti dalam bentuk Peraturan Kepala Daerah
8) Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung
Sasaran kegiatan
- Tersedianya rencana peraturan daerah tentang bangunan gedung
Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
Penyusunan Ranperda bangunan gedung dilakukan berdasarkan model
Ranperda bangunan gedung. Daerah difasilitasi berdasarkan surat permintaan
daerah yang bersangkutan
Melakukan pengendalian pekerjaan yang dilakukan dengan:
- Konsultasi dan identifikasi dengan instansi terkait di daerah
- Konsultasi dan pembahasan
- Penyiapan materi Ranperda untuk dikirimkan kepada DPRD
Keluaran/produk kegiatan
- Produk dari kegiatan adalah Ranperda bangunan gedung yang siap dibahas
dengan DPRD, termasuk seluruh data pendukungnya, antara lain hasil
pembahasan ranperda dengan instansi terkait dan masyarakat
- Kesepakatan pemerintah daerah untuk menindaklanjuti dalam bentuk
Perda Bangunan Gedung.
9) Percontohan pendataan bangunan gedung
Sasaran kegiatan
- Terselenggaranya tertib pendataan bangunan gedung melalui penyusunan
database bangunan gedung
Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
- Pendataan bangunan gedung di daerah
- Koordinasi dengan pemerintah daerah atau dinas yang menangani pembinaan
bangunan gedung
- Memfasilitasi pelatihan pengoperasian program pendataan bangunan gedung
- Program/sistem informasi pendataan bangunan disediakan oleh Direktorat
159
- Melakukan pengendalian pekerjaan
Keluaran/produk kegiatan
- Laporan percontohan pendataan bangunan gedung, yang memuat hasil
pelaksanaan kegiatan percontohan pendataan bangunan gedung di daerah,
dengan dilampiri data hasil pendataan dan analisis atas kasus-kasus
permasalahan di lapangan.
10) Percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
Sasaran kegiatan
- Sasaran dari kegiatan adalah tersedianya fasilitas aksesibilitas pada
bangunan gedung untuk mewujudkan bangunan gedung pelayanan umum
yang aksesibel bagi semua.
Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
Penyusunan kelengkapan aksesibilitas ini merupakan pekerjaan konstruksi fisik
yang dilakukan oleh penyedia jasa pelaksana konstruksi yang ditugasi,
berdasarkan rencana teknis yang sesuai Permen PU Nomor 30/PRT/M/2006,
tentang persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung
dan lingkungan
Melakukan kegiatan:
- Koordinasi dengan pemda dan instansi pengelola/pemilik bangunan gedung
- Survey dan inventarisasi kondisi bangunan
- Penyusunan rencana teknis
- Uji coba dan penyerahan pada pengelola bangunan
Keluaran/produk kegiatan
- Fisik fasilitas aksesibilitas
11) Rehabilitasi bangunan gedung negara
Sasaran kegiatan
- Terlaksananya rehabilitasi BGN yang fungsional memenuhi syarat
keselamatan, kesehatan, kemudahan dan kenyamanan serta efisien dalam
penggunaan sumberdaya dan serasi dengan lingkungannya sehingga mampu
meningkatkan kualitas, keandalan dan umur pemanfaatan BGN.
Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
Merupakan pekerjaan konstruksi fisik
Melakukan kegiatan:
- Koordinasi dengan daerah/instansi pengelola/pemilik bangunan gedung
- Survey dan inventarisasi kondisi bangunan
Pengendalian pekerjaan
Keluaran/produk kegiatan
- BGN yang sesuai dengan dokumen untuk pelaksanaan konstruksi
160
- Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan konstruksi
- Dokumen pendaftaran sebaga BGN.
12) Dukungan prasarana dan sarana pusat informasi pengembangan permukiman
dan bangunan (PIPPB)
Sasaran kegiatan
- Tersedianya pilot project pusat informasi pengembangan permukiman dan
bangunan (PIPPB) sebagai wadah pelayanan publik untuk dapat dikembangkan
di daerah dalam rangka mendukung perwujudan bangunan gedung yang
fungsional, andal dan berjati diri.
Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
Merupakan pekerjaan konstruksi fisik
Melakukan kegiatan:
- Koordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi pengelola/pemilik
bangunan gedung, termasuk penyediaan lahan dan kontribusi pendanaan
- Survey dan/atau inventarisasi kondisi bangunan gedung
- Menginventarisasi kebutuhan kelengkapan bangunan gedung dan
peralatannya
Pengendalian pekerjaan
Keluaran/produk kegiatan
- Bangunan gedung POPPB yang sesuai dengan dokumen untuk pelaksanaan
konstruksi termasuk kelengkapan bangunan gedung dan peralatannya.
- Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan
- Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan konstruksi
- Dokumen pendaftaran sebaga BGN.
b. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Lingkup kegiatan terdiri dari:
1) Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Sasaran kegiatan
- Sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya panduan rancang bangun
suatu kawasan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
perwujudan kualitas lingkungan yang layak huni (liveable), berjatidiri
(imageable) dan produktif (enduring).
Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
- RTBL merupakan pengaturan persyaratan tata bangunan dan lingkungan
sebagai tindak lanjut dari RTRW dan atau RDTR, digunakan dalam pengendalian
pemanfaatan ruang suatu kawasan dan sebagai panduan rancangan kawasan
untuk mewujudkan kesatuan karakter serta kualitas bangunan gedung dan
161
- Pemantapan lokasi dan batas lokasi wilayah perencanaan di setiap daerah
terpilih dan melakukan kesepakatan dengan pemerintah daerah
- Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di daerah
- Melakukan pengendalian produk konsultan berupa naskah RTBL sesuai dengan
substansi yang ada di dalam pedoman umum penyusunan RTBL
- Fasilitasi konsultasi dan pembahasan produk RTBL dengan instansi terkait di
daerah
- Memfasilitasi dinas yang membidangi keciptakaryaan untuk membuat
kesepakatan dengan pemerintah daerah agar menindaklanjuti naskah RTBL
menjadi peraturan kepala daerah.
Keluaran/produk kegiatan
Naskah kajian akademis RTBL, yang minimal memuat:
Draft RTBL sesuai dengan pedoman umum yang minimal memuat:
- Penetapan lokasi dan delineasi RTBL (Disetujui instansi terkait/pemerintah
daerah)
- Program Bangunan dan Lingkungan
- Program Investasi
- Rencana Umum (Design Plan)
- Rencana Detail ( Design Guidelines)
- Administrasi pengendalian program dan rencana
- Arahan pengendalian rencana
Draft peraturan kepala daerah yang memberikan status hukum serta
mengoperasionalkan muatan pengaturan RTBL yang telah disusun
2) Bantuan teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Sasaran kegiatan
- Tersedianya usulan penataan RTH untuk satu kawasan di daerah terpilih untuk
mewujudkan kawasan kota yang nyaman dan sehat
Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
Pendataan RTH pada daerah terpilih
Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah atau instansi yang menangani
pembinaan RTH
Melakukan pengendalian pekerjaan konsultan dalam :
- Melakukan survey RTH yang ada di daerah terpilih
- Melakukan kajian dan analisis
Menyusun rencana penataan RTH
162
Keluaran yang diharapkan adalah laporan hasil identifikasi RTH, dan usulan
penataannya beserta prasarana sarananya dan indikasi arahan
pengembangannya
3) Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan permukiman kumuh
dan nelayan
Sasaran kegiatan
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya fungsi lingkungan permukiman bagi
masyarakat di kawasan kumuh dan nelayan sehingga mampu memberikan
dukungan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan ekonomi
Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
Penetapan jenis kegiatan dilakukan oleh masyarakat melalui penyusunan
RTBL, community Action Plan maupun rembug warga yang tertuang dalam
PJM pronangkis pada kegiatan penanggulangan kemiskinan perkotaan.
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam bentuk prasarana dan sarana dasar,
fasilitas penunjang dan rehabilitasi prasarana dan sarana yang sudah ada
Diutamakan untuk dilaksanakan oleh masyarakat dengan kerjasama
opersional (KSO) untuk pekerjaan sederhana dengan pendampingan oleh
konsultan
Penyediaan prasarana dan sarana serta dukungan rehabilitasi fasilitas
pelayanan sosial-ekonomi, dilaksanakan dengan mempertimbangkan
keeradaan fasilitas serupa di sekitar lokasi
Untuk hasil yang lebih maksimal disarankan untuk menerpadukan dan
mengintegrasikan program-program easarana dan sarana perkotaan di
kawasan ini
Bentuk pekerjaan dapat berupa:
- Jalan lingkungan/jalan setapak
- Gorong-gorong
- Sarana penunjang RTH
- Talud
- Sumur gali/Bor
- Dermaga
- Gerbang
163
Bangunan fasilitas umum lainnya
Keluaran/produk kegiatan
Keluaran dari kegiatan ini adalah tersedianya prasarana dan sarana dasar
lingkungan permukiman kumuh dan nelayan yang mampu mendukung
masyarakat dalam peningkatan perekonomian dan kesejahteraannya
4) Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan permukiman tradisional
Sasaran kegiatan
Sasaran kegiatan ini adalah tertatanya kembali lingkungan permukiman
tradisional/bersejarah sehingga mampu memberikan dukungan peningkatan
taraf hidup dan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat yang berada di
dalamnya dalam rangka melestarikan budaya lokal sebagai aset nasional
Bentuk dan pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan di kawasan yang merupakan kawasan strategis dan telah
disusun RTRP-nya
Merupakan lokasi permukiman tradisional dan atau bersejarah
Daerah yang sedang berupaya melakukan penataan dan perbaikan kawasan
lingkungan permukiman tradisional dan atau bersejarah
Lokasi dapat berada atau tidak berada pada peruntukan perumahan dalam
RTRW/RDTR. Dalam hal tidak ada peruntukan perumahan perlu dilakukan
review terhadap RTRW atau rencana turunannya
Masyarakat cukup kooperatif dan mau menerima masukan, perubahan
sepanjang tidak mengganggu tradisi dan budaya setempat
Dukungan dari pemerintah daerah
Pelaksanaan fisik dilakukan setelah disusun rencana tindak revitalisasi
permukiman yang disusun bersama masyarakat
Bentuk kegiatan berupa:
- Jalan lingkungan/jalan setapak
- Gorong-gorong
164
- Prasarana dan sarana lainnya yang terkait yang dihasilkan melalui
kesepakatan bersama masyarakat
Keluaran/produk kegiatan
Keluaran dari kegiatan ini adalah tersedianya prasarana dan sarana dasar
mendukung penataan kembali lingkungan permukiman tradisional/bersejarah
sehingga mampu mendorong masyarakat dalam peningkatan kemampuan
perekonomian dan kesejahteraannya
c. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
Lingkup kegiatan terdiri dari:
a) Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan
Sasaran kegiatan:
Sasaran dari kegiatan ini adalah tersalurkannya bantuan langsung masyarakat
melalui program penanggulangan kemiskinan di perkotaan serta meningkatnya
pemahaman masyarakat dan aparat pemerintah terhadap prinsip dasar, kriteria
dan mekanisme penyaluran bantuan.
Bentuk kegiatan:
Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan
kemiskinan di perkotaan agar pelaksanaannya lebih efisien dan efektif
Menyerasikan pelaksanaan penanganan kemiskinan secara nasional yang
bertumpu pada keswadayaan dan potensi lokal
Mengembangkan peran masyarakat, kelembagaan lokal, kelembagaan terkait
dan pemerintah daerah dalam penanganan permasalahan kemiskinan
Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah
dalam mengantisipasi dan menangani permasalahan kemiskinan yang ada di
wilayahnya
Keluaran/produk kegiatan:
Keluaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya kapasitas kelembagaan
masyarakat dan pemerintah daerah dalam mengantisipasi dan menangani
permasalahan kemiskinan yang ada di wilayahnya.
b) Pemberian bantuan penanggulangan kemiskinan terpadu (PAKET)
Disalurkan kepada Pokja Kemitraan untuk daerah yang telah ditetapkan oleh
165 masyarakat (BKM) terpilih yang telah bermitra dengan dinas atau unit
pemerintah kabupaten untuk melaksanakan kegiatan sesuai program jangka
menengah (PJM) program penanggulangan kemiskinan (Pronangkis) yang telah
dibuat.
c) Pemberian bantuan program replikasi P2KP (PNPM-Mandiri Perkotaan)
Merupakan program yang diusulkan atas dasar komitmen dan inisiatif
pemerintah daerah untuk mengadopsi program program penanggulangan
kemiskinan (P2KP) guna mengembangkan luas pelayanannya dalam
penanggulangan kemiskinan dan dilaksanakan di wilayah sasaran yang belum
tersentuh oleh program P2KP.
7.3 Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Sub bidang air minum dirjen cipta karya departemen pekerjaan umum memiliki program dan
kegiatan yang bertujuan meningkatkan pelayanan air minum si perdesaan maupun
perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air, selain itu meningkatkan
keimutsertaan swasta untuk berinvestasi dalam pembangunan prasarana dan sarana air
minum di perkotaan.
Tatanan program yang digunakan adalah sama dengan tatanan program pada RPJMN.
Sasaran program komponen air minum dibuat untuk mengisi kesenjangan kondisi pada
permasalahan yang mencuat dalam RPJMN dan kondisi yang diinginkan pada sasaran
kebijakan RPJMN, selain itu harus menunjang dan memenuhi kebutuhan pembangunan
ekonomi daerah atau kota bersangkutan.
Dalam penyusunan RPIJM bidang harus memperhatikan Rencana Induk Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) yang ada di daerah. Rencana Induk SPAM
merupakan rencana jangka panjang suatu wilayah. Hal ini dimungkinkan karena dalam
pengembangan dan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum tergantung dengan
posisi dan letak unit-unit SPAM dan cakupan pelayanannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan SPAM antara lain:
- Peran daerah dalam pengembangan wilayah
- Rencana pembangunan daerah
- Kondisi alamiah dan tipologi daerah
- Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan
- Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum
166
- Keterpaduan pengelolaan air minum dengan pengembangan SPAM dilaksanakan pada
setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada
tahap perencanaan
- Peraturan dan perundangan yang berlaku serta pedoman yang tersedia
- Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi pengelolaan air minum di daerah
- Pentingnya prasarana dan sarana bagi peningkatan kesehatan masyarakat dan
keberlanjutan lingkungan
- Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta
- Kelembagaan dalam pengelolaan air minum
- Investasi prasarana dan sarana air minum dengan memperhatikan kelayakan terutama
dalam hal pemulihan biaya operasi dan pemeliharaan
- Perlu identifikasi lebih lanjut bilamana ada indikasi keterlibatan swasta dalam
pembangunan/pengelolaan SPAM
- Safeguard sosial dan lingkungan
Kondisi Sistem Prasarana dan Sarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum
Sistem Non Perpipaan
Pada umumnya penduduk menggunakan air bersih non-perpipaan. Sebagian
menggunakan sumber air yang berasal dari sumur dangkal (kurang dari 15 m) serta
PDAM dalam jumlah yang kecil dan Kabupaten Talaud saja ataupun disekitar mata air
dengan debit memadai yang telah dikelola instansi teknis. Sebagian memanfaatkan air
sungai, danau, dan sumber mata air. Sebagian kecil memanfaatkan air sumur dalam
yang dibangun oleh kantor DPU.
Secara umum masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan air bersih
meskipun dari hasil pengamatan terjadi penurunan volume debit sebagian besar sumber
mata air dalam beberapa waktu terakhir
Penyediaan air bersih non-perpipaan yang sehat serta sesuai standar mampu menjangkau
seluruh wilayah yang mempunyai potensi sumber air dan tidak terlayani oleh sistem
perpipaan.
Tabel 7. Kondisi Eksisting Non Perpiaan kab.Sangihe
Non Perpipaan
Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk
167 Sistem Perpipaan
Area pelayanan air minum sistem perpipaan sudah hampir menjangkau seluruh wilayah.
Namun demikian jangkauan yang luas tersebut belum disertai dengan tingkat pelayanan
yang memadai.. Pengelolaan sistem selain oleh PDAM dikelola Pemerintah. Pengembangan
sistem umunya dilaksanakan melalui APBD, sedangkan yang lainnya berasal dari sumber
dana hibah, APBN dan Swadaya Masyarakat/APBD. Berikut adalah kondisi eksisting Air
Minum Perpipaan.
Tabel 7. Kondisi perpipaan Kab Kepulauan Sangihe Perpipaan
Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana
(Prasarana) Air Minum
Sasaran penyediaan prasarana dan sarana air minum sesuai dengan RPJMD adalah
meningkatkan jangkauan pelayanan air minum di seluruh permukiman di Kabupaten Talaud
(perkotaan maupun perdesaan) dengan tingkat pelayanan penduduk minimal 85%
Rumusan Masalah
a) Masih rendahnya tingkat layanan air minum kepada masyarakat, baik dari aspek penerima
manfaat maupun volume dan waktu pelayanan.
b) Laju peningkatan pemenuhan kebutuhan air minum yang lebih lambat dari pada tingkat
perkembangan kebutuhan masyarakat
c) Terbatasnya kemampuan masyarakat dalam penyediaan prasarana dan sarana air minum
dan pemeliharaannya.
Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana Air Minum
Kebutuhan Air Bersih
Penyediaan air bersih dalam perencanaan merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan, mengingat penggunaannya sangat luas untuk itu haruslah aman dan higienis.
Kebutuhan air bersih di Kabupaten Talaud terbagi atas kebutuhan domestik, kebutuhan non
168 1. Kebutuhan Domestik
Untuk menentukan kebutuhan air pada perencanaan selanjutnya, maka ditentukan konsumsi
air bersih berdasarkan pada kondisi saat ini dan standar yang berlaku. Konsumsi air bersih
menurut standar kriteria perencanaan yang ada didasarkan atas jumlah penduduk kota atau
suatu wilayah. Standar perencanaan tersebut dijelaskan seperti pada tabel berikut tabel :
Tabel 7 Standar Kriteria Desain Kebutuhan Air Bersih
No. Kategori Kota Jumlah Penduduk
(Jiwa
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, Dept PU
2. Kebutuhan Non Domestik
Besarnya kebutuhan air bersih industri tergantung kepada jenis industri yang ada. Beberapa
industri membutuhkan air yang cukup besar, tetapi ada yang hanya membutuhkan kecil.
Penentuan zona dan kawasan industri juga terdapat perbedaan dalam standar
kebutuhannya, dalam kontek Kota Kotamoobagu kebutuhan air bersih dikategorikan kecil
mengingat belum ada industri maupun zona industri yang eksis disana.
Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum
Tinjauan terhadap sistem prasarana dan sarana air minum yang ada Kabupaten Talaud
baik dari unit air baku, transmisi, produksi dan distribusi dijelaskan sebagai berikut:
a) Analisis permasalahan sumber air yang telah dimanfaatkan
1) Kapasitas sumber air yang ada pada umumnya tersedia dalam jumlah/volume
yang memadai dan dapat mensuplai kebutuhan penduduk baik di perdesaan
maupun perkotaan
2) Kualitas sumber air yang ada dapat langsung didistribusikan tanpa perlu
teknologi pengolahan yang rumit
b) Analisis kondisi permasalahan unit transmisi
1) Pada umumnya kondisi perpipaan transmisi yang ada masih belum mampu
untuk digunakan pada kapasitas kebutuhan air yang diperlukan.
2) Bentuk pembangunan yang diperlukan adalah penambahan jalur pipa baru,
rehabilitasi pipa transmisi yang ada, atau peningkatan volume/diameter pipa
169
3) Volume pengembangan yang dibutuhkan minimal 2 kali dari kondisi yang ada
saat ini.
c) Analisis kondisi dan permasalahan unit produksi
1) Unit produksi yang ada pada umumnya tidak mampu mensuplai kebutuhan air
yang diperlukan dalam kapasitas maksimum hari.
2) Bentuk pengembangan yang diperlukan adalah peningkatan kapasitas atau
penambahan unit baru
d) Analisis kondisi unit distribusi
1) Kondisi jaringan saat ini pada umumnya belum cukup untuk melayani
kebutuhan, serta belum menjangkau kawasan pelayanan
2) Bentuk pengembangan yang diperlukan adalah rehabilitasi/ penggantian pipa
untuk menanggulangi kebocoran serta penambahan jaringan baru.
e) Analisis/perhitungan penambahan sambungan (unit layanan)
Kebutuhan terhadap sambungan rumah, TA/HU/KU serta sambungan lain yang
diperlukan sekitar 40% dari kondisi saat ini
f) Analisis terhadap kemampuan pelanggan
Kemampuan masyarakat dalam pengelolaan SPAM melalui pembayaran
iuran/retribusi air belum optimal, dengan demikian diperlukan suatu kegiatan
pemberdayaan masyarakat demi optimalisasi pengelolaan SPAM.
Analisis Kebutuhan Program
Analisis kebutuhan program disesuaikan dengan kebijakan pemerintah serta
sasaran-sasaran pembangunan sesuai dengan dokumen-dokumen perencanaan yang tersedia
(RTRW dan RPJMD)
Sistem Prasarana Yang Diusulkan
Sistem Non Perpipaan
Daerah pelayanan sistem non perpipaan di Kabupaten Talaud adalah kawasan-kawasan yang
memiliki sumber air baku memadai (air tanah, sungai/danau) dan sulit dijangkau oleh
pelayanan air minum sistem perpipaan. Sumber air yang dapat digunakan adalah air tanah
(melalui pengeboran) atau menggunakan sumber air permukaan (sungai/danau) dengan
sistem pompa.
Sistem Perpipaan
Sistem prasarana air minum perpipaan sampai dengan tahun 2013 diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan domestik dan kebutuhan-kebutuhan lainnya dengan parameter
capaian sistem:
a) Kapasitas sistem 35.000 m3 per hari
b) Sumber air minum:
1) Kapasitas air di sumber:
170
- Debit Mata air > 320 lt/det
- Danau > 5 lt/det
- Sumber air lainnya >10lt/det
2) Kapasitas yang diambil < 300 lt/det
3) Jarak unit produksi dari daerah pelayanan < 1 - 6 km
4) Sistem pengambilan ;
Sumber air ditentukan dengan mempertimbangkan:
- Kuantitas dan kualitas sumber air
- Kemudahan dalam konstruksi unit air baku
- Keamanan pengoperasian
- Biaya dalam pengolahan air dan perawatan unit produksi
- Potensi pencemaran terhadap sumber air
- Kemudahan dalam memperbesar kapasitas unit air baku di masa mendatang
c) Unit Transmisi:
1) Panjang unit transmisi < 1 - 4 km
2) Dimensi dan jenis transmisi (saluran tertutup 2,5 –5”, pipa PVC, Besi)
3) Sistem pengaliran (pompa, gravitasi)
d) Instalasi Pengolahan Air Baku (IPA)
1) Jumlah dan jenis 14
2) Kapasitas 385 lt/det
3) Spesifikasi teknis lainnya
e) Unit produksi
1) Penyediaan kapasitas unit produksi
Reservoir
- Dimensi panjang, diameter dan jenis pipa
Unit pelayanan
- Julah sambungan rumah domestik
- Jumlah sambungan non domestik
- Jumlah TA/HU/KU
Bangunan Pelengkap
- Jenis dan jumlah
- Manfaat dan peruntukan
171 Kebijakan Program dan Kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Yang menjadi program, sasaran, pola pengelolaan, penanganan, dan kontribusi
pemerintah daerah di bidang air minum adalah sebagai berikut:
a) Program pembangunan prasarana air minum melalui pendekatan masyarakatan di
desa miskin dan rawan air
1) Target:
- Desa-desa yang masuk kategori desa miskin atau rawan air
- Desa-desa yang berlokasi di pesisir atau pulau terpencil
- Desa yang sudah terbentuk kelompok masyarakat penyelenggara SPAM
2) Pola pengelolaan: oleh masyarakat/koperasi/kelompok masyarakat
3) Penanganan: Unit air baku, Unit produksi, serta Unit transmisi dan distribusi
utama
4) Kontribusi pemerintah daerah:
- Pembinaan kepada pengelola/penyelenggara SPAM dan masyarakat
- Konsistensi dalam pengembangan SPAM
- Pendanaan untuk unit distribusi dan pelayanan
b) Program pengembangan air minum di ibukota kabupaten
1) Target:
- Ibukota kabupaten baru dan telah memiliki rencana induk SPAM
- Kabupaten/kota yang sudah memiliki badan usaha sebagai penyelenggara
SPAM
- Desa yang sudah terbentuk kelompok masyarakat penyelenggara SPAM
2) Pola pengelolaan: oleh PDAM dengan azas pengusahaan
3) Penanganan: Unit air baku, Unit produksi, dan Unit transmisi
4) Kontribusi pemerintah daerah:
- Pembinaan kepada pengelola
- Konsistensi dalam pengembangan SPAM
- Pendanaan untuk unit distribusi dan pelayanan
c) Program pengembangan air minum di ibukota kecamatan (IKK) yang belum
mempunyai sistem dan rawan air
1) Target:
- IKK yang belum memiliki SPAM
2) IKK yang telah diverifikasi dan memiliki kesiapan sumber air baku, serta memiliki
DED pengembangan SPAM
3) Pola pengelolaan: oleh institusi (BLU/PDAM/Koperasi)
4) Penanganan: Unit air baku, Unit produksi, dan Unit transmisi
5) Kontribusi pemerintah daerah:
- Pembinaan kepada pengelola
172
- Pendanaan untuk unit distribusi dan pelayanan
d) Program penyediaan air minum bagi kawasan RSH/Rusunawa
1) Target:
- Kawasan RSH/komplek Rusunawa yang termasuk sasaran berdasarkan
kesepakatan dengan dirjen ciptakarya dan departemen PU dan Menpera
- Kawasan yang menjadi lokasi pembangunan RSH/Rusuna yang telah dibangun
dan telah mulai dihuni dan diperuntukan bagi PNS/TNI/POLRI atau MBR, serta
memiliki kesanggupan dan koordinasi dengan pihak pengguan
2) Pola pengelolaan: oleh BLU/PDAM/Developer
3) Penanganan: Unit air baku, Unit produksi, serta Unit transmisi dan distribusi
utama
4) Kontribusi pemerintah daerah:
- Pembinaan kepada pengelola
- Konsistensi dalam pengembangan SPAM
- Pendanaan untuk unit distribusi dan pelayanan
e) Program penyehatan PDAM
1) Target: PDAM tidak sehat dengan permasalahan teknis yang dominan dalam
memberikan kotribusi ketidaksehatannya
2) Pola pengelolaan: oleh PDAM
3) Penanganan:
- Melakukan studi detail permasalahan PDAM secara umum, dan permasalahan
teknis secara khusus serta rekomendasi solusi teknis yang dibutuhkan
- Melaksanakan pembinaan teknis penyusunan corporate plan PDAM yang
dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan pengelolaan dan staging
pengembangan sistem
- Pembangunan unit transmisi dan distribusi utama sebagai bagian dari
optimalisasi kapasitas yang tidak terpakai
- Penyusunan program dan pelaksanaan penurunan tingkat kehilangan air
termasuk penurunan tingkat air tak berekening (ATR)
4) Kontribusi pemerintah daerah:
- Konsistensi dalam upaya perbaikan kinerja teknis, keuangan dan administrasi
PDAM
- Konsisten dalam upaya perbaikan kinerja SDM
- Konsisten dalam upaya perbaikan tarif
- Tidak mengharuskan PDAM untuk berkontribusi PAD
- Mendorong PDAM agar bisa mandiri dan full cost reconery
f) Program pembangunan prasarana dan sarana air minum di perkotaan
1) Target: Kawasan kumuh perkotaan/nelayan yang belum memiliki SPAM dan
173
2) Pola pengelolaan: oleh BLU/PDAM/Masyarakat/Koperasi
3) Penanganan: Unit air baku, Unit produksi, serta Unit transmisi dan distribusi
utama
4) Kontribusi pemerintah daerah:
- Pembinaan kepada pengelola
- Konsistensi dalam pengembangan SPAM
5) Khusus untuk pelayanan dari PDAM:
- PDAM mempunyai kapasitas yang belum termanfaatkan
151
Tabel 7. 8 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM
NO URAIAN OUTPUT / SUB OUTPUT DETAIL LOKASI VOL SAT TAHUN
1 Peningkatan infrastruktur Air Bersih Kecamatan Manganitu Selatan Kab. Kepulauan Sangihe 1 PDAM 2017
2 Peningkatan infrastruktur Air Bersih Kecamatan Manganitu Selatan Lapango, Manganitu Selatan 2 PDAM 2017
3 Pembangunan Jaringan Air Bersih Batunderang, Manganitu Selatan 1 PDAM 2018
4 Pembangunan SPAM di Kawasan Kumuh Makalekuhe, Tamako 1 L/Detik 2018
151 7.4 Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)
Program dan kegiatan di bidang pengelolaan air limbah bertujuan untuk mencapai kondisi
masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran
air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal
wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa
mandi, cuci, dapur, dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri
rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Bebahaya (B3). Air limbah
permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air
permukaan dan air tanah, di samping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare,
thypus, kolera, dll.
Sasaran program dan kegiatan pengelolaan air limbah permukiman yaitu:
Pencapaian open defecation free hingga akhir 2014
Peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun hingga
mencapai 60% akhir tahun 2014
Pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air
limbah dan berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan
air limbah dan tinja hingga 50% di akhir tahun 2014
Upaya pencapaian sasaran dilakukan melalui:
Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site
maupun off-site di perkotaan dan perdesaan
Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air
limbah permukiman
Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
Penguatan kelembagaan
Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan
AIR LIMBAH
a. Aspek Teknis
Prasarana dan sarana air limbah di Kabupaten Talaud masih sangat terbatas. Sistem
prasarana dan sarana air limbah (on-site dan/atau off-site system) belum terbangun,
khususnya untuk kebutuhan masyarakat umum.
Jumlah prasarana dan sarana air limbah, dan tingkat pelayanan prasarana dan sarana air
limbah diuraikan sebagaimana pada tabel berikut.
b. Aspek Pendanaan
Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah masih sangat terbatas. IPAL yang
terbangun hanya di rumah sakit dan puskesmas, dengan sumber dana dari APBN dan APBD
Kabupaten. IPLT belum terbangun. Pengurasan tangki septik dilakukan oleh perusahaan
152
c. Aspek Kelembagaan Pelayanan Air Limbah
Organisasi khusus yang menangani pengelolaan air limbah di Kabupaten Talaud saat ini
belum dibentuk. Penanganan air limbah ditangani langsung oleh SKPD yang membangun
instalasi pengelolaan limbah (seperti rumah sakit/puskesmas). Pengembangan prasarana dan
sarana air limbah lainnya ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum.
d. Aspek Peraturan Perundangan
Peraturan-peraturan yang terkait dengan pengelolaan air limbah di Kabupaten
Talaud sampai saat ini masih mengacu pada peraturan-peraturan pemerintah, sedangkan di
tingkat pemerintah daerah belum dibentuk.
e. Aspek Peran Serta Masyarakat
Kegiatan yang dilaksanakan baik oleh masyarakat, LSM atau swasta dalam pengelolaan ar
limbah di Kabupaten Talaud masih sangat terbatas.
Beberapa peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan air limbah antara lain:
Semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk membangun wadah
pengumpulan lumpur tinja (Septik Tank).
Kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan guna meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan air limbah dalam bentuk kegitan-kegiatan
penyuluhan, promosi, diseminasi oleh istansi dinas kesehatan, pengelola
persampahan dan pekerjaan umum.
f. Aspek Lingkungan
Dampak yang ditimbulkan oleh air limbah terhadap lingkungan adalah terkait
dengan derajat kesehatan masyarakat, pencemaran air tanah dan pencemaran
air permukaan. Air limbah rumah tangga pada umumnya dialirkan kembali ke
permukaan tanah (belum dilakukan pengolahan). Hal tersebut akan berakibat
pada penurunan kualitas sumber-sumber air yang digunakan masyarakat untuk
aktivitas mandi, mencuci atau bahkan untuk dikonsumsi sebagai sumber air
minum/memasak. Akibat selanjutnya adalah akan terjadi bermacam-macam
kejadian penyakit, yang tentu saja akan meurunkan derajat kesehatan
masyarakat.
Analisis Kebutuhan Pengelolaan Air Limbah
Analisis Permasalahan
Sasaran pencapaian pengelolaan air limbah Kabupaten Talaud didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan utama sebagai berikut:
a). Pemenuhan kebutuhan dasar
Kebutuhan penduduk perkotaan dan perdesaan terhadap akses pelayanan air limbah dalam
rangka pemenuhan kebutuhan dasar bagi kesehatan masyarakat sudah cukup mendesak.
b). Meningkatkan keberlanjutan lingkungan
Sebagian besar permukiman yang ada belum memiliki suatu sistem pengelolaan air limbah
153 limbah tinja, hanya dilepaskan kembali ke alam melalui permukaan tanah, sungai atau
saluran drainase tanpa melalui proses pengolahan sebelumnya. Kondisi tersebut
dikhawatirkan akan mencemari sumber-sumber air dan lingkungan permuiman yang pada
gilirannya dapat mengganggu kesehatan masyarakat.
c). Pemenuhan kebutuhan pembangunan ekonomi perkotaan
Penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air limbah di kawasan-kawasan prioritas
dalam rangka peningkatan perekonomian di Kabupaten Talaud meliputi 4 Kecamatan.
Berdasarkan analisis permasalahan, usulah alternatif pemecahan masalah pengelolaan air
limbah di Kabupaten Talaud adalah penerapan dan pengembangan sistem yang baru guna
meningkatkan kinerja sistem air limbah yang ada.Sebagai acuan dalam pemilihan teknologi
air limbah adalah sebagaimana yang digambarkan pada gambar berikut:
Gambar 7. 2 Algoritma Pilihan Teknologi Sistem Pengolahan air Limbah Permukiman
Dengan memperhatikan kebutuhan peningkatan pelayanan, pengembangan pembangunan
prasarana dan sarana, serta kemampuan pembiayaan, kapasitas kelembagaan, kesiapan
masyarakat serta perangkat pengaturan maka alternatif terpilih sebagai rekomendasi
peningkatan pengelolaan air limbah Kabupaten Talaud adalah sebagai berikut:
a). Pengembangan kelembagaan pengelolaan air limbah
b). Pengembangan prasarana dan saranna air limbah
c). Pengembangan kapasitas pembiayaan
154 Tabel 7. Kondisi Eksisting Air Limbah
Tabel 7. Proyeksi Air Limbah
Kab/ Kota
Proyeksi Jumlah
Penduduk Tahun
2021
Limbah Cair Domestik Limbah Cair Non Domestik
Blackwater Grey Water Blackwater Greywater
(ltr/org/hari) (ltr/org/hari) (ltr/org/hari) (ltr/org/hari)
Kab. Kepulauan
Sangihe
94173 78163 9517272 19541 2354318
Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan air Limbah
Program Yang Diusulkan
Berdasarkan rekomendasi hasil analisis masalah pengelolaan air limbah maka usulan sistem
prasarana dan sarana air limbah yang ingin dicapai didasarkan pada paket-paket fungsional
dan prioritas penanganan sesuai dengan kebijakan dan strategi pembangunan secara
nasional maupun daerah, dengan kriteria kriteria penanganan air limbah antara lain
mencakup:
a. Program pengembangan pengelolaan air limbah yang disusun didasarkan
perencanaan yang matang dengan mengacu pada masterplan atau outline plan
(kota kecil/sedang) serta perangkat dokumen perencanaan lainnya.
b. Pembangunan prasrana air limbah skala komunitas berbasis masyarakat diarahkan
pada kawasan kumuh perkotaan, masyarakat pendapatan rendah dan rawan
sanitasi
c. Peningkatan pelayanan prasrana air limbah terpusat untuk kawasan RSH
diprioritaskan pada kawasan perumahan PNS/TNI POLRI dan masyarakat
berpengahasilan rendah.
d. Pengembangan pelayanan dengan sistem off-site/terpusat atau sewerage
diprioritaskan untuk perluasan layanan pada lokasi-lokasi yang telah mempunyai
sistem off–site, serta kota metropolitan dan besar didorong untuk membangun
155
e. Pengembangan pengelolaan sanitasi dengan sistem on-site perlu dilengkapi dengan
instalasi pengolahan luimpur tinja untuk mengolah lumpur yang mengendap pada
tangki septik yang digunakan penduduk.
Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Program dan kegiatan di bidang pengelolaan air limbah bertujuan untuk mencapai kondisi
masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah.
Sasaran program dan kegiatan pengelolaan persampahan yaitu:
- Meningkatkan jumlah sampah terangkut
- Meningkatkan kinerja pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir yang berwawasan lingkungan
Upaya pencapaian sasaran dilakukan melalui:
- Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya
- Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan
- Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan
Sasaran umum yang hendak dicapai yaitu: 1) pencapaian cakupan pelayanan 60% penduduk;
2) pencapaian pengurangan kuantitas sampah sebesar 20%; 3) tercapainya peningkatan
kualitas pengelolaan TPA menjadi sanitary landfill untuk kota besar dan controlled landfill
untuk kota sedang dan kecil, serta tidak dioperasikannya TPA secara open dumping
selambat-lambatnya hingga tahun 2013.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem pengelolaan
persampahan antara lain:
- Peran daerah dalam pengembangan wilayah
- Rencana Pembangunan Daerah
- Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi daerah
- Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan
- Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk Sistem Pengelolaan
Persampahan
- Kerangka kerja logis (logical framework) penilaian kelayakan investasi pengelolaan
persampahan
- Keterpaduan pengelolaan persampahan dengan sistem sektor lain dilaksanakan pada setiap
tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap
perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik
- Memperhatikan peraturan perundangan dan pedoman yang tersedia
- Tingkat kelayakan pelayanan, dan efisiensi pengelolaan persampahan di daerah
- Sebagai suatu prasarana dan sarana yang tidak saja penting bagi peningkatan lingkungan
masyarakat tapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan
- Sumber pendanaan dari berbagai pihak, baik masyarakat, swasta dan pemerintah
156
- Investasi prasarana dan sarana pengelolaan persampahan memperhatikan kelayakan
terutama dalam hal pemulihan biaya operasi dan pemeliharaan
- Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan prasarana
dan sarana persampahan, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut.
- Safeguard sosial dan lingkungan
Persampahan
- Menciptakan kesadaran seluruh stakeholders terhadap pentingnya peningkatan
pelayanan persampahan. Meningkatkan peran serta seluruh stakeholders dalam upaya
mencapai sasaran pembangunan persampahan hingga akhir tahun 2013. Menciptakan
iklim yang kondusif bagi sektor swasta untuk turut secara aktif dalam
handling-transportation dan pengelolaan tempat pembuangan akhir (TPA). Menciptakan regulasi
yang mengatur kemitraan pemerintah-swasta (public-private-partnership) dalam
pengelolaan persampahan. Mendorong terbentuknya regionalisasi pengelolaan
persampahan. Meningkatnya kinerja pengelolaan sampah melalui uji kompetensi,
pendidikan, pelatihan, dan perbaikan pelayanan kesehatan. Meningkatnya kinerja dalam
pengelolaan TPA dengan sistem sanitary landfill.
- Pemberdayaan masyarakat serta penyediaan fasilitas dan peningkatan pelayanan publik,
lingkungan pemukiman yang asri dan bersih, serta sistem keamanan daerah
- Program : Pengembangan pengelolaan persampahan
- Penyediaan, peningkatan operasi, dan pemeliharaan prasarana dan sarana
pengelolaan persampahan.
- Kampanye penyadaran publik (public awareness campaign) mengenai 3R (reduce,
reuse, recycle).
- Pengembangan pusat-pusat daur ulang (recycle centers) berbasis masyarakat.
- Pengembangan kapasitas bagi pemulung.
- Pengembangan vermin compost dan pengomposan berbasis masyarakat.
- Proyek percontohan pengembangan produk pertanian organik skala kecil sebagai
upaya pengembangan pasar kompos.
- Pemasyarakatan struktur pembiayaan dalam penanganan persampahan.
- Menyusun peraturan daerah tentang pengelolaan persampahan.
- Penyusunan kebijakan, strategi, dan rencana tindak penanggulangan sampah.
- Pelaksanaan proyek percontohan regionalisasi penanganan persampahan.
- Proyek percontohan kerjasama pemerintah daerah dan swasta dalam
pengelolaan persampahan.
- Restrukturisasi dan korporitisasi PD Kebersihan dan/atau Dinas Kebersihan yang
menangani persampahan.
- Pengembangan SDM melalui pendidikan dan pelatihan bagi pegawai institusi yang
157
- Peningkatan kuantitas dan kuatitas pengangkutan persampahan.
- Pengembangan pemisahan sampah organik dan un-organik.
- Peningkatan kualitas pengelolaan tempat pembuangan akhir dengan standar
sanitary landfill system.
- Penyusunan studi kelayakan pemanfaatan WTE-incenerator (waste to energy)
dalam pengelolaan sampah.
- Peningkatan kerja sama antara pemerintah dan swasta (Badan Usaha Milik
Swasta) melalui kontrak manajemen (contract management), sewa beli
(leasing),built operate and transfer (BOT), dan built operate and own (BOO) untuk
pengelolaan sampah.
- Pengembangan teknologi tepat guna bidang persampahan.
- Perbaikan prasarana dan sarana persampahan yang rusak.
- Pengembangan institusi PD/Dinas/Badan Kebersihan yang profesional,
transparan, dan akuntabel.
- Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah
o Monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
Program, sasaran, pola pengelolaan, penanganan, dan kontribusi pemerintah daerah di
sektor persampahan adalah sebagai berikut:
a. Program Pembinaan Sistem Pengelolaan Persampahan
1) Sasaran:
- Peningkatan pengembangan perangkat pengaturan dan standar,
pedoman dan manual bidang pengelolaan persampahan
- Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola
dan sumberdaya manusia serta adanya pemisahan peran operator
dan regulator
2) Strategi Pendekatan: tanggap kebutuhan
3) Penanganan: fasilitasi, koordinasi dengan instansi terkait maupun antar
daerah, pendampingan, pemberdayaan kepada masyarakat, uji coba dll.
4) Kontribusi Pemerintah Daerah: pengembangan Perda, perkuatan institusi,
kelembagaan pengelola, serta sumberdaya manusia, dukungan sosial politik,
pendanaan, pembinaan sistem pengelolaan, dll
b. Program Pengembangan Perencanaan Pengelolaan Persampahan
1) Sasaran: tersusunnya PJM dan masterplan/outline plan atau perencanaan
teknis dan manajemen persampahan (PTMP) sektor persampahan daerah
2) Strategi Pendekatan: perkuatan program dan perencanaan
3) Penanganan: penyusunan dokumen-dokumen perencanaan sistem
158
4) Kontribusi Pemerintah Daerah: penerapan pembangunan secara konsisten
berdasarkan perencanaan yang telah disusun, perkuatan status dokumen
perencanaan.
c. Program Pengurangan Timbulan Sampah
1) Sasaran:Pengurangan volume sampah hingga 20% sejak dari sumber melalui
peningkatan upaya pemilahan, pemanfaatan, daur ulang sampah dan
pembuatan kompos dengan skala individu, kawasan/lingkungan dan skala
kota
2) Strategi Pendekatan: kampanye dan gerakan moral, uji coba dan replikasi
3) Penanganan : penyediaan dan pelatihan fasilitator, pelaksanaan replikasi
kegiatan pengurangan sampah secara bertahap.
4) Kontribusi Pemerintah Daerah: dukungan penyediaan prasarana dan sarana
pengolahan sampah serta pemberian insentif bagi pihak-pihak yang berhasil
melakukan pengurangan sampah.
d. Program Perluasan Cakupan Pelayanan Persampahan
1) Sasaran:
- Peningkatan pelayanan pengumpulan dan pengengkutan sampah ke
TPA secara bertahap sesuai kriteria
- Peningkatan sistem pelayanan dan pengolahan secara terpadu
melalui sistem pengolahan antara
2) Strategi Pendekatan: identifikasi kebutuhan pelayanan untuk jangka waktu 5
tahun yang disesuaikan dengan rencana pengembangan daerah
3) Penanganan: penyediaan prasarana dan sarana sesuai kebutuhan pelayanan
4) Kontribusi Pemerintah Daerah: dukungan dana investasi untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan dan biaya operasi/manajemen sesuai kebutuhan.
e. Program Peningkatan Kualitas Sistem Pengolahan Akhir Sampah
1) Sasaran:
- Peningkatan sistem pengolahan akhir sampah untuk melindungai
sumberdaya lingkungan minimal controlled landfill dan sanitary
landfill
- Peningkatan efisiensi pengelolaan persampahan melalui kerjasama
antar daerah secara regional.
2) Strategi Pendekatan: rehabilitasi TPA open dumping secara bertahap,
menyediakan lokasi TPA baru sesuai persyaratan teknis (SNI) dan menyiapkan
dokumen perencanaan/SOP/pemantauan dan biaya investasi, operasi dan
manajemen
3) Penanganan: dapat dilakukan bersama dengan pihak provinsi dan pusat sesuai
159
4) Kontribusi Pemerintah Daerah: penyiapan dokumen perencanaan,
pembebasan lahan TPA sesuai ketentuan, sharing investasi, biaya
operasi/pengelolaan sesuai kebutuhan.
f. Program Peningkatan Pengelolaan Sampah Terpadu Mendukung Perlindungan
Sumberdaya Air
1) Sasaran:
- Peningkatan penanganan sampah secara terpadu lintas sektor
melindungi sumberdaya air di kawasan potensial pencemaran oleh
sampah permukiman
- Pengembangan eco drain, penanganan terintegrasi meningkatkan
kualitas saluran drainase/badan air dari pencemaran akibat sampah
dan air limbah
2) Strategi Pendekatan: menyiapkan perencanaan eco drain dan penyiapan
peraturan keterpaduan pengelolaan sampah, drainase dan air limbah.
3) Penanganan: pembersihan sampah saluran/sungai, penyediaan prasarana dan
sarana persampahan/air limbah dan kampanye perumahan perilaku
masyarakat dalam pola pembuanagn limbah
4) Kontribusi Pemerintah Daerah: dukungan penyiapan peraturan, perencanaan
dan investasi prasarana dan sarana yang dibutuhkan.
g. Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan Swasta Meningkatkan Sistem
Pengelolaan Persampahan
1) Sasaran:
- Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pengurangan
timbulan dan pengelolaan sampah
- Menggerakan keterlibatan swasta dalam pengurangan produksi
sampah dan peningkatan prasarana dan sarana pengumpulan,
pengangkutan dan pengolahan sampah.
2) Strategi Pendekatan: kampanye dan pengembangan business plan
3) Penanganan: pelaksanaan kampanye, uji coba dan pemberian insentif
4) Kontribusi Pemerintah Daerah: dukungan penyiapan perencanaan dan
business plan.
h. Program Pembangunan Kapasitas Pendanaan Pengelolaan Persampahan
1) Sasaran: peningkatan sumber pendanaan pembangunan dan pengelolaan
persampahan
2) Strategi Pendekatan: penggalian alternatif sumber pendanaan
3) Penanganan: penyusunan rencana investasi prasarana dan sarana
persampahan, peningkatan investasi swasta, pengembangan sistem
pendanaan termasuk untuk biaya operasi dan pemeliharaan, peningkatan
160
4) Kontribusi Pemerintah Daerah: mengembangkan sistem pendanaan
berdasarkan perencanaan investasi mantap.
i. Program Promosi Sistem Pengelolaan Sampah
1) Sasaran:
- Penyebarluasan informasi dan peningkatan pemahaman dan
kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan dalam
pembangunan dan pengelolaan sistem persampahan
- Pengurangan resiko pencemaran dan penerapan konsep waste to
energy prioritas pada kota dengan kelembagaan pengelola sampah
yang telah mantap
2) Strategi Pendekatan: pengembangan strategi promosi dan ketepatan sasaran
penyebaran informasi
3) Penanganan: edukasi, penyuluhan, kampanye, sosialisasi, uji
coba/percontohan sistem 3 R (reduce, reuse and recycle) serta penerapan
Clean Development Mechanism (CDM)
4) Kontribusi Pemerintah Daerah: pendanaan secara kontinyu dll.
j. Program Pengembangan Inovasi Teknologi Sistem Pengelolaan Persampahan
1) Sasaran: peningkatan kualitas sistem pengelolaan persampahan ramah
lingkungan
2) Strategi Pendekatan: oenelitian dan pengembangan teknologi pengolahan
sampah dan uji coba
3) Penanganan: pelaksanaan penelitian dan pengembangan
- 4) Kontribusi Pemerintah Daerah: pelaksanaan uji coba dalam skala lapangan.
- Bentuk pengelola dalam rangka pengelolaan persampahan masih dilaksanakan oleh
pengelola kebersihan daerah dalam hal ini oleh Dinas Pasar dan Kebersihan. Cakupan
pelayanan pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh masyarakat (individu dan
komunal) dan badan usaha/swasta belum ada. Beberapa skala pengelolaan dan bentuk
pengelola persampahan yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut.
Skala pengelolaan sampah secara berurutan meliputi:
- Skala individu: yaitu pengelolaan individual yang dilakukan oleh satu sumber atas
sampah yang dihasilkan sendiri oleh sumber tersebut
- Skala kawasan/lingkungan: yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani suatu
kelompok masyarakat yang terdiri atas sekurang-kurangnya 100 KK tetapi tidak lebih
dari 1 wilayah kecamatan
- Skala kota: yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani sebagian masyarakat
yang tinggal dalam suatu wilayah kota yang karena alasan kelayakan ekonomi dan
teknis maka perlu terdiri atas sekurang-kurangnya 10% dari jumlah penduduk kota