7.1
Pengembangan Permukiman
7.1.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Isu strategis dalam bidang Pengembangan Permukiman terkait dengan kawasan kumuh
di perkotaan dan kondisi infrastruktur yang tersebar di Kabupaten Tasikmalaya. Adapun isu
strategis pengembangan permukiman di Kabupaten Tasikmalaya seperti yang dijelaskan pada
tabel dibawah ini.
Tabel 7.1
Isu-isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kabupaten Tasikmalaya
No Isu Strategis Keterangan
1 Masih kurangnya Dokumen Perencanaan Sektor Pengembangan Permukiman
2 Belum tuntasnya penanganan kawasan kumuh dan rumah tidak layak huni
3 Banyaknya permohonan pembangunan jalan lingkungan di Kabupaten Tasikmalaya
4
Belum optimalnya sarana dan prasarana dasar permukiman yang mendukung aksebilitas masyarakat berpenghasilsan rendah di perkotaan dan perdesaan, dikarenakan keterbatasan anggaran Daerah
Sumber : Renstra Distarkim 2016 - 2021
Perkembangan Permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial
budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat
dan alam lingkungannya, pada akhirnya tujuan pengembangan permukiman adalah untuk :
1. Mengarahkan pemerataan pertumbuhan dan perkembangan wilayah.
2. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (Prasarana dan sarana dasar
permukiman).
3. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan
teratur.
4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui pengembangan permukiman.
7.1.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib
memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni,
sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan Permukiman baik di perkotaan
maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan
perdesaan yang sehat dan layak huni (liveble), aman, nyaman, damai dan berkelanjutan serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Kondisi permukiman perkotaan di Kabupaten Tasikmalaya sangat erat dengan pesatnya
pembangunan dan perkembangan kota yang mengarah pada kegiatan perdagangan, hotel dan
restoran serta sektor jasa meningkatkan daya tarik bagi para penduduk, sehingga kebutuhan
perumahan juga akan semakin meningkat. Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan
permukiman di perkotaan membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh
demikian juga di wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Kawasan kumuh di Kabupaten Tasikmalaya
telah tercatat dalam SK Kumuh 648,11/Kep.283-Distarkim/2015. Untuk lebih mengetahui mengenai
kawasan kumuh yang terdapat di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.2
Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Tasikmalaya
No Kecamatan No Desa Luas
(Ha)
1 Ciawi
1 Gombong 1,3
2 Kertamukti 2,8
3 Kurniabakti 5,7
2 Rajapolah
4 Dawagung 9,0
5 Manggungjaya 7,0
6 Rajapolah 1,6
7 Tanjung Pura 5,0
3 Singaparna
8 Cikunten 2,6
9 Cipakat 2,7
10 Singaparna 4,0
4 Karangnunggal 11 Karangnunggal 10,6
12 Karang Mekar 2,9
5 Manonjaya 13 Kalimanggis 47,0
14 Kamulyan 11,0
6 Sukarame 15 Wargakerta 0,2
16 Padasuka 1,9
Jumlah Luasan 115,3
7.1.3 Permasalahan Dan Tantangan
Proses program pembangunan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Tasikmalaya
selama ini terkendala dengan belum adanya Dokumen Perencanaan Bidang Perumahan dan
Kawasan Permukiman. Hal ini pula yang menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan
pemrograman di Bidang PKP Kabupaten Tasikmalaya . Adapun untuk lebih jelasnya mengenai
permasalahan dan tantangan dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Tasikmalaya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.3
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Tasikmalaya
No Aspek Pengembangan Permukiman
Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
1 Aspek Teknis
1. Belum adanya dokumen Sektoral yang mendukung pelaksanaan kegiatan Pengembangan Permukiman 2. Belum adanya kegiatan
Pendataan terkait jumlah 2. SDM yang masih belum
optimal
3. Kebijakan yang masih belum berpihak kepada Bidang Cipta Karya
1. Sosialisasi kepada para petinggi kekuasaan di
2. Penyusunan data dasar mengenai kondisi criteria untuk pengajuan program pembangunan Pengembangan Permukiman.
2 Aspek Kelembagaan Masih kurangnya SDM
3 Aspek Pembiayaan
1. Belum optimalnya sarana dan prasarana dasar permukiman yang mendukung aksebilitas masyarakat berpenghasilsan rendah di perkotaan dan perdesaan, dikarenakan keterbatasan anggaran Daerah
2. Belum tuntasnya
penanganan kawasan kumuh perkotaan dan rumah tidak layak huni
Sumber : Renstra Distarkim 2016 – 2021 dan Analisis Tahun 2016
7.1.4 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting.
Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai.
Analisis kebutuhan juga harus mengacu pada target pengembangan permukiman yang termuat
Kabupaten Tasikmalaya diprioritaskan sesuai dengan arahan RPJMN tahun 2015 – 2019 yaitu
penuntasan kawasan permukiman kumuh hingga 0% di tahun 2019. Berdasarkan hal tersebut
maka disusunlan roadmap penuntasan kawasan kumuh seperti yang terlihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 7.4
Roadmap Penanganan Kawasan Kumuh Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Luas Kawasan Kumuh (Ha) 65,90 49,43 32,95 16,48 -
Roadmap Penanganan Kawasan Per
Tahun 16,48 16,48 16,48 16,48
Roadmap Gerakan 100-0-100 100% 75% 50% 25% 0%
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
7.1.5 Kriteria Persiapan Daerah
Dalam kegiatan usulan program pembangunan Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2017 – 2022 disesuaikan dengan ketersediaan readiness criteria. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, Kabupaten Tasikmalaya hingga tahun 2015 belum
mempunyai dokumen sektoral dan readiness criteria yang dapat mendukung kegiatan
pembangunan. Begitu pula dengan ketersediaan dana dalam hal ini DDUB sebagai pendamping
pelaksanaan kegiatan pembangunan, Kabupaten Tasikmalaya masih mengalami kendala dalam ha
tersebut.
7.1.6 Usulan Program Dan Kegiatan
A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi
eksisting dengan kebutuhan, maka disusunlah usulan program dan kegiatan. Usulan program dan
kegiatan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan kriteria kesiapan daerah. Untuk lebih
lengkapnya mengenai usulan dan prioritas program infrastruktur permukiman Kabupaten
Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.5
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Tasikmalaya No Kegiatan Volume Satuan Biaya ( x Rp 1.000.-) Lokasi
1
Penyusunan Dokumen RP2KPKP Kabupaten Tasikmalaya
No Kegiatan Volume Satuan Biaya ( x Rp 1.000.-) Lokasi
2
Penyusunan Profil Kawasan Kumuh Kabupaten
Tasikmalaya
16 Laporan 8.000.000 Kawasan Kumuh Kabupaten
Tasikmalaya
3 Revitalisasi Kawasan
Permukiman Kumuh 106,3 Ha 20.500.000
Kawasan Kumuh Kabupaten Tasikmalaya
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
B. Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman
Usulan pembiayaan dapat dijabarkan baik yang bersumber dari APBD Kabupaten
Tasikmalaya, APBD Provinsi Jawa Barat, APBN, maupun masyarakat dan swasta. Usulan
pembiayaan pembangunan permukiman di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 7.6
Usulan Pembiayaan Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Tasikmalaya
No Kegiatan
1 Penyusunan Dokumen RP2KPKP
Kabupaten Tasikmalaya 900 - - - 900
2 Penyusunan Profil Kawasan Kumuh
Kabupaten Tasikmalaya - - 8.000 - - - 8.000
3 Revitalisasi Kawasan Permukiman
Kumuh 2.500 6.000 12.000 - - - 20.500
4 Penataan Kawasan Terpilih Pusat
Pengembangan Desa (KTP2D) - 934 - - - - 934
5 Pendampingan Pelaksanaan Penataan
Kawasan Nelayan - - 200 - - - 200
6 Penyusunan DED PSD Permukiman
Pedesaan - - 400 - - - 400
7 Penataan Kawasan Permukiman
Perdesaan Agropolitan 4.500 - - - 4.500
Jumlah Anggaran 7.900 6.934 20.600 - - - 35.434
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
Usulan program pembangunan Pengembangan Permukiman Kabupaten Tasikmalaya
secara rinci telah tertuang dalam Indikasi Program RPIJM. Adapun untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel Lampiran 1 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
7.2
Penataan Bangunan Dan Lingkungan
7.2.1 Isu Strategis Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Penataan Bangunan dan Lingkungan merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan
lingkungan khususnya wujud fisik bangunan dan lingkungannya. Tujuan yang ingin dicapai dari
strategi penataan bangunan dan lingkungan. Adapun di Kabupaten Tasikmalaya, penataan
bangunan dan lingkungan masih belum menjadi isu prioritas pembangunan di Bidang Cipta Karya.
Berdasarkan hal tersebut terdapat beberapa isu strategis mengenai kondisi penataan bangunan
dan lingkungan di Kabupaten Tasikmalaya seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.7
Isu Strategis Penataan Bangunana dan Lingkungan Kabupaten Tasikmalaya No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis
1
Aspek Penyelenggaraan Bangunan Gedung Dan Rumah
Negara
1. Belum terealisasinya secara total pembangunan gedung kantor pemerintahan di Kawasan Pusat Pemerintahan
2. Pengelolaan data dan informasi pembangunan di kawasan pusat pemerintahan belum optimal
3. Perlunya pemeliharaan gedung-gedung pemerintahan secara berkala
2 Aspek Teknis
1. Masih kurangnya Dokumen Perencanaan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Tasikmalaya
2. Belum memiliki alat survey yang maksimal
3. Sarana dan prasarana yang masih terbatas dalam pengendalian dan pengawasan
4. Kurangnya sosialisasi peraturan perundang-undangan tentang perijinan
3 Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Keterbatasan SDM dalam perencanaan dan pengawasan bangunan gedung seringkali tidak dapat mengimbangi volume pekerjaan
Sumber : Renstra Distarkim 2016 - 2021
7.2.2 Kondisi Eksisting Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Kondisi penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Tasikmalaya belum dapat
dipaparkan secara mendetail. Hal ini dikarenakan masih belum adanya dokumen perencanaan
pendukung yang dapat menjelaskan mengenai kondisi eksisting PBL di Kabupaten Tasikmalaya.
Secara umum Kabupaten Tasikmalaya telah memiliki Peraturan Daerah (Perda)
Kabupaten Tasikmalaya No 8 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung. Dimana dalam Perda
Bangunan Gedung tersebut sebagai suatu landasan hukum yang digunakan untuk membantu
menata pembangunan agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tasikmalaya.
Selain itu juga adanya Perda Bangunan Gedung membantu mewujdukan pembangunan yang
berwawasan lingkungan dengan melalui adanya kegiatan penertiban dan penataan bangunan
7.2.3 Permasalahan Dan Tantangan
Permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten
Tasikmalaya dirinci berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek
peran serta masyarakat/swasta dan aspek lingkungan permukiman yang meliputi kegiatan
penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah
negara serta kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.
Permasalahan dan tantangan serta solusi alternatif pemecahannya dalam penataan bangunan dan
lingkungan di Kabupaten Tasikmalaya meliputi :
1. Masih kurangnya Dokumen Perencanaan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan di
Kabupaten Tasikmalaya
2. Keterbatasan SDM dalam perencanaan dan pengawasan bangunan gedung seringkali tidak
dapat mengimbangi volume pekerjaan
3. Belum terealisasinya secara total pembangunan gedung kantor pemerintahan di Kawasan
Pusat Pemerintahan
4. Pengelolaan data dan informasi pembangunan di kawasan pusat pemerintahan belum optimal
5. Belum memiliki alat survey yang maksimal
6. Sarana dan prasarana yang masih terbatas dalam pengendalian dan pengawasan
7. Kurangnya sosialisasi peraturan perundang-undangan tentang perijinan
8. Perlunya pemeliharaan gedung-gedung pemerintahan secara berkala.
7.2.4 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Analisis kebutuhan program dan kegiatan sektor penataan bangunan dan lingkungan
mengacu pada lingkup tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk sektor penataan bangunan dan
lingkungan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010. Pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, dijabarkan
bahwa kegiatan penataan bangunan dan lingkungan meliputi:
1. Peraturan Penataan Bangunan Lingkungan
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung
3. Penataan Bangunan
4. Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
5. Revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan
6. Pengembangan Kawasan Destinasi Wisata
7. Rawan Bencana
8. Kawasan Tematik Perkotaan dan Khusus Lainnya
Adapun berdasarkan peraturan diatas maka dapat diidentifikasi kebutuhan Kabupaten
Tasikmalaya dalam penyelenggaran pemenuhan kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan.
Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan Kabupaten Tasikmalaya dalam sektor Penataan
Bangunan Dan Lingkungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.8
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk 5 Tahun
No Uraian Volume Satuan Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Ket Lokasi
I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Ruang Terbuka Hijau
4 Penataan Kawasan
Geger Hanjuang 10.000 M2
Kec. Leuwisari
5 Penataan Kawasan
Perkotaan Cikatomas 10.000 M2
Kec. Cikatomas
6 Penataan Ruang Terbuka
Hijau Pusat Pemerintahan 10.000 M2
Kec. Singaparna
7 Pembangunan Ruang
Terbuka Hijau 10.000 M2
9 Pemeliharaan Taman
Kota 10.000 M2
Kec. Singaparna
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
7.2.5 Kriteria Persiapan Daerah
Untuk mendukung program dan kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di
Kabupaten Tasikmalaya , kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan
meliputi:
1. Penyusunan Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang meliputi : • Kawasan Gegerhanjuang pada tahun 2018
• Kawasan Cipasung pada tahun 2018
• Kawasan Perkotaan Cikatomas pada tahun 2019
• Kawasan Pendidikan Cipasung pada tahun 2018 • Kawasan Wisata Ziarah Pamijahan pada tahun 2019
7.2.6 Usulan Program Dan Kegiatan
Usulan prioritas program dan kegiatan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan di
Kabupaten Tasikmalaya telah tertuang dalam indikasi program RPIJM Bidang Cipta Karya tahun
2017 - 2022. Untuk lebih jelasnya mengenai usulan program tersebut dapat dilihat pada Tabel
Lampiran 2 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Penataan Bangunan dan
Lingkungan (PBL) Kabupaten Tasikmalaya.
7.3
Sistem Penyediaan Air Minum (Spam)
7.3.1 Isu Strategis Pengembangan Spam
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk
mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu-isu strategis tersebut adalah::
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum
2. Pengembangan Pendanaan
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan
5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum
6. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat
7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan
Penerapan Inovasi Teknologi
Sedangkan untuk Kabupaten Tasikmalaya isu strategis pembangunan bidang air minum,
meliputi:
1. Masih rendahnya cakupan pelayanan air minum PDAM ;
2. Masih tingginya tingkat kebocoran air minum PDAM perkotaan dan perdesaan;
3. Belum sesuainya kapasitas terpasang dengan kapasitas produksi infrastruktur yang ada;
4. Belum termanfaatkannya sumber-sumber air baku baru.
5. Masih rendahnya cakupan air bersih khususnya untuk masyarakat perdesaan yang
disebabkan karena kondisi geografis, terbatasnya sumber air serta minimnya sarana dan
7.3.2 Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
A. Aspek Teknis
Aspek teknis pengambangan SPAM di Kabupaten Tasikmalaya meliputi:
1. Sistem Perpipaan
a. Sistem Jaringan
Saat ini PDAM Tirta Sukapura diKabupaten Tasikmalaya telah mampu melayani 24
kecamatan dari 47 kecamatan yang ada di kota dan kabupaten Tasikmalaya dengan
sambungan langganan 37.897 (Juli 2014).
Dalam pelayanan air minum, PDAM Kabupaten Tasikmalaya terbagi dalam wilayah
pelayanan cabang dan unit IKK yang didasarkan pada pembagian produksi yang
dihasilkan dari masing-masing sumber air yang ada di wilayah tersebut.
Dalam beberapa periode ini, perkembangan jumlah pelanggan PDAM Kabupaten
Tasikmalaya relatif stagnan, tidak menunjukan pertumbuhanyang agresifsebagaimana
pertumbuhan kabupatennya. Peningkatan jumlahpelanggan selamakurun waktu 3 tahun,
hanya terjadi penambahan 32 SR, artinyapenambahan pertahunnya hanya 110 SR.
Adapun alasannya adalah keterbatasan dan kemampuan jaringan pipa dan keterbatasan
air baku.
Daerah pelayanan PDAM Kabupaten Tasikmalaya dibagi menjadi 2 cabang dan 9 unit
dari 11 wilayah pelayanan. Jumlah sambungan terbanyak adadiwilayah cabang
Singaparna yang mencapai 3.59 SL pada akhir Juni 2014. Berikut daerah pelayanan
PDAM Kabupaten Tasikmalaya.
Tabel 7.9
Daerah Pelayanan PDAM Kabupaten Tasikmalaya
No Daerah Pelayanan Tahun
No Daerah Pelayanan Tahun Sumber : RISPAM Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2014
Jumlah penduduk yang terlayani sebanyak 251.888 jiwa atau 10,41% dari jumlah
penduduk sebanyak 2.423.110 jiwa yang terdiri daripenduduk Kabupaten Tasikmalaya
sebanyak 1.756.94 jiwa dan penduduk Kota Tasikmalaya sebanyak 666.147 jiwa.
Sedangkan penduduk teknis yang terlayani sebanyak 251.888 jiwa atau 26,95% dari
jumlah penduduk yang ada jaringan pipa PDAM sebanyak 94.572 jiwa. Cakupan
pelayanan masih di bawah target RPJMN debesar 62.5% dikarenakan hal-hal sebagai
berikut:
1) Kapasitas sumber air baku (mata air) yang dimanfaatkan cenderung menurun
2) Keterbatasan kemampuan instalasi dari jaringan pipa serta kondisi jaringan perpipaan
yang sudah melebihi usia ekonomis sehingga sulit menambah kapasitas debit air.
3) Sistem produksi unitIKK juga berada diluar sistem regional Tasikmalaya sehingga
memerlukan penambahan kapasitas sumber air di beberapa lokasi pelayanan dan
keterbatasan dana PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya untuk
4) Masih rendahnya masyarakat pengguna air bersih yang berasal dari PDAM Tirta
Sukapura Kabupaten Tasikmalaya,karena adanya sumber air alternatif yang bisa
digunakan.
b. Sumber Air Baku dan Unit Produksi
Sebagian besar sumber air baku yang digunakan PDAM Kab. Tasikmalaya berasal dari
Sumber Mata Air yaitu sebanyak 9 titik mata air dengan kapasitas terpasang sekitar 117,5
l/detik dan air dan air permukaan dengan Instalasi Pengolahan (IPA) sebesar 20 l/ detik.
Tingkat pemanfaatan pada beberapa sumber air baku ada yang belum maksimal. Data
mengenai sumber air baku ini dijelaskan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 7.10
Sumber Air Baku PDAM Kab Tasikmalaya Tahun 2012 – Juni 2014
No Lokasi Sumber
Air Baku Jenis Sumber
Kapasitas Terpakai (Liter/ detik) 2012 2013 Juni 2014
1 Cipondok Mata Air 421.32 280 282
2 Cisitu Mata Air
9 9 9
3 Cibatur Mata Air
4 Cibulak Mata Air 3 3 3
5 Cilangla Air Permukaan 18 18 20
6 Leuwirupit Mata Air 10 10 10
7 Cisaladah Mata Air 1.5 1.5 1.5
8 Cianeut Mata Air
12 12 12
9 Sangiang Mata Air
10 Cipanyusupan Mata Air 6.5 6.5 6.5
JUMLAH 481.32 340 344
Sumber : RISPAM Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2014
Selain itu terdapat sumber air lain yang berpotensi untuk digunakan sebagai sumber air
baku antara lain:
1. Sumber mata air Cipondok di desa Mekarwangi Kecamatan Kadipaten sebesar 40 l/d.
2. Sumber air permukaan dari Sungai Citanduy di Kec. Pagerageung (dalam proses
kajian teknis PDAM)
3. Sungai Cilongan di Kec. Cibalong sebesar20 l/d yang sudah diusulkan masuk ke
RPIJM Pemerintah Provisi Jawa Barat
Kapasitas produksi yang telah dibangun belum semuanya dapat dimanfaatkan, namun
demikian kapasitas produksi riil sudah dapat dipergunakan sepenuhnya, adapun rincinnya
Tabel 7.11
Kapasitas Produksi PDAM Tirta Sukapura Kab. Tasikmalaya
No Instalasi Kapasitas Terpasang (L/d)
Mata Air Cipondok dan Cikawali Mata Air Cisitu/ Cibatur Mata Air Cibulak Mata Air Leuwi Rupit
280
JUMLAH 358 11.289.888 510.238,90 10.779.649,10 10.779.649,10 -
Plant Utility Factor/ Faktor penggunaan dari instalasi yang ada,menunjukan angka 95%
artinya hanya 5% saja dari kapasitas yang ada belum diproduksi/ hampir semua instalasi
sudah tereksploitasi. Kapasitas produksi terpasang tidak dapat dimanfaatkan sebanyak
510.238,90 m³ (4.52%), disebabkan sebagai berikut:
a) Keterbatasan kapasitas unit pengolahan sehingga sebagian air yang masuk tidak
tertampung
b) Kebocoran padapipatransmisi dari unitpengolahan kereservoir Gunung Tajur
(sepanjang 20m), karena sudah melebigi umur ekonomis. Di Samping itu, letak pipa
beradadi tengah sawah dan di bagian bawah bangunan rumah penduduk sehingga
kesulitan dalam melakukan pemeliharaan pipa.
c) Dalam system air bersih regional Tasikmalaya terdapat sisa kapasitas sebesar 45 l/d
yang belum dimanfaatkan karena dijadikan cadangan untuk musim kemarau
d) Sistem air bersih unit Cisayong dan mangunreja distribusinya diturunkan dari
kapasitas terpasang 20 l/d menjadi 10l/d karena masih rendahnya jumlah pelanggan
akibat terbatasnya jaringan pipa distribusi. Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko
pecahnya pipa pada bagian yang melalui jalur sungai akibat tekanan yang terlalu
tinggi.
e) Sistem air bersih unit Bntarkalong, kapasitas produksi WTP yang baru sebesar 20 l/d,
baru dimanfaatkan sebesar 5 l/d, karena rendahnya jumlah pelanggan akibat
terbatasnya jaringan pipa distribusi.
Seluruh kapasitas produksi riil telah digunakan untuk produksi. Dari volume air yang
diproduksi, dihasilkan air sebesar 10.779.649,00 m³ dan telah didistribusikan ke
pelanggan sebesar 9.745.900,18 m³. Dengan demikian persentase NRW (non revenue
water) atau air tanparekening di unit produksi tahun 2013 sebesar 9,59% darivolume
produksi riil, sedangkan pada tahun 2012 sebesar 8,42%. NRW tahun 2013 nail 1,17%
disbanding tahun 2012. NRW di unit produksi ini disebabkan :
a. Pemakaian sendiri olehPDAM Tirta Sukapura Kab. Tasikmalaya sendiri untuk
pembersihan sedimentasi,pencucian filter, wash-out, memfungsikan air release valve,
pengurasan reservoir.
b. Pemakaian tercatat tetapitidak terjual,yaitu adanya penyadapan (tapping) daripipa
transmisi untuk pemakaian masyarakat dikawasan sumber air, sebagai kompensasi
penggunaan sumber air.
c. Jaringan pipa transmisi sudah melebihi umur teknis,sehinggarentan terjadinya
d. Adanya jebakan udara dalampipa sehingga air tidak masuk/ mengalirdan
menimbulkan over flow
Dari volume air yang didistribusikan ke pelanggan sebesar 9.453.380,62 m³, telah dijualke
pelanggan sebesar 6.461.896,00 m³. Dengan demikian,presentase NRW distribusi tahun
2013 sebesar 33,70% dari air yang didistribusikan,sedangkan pada tahun 2012 sebesar
30,50%. Persentase NRW masih lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang
ditentukan sebesar 20%. Masih tingginya tingkat NRW distribusi tahun 2013 disebabkan :
a. Jaringan pipa distribusi danretikulasi sudah melebihi usia teknis
b. Pada jaringan pipa distribusi terdapat p[ipa jenis Asbestos Cement Pipe (ACP) yang
sudah tua dan sudah tidakdiproduksi,sehingga sulit dalam pemeliharaannya
c. Kebocoran pada pipa tersier/ dinas, terutama pipa jenis besi yang sudah keropos
akibat korosi
d. Kondisi meter air pelanggan banyak yang melewati batas usia pemakaian dan
akurasinya telah berkurang
e. Pencurian air
f. Kesalahan administrasi/pencatatan meter
g. Water meter induk yangtidakberfungsi
h. Pemakaian sendiri untuk pengurasan pipa distribusi
i. Bencana longsor di daerah Salawu
c. Jaringan Perpipaan
1. Cabang Singaparna
Cabang Singaparna merupakan SPAM Regional dari 3 unit SPAM IKK, yaitu unit IKK
Manonjaya,Unit IKK Leuwisari, dan Unit IKK Mangunreja.
Cabang Singaparna ini mengambil air baku dari MA Cipondok, MA Cikawali, MA DHV, MA
P2KT, MA Turap dan MA Inpres dengan kapasitas produksi 280 l/dtk, Kapasitas
terpasang/ distribusi 58 liter/detik, jumlah SL mencapai 5.972 yang tersebar di Kec.
Singaparna dan 3 unit SPAM IKK tersebut. Daerah pelayanan dari cabang Singaparna ini
adalah Kec. Singaparna, Kec. Manonjaya, Kec. Leuwisari dan Kec. Mangunreja. Berikut
Tabel 7.12 SPAM Cabang Singaparna
No Lokasi Kecamatan Jumlah Penduduk
Parameter Modul Jumlah IKK
Terlayani
Tingkat Pelayanan Jenis Jumlah
1 Kec. Singaparna 88.157 SL 3.500 21.752 24,67 %
2 Kec. Manonjaya 59.518 SL 1.162 7.458 12,53 %
3 Kec. Leuwisari 36.428 SL 852 6.012 16,50 %
4 Kec. Mangunreja 50.154 SL 458 3.282 6,54 %
Sumber : RISPAM Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2014
Gambar 7.1
Skematik Cabang Singaparna
2. Unit Salawu
Unit Salawu ini memanfaatkan air baku dari MA Cisitu dan MA Cibatur, dengan kapasitas
produksi 9 liter/ detik. Kapasitas terpakai 8,49 ltr/dtk dengan jumlah Sambungan
Langsung adalah 509 SL. Tingkat kebocoran Unit Salawu ini 11,11%, sedangkan daerah
pelayanan unit ini dari MA Cisitu adalah Dsn. Karangmukti, Dsn. Nangerang, Dsn.
Salawu. Sedangkan daerah pelayanan unit ini dari MA Cibatur adalah Dsn. Margasari,
Gambar 7.2
Sumber Air Baku Unit Salawu
3. Unit Sukaraja
Unit Sukaraja ini memanfaatkan air baku dari MA Cibulak, dengan kapasitas produksi 3
liter/ detik. Kapasitas terpakai 2,91 ltr/dtk dengan jumlah Sambungan Langsung adalah
138 SL. Tingkat kebocoran Unit Sukaraja ini 23,54%, sedangkan daerah pelayanan unit
ini adalah Kecamatan Sukaraja.
4. Unit Cisayong
Unit Cisayong ini memanfaatkan air baku dari MA Leuwirupit, dengan kapasitas produksi
10 liter/ detik. Kapasitas terpakai 2,30 ltr/dtk dengan jumlah Sambungan Langsung adalah
393 SL. Tingkat kebocoran Unit Cisayong ini 20,01%, sedangkan daerah pelayanan unit
ini adalah Kecamatan Cisayong (Ds. Cisayong, Ds.Sukamaju danDs. Pagendingan).
Berikut Skematik SPAM Unit Cisayong.
5. Unit Rajapolah
Unit Rajapolah ini memanfaatkan air baku dari MA Cisaladah, dengan kapasitas produksi
1,5 liter/ detik. Kapasitas terpakai 1,5 ltr/dtk dengan jumlah Sambungan Langsung adalah
330 SL. Tingkat kebocoran Unit Rajapolah ini 12,03%, sedangkan daerah pelayanan unit
ini adalah Kecamatan Rajapolah.
Gambar 7.4 Skematik Unit Rajapolah
6. Unit Pageurageung
Unit Pagerageung ini memanfaatkan air baku dari MA Cipanyusupan, dengan kapasitas
produksi 6,5 liter/ detik. Kapasitas terpakai 3,09 ltr/dtk dengan jumlah Sambungan
Langsung adalah 701 SL. Tingkat kebocoran Unit Pagerageung ini 19,85%, sedangkan
daerah pelayanan unit ini adalah Kecamatan Pagerageung. Berikut Skematik SPAM Unit
Pagerageung.
7. Unit Bantarkalong/ Karang Nunggal
Unit Bantarkalong ini memanfaatkan air baku dari Sungai Cilangla, dengan kapasitas
produksi 18 liter/ detik. Kapasitas terpakai 9,90 ltr/dtk dengan jumlah Sambungan
Langsung adalah 705 SL. Tingkat kebocoran Unit Pagerageung ini 11,26%, sedangkan
daerah pelayanan unit ini adalah Kecamatan Bantarkalong dan Kec. Karangnunggal.
Berikut Skematik SPAM Unit Bantarkalong dan Karangnunggal.
Gambar 7.6
Skematik Unit Bantarkalong dan Karangnunggal
8. Unit Taraju
Unit Taraju ini tidak aktif karena debit sumber air baku yaitu MA Palasari berkurang,
terjadinya penggundulan hutan dan catchment area yang berkurang.
9. Unit Cineam
Unit Cineam ini tidak aktif karena debit sumber air baku yaitu S. Ciampanan berkurang
dan kualitas yang kurang memadai.
10.Unit Cibalong
Unit Cibalong ini tidak aktif karena debit sumber air baku yaitu MA Cigelap berkurang dan
konflik dengan petani.
11.Unit Cigalontang
Unit Cigalontang ini tidak aktif karena debit sumber air baku yaitu MA Cimonyong
12.Cabang Ciawi
Cabang Ciawi ini memanfaatkan air baku dari MA Sangiang dan MA Cianeut, dengan
kapasitas produksi 12 liter/ detik. Kapasitas terpakai 9,51 ltr/dtk dengan jumlah
Sambungan Langsung adalah 1.141 SL. Tingkat kebocoran cabang ciawi ini 44,21%,
sedangkan daerah pelayanan cabang ini adalah Kecamatan Ciawi. Berikut Skematik
SPAM Cabang Ciawi.
Gambar 7.8 Skematik Cabang Ciawi
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting jaringan perpipaan pada SPAM IKK di
Kabupaten Tasikmalaya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.13
SPAM Eksisting Jaringan Perpipaan IKK Kabupaten Tasikmalaya
No Lokasi IKK
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
SPAM
Demand/ Tingkat Kebutuhan Unit Air Baku Unit Produksi Unit
Pelayanan Tingkat Pelayanan
(%) Jenis Kapasitas
(L/dtk) Jenis
Kapasitas (L/dtk)
Jumlah SR/HU
1 Rajapolah 47.633 Mata Air 1,5 BPT (3
Unit) 1,5 330 SL 3,5
2 Pagerageung 54.002 Mata Air 6,5 BPT (4
Unit) 3,09 701 SL 6,5
3 Salawu 5.995 Mata Air 9 Pengumpul 8,49 509 SL 42,5
4 Sukaraja 52.249 Mata Air 3 2,91 138 SL 1,3
5
Bantarkalong dan
Karangnunggal
121.687 Air
Permukaan 18 IPA 9,9 705 SL 2,9
6 Cisayong 54.721 Mata Air 10 Reservoir 2,3 393 SL 3,6
7 Cabang Ciawi
d. Reservoir
Tipe bangunan reservoar berbentuk bujur sangkar dengan kontruksi beton, mempunyai
350 m3 untuk reservoar Mangunreja dan 750 m3 untuk reservoar cabang Singaparna .
Gambar 7.9
Reservoar Unit Mangunreja Dan Reservoar Cabang Singaparna
e. Jumlah Pelanggan
Dalam beberapa periode ini, perkembangan jumlah pelanggan PDAM Kabupaten
Tasikmalaya relatif stagnan, tidak menunjukan pertumbuhanyang agresifsebagaimana
pertumbuhan kabupatennya. Peningkatan jumlahpelanggan selamakurun waktu 3 tahun,
hanya terjadi penambahan 32 SR, artinyapenambahan pertahunnya hanya 110 SR.
Adapun alasannya adalah keterbatasan dan kemampuan jaringan pipa dan keterbatasan
air baku.
Berikut adalah data perkembangan pelanggan PDAM di wilayah Kabupaten Tasikmalaya
dari tahun 2012 s/d 2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 7.14
Perkembangan Pelanggan PDAM Kabupaten Tasikmalaya
No Klasifikasi Pelanggan 2012 2013 Juni 2014
1 Sosial Umum 414 437 447
2 Sosial Khusus 194 201 207
3 Kran umum/ Hidran umum 101 101 102
4 Rumah Tangga 1 5.048 2.253 5.353
5 Rumah Tangga 2 23.148 2.966 24.404
6 Rumah Tangga 3 2.186 2.141 2.128
7 Pemerintah & Hankam 659 644 501
8 Niaga Kecil 2.810 2.865 2.859
9 Niaga Besar 1.774 1.629 1.627
10 Industri Kecil 127 95 90
11 Industri Besar 40 36 35
12 Khusus - - -
JUMLAH 36.501 37.368 37.897
2. Sistem Non Perpipaan
Untuk penyediaan sarana air bersih masyarakat pada bukan jaringan perpipaan (BJP) di
wilayah Kabupaten Tasikmalaya di bawah wewenang Dinas Tata Ruang dan Permukiman.
B. Aspek Pendanaan
a. Pendapatan Air per Kelompok Tarif
Pendapatan Air (termasuk bebantetap) perkelompok tariff pada PDAM Tirta Sukapura
KabupatenTasikmalaya tahun 2014 sebesar Rp. 3.460.958.526,90. Untuk lebih jelasya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.15 Tarif Air Per Kelompok
No Kelompok Piutang Pemakaian Air (M³) Jumlah Pendapatan (Rp)
1
5 Instansi Pem/ ABRI 281.079 1.825.533.450
6 Kran Umum 20.621 20.033.700
7 Tangki Air 9.574 86.874.000
Jumlah 6.461.896 33.460.958.526
Tabel 7.16
SPAM Eksisting Jaringan Perpipaan Perdesaan
NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK
UNIT AIR BAKU UNIT PRODUKSI UNIT PELAYANAN
TINGKAT PELAYANAN JENIS KAP
(L/Dtk) JENIS
KAP
(L/Dtk) DESA TERLAYANI SR/HU
1 Bantarkalong 2.843 MAG Broncap, Pem. Pipa, HU, MCK 2 Bojongasih
2 Cikatomas 5.822 MAG Broncap, Pem. Pipa, HU, MCK 3 Pakemitan
3 Cikatomas 3.878 MAG Broncap, Pem. Pipa, HU, MCK 2 Lengkongbarang
4 Cigalontang 4.222 MAG Broncap, Pem. Pipa, HU, MCK 2 Pusparaja
5 Sukaraja 4.791 MAG Broncap, Pem. Pipa, HU, MCK 2 Janggala
6 Bojonggambir 6.233 MAG Broncap, Pem. Pipa, HU, MCK 1,5 Ciroyom
7 Kadipaten 5.802 MAG Broncap, Pem. Pipa, HU, MCK 5 Buniasih
8 Cibalong 3.265 MAG Broncap, Pem. Pipa, HU, MCK 2 Karyabakti
9 Ciawi 5.006 MAG Broncap, Pem. Pipa, HU, MCK 2 Mekarsari
10 Cigalontang 1.224 MAG Broncap, Pem. Pipa, HU, MCK 2,5 Parentas
11 Kadipaten 4.611 MAG Broncap, Pem. Pipa, HU, MCK 3 Kadipaten
12 Salopa 6.546 MAG Broncap, Pem. Pipa, HU, MCK 1,5 Kaputihan
13 Cikatomas 3.270 MAG Broncap, Pem. Pipa, HU, MCK 2 Tanjungbarang 20
14 Sukaraja 7.656 MAG Broncap, Pem. Pipa, HU, MCK 2 Sirnajaya 25
15 Ciawi 3.835 APG Broncap, Pemas. Pipa, HU 2 Cibahayu 30
16 Cibalong 7.241 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 1,5 Setiawaras 30
17 Bojonggambir 4.219 MAG Stimulan Pipa 2 Kertanegla 25
18 Karangnunggal 2.690 MAG Stimulan Pipa 1,5 Cintawangi 35
19 Pancatengah 3.979 MAG Stimulan Pipa 3 Cibongas 40
20 Cikatomas 6.873 MAG Stimulan Pipa 2 Cogreg 50
21 Cikatomas 3.388 MAG Stimulan Pipa 2 Linggalaksana 35
22 Cibalong 3.300 MAG S I P A S 2 Cibalong 50
NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK
UNIT AIR BAKU UNIT PRODUKSI UNIT PELAYANAN
TINGKAT PELAYANAN JENIS KAP
(L/Dtk) JENIS
KAP
(L/Dtk) DESA TERLAYANI SR/HU
24 Salawu 3.731 MAG Stimulan Pipa 2,5 Sukasari 50
25 Salawu 3.754 MAG Stimulan Pipa 1,5 Cimanggu 45
26 Pancatengah 3.345 MAG Stimulan Pipa 2 Mekarsari 50
27 Sodonghilir 6.745 MAG Stimulan Pipa 2 Cikalong 40
28 Tanjungjaya 6.354 MAG Stimulan Pipa 1,5 Cikeusal 50
29 Cikatomas 5.960 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 1,5 Gunungsari 40
30 Pancatengah 2.869 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 2 Margaluyu 50
31 Cikatomas 3.777 MAG Stimulan Pipa 2 Tawang 30
32 Salopa 4.882 MAG Stimulan Pipa 2 Neglasari 35
33 Salopa 4.470 MAG Stimulan Pipa 2 Papayan 50
34 Karangjaya 1.523 MAG Stimulan Pipa 4 Citalahab 92 47%
35 Ciawi 3.835 MAG Stimulan Pipa 2 Cibahayu 72 15%
36 Salawu 3.753 MAG Stimulan Pipa 2 Kutawaringin 50 12%
37 Leuwisari 3.939 MAG Stimulan Pipa 5 Linggamulya 50 11%
38 Cigalontang 4.764 MAG Stimulan Pipa 3 Lengkongjaya 50 9%
39 Ciawi 5.802 MAG Stimulan Pipa 2,5 Buniasih 50 8%
40 Tanjungjaya 5.551 MAG Stimulan Pipa 3 Sukasenang 50 7%
41 Salawu 5.224 MAG Stimulan Pipa 4 Puspasari 50 11%
42 Bojonggambir 4.943 MAG Stimulan Pipa 2,5 Ciroyom 48 11%
43 Cigalontang 4.001 MAG Stimulan Pipa 4 Sirnagalih 50 11%
44 Cigalontang 3.319 MAG Stimulan Pipa 4 Tanjungkarang 50 17%
45 Salopa 5.087 MAG Stimulan Pipa 5 Tanjungsari 62 14%
46 Cibalong 3.753 MAG Stimulan Pipa 5 Cigunung 50 13%
47 Singaparna 5.161 MAG Stimulan Pipa 3 Pasir Salam 40 10%
NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK
UNIT AIR BAKU UNIT PRODUKSI UNIT PELAYANAN
TINGKAT PELAYANAN JENIS KAP
(L/Dtk) JENIS
KAP
(L/Dtk) DESA TERLAYANI SR/HU
49 Cikatomas 5.249 APG Stimulan Pipa 5 Cayur 50 11%
50 Salawu 3.071 APG Stimulan Pipa 5 Margalaksana 50 31%
51 Cikalong 4.014 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 3 Panyiaran 40 20%
52 Bojonggambir 2.774 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 2,5 Wandasari 40 23%
53 Cigalontang 5.151 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 5 Cidugaleun 40 16%
54 Ciawi 5.237 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 5 Bugel 40 13%
55 Bantarkalong 4.121 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 3 Mertajaya 40 13%
56 Sariwangi 3.696 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 5 Jayaratu 40 16%
57 Cikalong 4.585 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 2,5 Cibeber 40 12%
58 Tanjungjaya 4.570 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 7 Tanjungjaya 60 15%
59 Taraju 3.078 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 2 Singasari 40 18%
60 Sariwangi 3.831 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 2,5 Mandalagiri 50 18%
61 Puspahiang 2.382 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 3 Puspajaya 50 34%
62 Parungponteng 3.636 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 3 Cibungur 40 17%
63 Salawu 3.772 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 3 Neglasari 50 16%
64 Kadipaten 3.611 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 5 Kadipaten 40 17%
65 Kadipaten 5.006 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 6 Mekarsari 30 11%
66 Bojongasih 3.141 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 5 Girijaya 80 25%
67 Karangjaya 2.937 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 2 Karangjaya 40 17%
68 Cineam 2.537 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 2 Cisarua 30 18%
69 Salopa 3.725 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 3 Mandalaguna 60 16%
70 Kadipaten 4.188 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 3 Dirgahayu 50 13%
71 Pagerageung 4.686 MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 4 Guranteng 20 13%
72 Bantarkalong MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 4 Wangunsari
NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK
UNIT AIR BAKU UNIT PRODUKSI UNIT PELAYANAN
TINGKAT PELAYANAN JENIS KAP
(L/Dtk) JENIS
KAP
(L/Dtk) DESA TERLAYANI SR/HU
74 Cikatomas 2.490 MAG Pemas. Pompa, Pipa, HU, Reservoar 3 Pakemitan
75 Sariwangi MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 4 Sukamulih
76 Karangjaya MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 3 Karanglayung
77 Salopa MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 4 Mulyasari
78 Cigalontang MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 4 Parentas
79 Sukaraja MAG Sumur , Pemas. Pipa, HU 2 Janggala
80 Pagerageung MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 2 Pagerageung
81 Bantarkalong Pompa Intake/sumur, Pompa,Pemas Pipa,HU 2 Simpang
82 Taraju MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 2 Singasari
83 Salopa MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU 2 Banjarwaringin
84 Cikatomas Pompa Pemas Pompa,Pipa,HU,Reservoar 5 Pakemitan
85 Salawu MAG Broncap, Pemas Pipa, HU 7 Kutawaringin
86 Salopa MAG Pengadaan Pipa dan accessories 4 Tanjungsari
87 Cigalontang MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Cigalontang
88 Cigalontang MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Puspamukti
89 Parungponteng MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Cigunung
90 Salopa MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Mulyasari
91 Sodonghilir MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Cukangjayaguna
92 Bajonggambir MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Kertanegla
93 Bojonggambir MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Campakasari
94 Sodonghilir MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Cikalong
95 Kadipaten MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Cibahayu
96 Salawu MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Sundawenang
97 Bojonggambir MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Purwaraharja
NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK
UNIT AIR BAKU UNIT PRODUKSI UNIT PELAYANAN
TINGKAT
110 Cigalontang dan
Leuwisari
117 Gn.tanjung &
NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK
UNIT AIR BAKU UNIT PRODUKSI UNIT PELAYANAN
TINGKAT PELAYANAN JENIS KAP
(L/Dtk) JENIS
KAP
(L/Dtk) DESA TERLAYANI SR/HU
dan Kp. Panjangan Ds.
Rancapaku
119 Salopa dan
Cigalontang
MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Kp. Ciupas Ds. Mulyasari
dan Kp. Para-
ngpanjang (Ponpes Nurul
Iman) Ds.
Sukamanah
120 Pageurageng MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Sukapada
Sukahening MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Sundakerta
121 Jatiwaras MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Ciwarak
122 Cigalontang MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Pusparaja, Nantang,
Tanjungjarang
123 Sariwangi MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Jayaratu
124 Salawu MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Neglasari
125 Taraju MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Kertaharja
Sodonghilir MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Parumasan
126 Bantarkalong MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Sukamaju
Bojongasih MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Sindangsari
127 Pancatengah MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Jayamukti
128 Cibalong MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Singajaya
129 Cigalontang MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Sirnaputra
Kadupungur-Cilimus
130 Sariwangi MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Pangkalan dan Sukamulih
131 Puspahiang MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU
132 Parungponteng MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU
133 Cisayong MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU
NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK
UNIT AIR BAKU UNIT PRODUKSI UNIT PELAYANAN
TINGKAT PELAYANAN JENIS KAP
(L/Dtk) JENIS
KAP
(L/Dtk) DESA TERLAYANI SR/HU
135 Cigalontang MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Kersamaju
136 Sariwangi MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Sukaharja
137 Bojonggambir MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Ciroyom
138 Cikatomas MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Linggalaksana
139 Kadipaten MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Cibahayu
140 Padakembang MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Cilampunghilir
141 Jenggala MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Sukaraja
142 Cikeusal MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Tanjungjaya
143 Salopa MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Kawitan
144 Sukahening MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Banyurasa
145 Sukahening MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Kiarajangkung
146 Bojonggambir MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Girimukti
147 Manonjaya MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Batusumur
148 Cipatujah MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Nagrog
149 Salopa MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Tanjungsari
150 Karangnunggal MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Pasirkujang
151 Kec. Cigalontang MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Sirnaraja
152 Kec. Karangjaya MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Sirnajaya
153 Kec. Salopa MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Mulyasari
154 Kec. Jatiwaras MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Kertarahayu &
155 Desa Kersagalih
156 Kec. Sukahening MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Banyuresmi
157 Kec. Cisayong MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Purwasari
158 Kec. Ciawi MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Bugel
NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK
UNIT AIR BAKU UNIT PRODUKSI UNIT PELAYANAN
TINGKAT PELAYANAN JENIS KAP
(L/Dtk) JENIS
KAP
(L/Dtk) DESA TERLAYANI SR/HU
160 Kec. Cisayong MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Santanamekar
161 Kec. Sukaraja MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Sirnajaya
162 Kec. Sodonghilir MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Muncang
163 Kec. Bantarkalong MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Sirnagalih
164 Kec. Bojongasih MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Mertajaya
165 Kec. Cineam MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Pasirmukti
166 Kec. Pancatengah MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Jayamukti
167 Kec.Karangnunggal MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Kujang
168 Kec.Culamega MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Cikuya
169 Kec.Cineam MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Cikondang
170 Kec. Sukaratu MAG Broncap, Pemas. Pipa, Reservoar,HU Desa Indrajaya 7
171 Kec. Culamega Pompa Bronc, Pemas Pompa,Pipa,HU,Reservoar Desa Cintabodas 4
172 Kec. Kadipaten MAG Broncap, Pemas. Pipa, Reservoar,HU Desa Dirgahayu 4
173 Kec. Bojongasih Pompa Bronc, Pemas Pompa,Pipa,HU,Reservoar Desa Cikadongdong 8
174 Kec. Jamanis MAG Broncap, Pemas. Pipa, Reservoar,HU Desa Karangmulya 5
175 Kec Parungponteng MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Burujuljaya
176 Kec Cineam MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Pasirmukti
177 Kec.Salopa MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Tanjungsari
178 Kec. Sukahening MAG Broncap, Pemas. Pipa, HU Desa Sundakerta
179 Kec. Manonjaya Pompa Pemas Pompa,Pipa,HU,Menara Air Desa Margaluyu
180 Kec. Salopa MAG Broncap, Pemas. Pipa, Reservoar,HU Desa Mandalaguna 3
181 Kec. Pancatengah Pompa Bronc, Pemas Pompa,Pipa,HU,Reservoar Desa Pangliaran 3
182 Kec. Taraju MAG Broncap, Pemas. Pipa, Reservoar,HU Desa Pageralam 2
183 Kec. Sukaratu MAG Broncap, Pemas. Pipa, Reservoar,HU Desa Linggajati 3
NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK
UNIT AIR BAKU UNIT PRODUKSI UNIT PELAYANAN
TINGKAT PELAYANAN JENIS KAP
(L/Dtk) JENIS
KAP
(L/Dtk) DESA TERLAYANI SR/HU
185 Kec. Bantarkalong MAG Broncap, Pemas. Pipa, Reservoar,HU Desa Parakanhonje 5
186 Kec. Manonjaya MAG Broncap, Pemas. Pipa, Reservoar,HU Desa Cihaur 7
187 Kec. Salopa MAG Broncap, Pemas. Pipa, Reservoar,HU Desa Karyawangi 6
188 Kec. Cikatomas Pompa Pemas Pompa,Pipa,HU,Reservoar Desa Lengkongbarang 5
189 Kec. Singaparna Pompa Pemas Pompa,Pipa,HU,Reservoar Desa Sukaasih
190 Kec. Cigalontang MAG Broncap, Pemas. Pipa, Desa Sirnaputra
191 Kec. Manunreja Pompa Bronc, Pemas Pompa,Pipa, Desa Sukaluyu
192 Kec. Cigalontang MAG Desa Jayapura
b. Struktur Harga Pokok Air (Full Cost Recovery)
1. Pendapatan air tahun 2013 Rp 3.460.958.527
2. Beban operasional tahun 2013 Rp 30.334.587.228
3. Jumlah m3 air terjual tahun 2013 M3 6.461.896
4. Jumlah m3 air produksi tahun 2013 M3 10.779.649
5. Harga jual air per m3 Rp/ M3 5.178,20
6. Harga pokok air per m3 (beban operasional dibagi
(volume produksi dikurangi kebocoran riil maksimal
20%))
Rp/ M3
3.518,74
Selisih harga jual air per m3 dengan harga pokok air per
m3 (pada tingkat kebocoran maksimal 20%)
Rp
1.659,46
Harga jual air terjual dibandingkan harga pokok air per m3 % 112,96%
Harga per m3 (beban operasional dibagi (volume
produksi dikurangi kebocoran riil maksimal 3,70%) Rp/ M
3 4.681,60
Selisih harga jual air per m3 dengan harga pokok air per
m3 (pada tingkat kebocoran maksimal 33,70%)
Rp 496,60
Dari data diatas,harga jual air perm3 adalahsebesar 112,96% dari harga pokok aiperm3 atau
lebih tinggi 12,96% dar titik impas yang berarti perusahaan mendapatkan keuntungan
sebesar Rp. 1.59,4 m3 air terjual. Dengan demikian harga jual air sudah berada di atas harga
pokok air sehingga tarif rata-rata yang berlaku sudah dapat menutup biaya secara penuh (full
cost recovery).
C. Kelembagaan
Struktur organisasi dan tata kerja PDAM TirtaSukapura Kabupaten Tasikmalaya ditetapkan
berdasarkan Perda Kabupaten Tasikmalaya Nomor 10 tahun 2008, tentang Organ dan
Kepegawaian PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya dan Peraturan Bupati
Tasikmalaya Nomor 5 tahun 1989 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan
Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Tasikmalaya. Selanjutnya Struktur
Organisasi ditetapkan oleh Direksi sesuai dengan Keputusan Direksi PDAM Tirta Sukapura
Kabupaten Tasikmalaya Nomor 064/58/XI2011 tanggal 30 November 2011.
D. Peraturan Perundangan
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya merupakan Badan
Usaha Milik Pemerintah kabupaten Tasikmalaya yang didirikan berdasarkan Peraturan
Provinsi Jawa Barat dengan Surat Keputusan Nomor 210.33/HK-011/SK/76 tanggal 14
Januari 1976 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor3
tahun 1977 Seri C dan telah mengalami perubahan, terakhir dengan Peraturan Daerah
Nomor 24Tahun 2002.
7.3.3 Permasalahan Dan Tantangan
Permasalahan yang dihadapi PDAM saat ini berdasarkan pengamatan yang dilakukan,
secara garis besarnya sebagai berikut :
1. Semakin pesatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan pesatnya pula kebutuhan air
minum sedangkan sumber air baku yang ada semakin terbatas akibat faktor iklim yang
tidak menentu
2. Sumber daya manusia yang mengelola SPAM terbatas akibatnya Kinerja dalam melayani
air minum menjadi kurang efektif.
3. Terbatasnya jaringan pipa distribusi yang ada. Mengakibatkan jaringan masih terbatas,
terutama daerah pinggir kota.
4. Kapasitas produksi semakin menurun dan perlu meningkatkan kapasitas untuk menaikkan
tingkat pelayanan yang memadai guna memenuhi kebutuhan kota di masa depan.
5. Besarnya kuantitas kehilangan/Kebocoran air.
7.3.4 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum
A. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM
Perkiraan kebutuhan air bersih pada pembahasan ini diperhitungkan berdasarkan
kebutuhan air per kapita, pertumbuhan dan pengembangan penduduk, dan
pengklasifikasian jenis kebutuhan.
Perlu juga diperhitungkan adanya perkembangan tingkat perekonomian dan kemampuan
penyedia dalam melayani perkembangan kebutuhan air bersih di masa yang akan datang.
Diterbitkannya PP 16/2005 yang mengharuskan para penyedia air harus mampu
mendistribusikan air layak minum (potable water) pada tahun 2026 juga harus menjadi
pertimbangan. Untuk kebutuhan air bersih yang akan digunakan dalam studi ditetapkan
sebesar antara 100 - 150 L/orang/hari, untuk perkotaan dan 80 L/orang/hari untuk daerah
perdesaan.
Perhitungan kebutuhan air minum didasarkan pada jumlah penduduk, jumlah dan jenis
kegiatan perkotaan yang memerlukan air, dan standar pemakaian air. Kebutuhan air
terdiri dari domestik dan non domestik, Kebutuhan domestik adalah kebutuhan yang
adalah kebutuhan air untuk kegiatan penunjang kota, yang terdiri dari kegiatan komersial
yang berupa industri, perkantoran, dan lain-lain, maupun kegiatan sosial seperti sekolah,
rumah sakit dan tempat ibadah. Berikut besar proyeksi kebutuhan air minum
masing-masing wilayah administrasi.
Tabel 7.17
Proyeksi Kebutuhan Air Kabupaten Tasikmalaya
No. URAIAN Satuan TAHUN
2015 2020 2025 2030 2035
1
POPULASI
a. Penduduk Administrasi jiwa 1.789.535 1.919.213 2.058.820 2.209.159 2.371.107
b. Cakupan Daerah Pelayanan (%) % 20 40 62 74 82
c. Penduduk Terlayani (Jiwa) jiwa 357.907 767.685 1.276.468 1.634.777 1.944.307
d. Jumlah Jiwa SR % 5 5 5 5 5
2
SAMBUNGAN RUMAH
a. Tingkat Pelayanan (%) % 40 50 60 70 80
b. Cakupan Pelayanan (Jiwa) jiwa 143.163 383.843 765.881 1.144.344 1.555.446
c. Konsumsi (l/oh) l/oh 100 105 110 115 120
b. Cakupan Pelayanan (Jiwa) jiwa 214.744 383.843 510.587 490.433 388.861
c. Konsumsi (l/oh) l/oh 30 30 30 30 30
d. Jumlah Jiwa / HU jiwa 50 50 50 50 50
e. Jumlah HU (unit) unit 4.295 7.677 10.212 9.809 7.777
f. Kebutuhan Air (l/det) l/det 74,6 133,3 177,3 170,3 135,0
4 KEBUTUHAN DOMESTIK l/det 240,3 599,8 1.152,4 1.693,4 2.295,4
5 KEBUTUHAN NON DOMESTIK
10% l/det 48,1 120,0 230,5 338,7 459,1
6 KEBUTUHAN DOMESTIK DAN
NON DOMESTIK (l/dt) l/det 288,3 719,7 1.382,8 2.032,1 2.754,4
7
KEHILANGAN AIR
a. Kehilangan Air (% Qr) 40 35 30 25 20
b. Kehilangan Air (l/dt) l/det 192,2 387,5 592,6 677,4 688,6
8 KEBUTUHAN RATA-RATA (Qr)
= (7+8) l/det 480,5 1.107,2 1.975,5 2.709,5 3.443,0
9 KEBUTUHAN HARIAN
MAKSIMUM (1,15Qr) l/det 552,6 1.273,3 2.271,8 3.115,9 3.959,5
10 KEBUTUHAN JAM PUNCAK
(1,72Qr) l/det 826,5 1.904,5 3.397,8 4.660,3 5.922,0
Sumber : RISPAM Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2014
B. Kebutuhan Pengembangan SPAM
Realisasi dan target pengembangan sistem penyediaan air minum di Kabupaten
Tabel 7.18
Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM
No Output Satuan Kebutuhan
L/det Pembuatan IPA Sungai Ciwulan
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
7.3.5 Kriteria Persiapan Daerah
Untuk mendukung program dan kegiatan pengembangan SPAM di Kabupaten
Tasikmalaya adapun kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan
meliputi:
1. Dokumen RISPAM Kabupaten Tasikmalaya yang sudah disusun pada tahun 2014
2. Dokumen DED yang akan disusun meliputi :
• Penyusunan DED IPA Sungai Ciwulan pada tahun 2017
7.3.6 Usulan Program Dan Kegiatan
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan
paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan
tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau
pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup
pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi.
Usulan program yang diajukan akan disesuaikan dengan hasil analisis dan identifikasi
yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga dicek keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Usulan
program diupayakan dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya ditinjau
dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya. Penjabaran
program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan
dalam paket-paket kegiatan/program.
Selain itu, pembiayaan pengembangan SPAM perlu disusun berdasarkan klasifikasi
tanggung jawab masing- masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan
Masyarakat. Jika ada indikasi program pengembangan SPAM yang melibatkan swasta perlu
dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya. Pembiayaan kegiatan
pengembangan SPAM sebagaimana diusulkan dapat berasal dari dana Pemerintahan
Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat
dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan
stimulan, dan bantuan proyek khusus (menurut pengembangan kawasan). Untuk lebih jelasnya
mengenai usulan program tersebut dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3 Rencana Program
Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Air Minum Kabupaten Tasikmalaya.
7.4
Penyehatan Lingkungan Permukiman
7.4.1 Air Limbah
7.4.1.1 Isu Strategis Pengembangan Air Limbah
Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia antara lain:
1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar mencapai
90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi sebagian
besar fasilitas pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar teknis
yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah dengan sistem terpusat baru
2. Peran Masyarakat
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum diberdayakannya
potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan air limbah serta terbatasnya
penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman berbasis
masyarakat.
3. Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan belum
memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan dalam sistem
pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya NSPM dan SPM pelayanan
air limbah.
4. Kelembagaan
Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang koordinasi antar
instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum terpisahnya fungsi
regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.
5. Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan pemerintah dan
rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya
skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif
pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan
investasi di bidang air limbah.
Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah di Kabupaten/Kota…… meliputi:
1. Belum seimbangnya penyediaan prasarana dan sarana pengolahan air limbah domestik
dengan pertumbuhan penduduk;
2. Rendahnya kepedulian masyarakat dan swasta/dunia usaha terhadap bidang
kesanitasian;
3. Belum adanya Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT)
4. Alokasi anggaran APBD Kabupaten untuk pengelolaan limbah domestik masih sangat
rendah
5. Tingkat layanan pengelolaan air limbah domestik oleh pemerintah kabupaten masih
rendah
6. Belum ada sinergitas kelembagaan di pemerintah Kabupaten Tasikmalaya untuk
pengelolaan limbah domestik
8. Belum ada kerjasama swasta untuk pengelolaan limbah domestik di Kabupaten
Tasikmalaya
7.4.1.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah
A. Aspek Teknis
Cakupan pelayanan air limbah di Kota Tasikmalaya pada tahun 2015 ialah sebesar
52.83%. Sebagian besar pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tasikmalaya masih
dilakukan dengan sistem on-site.
Pada sistem ini, pengelolaan air limbah domestik dilakukan secara setempat dengan
fasilitas instalasi pengolahan yang berlokasi dekat dengan jamban keluarga atau MCK. Fasilitas
pengumpulan/penampungan/ pengolahan awal yang ideal digunakan dalam sistem on-site yaitu
tanki septik. Sistem on-site pengelolaan air limbah dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu
sistem individual dan sistem komunal. Pembedaan ini didasarkan pada kelompok pengguna
fasilitas pengelolaan air limbah domestik tersebut.
Pada sistem on-site individual, cakupan pelayanan fasilitas pengelola air limbah domestik
umumnya melayani satu keluarga. Pada sistem on-site komunal, cakupan pelayanan fasilitas
pengelola air limbah domestik melayani lebih dari satu rumah tangga melalui mekanisme sharing
dalam penggunaan fasilitas MCK.
Berdasarkan hasil studi EHRA (Environmental Risk and Health Assessment) Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2013, sekitar 57% rumah tangga di Kabupaten Tasikmalaya sudah memiliki
jamban pribadi dengan tempat penyaluran akhir tinja terdiri dari cubluk atau lobang tanah (29%),
kolam atau lapang (20%), tangki septik (10%), dan sungai (7%). Untuk sistem on-site komunal
berupa MCK++, hingga akhir tahun 2013, telah dibangun 15 unit tanki septik komunal dan 5
degester yang tersebar di beberapa kecamatan. Sementara ini belum ada pengelolaan air limbah
dengan sistem off-site (terpusat) di Kabupaten Tasikmalaya.
Tabel 7.19
Cakupan Pelayanan Sistem Onsite
Kecamatan
Sumber : SSK Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2013
B. Pendanaan
Realisasi pendanaan sanitasi untuk komponen air limbah domestik di Kabupaten
Tasikmalaya dapat dilihat mulai tahun 2010 sampai dengan 2102 yaitu adanya anggaran untuk
pendanaan investasi, tetapi belum tersedia untuk pendanaan operasional dan pemeliharaan yang
dialokasikan dalam APBD. Perkiraan biaya operasional dan pemeliharaan berdasarkan
infrastruktur terbangun juga belum didapatkan, hal ini karena data pengelolaan sarana air limbah