• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 54cc77ffe5 BAB VIIBAB 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 54cc77ffe5 BAB VIIBAB 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

7.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

Kegiatan pengembangan permukiman di Kota Makassar terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat

pertumbuhan, serta desa tertinggal.

7.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Permukiman

A. Arah Kebijakan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada peraturanperundangan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional. Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

(2)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f) Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

3. Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumahsusun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar b10% pada tahun 2014.

Pengembangan Permukiman di Kota Makassar dilaksanakan dengan upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh, perkotaan, dan desa Nelayan.

Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana ( infrasruktur ) Permukiman di kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa / Desa Pusat Pertumbuhan dan pada Desa terpencil / Desa tertinggal melalui program pemberdayaan masyarakat.Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1 Tahun 2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut:

(3)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

Tabel 7.1. Tugas Pemerintah pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah kota dalam

Pengembangan Permukiman

Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/Kota

 Merumuskan dan strategi pada tingkat provinsi dibidang perumahan dan

 Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan

(4)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

umum perumahan dan kawasan permukiman.

 Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

 Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

C. Wewenang

Tabel 7.2. wewenang Pemerintah pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah kota dalam

Pengembangan Permukiman

Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/Kota

 Menyusun dan menetapkan

 Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang

 Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan

 Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan

 Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan

(5)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

 Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam

 Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai

perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

 Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

D. Lingkup Kegiatan

Prioritas pembangunan permukiman di Kota Makassar adalah:

1. Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan tertuju pada kelurahan di Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Mariso dan Kecamatan Mamajang sebagai prioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan perkotaan. Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan peningkatan infrastruktur permukiman, seperti pembangunan prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan.

2. Pembangunan infrasturktur sanitasi di daerah pinggiran kota dengan Pendekatan konsep penanganan permukiman kota sebagai berikut :

a. Konsep Penanganan Lingkungan Permukiman Padat dan Kumuh b. Konsep Penangangan Lingkungan Permukiman Nelayan / Pesisir

c. Konsep Kawasan Rawan Bencana Alam

6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

A. Isu Strategis

(6)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

Tabel 7.3.

Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman di Kota Makassar

No Strategis Ket.

1

Kedudukan Kawasan Perkotaan Kota Makassar baik secara geografis maupun dalam tatanan kebijakan spasial nasional dan provinsi, dalam berbagai kegiatan pembangunan, jelas ini menjadi faktor kuat menarik arus penduduk masuk ke kawasan ini. Kedudukan Kawasan Perkotaan Kota Makassar baik secara geografis maupun dalam tatanan kebijakan spasial nasional dan provinsi yang menempatkannya sebagai pusat pelayanan dalam berbagai kegiatan pembangunan, jelas ini menjadi faktor kuat menarik arus penduduk masuk ke kawasan ini.

Kota

Makassar

2

Secara historis, dalam lintasan sejarah peradaban

masyarakat SulawesiSelatan, salah satu dari tiga kerajaan besar di Sulawesi adalah Kerajaan Luwu, Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo

3

Fungsi dan peran Kota Makassar sebagai tempat pemusatan berbagai aktivitas wilayah, seperti pemusatan permukiman perkotaan, pusat pelayanan kegiatan sosial, ekonomi, budaya, dan pemerintahan, tentunya memerlukan pendekatan pola penanganan yang lebih terpadu, terintegrasi, komprehensif, dan berkelanjutan guna mewadahi aktivitas masyarakat dalam satu tatanan pengaturan pemanfaatan ruang yang harmonis, nyaman, dan produktif, sehingga dalam mengelola kawasan perkotaan Kota Makassar ini perlu melibatkan berbagai sektor pembangunan. Penting bagi kawasan perkotaan ini menjadikan bidang ke-ciptakaryaan sebagai katalisator penciptaan lingkungan perkotaan yang layak huni.

4

Orientasi kawasan perkotaan pada Kawasan Perkotaan lingkungan perkotaan yang layak huni. permukimanKota Makassar ini sebagian ke pesisir Teluk Kota Makassar, dimana berkembang kelompok permukiman nelayan yang kondisinya cukup memprihatinkan utamanya dari aspek prasarana dan sarana dasar lingkungan permukiman.

5

Alokasi realisasi program peningkatan kualitas lingkungan permukiman pada Kawasan Perkotaan Kota Makassar ini belum mampu mengatasi secara signifikan permasalahan- permasalahan di seputar permukiman perkotaan, terutama kawasan permukiman masyarakat berpenghasilan rendah.

6

Kawasan perkotaan Kota Makassar menjadi pusat distribusi pergerakan lintas provinsi dan Negara melalui Pelabuhan Penyeberangan yang tentunya menjadikan kawasan ini sebagai tempat transit bagi pelintas di jalur trans sulawei tersebut.

Sumber: SPPIP Perkotaan Kota Makassar 2012

B. Kondisi Eksisting

(7)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

minum dan sanitasi serta fasiilitas umum lainnya. Ditinjau dari tingkat penyediaan PSD masih menunjukkan adanya indikator keterbatasan berkaitan dengan tingkat kebutuhan pelayanan kepada masyarakat terutama di daerah pinggiran.

Tabel 7.4 Data Kawasan Kumuh Kota Makassar Tahun 2014

(8)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

(9)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

(10)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

Sumber : SK Kumuh Walikota Makassar No 050/1341/kep/IX/2014

Tabel 7.5 Data Kondisi Rusunawa di Kota Makassar

NO NAMA

BLOK 487 2006/2008 KEMENTERIAN PU

2 DAYA Kecamatan

Biringkanaya

3 TWIN

BLOK 291 2003/2009 KEMENTERIAN PU

3 UNHAS Kecamatan

(11)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

menangani bidang kecipta-karyaan d i p e r k u a t dalam organisasi, ketatalaksanaan, serta dukungan prasarana dan sarana dasar.

(12)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di Kota Makassar, yaitu dari aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat, maka sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang direkomendasikan sebagai berikut:

1. Kelembagaan yang menangani bidang kecipta-karyaan khususnya pengembangan permukiman yang didukung dengan uraian tugas dan fungsi (tupoksi) yang jelas serta penempatan tenaga pelaksana sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiliki.

2. Adanya pengorganisasian pendanaan dari berbagai sumber (APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN dan Swadaya) yang pelaksanaannya oleh Satker berada dalam SKPD.

3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam menangani program/ kegiatan pengembangan permukiman baik individu maupun organisasi masyarakat.

4. Optimalisasi peningkatan peran serta swasta dalam penyelenggaraan pembangunan sektor perumahan dan permukiman.

5. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

A. Program Kerja

1. Pembinaan Pengembangan Permukiman

a. Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)

b. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)

2. Infrastruktur Kawasan Pemukiman Perkotaan

a. Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh b. Peningkatan Infrastruktur Kawasan RSH

3. Rusunawa Beserta Infrstuktur Pendukungnya 4. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

a. Pembangunan/Peningkatan Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

(13)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

b. Infrastruktur Kawasan Pemukiman di Perbatasan dan Pulau terluar 5. Pemberdayaan Masyarakat (PPIP, PISEW, dan RIS PNPM).

B. Kesiapan (Readiness Criteria)

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiridari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut :

1. Umum

 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.

 Kesiapan lahan (sudah tersedia).

 Sudah tersedia DED.

 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP,

RPKPP,Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana

daerahuntuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

 Ada unit pelaksana kegiatan.

 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

2. Khusus a. Rusunawa

 Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA

 Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh

 Kesanggupan Pemda untuk menyediakan Sambungan Listrik, Air

Bersih, dan PSD lainnya

 Ada calon penghuni

b. PNPM Perkotaan

 Lokasi adalah kelurahan perkotaan mengacu data PODES 2008 dan

sudah ditetapkan oleh Menko Kesra

(14)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

 Dipilih kelurahan yang belum mendapatkan 3 kali putaran BLM dan

yang sudah, tetapi jumlah KK miskin ≥ 25%

 Kab/Kota menyediakan:

 DDUB sebesar 20 – 30%

 BOP minimal 5% dari pagu BLM kab/kota

 Provinsi menyediakan BOP 1% dari Pagu BLM Provinsi

c. RIS PNPM

 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.

 Tingkat kemiskinan desa >25%.

 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP

nminimal 5% dari BLM. d. PPIP

 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI

 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani

program Cipta Karya lainnya

 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik

 Tingkat kemiskinan desa >25%

7.1.4 Usulan Program dan Kegiatan

Sasaran yang dicapai dalam pembangunan permukiman di Kota Makassar memasuki tahun 2014 adalah Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan di kelurahan Lette sebagai prioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan perkotaan di Kota Makassar. Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan peningkatan infrastruktur

(15)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

Kegiatan Prioritas Keciptakaryaan sektor Pengembangan Permukiman di Kota Makassar yang diperlihatkan pada tabel 6.7.

Tabel 7.7 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kota Makassar Tahun 2015 - 2019

43.200.000 Daya, Mariso dan Tallo Siap (semua)

Tabel 7.8 Usulan Pembiayaan Proyek sektor Pengembangan Permukiman Tahun 2015 - 2019

Sumber : Usulan Prioritas Keg Keciptakaryaan Sektor Pengembangan Permukiman Kota Makassar T.A 2015-2019

7.2 ENATAAN BANGUNAN & LINGKUNGAN

7.2.3 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

(16)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan Kota Makassaryaitu :

1. Bantuan teknis penyusunan pedoman pembangunan gedung dan lingkungan.

2. Penguatan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat

3. Penyusunan NPSM sebagai tindak lanjut UU No. 28/2002 dan PP No. 36/2005

4. Pembinaan penyelenggaraaan bangunan gedung kepada pemangku kepentingan terkait

5. Bantuan teknis pembangunan bangunan gedung dan pelayanan pengelolaan rumah Negara

6. Penataan lingkungan permukiman kumuh, nelayan dan tradisional melelui pemberdayaan masyarakat.

7. Penataan dan revitalisasi bangunan gedung bersejarah dan lingkungannya. Bidang Tata Bangunan Kota Makassar mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan kebijakan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya mengacu pada norma, standart,

prosedur dan kriteria yang ada;

b. Pelaksanaan pembangunan dan pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara serta penataan bangunan dan lingkungannya;

c. Pelaksanaan pembinaan teknis penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya; d. Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan jasa konstruksi serta

pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;

e. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

(17)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan

pemukiman kumuh dan nelayan;

 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman

tradisional.

2. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan

lingkungan;

 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

 Pelatihan teknis.

3. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;

 Paket dan Replikasi

7.2.4 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

A. Isu Strategis

1. Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan;

2. Masalah kemiskinan di Kota Makassar sudah sangat mendesak untuk ditangani. Di mana salah satu ciri umum dari kemiskinan adalah minimnya infrastruktur Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) yang memadai, kualitas lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan memperkuat kelembagaan masyarakat dan menjalin kemitraan dengan masyarakat melalui program P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) Kota Makassar.

(18)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

kawawan kumuh tidak hanya pada aspek fisik saja tetapi juga melaui Konsep TRIDAYA/bersejarah tersebut.

4. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah; Kawasan tradisional/bersejarah memiliki refleksi nilai budaya yang tinggi. Di sisi lain kawasan disekitarnya seringkali dijumpai tidak tertata dengan baik bahkan mengalami penurunan kualitas lingkungan. Demi menjaga kelestarian nilai budaya dari masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan dibutuhkan upaya revitaliasasi kawasan tradisional Kota Makassar. 5. Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara Merupakan kegiatan berupa

pengadaan, pemanfataan dan penghapusan baik fisik maupun administrasi dari Gedung-gedung dan Rumah-rumah negara. Pada pelaksanaan pemerintah pusat mendorong peran pemerintah daerah berkomitmen dalam pengelolaan GRN. Kegitan- kegiatan utama GRN terdiri Kegiatan Pembinaan Teknis dan kegiatan fisik.

Berikut dijabarkan isu-isu strategis sektor penataan bangunan dan lingkungan di Kota Makassar sebagai berikut :

Tabel 7.10. Isu Strategis Sektor PBL di Kota Makassar Tahun 2013

NO KEGIATAN SEKTOR PBL

ISU STRATEGIS SEKTOR PBL KAB KOTA MAKASSAR

1 Penataan Lingkungan

Permukiman

a. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh

b. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah

2 Penyelenggaraan Bangunan

Gedung dan Rumah Negara

Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara

3 Pemberdayaan Komunitas

dalam Penanggulangan

Kemiskinan

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar 2013

B. Kondisi Eksisting

(19)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

banyak memberi dampak positif terhadap keserasian bangunan dan lingkungan masih bercampur baur kawasan perumahan, perdagangan dan pergudangan di daerah perkotaan, demikian pula dengan tidak tertibnya garis- garis sempadan bangunan menurut peruntukannya serta pemanfaatan ruang yang tidak terkendali baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan terlihat pembangunan dan pemanfaatan lahan dilakukan pada kawasan non budidaya seperti pada kemiringan lahan >40%, dikawasan pantai dan pinggiran sungai sehingga sering terjadi bencana banjir, tanah longsor dan bencana lainnya.

Tabel 7.11 Laporan Ruang Terbuka Hijau Kota Makassar Tahun 2012

NO JENIS RTH STATUS (LUAS) LUAS (M2)

Tabel 7.12 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

No Kawasan/

Tabel 7.13 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan kota makassar

No. Kecamatan Kegiatan PNPM Perkotaan (P2KP)

Mariso BLM USRI dan PAMSIMAS

(20)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

3 Tamalate BLM SLBM, USRI dan PAMSIMAS

4 Rappocini BLM USRI dan PAMSIMAS

5 Makassar BLM USRI dan PAMSIMAS

6 Ujung Pandang BLM USRI

7 Wajo BLM -

8 Bontoala BLM USRI dan PAMSIMAS

9 Ujung Tanah BLM USRI dan PAMSIMAS

10 Tallo BLM SLBM, USRI dan PAMSIMAS

11 Panakkukang BLM SLBM, USRI dan PAMSIMAS

12 Manggala BLM USRI dan PAMSIMAS

13 Biringkanaya BLM SLBM, USRI dan PAMSIMAS

14 Tamalanrea BLM PAMSIMAS

C. Permasalahan dan Tantangan

Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:

1. Penataan Lingkungan Permukiman

 Rendahnya Kualitas lingkungan dikawasan pesisir ,pusat kota,

percampuran fungsi perdagangan dan perumahan.

 Masih rendahnya kondisi jalan lingkungan permukiman.

 Belum tersedianya system proteksi kebakaran

 Sudah tersedia rencana rinci bangunan dan lingkungan (RTBL) pada

sebagian kawasan perkotaan namun belum operasional. 2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah

serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;

 Belum ada regulasi Pengaturan Bangunan;

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

Bangunan Gedung

 Lingkungan perkantoran/ instansi pemerintah berada pada kawasan

yang bertopografi rendah sehingga cenderung mengalami banjir pada musim hujan.

 sebagian kondisi fisk bangunan Perkantoran sudah tua sehingga perlu di

revitalisasi dan di relokasi.

(21)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

 Kurangnya penyediaan taman kota, ruang publik dan ruang terbuka

hijau

 Kurangnya penyediaan fasilitas olahraga tingkat kabupaten

 Kapasitas Kelembagaan Daerah

 Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam

pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;

 Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan

gedung dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

7.2.5 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan bertujuan untuk menjamin kondisi bangunan (menata dan mengatur) karena akan dijadikan dasar pada masa yang akan datang. Jika ditinjau dari intensitas bangunan yang ada saat ini, maka penataan bangunan belum dilakukan dengan baik.Rencana penataan bangunan dan lingkungan terutama pada daerah yang sudah terbangun harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Untuk itu, maka pada beberapa daerah yang peruntukannya sebagai lahan bebas bangunan akan dijadikan sebagai open

space untuk memberikan nuansa nuansa lingkungan yang asri.Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010 yaitu :

1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman.

a. RTBL ( Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan ) Kawasan Kota Makassar.

Panduan bangunan Kawasan Kota Makassar yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta membuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan Kawasan Kota Makassar. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kab Kota Makassarmeliputi:

(22)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

Visi Pembangunan dan Pengembangan Kawasan adalah me- revitalisasi dan meningkatkan citra kawasan (pusat kota) Kota Makassar sebagai kawasan Bugis Epicentrum berbasiskan pusat pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial ekonomi, perdagangan dan jasa yang didukung oleh kegiatan dan permukiman yang serasi, nyaman dan berwawasan lingkungan guna mendukung terwujudnya kota Kota Makassar sebagai kawasan strategis pertumbuhan.

2) Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan

Konsep utama pengembangan struktur kawasan dari Kawasan Kota Makassar adalah penataan kembali dari struktur linier dimana semua pergerakan dan fungsi-fungsi kawasan berorientasi pada jalur jalan utamanya menjadi suatu struktur kawasan yang kompak dan diarahkan untuk memiliki nilai-nilai kualitas perancangan kawasan.

3) Konsep Komponen Perancangan Kawasan

Pengembangan kawasan perencanaan sebagai urban epicentrum dipahami sebagai sebuah kawasan yang menjadi titik pusat orientasi Kota Makassar yang di dalamnya berkembang fungsi- fungsi pelayanan skala regional antara lain pusat pelayanan jasa dan pemerintahan, perdagangan serta pariwisata perkotaan. Karakter kawasan urban epicentrum

memperlihatkan ciri-ciri sebuah kawasan yang hidup (liveable dan vibrant) dengan ragam kegiatan di dalamnya yang berlangsung sangat intensif.Pengembangan dan pembangunan kawasan perencanaan harus mampu memadukan unsur-unsur serta nuansa kesejarahan dan budaya ke dalam sektor-sektor pembangunan serta Harus mampu mewadahi aspirasi-aspirasi masyarakat.Dalam perkembangannya, kawasan perencanaan ini diharapkan menjadi atau memiliki perbedaan dengan kawasan lainnya di Kota Kota Makassar, baik secara fisik, visual, lingkungan maupun suasana tempatnya.

4) Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya

(23)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

 Upaya menegaskan Kawasan Kota Makassar sebagai kawasan urban

epicentrum sekaligus mem-vital-kannya secara optimal dan efisien, memerlukan suatu upaya untuk menambahkan fungsi-fungsi lainnya yang dapat mendukung fungsi dan kegiatan utama pusat kota.

 Fungsi fungsi-fungsi baru yang ditempatkan di dalam kawasan, yaitu

“Visitor Centre” yang berfungsi sebagai tempat pusat informasi tentang

segala hal yang terkait dengan kegiatan wisata budaya di Kota Makassar. Fungsi ini dilengkapi dengan fasilitas wisata seperti ruang pamer, pusat informasi, pagelaran seni, gallery, perpustakaan, museum, dan toko cindera mata.

 Area wisata keluarga yang dilakukan di blok Pasar Sentra. Wisata

keluarga ini merupakan wisata kuliner skala lokal kabupaten. Keberadaan blok wisata kuliner ini bertujuan sebagai “etalase” bagi produk makanan khas Kota Makassar.

6) Rencana Perpetakan

Rencana perpetakan lahan pada Kawasan perencanaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perepetakan tanah berupa sistem blok yang terdiri dari gabungan beberapa persil, dan sistem kapling/persil.

7) Rencana Tapak

Rencana tapak pada wilayah perencanaan, secara umum tidak banyak mengalami perubahan, yaitu sebagai kawasan kawasan pusat kota. Namun untuk menunjang peranannya sebagai kawasan pusat kota maka perlu diciptakan suatu karakter khas pada masing- masing blok perencanaan. Hal yang dapat dilakukan adalah:

 jaringan jalan (jalan kendaraan atau jalan untuk pedestrian) di beberapa

bagian blok, yang dapat membuka wilayah perencanaan dengan wilayah lain di sekitarnya.

 Membentuk jaringan pedestrian way yang menghubungkan semua unit

perencanaan sehingga tercipta pedestrian freedom.

(24)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

 Menetapkan jarak bangungan terhadap jalan sedemikian rupa sehingga

tercipta building alignment yang serasi.

 Mengarahkan ketinggian bangunan, sehingga akan menghasilkan

roof-lineyang berirama dan menghasilkan koridor jalan sebagai ruang closure.

 Untuk memperkuat „entrance masuk‟ pada kawasan dapat dibuat

„Gerbang‟ sebagai focal point untuk kawasan melalui pengarahan

ketinggian bangunan di sisi kiri-kanan jalan, sehingga bisa membentuk image sebagai gerbang, juga dapat dilakukan dengan membuka node yang ada serta

o menempatkan landmark berupa patung dan sejenisnya pada bundaran

jalan (roundabout).

 Memberikan link antar bangunan berupa pedestrian shelter/

koridor bagi pejalan kaki, sehingga wilayah perencanaan bisa disebut sebagai kawasan yang pedestrian friendly.

8) Intensitas Pemanfaatan lahan

Konsep pengendalian intensitas kawasan urban epicentrum Kota Makassar adalah tercapainya pemanfaatan lahan yang lebih merata dan seimbang sesuai dengan tujuan peruntukan kawasan. Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah perpetakan / daerah perencanaan yang sesuai dengan rencana kota. Intensitas pemanfaatan lahan erat hubungannya dengan konsep peruntukkan lahan, terutama menyangkut besaran ruang yang ditempati oleh peruntukkan yang telah ditetapkan.Intensitas pemanfaatan lahan merupakan luas lantai maksimum yang dapat dibangun di atas sebidang lahan, hal tersebut memberi gambaran tentang skala pembangunan bagi kawasan Kota Makassar.

(25)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

besar KLB di kawasan perencanaan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:

 Harga lahan

 Ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan)

 Dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan

 Ekonomi dan pembiayaan

Rencana ketinggian bangunan maksimum yang dapat diterapkan di kawasan perencanaan adalah sebagai berikut :

 Di sepanjang jalan arteri diperbolehkan maksimum berkisar antara 15 –

20 lantai (KLB maks = 20 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 100 meter dari lantai dasar.

 Di sepanjang jalan kolektor diperbolehkan maksimum berkisar antara 15 –

20 lantai (KLB maks = 4 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 100 meter dari lantai dasar.

 Di sepanjang jalan lokal diperbolehkan maksimum 5 lantai (KLB maks = 5

x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 30 meter dari lantai dasar.

Koefisien Dasar Bangunan adalah perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dan luas total keseluruhan tapak. Dengan menyisakan luasan beberapa meter persegi pada tapak dimaksudkan agar masih terdapat bidang-bidang peresapan air hujan di dalam tapak tersebut. Dengan menyisakan luasan kapling agar tidak didirikan bangunan, juga berdampak secara psikologis. Apabila seluruh kapling dipenuhi bangunan, maka kesan padat dan sesak akan sangat terasakan. Penetapan besar KDB di kawasan perencanaan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:

 Tingkat pengisian / peresapan air (water recharge)

 Besar pengaliran air

 Jenis penggunaan lahan dan Harga lahan

 Rencana intensitas pemanfaatan lahan kawasan Kota Makassar :

(26)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

 Fasilitas Pendidikan, terdiri dari TK, SD, SLTP, SLTA, Akademi/PT,

dan Pesantren dengan KDB 45 – 50 %.

 Fasilitas Kesehatan, terdiri dari rumah sakit bersalin, puskesmas,

apotik, dan balai pengobatan dengan KDB 40 – 50 %.

 Fasilitas Peribadatan, terdiri dari masjid, langgar / musholla, gereja, dan

vihara dengan KDB 40 – 50 %.

 Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan, terdiri dari kantor

pemerintahan kota, kecamatan, balai desa, dan lain-lain dengan KDB 40 – 50 %.

 Fasilitas Perdagangan dan Jasa, terdiri dari pasar, pertokoan,

pasar swalayan, warung/kios, koperasi dengan KDB maksimum 70 % disesuaikan dengan lokasi dan karakteristik kegiatannya.

 Fasilitas Rekreasi dan Olah Raga, terdiri dari gedung gedung

pertemuan, penginapan/losmen, hotel, rumah makan, dan sarana rekreasi lainnya dengan KDB 70 – 80 %.

 Taman dan Ruang Terbuka Hijau, berupa taman kota, taman lingkungan,

lapangan olah raga dan lahan konservasi dengan KDB 5 – 10 %. 9) Rencana Investasi

 Kegiatan pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan lingkungan

kawasan Kota Makassar dilakukan oleh pemerintah Kota Makassar, Pemerintah Povinsi Sulawesi Selatan, dan masyarakat Kota Makassar.

 Seluruh kegiatan pembangunan harus mengacu kepada panduan Tata

Bangunan dan Lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Makassar.

 Pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat melalui pembangunan fisik

bangunan di dalam lahan yang dikuasainya, termasuk pembangunan ruang terbuka hijau, ruang terbuka, dan sirkulasi pejalan kaki dengan tetap mengacu pada syarat dan ketentuan berlaku.

 Sekenario rencana investasi yang akan dilakukan kawasan

perencanaan mencakup 3 tahapan :

 Tahap I: pembentukan citra kawasan sebagai kawasan kota maritim yang

(27)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

sebagai kota yang memiliki sejarah besar memiliki cita-cita melindungi situs-situs bersejarah yang terdapat di dalam kawasan dan blok-blok dalam kawasan dengan pendefinisian fungsi ruang yang jelas, pencirian dengan aksesori local pada bangunan dan kelengkapan pedestrian path, dan ruang sirkulasi manusia dan kendaraan yang mendukung fungsi ruang, serta sosialisasi kepada pengguna ruang.

 Tahap II: pembangunan sarana dan prasarana untuk meningkatkan

pelayanan terhadap kebutuhan pengguna ruang dalam kawasan, terutama fasilitas vital yang belum terdapat di kawasan perencanaan seperti jaringan air bersih, pengelolaan persampahan, TPS dan fasilitas perdagangan dan jasa.

 Tahap III: peningkatan kualitas lingkungan kawasan untuk mendukung

fungsi ruang dengan pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan sarana dan prasarana dasar lingkungan perkotaan sesuai dengan fungsi ruangnya. 10) Ketentuan Pengendalian Rencana

 Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui beberapa tahapan

kegiatan diantaranya; penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disensitif, serta pengenaan sanksi.

 Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang

persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan penegendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

 Izin dalam pemanfaatan ruang sebagaimana yang diatur dalam

undang-undang penataan ruang diatur oleh pemerintah Kota Makassar berdasarkan kewenangan dan ketentuan yang berlaku. Disamping itu dalam hal perizinan pemerintah dapat membatalkan izin apabila melanggar ketentuan yang berlaku.

 Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar

(28)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

 Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban

pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai rencana tata ruang.

 Izin pemanfaatan ruang diatur dan ditertibkan oleh pemerintah daerah

Kota Makassar sesuai dengan kewenangannya masing- masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.

 Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan

imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah. Bentuk insentif tersebut, antara lain dapat berupa keringanan pajak, pembangunan prasarana dan sarana (infrastruktur), pemberian kompensasi, kemudahan prosedur perizinan, dan pemberian penghargaan.

 Disisentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi

pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang antara lain dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan, penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan kompensasi dan penalti.

 Pemberian insentif dan disisentif dalam pengendalian pemanfaatan

ruang dilakukan supaya pemanfaatan ruangyang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang yang sudah di tetapkan.

 Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan

terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata tuang, berupa :

 keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan,

sewa ruang, dan urun saham;

 pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

 kemudahan prosedur perizinan; dan/atau

 pemberian penghargaan kepada masyarakat,

(29)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

 Disinsetif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi

pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa :

 pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya

biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau

 pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi,

dan penalti;

 Insentif dan disisentif dalam penataan bangunan dan lingkungan

diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat. 11) Pedoman Pengendalian Pelaksanaan Pengelola Kawasan

 Guna tercapainya keberhasilan operasionalisasi RTBL,

dilaksanakan melalui pemasyarakatan secara menyeluruh, yaitu :

 Pemasyarakatan bagi keseluruhan dinas-dinas sektoral maupun

instansi vertikal.

 Pemasyarakatan kepada masyarakat luas melalui pemerintah

kabupaten dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Peran serta masyarakat dapat berbentuk:

o Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan wujud

struktural dan pola pemanfaatan ruang kawasan perkotaan.

o Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan RTBL;

o Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumberdaya

alam lainnya untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas;

o Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan RTBL; o Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan

ruang; dan atau kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

 Peran Pemerintah Daerah (di bawah koordinasi Bappeda) dalam

memasyarakatkan RTBL mempunyai pengaruh besar, yang akan menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaannya.

(30)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

 Program-program yang menjadi prioritas utama sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 43 direkomendasikan berdasarkan kebutuhan dari stakeholder kabupaten dan berawal dari permasalahan utama kawasan yang membutuhkan solusi yang tepat dan inovatif.

 Pelaksanaan RTBL kawasan Kota Makassar dapat dikendalikan

dari kesesuaian dengan arahan kebijakan tata ruang yang lebih makro, ketepatan sasaran program, adanya dukungan legal, serta adanya “good governance”.

b. RISPK (Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran) Kawasan Kota Makassar.

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.

Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.

(31)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.

2. Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Kawasan tradisional/bersejarah memiliki refleksi nilai budaya yang tinggi. Di sisi lain kawasan disekitarnya seringkali dijumpai tidak tertata dengan baik bahkan mengalami penurunan kualitas lingkungan. Demi menjaga kelestarian nilai budaya dari masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan dibutuhkan upaya revitaliasasi kawasan tradisional.Beberapa kawasan yang perlu segera dilakukan penataan, antara lain:

a. Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan Budaya

b. Kawasan Permukiman Tradisional dan Bersejarah yang Meningkat Kualitasnya

c. Revitalisasi Kawasan Bola Soba.

d. Penyusunan desain revitalisasi Kawasan Tradisional

3. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a. Lingkungan perkantoran/ instansi pemerintah berada pada kawasan yang bertopografi rendah sehingga cenderung mengalami banjir pada musim hujan, dan sebagian kondisi fisk bangunan sebagian sudah tua sehingga perlu relokasi sedangkan di daerah perdesaan cukup baik.

b. Pelaksanaan kebijakan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya mengacu pada norma, standart, prosedur dan kriteria yang ada; Pelaksanaan pembangunan dan pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara serta penataan bangunan dan lingkungannya; Pelaksanaan pembinaan teknis penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya; Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan jasa konstruksi serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;

(32)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal. [Dikutip dari : Buku Pedoman Umum P2KP- 3, Edisi Oktober 2005]

Permasalahan kemiskinan di Kota Makassar sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, serta mata pencaharian yang tidak menentu.

Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari dimensi- dimensi dari gejala-gejala

kemiskinan tersebut muncul dalam berbagai bentuk, seperti antara lain :

a) Dimensi Politik, sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka benar-benar tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri mereka. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki akses yang memadai ke berbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak, termasuk akses informasi;

(33)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

budaya kemiskinan yang merusak kualitas manusia dan etos kerja mereka, serta pudarnya nilai-nilai kapital sosial;

c) Dimensi Lingkungan sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan cara pandang yang tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga cenderung memutuskan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang menjaga kelestarian dan perlindungan lingkungan serta permukiman;

d) Dimensi Ekonomi, muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak; dan

e) Dimensi Aset, ditandai dengan rendahnya kepemilikan masyarakat miskin ke berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset kualitas sumberdaya manusia (human capital), peralatan kerja, modal dana, hunian atau perumahan, dan sebagainya.

Karakteristik kemiskinan seperti tersebut di atas dan krisis ekonomi yang terjadi telah menyadarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi masyarakat warga yang

benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal, baik aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman.

(34)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

pada gilirannya antara lain diharapkan juga dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang lebih responsif, dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Kepada kelembagaan masyarakat tersebut yang dibangun oleh dan untuk masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi P2KP secara partisipatif, transparan, dan akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan oleh masyarakat sendiri melalui rembug warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi stimulan atas keswadayaan masyarakat untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta sarana dasar perumahan dan permukiman.

Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan struktural, khususnya yang terkait dengan dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi, serta dalam jangka panjang mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman meraka maupun menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, maka

dilakukan proses pemberdayaan masyarakat, yakni dengan kegiatan pendampingan intensif di tiap kelurahan sasaran.

Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana bantuan langsung ke masyarakat kelurahan sasaran, P2KP cukup mampu mendorong dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat setempat secara terorganisasi dalam penanggulangan kemiskinan. Artinya, Program penanggulangan kemiskinan berpotensial sebagai “gerakan masyarakat”, yakni; dari, oleh dan untuk masyarakat.

8.2.4. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL

(35)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman; a. Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan

b. Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bahaya Kebakaran c. Sarana dan Prasarana Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) d. Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan Permukiman e. Tradisional/ Bersejarah

f. Pembangunan Fisik PSD Revitalisasi

2. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara a. Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung

b. Penyusunan RTBL

c. Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan Gedung (Pintu Gerbang Masjid Al Markas Al Ma'arif)

3. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.

a. P2KP

b. PNPM Perkotaan

7.2.6 Usulan Program dan Kegiatan

Uraian Rencana Kegiatan Prioritas Keciptakaryaan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Makassar diperlihatkan pada tabel 6.17.

7.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

7.3.3 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

A. Arahan Kebijakan

Penyelenggaraan Pengembangan SPAM adalah Kegiatan merencanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik).Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan systempenyediaan air minum (SPAM) antara lain:

(36)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025. Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masihrendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.

3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SistemPenyediaan Air Minum; Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalamkesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepadamasyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut jugamenyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asaskelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang KebijakandanStrategi pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan

pelayanan/penyediaanairminum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuanuntuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisikdalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepadamasyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.

(37)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

Kebijakan mengenai pengembangan air minum dalam kurun waktu 5 tahun kedepan di Kota Makassar dibagi atas 3 bagian yaitu :

1. Pengembangan dan peningkatan Air Minum (Kota Makassar) dalam rangka peningkatan pelayanan meliputi peningkatan kelembagaan, penambahan air baku, perbaikan instalasi untuk meningkatkan kapasitas produksi air Minum, pengadaan pipa dan pemasangan pipa transmisi dari Dia 300 mm ke Dia 400 mm, distribusi dan sambungan rumah, dan bangunan pelengkap lainnya.

2. Pengembangan system penyediaan air minum/ SPAM IKK meliputi peningkatan kelembagaan, peningkatan/ perbaikan prasarana dan sarana yang sudah rusak, dan pembangunan baru bagi IKK yang belum Memiliki SPAM.

3. Pengembangan system penyediaan air minum pedesaan meliputi : pembentukan kelembagaan pengelola, rehabilitasi/peningkatan terhadap prasarana dan sarana yang sudah ada dan kurang berfungsi, dan pengembangan penyediaan air bersih yang berbasis masyarakat.

B. Lingkup Kegiatan

Sub Bidang air minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pelayanan air minum di perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air. Selain itu meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi dalam pembangunan sarana air minum di perkotaan.

Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam pengembangan sistem pengadaan air minum antara lain :

1. Peran kabupaten/kota dalam pengembangan wilayah 2. Rencana pembangunan kabupaten/kota

(38)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

5. Dalam penyusunan RPJIM harus memperhatikan Rencana Induk Sistem Pengembangan air minum.

6. Logical Frework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi pengelolaan air minum.

7. Keterpaduan pengelolaan air minum dengan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada setiap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik.

8. Memperhatikan perundangan dan peraturan serta pedoman dan petunjuk yang tersedia.

7.3.4 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan

A. Isu Strategis

Cakupan pelayanan air minum dengan perpipaan maupun non perpipaan rendah, sehingga diperlukan pembangunan jaringan sistem air minum baru dalam rangka menambah jumlah masyarakat yang mendapat pelayan air minum dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, diantaranya :

a. Pembangunan jaringan sistem Penyediaan Air Minum di Ibukota Kecamatan (IKK)

b. Pembangunan jaringan sistem Penyediaan Air Minum di Kawasan MBR c. Pembangunan jaringan sistem Penyediaan Air Minum Perdesaan

B. Kondisi Eksisting

(39)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

pengelolaan air bersih Kota Makassar berasal dari air permukaan Sungai Leko paccing dan air yang berasal dari Waduk Bili -Bili. Potensi sumber air baku tersebut digunakan oleh PDAM Kota Makassar untuk mensuplai kebutuhan air bersih/minum penduduk dan beberapa instansi pemerintah/swasta yang ada di Kota Makassar.

Sedangkan sumber air baku lainnya selain PDAM yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Makassar dan sekitarnya, bersumber dari sumur gali dengan kedalaman rata-rata 5-6 meter untuk sumur gali, dan 15-30 meter untuk sumur tanah dalam. Pada beberapa kawasan tertentu dijumpai potensi air tanah dangkal dan dalam tersebut dalam kondisi asin, yang sulit untuk dimanfaatkan sebagai sumber air minum yang layak untuk dikomsumsi.

Pengelolaan penyediaan pelayanan air bersih Kota Makassar dilakukan oleh PDAM, elaku perusahaan daerah serta kelembagaan lainnya ditingkat masyarakat sebagai pelaku pengguna air bersih yang tidak terjangkau oleh pelayanan jaringan pipa distribusi PDAM. Potensi air bersih yang bersumber dari PDAM, secara umum masih dominan dimanfaatkan oleh masyarakat perkotaan. Berdasarkan data yang diperoleh tingkat pelayanan air bersih yang bersumber dari PDAM Kota Makassar baru mencapai 64,89% a t a u 189.148 KK.

Tabel 7.15. Potensi Sumber Air Baku Yang Dikelola PDAM Kota Makassar

No Lokasi Sumber Air Baku Kapasitas (Lt/Dt)

1 2 3 4

1 IPA I Ratulangi Sungai Jeneberang 50

2 IPA II Panaikang Sungai Lekopaccing 1.000

3 IPA III Antang Sungai Jeneberang 90

4 IPA IV Maccini Sombala Sungai Jeneberang 200

5 IPA V Somba Opu Sungai Jeneberang 1.000

6 Air Permukaan Danau Tonjong

Danau Balang

Tonjong 6,60

7 Air Permukaan Waduk Tunggu Borong

Waduk Tunggu

Borong 8,48

Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Makassar Tahun 2011

Tabel 7.16. Kondisi Air Tanah Dangkal dan Dalam Dirinci Menurut Kecamatan di Kota Makassar

(40)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

(Artesis)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Mariso √ √ - √ 5 9

2 Mamajang √ √ - √ 5-6 10-15

3 Tamalate √ √ - √ 7 (Berwarna Kuning) 15-20

4 Rappocini √ √ - √ 6 20

5 Makassar √ √ - √ 5 8-15

6 Ujung Pandang √ √ - √ 5-6 9

7 Wajo √ √ - √ 6 10

8 Bontoala √ √ - √ 8 15

9 Ujung Tanah √ √ - √ 4 9

10 Tallo √ √ - √ 7-10 16

11 Panakukang √ √ √ √ 8 18

12 Manggala √ √ - √ 15 25

13 Biringkanaya √ √ - √ 12 20

14 Tamalanrea √ √ √ - 10 27

Adapun area pelayanan PDAM Kota Makassar terbagi atas beberapa wilayah pelayanan yang di uraikan sebagai berikut:

 IPA I Ratulangi, area pelayanan meliputi; Kecamatan Ujung Pandang dan

W ajo

 IPA II Panaikang, area pelayanan meliputi; Kecamatan Wajo, Bontoala,

Panakkukang, Kawasan Industri Makassar (KIMA), Tamalanrea dan Kecamatan Biringkanaya

 IPA III Antang, area pelayanan meliputi; Kecamatan Manggala

 IPA IV Maccini Sombala, area pelayanan meliputi; Kecamatan Mamajang

dan Mariso

 IPA V Somba Opu, area pelayanan meliputi; Kecamatan Ujung Pandang,

Mamajang, Panakkukang, Rappocini, Tamalate dan Manggala. Sistem Non Perpipaan

(41)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

septik tank warga sehingga cenderung terkontimanisasi dengan sumur mereka yang bisa menimbulkan efek negative bagi kesehatan.

b) Aspek Pendanaan; Mengingat ketersediaan dana dari pemerintah maupun kemampuan masyarakat dalam membiayai penyediaan sarana dan prasarana air bersih, maka diperlukan dukungan dan dari pihak ke tiga yang diharapkan mampu membantu kebutuhan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih sehingga kesehatan masyarakat terkait dengan konsumsi air bersih bisa terpenuhi.

c) Aspek Kelembagaan dan Peraturan; Belum adanya lembaga yang menagani masalah ini baik yang dilakukan oleh lembaga pemerintah maupun masayarakat, sehingga sampai saat ini hanya dilakukan secara individu. Penanganan ini prasarana ini juga biasanya dilakukan program pemberdayaan masyarakat dan program yang dilakukan oleh Dinas permukiman dan tata ruang daerah maupun propinsi.

Sistem Perpipaan

a) Aspek Teknis; Tingkat pelayanan masih rendah, hal ini disebabkan karena kondisi pipa transmisi sudah dimakan usia dan sudah tidak layak. Ketersediaan air baku yang ada masih memungkinkan karena kapasitas terpasang untuk perkotaan sebesar 270 liter/detik cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, sehingga perlu pergantian jaringan pipa transmisi dari Dia. 300 mm menjadi Dia. 400 mm sepanjang ±

b) 12.500 m dari sumber mata air.Operasional dan maintenance tidak sesuai standard, sehingga banyak mengalami kendala disamping itu ketersediaan tenaga untuk melayani operasionalisasi sistem perpipaan tersebut sangat kurang yang menyebabkan pelayanan kepada pelanggan mengalami kendala.

(42)

RPIJM

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA KOTA MAKASSAR

2017-2021

memang memerlukan investasi yang cukup besar apalagi jika yang akan dihasilkan adalah air bersih yang layak minum.

d) Aspek Kelembagaan dan Peraturan; Dari sisi kelembagaan sebenarnya sudah ada yaitu PDAM yang didukung oleh perda. Namun dari sisi efektifitas lembaga itu sendiri perlu ditingkatkan, hal ini terindikasi dengan masih banyaknya keluhan dari para pelanggan dan tidak lanjut dari keluhan itu kurang terlihat.

C. Permasalahan

Penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air bersih seluruh masyarakat terutama di daerah perkotaan dan daerah yang mengalami kesulitan air bersih terutama pada musim kemarau. Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat air bersih merupakan kebutuhan primer sehingga usaha mengatasi dari seluruh stake holder perlu dilakukan secara terpadu. Berikut yang perlu diperhatikandalam pengembangan SPAM di Kota Makassaryaitu :

1. Tingkat pertumbuhan cakupan pelayanan air minum sistem perpipaanbelum seimbang dengan tingkat perkembangan penduduk

2. Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi masih memerlukanpembinaan.

3. Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar dan tekanan airpada jaringan distribusi umumnya masih rendah.

4. Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas dan harusmembayar lebih mahal.

5. Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air minummasyarakat belum memadai.

6. Sebagian air yang diproduksi PDAM telah memenuhi kriteria layak minum,namun kontaminasi terjadi pada jaringan distribusi.

7. Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang disebabkan buruknyaakses air minum yang aman.

Gambar

Tabel 7.1. Tugas Pemerintah pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah kota dalam
Tabel 7.2. wewenang Pemerintah pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah kota dalam
Tabel 7.3.
Tabel 7.4 Data Kawasan Kumuh Kota Makassar Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Target adalah Meningkatkan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah genangan di perkotaan, mengembangkan jaringan drainase, sistem polder/kolam

2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH. Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:.. 1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan

• Melengkapi water meter induk pada pipa distribusi utama dan melakukan tera ulang secara berkala. • Meter konsumen banyak yang rusak dan sebagian tidak

Jumlah yang cukup besar untuk Kota Blitar yang bahkan saat ini sampah yang ada di. Kota Blitar hanya

Sumber air lain yang ada pada sistem penyediaan air bersih Kota Cimahi adalah. sumber air dari mata air yaitu Mata Air Cikudapati dan Mata Air

pembangunan prasarana dan sarana dasar RSH serta pembiayaan operasi dan pemeliharaannya sekitar 60% dibiayai oleh swasta, sedangkan 40% oleh pemerintah. Kawasan RSH

Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan

Arah kebijakan perlu disusun dalam penanganan permukiman informal 2. Aspek Kelembagaan Lembaga-lembaga 1) yang dibentuk pemerintah dalam pengendalian pembangunan