• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1504154633BAB III Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Banyumas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1504154633BAB III Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Banyumas"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

3.1 Strategi/ Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Banyumas

Strategi pembangunan daerah Kabupaten Banyumas yang menjadi pedoman dalam

penentuan berbagai kebijakan dan program pembangunan daerah yang sesuai dengan

kemampuan keuangan daerah serta memperhatikan berbagai kebijakan dan program dari

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan atau dari Pemerintah Pusat.

Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Banyumas menguraikan arah dan strategi

pengembangan Kabupaten Banyumas dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun sesuai dengan

RTRW Kabupaten Banyumas dengan memperhatikan hasil revisi lima tahunan RTRW tersebut.

Skenario ini mencerminkan kondisi perkembangan Kabupaten atau lingkungan strategisnya saat

RPIJM dibuat dan perkiraan lima sampai dua puluh tahun ke depan.

3.1.1 Arah Pengembangan Struktur Kabupaten Banyumas

Arah pengembangan struktur kota menguraikan tentang pembagian kawasan-kawasan

kota, rencana struktur kota, dan rencana penggunaan lahan. Dalam menjelaskan arah

pengembangan struktur kota akan dilengkapi dengan tabel rencana penggunaan lahan serta

peta rencana struktur dan skenario pengembangan Kabupaten Banyumas.

Arah pengembangan struktur Kabupaten Banyumas merupakan implementasi dari visi

dan misi pembangunan Kabupaten Banyumas. Visi dan misi Kabupaten Banyumas dapat

diuraikan sebagai berikut:

A. Visi

Kabupaten Banyumas mampu mewujudkan masyarakat yang sejahtera, terpenuhi

pelayanan dasar secara adil dan transparan, yang didukung dengan pemerintahan yang

baik dan aparat yang bersih dengan tetap mempertahankan budaya Banyumasan.

B. Misi

1.

Dalam rangka upaya mencapai visi tersebut di atas, maka misi Kabupaten Banyumas

adalah:

2.

Menyelenggarakan sistem pelayanan dasar dalam bidang sosial, kesehatan,

(2)

oleh seluruh lapisan masyarakat, dengan didukung oleh sistem kelembagaan

manajemen yang efisien dan transparan.

3.

Mengembangkan sumber daya lokal bagi pengembangan ekonomi masyarakat melalui

sistem pengelolaan yang professional, efektif dan efisien serta akuntabel, dengan

didukung system dan sarana investasi yang baik.

4.

Mengembangkan jaringan kerjasama antara pemerintah daerah dengan masyarakat

(swasta) baik dalam tataran lokal, regional, nasional maupun internasional melalui

penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai.

5.

Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola pembangunan berkelanjutan

secara efisien dan efektif.

6.

Meningkatkan kemampuan, moral dan etika kerja serta akuntabilitas aparatur

pemerintah daerah dalam mengelola pembangunan dan pelayanan kepada

masyarakat.

7.

Melestarikan dan mengembangkan budaya Banyumas.

Berakar dari visi dan misi pembangunan Kabupaten Banyumas diharapkan arah

pembangunan Kabupaten Banyumas menjadi semakin terarah, jelas dan terprogram.

3.1.1.1 Rencana Struktur Kota

Dalam pengembangan Wilayah Kabupaten Banyumas sangat dipengaruhi oleh

rencana struktur kota. Pembangunan nasional secara keseluruhan bertujuan sebagai berikut :

1. Pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang meningkatkan pendapatan/taraf

hidup serta kesejahteraan seluruh masyarakat dan perbaikan struktur ekonomi.

2. Pemanfaatan ruang secara optimal dengan pengembangan potensi sumber daya alam dan

sumber daya manusia, melalui berbagai usaha. pengembangan ilmu dan teknologi yang sesuai

dengan memperhatikan konservasi lingkungan hidup.

Konsep struktur tata ruang wilayah ditujukan pada pencapaian pemerataan dan

keseimbangan tingkat perkembangan antar daerah. Untuk perwujudan pertumbuhan yang

dikehendaki dilihat tingkat pertumbuhannya yang mempunyai faktor tingkat kemudahan bagi

masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan hidup maupun kebutuhan untuk melakukan

kegiatan usaha. Kriteria tingkat kemudahan memberi pula ukuran bagi kesempatan tumbuh

serta ukuran bagi daya tarik dengan kesempatan untuk tumbuh yang seimbang pada dasarnya

dapat dicapai pada tingkat pertumbuhan yang seimbang pula. Sejalan dengan pertumbuhan

(3)

(kecil), sebagai lokasi kegiatan perekonomian berupa pasar dan fasilitas perdagangan serta

penyediaan jasa lainnya. Simpul-simpul yang timbul berada dalam sub koordinasi simpul yang

telah ada sebelumnya, sehingga terbentuk deretan simpul yang terikatt satu dengan lainnya

dalam hubungan fungsional pemasaran. Simpul-simpul tersebut tersusun dalam susunan

hirarki kota. Rencana struktur tata ruang Kabupaten Banyumas disusun berdasarkan beberapa

faktor antara lain:

1. Hirarki pusat pertumbuhan

2. Jangkauan pusat pelayanan

3. Fungsi pusat pelayanan

4. Jaringan transportasi

5. Fungsi kawasan saat ini

3.1.1.2 Pembagian Wilayah Kabupaten Banyumas

Dalam arahan kebijaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Banyumas telah ditetapkan susunan pusat pelayanan dengan tata strukturnya sebagai berikut:

Kota Hirarki I di kota Purwokerto dan sekaligus sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN);

Kota Hirarki III di kota Sumpiuh, Sokaraja, Banyumas, Ajibarang, Wangon dan sekaligus

sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW);

Kota Hirarki IV yaitu Kota Pekuncen, Gumelar, Lumbir, Purwojati, Jatilawang, Rawalo,

Kebasen, Kemrajen, Tambak, Karanglewas, Kedungbanteng, Baturaden, Sumbang dan

Kembaran dan sekaligus sebagai pusat kegiatan lokal (PKL).

Pembagian hirarki dalam pengembangan perkotaan di wilayah Kabupaten Banyumas memiliki

fungsi sebagai berikut:

A. Kota yang berfungsi sebagai Hirarki I

Kota yang berperan sebagai kota hirarki 1 dalam pengembangan wilayah Kabupaten

Banyumas adalah Kota Purwokerto. Selain sebagai kota utama di wilayah Kabupaten

Banyumas, dalam kerangka sistem perkotaan regional dan nasional, kota Purwokerto

merupakan salah satu pusat kegiatan Nasional.

Kota Purwokerto dalam lingkup internal merupakan pusat administrasi, perdagangan, sosial,

pendidikan sedangkan dalam lingkup eksternal merupakan salah satu pusat pertumbuhan di

bagian barat propinsi jawa tengah yang diharapkan dapat menjadi kutub pertumbuhan bagi

perkembangan wilayah baik dalam kegiatan perdagangan khususnya pemasaran hasil

(4)

B. Kota yang berfungsi sebagai Hirarki II

Dalam pengembangan wilayah Kabupaten Banyumas, kota hirarki dua tidak ada. Hal ini

disebabkan adanya perbedaan tingkat perkembangan wilayah yang relatif jauh antara kota

Purwokerto sebagai hirarki I dengan kota-kota lain di wilayah Kabupaten Banyumas.

C. Kota yang berfungsi sebagai Hirarki III

Kota yang akan dikembangkan menjadi kota hirarki tiga adalah kota-kota Sumpiuh, Sokaraja,

Banyumas, Ajibarang, Wangon, dan Karanglewas. Kota-kota ini merupakan kota kecamatan

yang mempunyai tingkat perkembangan wilayah dan tingkat konsentrasi kegiatan yang relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan kota-kota di sekitarnya. Kota hirarki III ini diharapkan dapat

menjadi pusat kegiatan dan pelayanan wilayah dalam lingkup lokal yang mampu menampung

penduduk beserta aktifitasnya dalam kerangka mengurangi arus migrasi ke kota Purwokerto.

D. Kota yang berfungsi sebagai Hirarki IV

Kota hirarki empat merupakan pusat lokal bagi kawasan pedesaan atau ibukota kecamatan

dengan skala kegiatan yang lebih kecil daripada kota hirarki diatasnya. Kota ini terutama

berfungsi sebagai pusat kegiatan perekonomian, yaitu pusat pemasaran dan distribusi input

produksi pada daerah yang bersangkutan. Kota (pusat pedesaan) ini berfungsi pula sebagai

pusat pelayanan kepada kota hirarki diatasnya.

Wilayah Kabupaten Banyumas yang terbagi per kecamatan memiliki tata struktur

(5)
(6)

3.1.1.3 Rencana Penggunaan Lahan

Perkembangan suatu wilayah sangat terkait dengan perkembangan pengunaan lahan

terbangun dan pada masa mendatang diperkirakan akan berkembang menjadi kawasan

perkotaan. Sehingga dalam pengelolaannya diarahkan pada pemecahan permasalahan perkotaan

dan pemenuhan kebutuhan masyarakat perkotaan. Pada wilayah Kabupaten Banyumas,

perkembangan kawasan terbangun ini terkonsentrasi pada sekitar koridor jalur utama wilayah

dengan dominasi kegiatan non pertanian (perdagangan dan jasa komersial, permukiman dan

lain-lain).

Kondisi saat ini pemanfaatan lahan di Wilayah Kabupaten Banyumas adalah hampir

setengah dari luas wilayah Kabupaten Banyumas merupakan kawasan budidaya pertanian dengan

tingkat kesuburan yang cukup baik. Kondisi lahan yang subur sangat potensial untuk pemanfaatan

tanah yang ada namun masih belum maksimal penggunaannya terhadap kegiatan produktif.

Sebagai gambaran proporsi pola tata guna lahan Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 3.1

Pola Tata Guna Lahan Kabupaten Banyumas Tahun 2007

Sumber: Banyumas Dalam Angka Tahun 2007

No.

Lahan

Luas (Ha)

Persentase

1.

Sawah

32.668

24,61

2.

Pekarangan/Tanah untuk bangunan

18.811

14,17

3.

Tegalan/Kebun

26.760

20,16

4.

Padang Rumput

14

0,01

5.

Rawa-rawa yang tidak ditanami

2

0,00

6.

Kolam/Empang

404

0,30

7.

Hutan rakyat

10.326

7,78

8.

Hutan negara

27.093

20,41

9.

Perkebunan

12.025

9,06

10.

Lain-lain

4.656

3,51

(7)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa secara umum pola tata guna lahan di

Kabupaten Banyumas didominasi untuk sawah, tegalan/kebun, hutan negara dan

pekarangan/tanah untuk bangunan. Luasan lahan sawah mencapai 24,61% dari luas lahan di

Banyumas, luas hutan negara mencapai 20,41%, luas tegalan/kebun 20,16% dan luas

bangunan/pekarangan mencapai 14,17%. Sedangkan untuk lahan yang lain seperti tambak,

perkebunan dan penggunaan lainnya luasnya relatif kecil yaitu. Dari luasan penggunaan tanah

tersebut sektor pertanian masih merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan.

Guna menjaga keseimbangan ekosistem dan ketahanan pangan nasional, maka

Kabupaten Banyumas dijadikan salah satu daerah produksi pangan. Hal ini sesuai dengan

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah, Perda tersebut diperkuat dengan adanya kesepakatan

antara Bupati atau Walikota se-Jawa Tengah untuk mempertahankan lahan sawah yang produktif

dari alih fungsi lahan.

Rencana alokasi pemanfaatan lahan untuk pengembangan kegiatan budidaya di

Kabupaten Banyumas dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek. Untuk mencapai tujuan

pemanfaatan ruang yang optimal maka alokasi pemanfaatan ruang memperhatikan asas

kelestarian, kesesuaian dan kemanfaatan. Asas kelestarian dimaksudkan agar pemanfaatan ruang

tidak mengurangi nilai manfaat dimasa yang datang dengan memberikan perlindungan terhadap

kualitas ruang. Asas kesesuaian bertujuan untuk memanfaatkan ruang sesuai dengan potensi

yang dikandungnya sedangkan asas kemanfaatan ditujukan agar nilai manfaat ruang dapat

memberikan dampak bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat secara optimal.

Rencana penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Banyumas lebih memprioritaskan

kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan wisata,

pemukiman pedesaan dan perkotaan, dan kawasan peternakan. Rencana penggunaan lahan di

wilayah Kabupaten Banyumas sebagai berikut:

a.

Kawasan Pertanian

Kawasan pertanian secara umum di bedakan menjadi beberapa bagian, yaitu: Pertanian

lahan basah dan Pertanian lahan kering (tegalan, kebun dan kebun campuran).

1)

Kawasan Pertanian Lahan Basah

Kawasan pertanian lahan basah merupakan kawasan pertanian yang tersedia air

(8)

dengan ciri pengolahan tanah sawah. Kawasan ini digunakan tidak hanya sebagai

lahan produksi tetapi juga digunakan sebagai daerah resapan air. Persebaran lahan

pertanian lahan basah antara lain meliputi wilayah Kecamatan Kemranjen, Sumpiuh,

Tambak, Jatilawang, serta wilayah Kecamatan Rawalo, Wangon dan Purwojati.

2)

Kawasan Pertanian Lahan Kering

Kawasan pertanian lahan kering adalah areal pertanian yang tidak memilki

ketersediaan air secara baik dan cocok untuk tanaman serta sistem pengolahan lahan

kering. Tanaman yang dimaksud meliputi tanaman pangan dan hortikultura. Kawasan

budidaya lahan kering antara lain di wilayah Kecamatan Kalibagor, Pekuncen,

Ajibarang, Gumelar, Lumbir, Kemranjen, Sumpiuh, dan Kecamatan Tambak.

3)

Kawasan Pertanian Tanaman Tahunan/Perkebunan

Kawasan perkebunan adalah kawasan pertanian yang sesuai untuk komoditas

tanaman tahunan dengan memperhatikan asas-asas konservasi. Adapun yang

termasuk dalam kawasan ini adalah seluruh kawasan yang sesuai untuk budidaya

tanaman tahunan, termasuk kawasan yang telah dikembangkan tanaman keras, baik

oleh masyarakat maupun oleh perusahaan perkebunan.

Pertimbangan penetapan alokasi ruang untuk kegiatan perkebunan meliputi:

Kesesuaian lahan untuk jenis tanaman perkebunan dan tanaman tahunan

Kondisi perkebunan yang telah berkembang

b.

Kawasan Pertambangan

Kawasan pertambangan merupakan kawasan yang memiliki kekayaan bahan tambang yang

dapat diolah dan dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan lain. Kegiatan pertambangan

yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas secara keseluruhan layak untuk dikembangkan

dengan resiko kerusakan yang relatif kecil. Kegiatan pertambangan yang rawan terhadap

kerusakan lingkungan adalah penambangan sirtu di sepanjang sungai. Mengingat kawasan

pertambangan merupakan kawasan yang rawan terhadap masalah lingkungan, maka

pemanfaatan kawasan tambang harus memperhatikan :

Perubahan struktur tanah dan pembuangan residu sehingga tidak menyebabkan

(9)

c.

Kawasan Pengembangan Industri

Kawasan perindustrian merupakan kawasan yang secara khusus dikembangkan untuk

kegiatan industri dengan integrasi sarana dan prasarana serta kegiatan-kegiatan lain yang

mendukung. Kawasan industri diutamakan kawasan yang memiliki kondisi :

Memiliki struktur tanah yang stabil dengan erodibilitas baik

Tersedia sumber baku dan pembuangan limbah yang memadai

Disamping syarat-syarat fisik juga adanya pertimbangan-pertimbangan ekonomi meliputi

sumber daya alam, sumber energi, tenaga kerja, transportasi, aglomerasi, dan pasar.

Berdasarkan pendekatan tersebut dan beberapa masukan analis maka yang ditetapkan

sebagai rencana kawasan perindustrian di wilayah Kabupaten Banyumas adalah bagian

selatan Kabupaten Banyumas yang berlokasi pada jalur transportasi nasional dan berada

dalam lingkup Kecamatan Kemranjen, Sokaraja, Wangon dan Ajibarang. Industri yang

dikembangkan di kabupaten Banyumas ini merupakan industri menengah dan tetap

memperhatikan industri-industri kecil atau rumah tangga. Industri ini antara lain industri yang

mengolah hasil pertanian maupun industri lainnya.

d.

Kawasan Pariwisata

Kawasan wisata adalah kawasan dengan fungsi utama kegiatan pariwisata yang didukung

oleh sarana dan prasarana penunjang. Pengembangan kawasan ini harus melihat potensi

yang dimiliki dan menjadi daya tarik konsumen wisata. Kriteria-kriteria yang perlu

diperhatikan antara lain:

Keindahan alam, panorama, potensi pertanian, dan kekayaan alam yang khas dan

menarik

Kekayaan budaya, tradisi, dan adat istiadat yang bernilai tinggi dan diminati wisatawan

Peninggalan budaya dan peninggalan lain yang bernilai sejarah

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka lokasi yang cukup potensial bagi pengembangan

kawasan wisata adalah di kawasan lereng Gunung Slamet yang tercakup dalam wilayah

Kecamatan Baturraden, Sumbang, Cilongok untuk wisata alam dan buatan serta di

Kecamatan Banyumas, kota Purwokerto dan Karanglewas untuk wisata budaya dan

(10)

e.

Kawasan Permukiman

Pengembangan kawasan permukiman mendapatkan prioritas dalam menentukan

penggunaan lahan. Pengembangan kawasan permukiman dilakukan untuk mengantisipasi

perekembangan penduduk dan menepis kecenderungan pemanfaatan lahan yang hanya

memusat pada kantong-kantong permukiman yang telah ada. Akibatnya, wilayah perdesaan

sulit berkembang karena jauh dari jangkauan sarana.

Kriteria fisik yang dibutuhkan untuk pembangunan kawasan permukiman adalah Kemiringan

antara 0-15% atau lebih dengan pembatasan-pembatasan tertentu (KDB, teknik pengolahan

tanah) dan Erodibilitas baik dan bebas banjir atau air genangan.

f.

Kawasan Peternakan

Kawasan peternakan merupakan suatu kawasan yang fungsi utama didasarkan atas

pengembangan potensi ternak yang telah ada. Berdasarkan jenis ternaknya, peternakan di

Kabupaten Banyumas dibedakan menjadi dua, yaitu peternakan besar dan peternakan kecil.

Peternakan besar yaitu sapi potong dan sapi perah, domba. Sedangkan untuk peternakan

kecil yaitu ayam ras, dan ayam kampung.

Pendistribusian hewan ternak di Kabupaten Banyumas sudah cukup merata pada setiap

kecamatan. Untuk mengembangkan peternakan dapat ditempuh melalui kerjasama antara

pihak swasta dan masyarakat pada areal-areal yang memiliki ternak unggulan. Dengan

adanya program tersebut diharapkan akan dapat membentuk breeding centre yang

berfungsi sebagai lokomotif penggerak pertumbuhan dan perkembangan di bidang

peternakan.

g.

Kawasan Perikanan

Kawasan perikanan merupakan kawasan yang fungsi utama mengoptimalkan potensi

perikanan atau agribisnis, termasuk di dalamnya usaha kecil (pengolahan), perdagangan

hasil-hasil perikanan (termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan

agribisnis hulu (sarana perikanan dan permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan.

3.1.2

Fungsi dan Peran Kabupaten Banyumas

3.1.2.1

Kedudukan Kabupaten Banyumas Dalam Perwilayahan Provinsi Jawa Tengah

Wilayah Kabupaten Banyumas merupakan wilayah administrasi Kabupaten di Propinsi Jawa

(11)

lintas daerah yaitu dari Jawa barat pada lintas Selatan menuju Yogyakarta, Cilacap dan daerah

Pegunungan Dieng atau sebaliknya dari Jawa Barat dari lintas Utara lewat Kabupaten Tegal

menuju Cilacap, daerah Pegunungan Dieng dan Yogyakarta.

Dalam kerangka pengembangan nasional, Kabupaten Banyumas merupakan salah satu

pusat pengembangan kawasan (disebut dengan kawasan Purwokerto dan sekitarnya) dengan

pusat pengembangan di Kota Purwokerto serta wilayah pelayanannya meliputi beberapa kota,

yaitu kota Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Sokaraja. Penetapan kawasan ini bertitik

tolak dari fungsi Kota Purwokerto sebagai daerah yang memegang peranan penting di bagian

barat daya Jawa Tengah serta keberadaan fasilitas yang berskala nasional seperti perguruan

tinggi (Unsoed), kawasan pariwisata Baturraden, dan menjadi titik penting pertumbuhan kawasan

serta perhubungan transportasi Jakarta

Surabaya melalui wilayah selatan. Sektor unggulan

dalam kawasan ini meliputi sektor pariwisata, pertambangan, tanaman pangan dan industri.

3.1.2.2

Sistem Kerjasama Regional dalam Pengembangan Wilayah

Dalam sistem kerjasama regional Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas merupakan kawasan

prioritas dengan arah pengembangan sebagai berikut :

Kawasan kerjasama strategis dalam propinsi, yaitu kawasan Purwokerto dan sekitarnya

sebagai kawasan yang merupakan daerah basis pertanian

Kawasan prioritas pengembangan wilayah perbatasan antarpropinsi, yaitu kawasan

Pancimas (Pangandaran, Cilacap, dan Banyumas) antara Jawa Barat dan Jawa Tengah

Kawasan konservasi ekologis dan perlindungan terhadap bancana alam, yaitu kawasan

penanganan banjir dan tanah longsor Jawa Tengah Bagian Selatan

3.1.2.3

Pembagian Wilayah Pembangunan

Pembagian wilayah pembangunan Kabupaten Banyumas adalah unit analisis wilayah

yang disebut Wilayah Pengembangan Parsial (WPP), Sub Wilayah Pembangunan (SWP), dan

Satuan Kawasan Pengembangan (SKP). Wilayah Kabupaten Bayumas merupakan satu WPP,

yang akan dibagi dalam beberapa SWP dan tiap SWP akan terdiri dari beberapa SKP. SWP

menggambarkan suatu wilayah yang mempunyai satu kesatuan mekanisme pengembangan,

(12)

suatu SWP merupakan garis maya yang mencerminkan daya tarik pengembangan diantara

pusat-pusat SWP.

Kota-kota pusat pelayanan dengan Orde I dan Orde II sekaligus menjadi pusat Sub

Wilayah Pembangunan (SWP), kecuali Kota Sokaraja karena kota ini berada dalam satu SWP

dengan kota Purwokerto yang memiliki hirarki lebih tinggi. Sedangkan pembagian Sub Wilayah

Pembangunan (SWP) di Kabupaten Banyumas adalah sebagai berikut:

1.

Sub Wilayah Pembangunan (SWP) I dengan pusat pengembangan di Kota Purwokerto.

Daerah pelayanan SWP I meliputi 12 Kecamatan; yaitu Kecamatan Patikraja, Kecamatan

Sokaraja, Kecamatan Kembaran, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Karanglewas,

Kecamatan Baturaden, Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Purwokerto Barat,

Kecamatan Purwokerto Timur, Kecamatan Purwokerto Utara, Kecamatan Purwokerto

Selatan dan Kecamatan Kebasen. Potensi yang prioritas dikembangkan adalah sektor

perdagangan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor keuangan, sektor persewaan dan jasa

perusahaan, sedangkan sektor pendukung dari sektor prioritas adalah: sektor penggalian

bahan tambang dan sektor industri.

2.

Sub Wilayah Pembangunan II dengan pusat pengembangan di Ibukota Kecamatan

Ajibarang. Daerah pelayanan SWP II meliputi 4 Kecamatan; yaitu Kecamatan Gumelar,

Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Ajibarang, dan Kecamatan Cilongok. Potensi yang

prioritas dikembangkan adalah sektor penggalian bahan tambang, sedangkan sektor

pendukung adalah sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor angkutan/ komunikasi.

3.

Sub Wilayah Pembangunan III dengan pusat pengembangan di Ibukota Kecamatan

Wangon. Daerah pelayanan SWP III meliputi 5 Kecamatan; yaitu Kecamatan Jatilawang,

Kecamatan Wangon, Kecamatan Lumbir, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Purwojati. Potensi

yang prioritas dikembangkan adalah sektor penggalian bahan tambang dan sektor

perdagangan, sedangkan sektor pendukung adalah sektor industri, sektor listrik, gas dan air

bersih, dan sektor angkutan/ komunikasi.

4.

Sub Wilayah Pembangunan IV dengan pusat pengembangan di Ibukota Kecamatan

Banyumas. Daerah pelayanan SWP IV meliputi 3 Kecamatan; yaitu Kecamatan Banyumas,

Kecamatan Somagede, dan Kecamatan Kalibagor. Potensi yang prioritas dikembangkan

(13)

perdagangan, sedangkan sektor pendukungnya adalah sektor listrik, gas dan air bersih, dan

sektor angkutan/ komunikasi.

5.

Sub Wilayah Pembangunan V, dengan pusat pengembangan di Ibukota Kecamatan

Sumpiuh. Daerah pelayanan SWP V meliputi 3 Kecamatan; yaitu Kecamatan Sumpiuh,

Kecamatan Tambak, dan Kecamatan Kemranjen. Potensi yang prioritas dikembangkan

adalah sektor pertanian dan sektor penggalian bahan tambang, sedangkan sektor

pendukungnya adalah sektor industri dan sektor listrik, gas dan air bersih.

Pusat pelayanan adalah kota yang mengemban peran sebagai pusat pelayanan bagi

wilayah sekitarnya. Berdasarkan arahan kebijakan sistem pelayanan perkotaan di wilayah Jawa

Tengah, maka kota Purwokerto diarahkan sebagai pusat pelayanan kegiatan nasional (KPPKN)

dan kota Wangon dan Banyumas diarahkan sebagai kota pusat pelayanan kegiatan lokal (KPPKL).

Sedangkan dalam kaitannya sebagai pusat ibukota Kabupaten Banyumas, Kota Purwokerto

mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Pusat Pemerintahan Daerah Tingkat Kabupaten sekaligus sebagai kota administratif dalam

kabupaten

2. Pusat perdagangan bagi wilayah sekitarnya

3. Pusat pelayanan pendidikan

4. Pusat pelayanan kesehatan

Rencana struktur ruang di wilayah Kabupaten Banyumas yang tersusun dalam Sub

Wilayah Pembangunan (SWP) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.

Fungsi Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) dan Pembagian Sub Wilayah Pembangunan

(SWP) Kabupaten Banyumas

No SWP SKP Kecamatan Fungsi Utama Fungsi Lahan

1. SWP I A Purwokerto Selatan Pemerintahan

Perdagangan

Pariwisata dan Hutan Rakyat

Purwokerto Barat Pemerintahan

Perhubungan

Pariwisata dan Perdagangan

Purwokerto Timur Pusat Pemerintahan

Perhubungan

Pariwisata dan Perdagangan

Purwokerto Utara Pemerintahan

Pertanian Lahan Basah

(14)

No SWP SKP Kecamatan Fungsi Utama Fungsi Lahan

B Patikraja Pemerintahan

Pertanian Lahan Kering

Hutan Negara/ Rakyat dan Pertambangan

C Kalibagor Pemerintahan

Pertanian Lahan Basah

Perkebunan dan Hutan Rakyat

D Karanglewas Pemerintahan

Perikanan

F Kembaran Pemerintahan

Pertanian Lahan Basah

H Baturaden Pemerintahan

Pertanian Lahan Basah

Hutan Rakyat dan Hutan Negara

I Kedungbanteng Pemerintahan

Perikanan

C Pekuncen Pemerintahan

Hutan Negara

Hutan Negara dan Peternakan

D Cilongok Pemerintahan

Hutan Negara

Pariwisata dan Hutan Basah

3. SWP III A Wangon Pusat Pemerintahan

Perkebunan

Hutan Negara dan Industri

B Jatilawang Pusat Pemerintahan

Perkebunan

E Purwojati Pemerintahan

Perkebunan

C Somagede Pemerintahan

Perkebunan

Hutan Negara

5. SWP V A Sumpiuh Pusat Pemerintahan

Perkebunan

Pariwisata dan Hutan Rakyat

B Kemranjen Pemerintahan

Perkebunan

Peternakan dan Hutan Rakyat

C Tambak Pemerintahan

Hutan Rakyat

Perkebunan

(15)

Wilayah pembangunan Kabupaten Banyumas yang terdiri dari Pembagian Sub Wilayah

Pembangunan (SWP) lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

3.1.3 Identifikasi Wilayah Yang Dikendalikan

Identifikasi wilayah yang dikendalikan merupakan wilayah Kabupaten Banyumas yang

perlu dikendalikan perkembangannya berkaitan dengan tingkat pelayanan prasarana sarana dasar

dan adanya permasalahan yang disebabkan oleh kondisi fisik. Kawasan yang perlu dikendalikan

antara lain:

1. Kawasan Perbatasan

Pengembangan dan penanganan kawasan perbatasan diarahkan pada

penguatan

kegiatan perekonomian dan pelayanan di kawasan ini sehingga dapat mengurangi ketergantungan

pelayanan dan pasar pada daerah lain, selain dapat

menjadi pusat pelayanan bagi wilayah di

sekitarnya.

Kawasan yang memerlukan penanganan khusus di Kabupaten Banyumas adalah

Kecamatan Pekuncen, Lumbir, Tambak, dan Somagede. Kawasan-kawasan tersebut

diarahkan

pada pengembangan kegiatan pemasaran bagi produksi daerah sekitar

serta peningkatan fungsi

pelayanan (baik kegiatan ekonomi maupun sosial) bagi daerah sekitar.

2. Kawasan perkotaan

Kawasan perkotaan berperan sebagai pusat pelayanan dan pendukung kegiatan bagi

daerah sekitarnya selain bagi wilayah kota itu sendiri baik pelayanan pemerintahan, pendidikan,

kesehatan, dan pelayanan di bidang lain. Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang memiliki

fungsi utama non fungsi pertanian. Fungsi yang mencitrakan penggunaan lahan perkotaan dapat

berupa industri, perdagangan dan jasa maupun permukiman dengan ciri perkotaan. Oleh karena

itu, permukiman yang dikembangkan mengacu pada fungsi yang mendukung aktifitas non

pertanian yang memiliki karakteristik pola perkembangan menyebar, kompleksitas dan mobilitas

tinggi. Kawasan perkotaan Kabupaten Banyumas yang perlu mendapatkan pengendalian adalah

Kota Purwokerto sebagai SWP I.

3.1.4 Identifikasi Wilayah Yang Didorong Pertumbuhannya

Identifikasi wilayah yang didorong pertumbuhannya menjelaskan wilayah Kabupaten

Banyumas yang diarahkan sebagai lokasi baru bagi pengembangan kegiatan-kegiatan perkotaan

yang mendukung strategi dan skenario pengembangan perkotaan. Kawasan yang perlu didorong

pertumbuhannya antara lain:

Comment [.1]: Narasi Penjelasan Berdasarkan Prioritas Kawasan Strategis

(16)
(17)

1.

Kawasan Pertumbuhan Lambat

Rencana penanganan kawasan pertumbuhan lambat diarahkan pada kawasan yang

perkembangannya lebih lambat dibandingkan dengan kawasan lain di Kabupaten Banyumas.

Kawasan ini ditandai dengan terbatasnya sarana dan prasarana transportasi yang membutuhkan

penanganan sebagai berikut:

Pengembangan secara intensif potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan

Pengembangan prasarana perhubungan yang lebih dapat diandalkan

Peningkatan hubungan sosial ekonomi dengan pusat kegiatan terdekat

Kawasan pertumbuhan lambat yang memerlukan penanganan khusus adalah Kecamatan

Gumelar, Lumbir, Purwojati, Sumbang, Kedungbanteng, dan Kebasen. Wilayah yang termasuk

tertinggal / terisolasi atau kurang berkembang dan masyarakatnya relatif terbelakang. Wilayah

tersebut yang termasuk dalam kategori pertumbuhan lambat disebabkan oleh kondisi alam yang

kurang menunjang untuk kegiatan dan kehidupan sehari

hari. Wilayah ini terutama terdapat pada

daerah Kabupaten Banyumas bagian Timur di mana masih banyak masyarakat yang hidup serba

kekurangan.

2. Kawasan rawan bencana banjir

Kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman, demikian

pula kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem drainase. Pada

wilayah Kabupaten Banyumas kawasan perlindungan bahaya banjir terdapat pada bagian selatan

Kabupaten Banyumas yang tercakup dalam wilayah Kecamatan Sumpiuh, Kemranjen, Wangon,

Jatilawamg dan Tambak. Pada daerah rawan banjir ini perlu adanya pemantapan kawasan lindung

di antaranya dengan langkah reboisasi jenis tanaman khusus (tanaman tahunan).

3.

Kawasan rawan bencana gerakan tanah merupakan wilayah dengan kondisi permukaan tanah mudah

longsor/ bergerak karena pada daerah tersebut terdapat zona tanah bergerak. Kawasan ini tertutup bagi

permukiman, persawahan, kolam ikan, kegiatan pemotongan lereng, atau budidaya lain yang

membahayakan keselamatan manusia dan lingkungan. Kegiatan pertanian tanaman tahunan masih dapat

dilakukan. Di wilayah Kabupaten Banyumas kawasan rawan bencana gerakan tanah terdapat di

beberapa wilayah, yaitu :

Kecamatan Pekuncen, yaitu di Desa Cibangkong, Karang Kemiri dan Semedo

Kecamatan Gumelar, yaitu di Desa Samudra, Gumelar, Kedungurang, Gancang, Paningkaban, Karangkemojing, Cihonje, Cilangkap, Telaga

(18)

Kecamatan Wangon, yaitu Desa Pengadegan, dan Cikakak

Kecamatan Cilongok, yaitu Desa Panusupan, Jatisaba dan Gununglurah Kecamatan Purwojati, yaitu Desa Kaliwangi dan Kalitapen

Kecamatan Banyumas, yaitu Desa Binangun dan Karangrau Kecamatan Somagede, yaitu Desa Kemawi, Kanding dan Tangeran Kecamatan Kemranjen, yaitu Desa Karangsalan dan Karanggintung Kecamatan Kebasen, yaitu Desa Tumiyang

Kecamatan Patikraja, yaitu Desa Kedungrandu dan Karangendap Kecamatan Kedungbanteng, yaitu Desa Melung dan Baseh Kecamatan Rawalo, yaitu Desa Tambaknegara.

3. Kawasan Perdesaan (Kawasan Agropolitan dan Kawasan Minapolitan) isu :minim air minum,

listrik, akses jalan dan fasilitas kesehatan dan embrio pertumbuhan perdagangan. Keuntungan

meminimalkan cost mobilitas dan pergerakan. Ketersediaan sarana produksi, seperti: bibit dan

pupuk.

3.1.5 Arahan Pengembangan Penduduk dan Permukiman

Dalam arahan pengembangan penduduk dan permukiman ini sangat terkait dengan

pembagian kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan yang berdasarkan luasan wilayah dan

besar jumlah penduduknya. Pengembangan penduduk dan permukiman di wilayah Kabupaten

Banyumas dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.1.5.1. Kawasan Perkotaan

Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang didominasi penduduk diluar sektor

pertanian. Perkembangan kawasan perkotaan ditentukan oleh lokasi yang terkait dengan nilai

aksesibilitas atau tingkat kemudahan pencapaian. Kawasan perkotaan juga berperan sebagai

pusat pelayanan atau kegiatan bagi daerah sekitarnya (kawasan perdesaan) selain bagi wilayah

kota itu sendiri baik pelayanan pemerintahan, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan di bidang

lain. Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama selain fungsi pertanian.

Fungsi yang mencitrakan penggunaan lahan perkotaan dapat berupa industri, perdagangan dan

jasa maupun permukiman dengan ciri perkotaan. Oleh karena itu, permukiman yang

dikembangkan mengacu pada fungsi yang mendukung aktifitas non pertanian yang memiliki

(19)

Untuk membentuk profil permukiman yang mendukung aktifitas perkotaan tersebut, maka

dibutuhkan kriteria-kriteria khusus diluar kriteria fisik sebagai berikut:

Kelengkapan sarana dan prasarana perkotaan

Aksesibilitas yang baik dan dekat dengan pusat-pusat kegiatan

Untuk mencapai kondisi permukiman yang mendukung kegiatan perkotaan, maka dibutuhkan

pengaturan pengembangan kawasan perkotaan sebagai berikut:

Melengkapi kawasan-kawasan yang tumbuh menjadi kawasan kawasan perkotaan baru

dengan sarana dan prasarana yang memadai

Pengaturan ijin lokasi untuk pengembang perumahan diarahkan ke kawasan yang mulai

tumbuh dengan penanganan yang agregatif

Wilayah Kabupaten Banyumas mempunyai beberapa kawasan yang sedang dan telah

berkembang menjadi kawasan perkotaan atau sebagai pusat kegiatan bagi kawasan di sekitarnya,

yaitu:

Kota Purwokerto sebagai pusat perekonomian dan pusat pemerintahan skala regional

Kota-kota kecamatan sebagai pusat pemerintahan dan pusat ekonomi lokal bagi wilayah

perdesaan di sekitarnya

Desa-desa pusat kegiatan atau pelayanan desa-desa di sekitarnya yang berkembang menjadi

kawasan perkotaan, atau desa-desa pusat kegiatan tertentu, misalnya kegiatan pariwisata,

pusat pemasaran produksi pertanian, pusat pengembangan industri dan sebagainya.

Berdasarkan asumsi bahwa petiap penduduk kawasan perkotaan memerlukan ruang

untuk aktifitas sebesar 0,01 ha perkapita, maka pada mendatang dapat diperkirakan luas area

perkotaan yang diperlukan. Perkiraan persebaran kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten

(20)

Tabel 3.1

Perkiraan Persebaran Penduduk dan Penyediaan Rumah Kawasan Perkotaan di Wilayah Kabupaten Banyumas

Dirinci per Kecamatan Tahun 2007 dan Tahun 2013

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha)

Proyeksi Jumlah Penduduk

Wilayah Perkotaan Tahun 2007

Wilayah Perkotaan Tahun 2013 Luas

(Ha)

Penduduk (Jiwa)

Luas (Ha)

(21)

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha)

Proyeksi Jumlah Penduduk

Wilayah Perkotaan Tahun 2007

Wilayah Perkotaan Tahun 2013 Luas

(Ha)

Penduduk (Jiwa)

Luas (Ha)

Penduduk (Jiwa) 16. Pekuncen 9.269,80 65.528 358,22 35.822 374,88 37.488 17. Cilongok 10.534,00 115.245 828,95 82.895 903,20 90.320 18. Karanglewas 3.248,00 54.215 448,95 44.885 476,03 47.603 19. Kedungbanteng 6.022,00 52.278 333,15 33.315 363,04 36.304 20. Baturaden 5.294,00 43.774 270,29 27.029 288,57 28.857 21. Sumbang 4.601,00 72.564 592,01 59.201 635,86 63.586 22. Kembaran 2.665,00 66.723 598,35 59.835 641,48 64.148 23. Sokaraja 2.992,00 76.258 685,70 68.570 740,66 74.066 24. Purwokerto Selatan 1.302,00 65.792 1.302,00 65.792 1.302,00 69.912 25. Purwokerto Barat 740,00 51.247 740,00 51.247 740,00 53.075 26. Purwokerto Timur 842,00 64.887 842,00 64.887 842,00 66.437 27. Purwokerto Utara 901,00 48.291 901,00 48.291 901,00 51.235

(22)

Berdasarkan tabel di atas dapat diperkirakan penyediaan dan penyebaran kawasan

perkotaan di wilayah Kabupaten Banyumas yang membutuhkan areal seluas 11.726,02 ha pada

tahun 2007 dan naik menjadi 12.447,77 ha pada tahun 2013. Wilayah perkotaan terbesar adalah

kota Purwokerto yang meliputi 4 wilayah kecamatan, sedangkan wilayah perkotaan terkecil berada

di Kecamatan Gumelar.

3.1.5.2. Kawasan Perdesaan

Kawasan perdesaan adalah kawasan dengan fungsi utama pertanian dengan karakteristik

kegiatan yang sentralistik, tradisi dan budaya yang kental berciri pedesaan. Kendala utama

pengembangan kawasan permukiman perdesaan adalah adanya kecenderungan permukiman

yang terpusat sehingga terisolasi.

Pemusatan permukiman perdesaan menyebabkan penurunan kawasan perdesaan.

Penurunan tersebut disebabkan perubahan status wilayah dari wilayah pedesaan ke perkotaan.

Untuk mengantisipasi keberadaan fungsi permukiman perdesaan maka dibutuhkan

pengembangan kawasan permukiman yang mampu terbuka bagi pusat-pusat kegiatan sekitarnya.

Pengaturan permukiman perdesaan yang kondusif dilakukan dengan pengaturan sebagai berikut:

Pengembangan kawasan permukiman diarahkan menyebar terutama pada simpul-simpul

kegiatan (nodes).

Membuka hubungan pusat-pusat kegiatan dengan kantong-kantong permukiman perdesaan.

Menciptakan pola permukiman yang mampu menampung kegiatan pengolahan pertanian

baik berupa kerajinan, industri kecil, maupun pariwisata.

Penyebaran dan penyediaan kawasan perdesaan di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dilihat

(23)

Tabel 3.2

Perkiraan Persebaran Penduduk dan Penyediaan Rumah Kawasan Perdesaan di Wilayah Kabupaten Banyumas

Dirinci per Kecamatan Tahun 2007 dan Tahun 2013

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha)

Proyeksi Jumlah Penduduk

Wilayah Perdesaan Tahun 2007

Wilayah Perdesaan Tahun 2013 Luas (Ha) Penduduk

(Jiwa)

(24)

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha)

Proyeksi Jumlah Penduduk

Wilayah Perdesaan Tahun 2007

Wilayah Perdesaan Tahun 2013 Luas (Ha) Penduduk

(Jiwa)

Luas (Ha) Penduduk (Jiwa) 16. Pekuncen 9.269,80 65.528 8.911,58 29.705 8.894,92 29.650 17. Cilongok 10.534,00 115.245 9.705,05 32.350 9.630,80 32.103 18. Karanglewas 3.248,00 54.215 2.799,15 9.331 2.771,97 9.240 19. Kedungbanteng 6.022,00 52.278 5.688,85 18.963 5.658,96 18.863 20. Baturaden 5.294,00 43.774 5.023,71 16.746 5.005,43 16.685 21. Sumbang 4.601,00 72.564 4.008,99 13.363 3.965,14 13.217 22. Kembaran 2.665,00 66.723 2.066,65 6.889 2.023,52 6.745 23. Sokaraja 2.992,00 76.258 2.306,30 7.688 2.251,34 7.504 24. Purwokerto Selatan 1.302,00 65.792 0 - 0 -

25. Purwokerto Barat 740,00 51.247 0 - 0 -

26. Purwokerto Timur 842,00 64.887 0 - 0 -

27. Purwokerto Utara 901,00 48.291 0 - 0 -

(25)

Pelayanan kegiatan kawasan perdesaan adalah terbatas untuk wilayah itu sendiri, sedangkan

untuk kegiatan-kegiatan atau kebutuhan tertentu wilayah ini membutuhkan kota pusatnya untuk

memberikan pelayanan, misalnya pemasaran produksi pertanian, penyediaan input produksi,

pelayanan kesehatan, pendidikan, kebutuhan barang dan jasa, dan sebagainya. Asumsi bahwa

kebutuhan ruang untuk aktifitas penduduk perdesaan yaitu sebesar 0,3 ha perkapita. Berdasarkan

tabel di atas dapat diketahui perkiraan penyediaan dan penyebaran kawasan perdesaan di wilayah

Kabupaten Banyumas adalah seluas 121.033,54 ha pada tahun 2007 dan turun menjadi

120.331,79 ha pada tahun 2013.

3.2 Skenario Pengembangan Sektor/ Bidang PU/ Cipta Karya

Skenario pembangunan infrastruktur Kabupaten/ Kota menguraikan gambaran kebutuhan

pembangunan prasarana dan sarana dasar (PSD) untuk kurun waktu 20 tahun. Cakupan materi

kegiatan skenario pembangunan perkotaan ini meliputi:

3.2.1 Rencana Induk Sistem (RIS)/ Masterplan Infrastruktur

Rencana Induk Sistem (RIS)/ Masterplan Infrastruktur diharapkan dapat mendorong

Pemerintah Daerah, baik Propinsi Jawa Tengah maupun Kabupaten Banyumas untuk

melaksanakan pembangunan infrastruktur secara terarah dan terencana dalam kurun waktu 10-20

tahun. Selain itu, Masterplan Infrastruktur dapat digunakan dalam menyusun Rencana Tata Ruang

Kabupaten Banyumas yang mempertimbangkan keadilan, demokratis dan keberlanjutan bagi

kehidupan masyarakat luas, sehingga pembangunan infrastruktur dapat mendorong daerah

mengoptimalkan sumberdaya yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan

demikian, Masterplan Infrastruktur dapat dijadikan dasar dalam menyusun Rencana Investasi

Prasarana dan Sarana Perkotaan.

Selain itu, mendorong daerah untuk menyiapkan Rencana Program Investasi Jangka

Menengah Bidang PU/ Cipta Karya yang mengacu pada RTRW dan RPJMD Kabupaten

Banyumas serta memperhatikan Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan

dengan proses yang partisipatif. Isu strategis berkaitan dengan pengembangan Infrastruktur di

Kabupaten Banyumas antara lain:

1. Fungsi Master Plan Infrastruktur diharapkan dapat mendorong Pemerintah Kabupaten Banyumas

untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur secara terarah dan terencana dalam kurun waktu

(26)

daya yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, Masterplan

Infrastruktur dapat dijadikan dasar dalam menyusun Rencana Investasi Prasarana dan Sarana

Kabupaten Banyumas.

1. Sistem Persampahan

Rencana penyediaan TPA di Kabupaten Banyumas untuk 10 tahun mendatang perlu mendapatkan

perhatian, mengingat daya tampung 4 TPA yang ada, terutama TPA Gunungtugel Perlu tidaknya

pembangunan TPA didasarkan pada jumlah timbunan sampah. Ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan

dalam pembangunan TPA, yaitu: Sanitary Landfill maupun dengan composting. Namun ada upaya

juga untuk memperkecil timbulan sampah dari sumbernya dapat dilakukan tindakan yang efektif

seperti: kampanye 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle).

Pengelolaan sampah secara individual dengan cara tradisional yaitu dengan cara ditimbun.

Pengelolaan sampah dengan cara komunal ditujukan untuk pelayanan daerah permukiman padat dan

fasilitas umum, fasilitas sosial seperti kegiatan industri, restoran, pasar, rumah sakit mulai dari

pengangkutan dari submer penghasil sampah dan pembuangan ke tempat pemrosesan akhir oleh

Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang Kabupaten Banyumas.

2.

Sistem drainase

Dalam rencana pengelolaan pelayanan jaringan drainase yang terdapat di Kabupaten Banyumas

meliputi:

a

Jaringan Primer yaitu sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Banyumas

b

Jaringan Sekunder yaitu jaringan yang terdapat di kanan kiri jalan sebagai penampung luapan air

hujan dan penyaluran air dari permukaan ke saluran primer sungai.

c

Jaringan tersier merupakan jaringan yang terdapat dalam kawasan permukiman penduduk

d

Dalam rencana pengembangan jaringan drainase sebaiknya dilakukan dengan mengikuti alur

perkembangan jalan raya dengan demikian kondisi jaringan drainase sebagai pengendali terhadap

terjadinya banjir maupun genangan air pada wilayah Kabupaten Banyumas

3. Sistem Permukiman

Pengembangan permukiman di Kabupaten Banyumas terbagi daerah perkotaan dan daerah

perdesaan, terkait dengan penyediaan sarana prasarana dasar permukiman, antara lain: air minum,

air limbah dan sarana sanitasi, serta persampahan bagi daerah perkotaan. Sedangkan daerah

perdesaan pelayanan persampahan dapat dilakukan secara mandiri dengan memanfaatkan lahan

(27)

urgent bagi pengembangan permukiman perkotaan adalah timbulnya kawasan kumuh. Kabupaten

Banyumas sudah saatnya perlu memiliki sistem penanganan permukiman kumuh perkotaan.

4. Sistem Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kabupaten Banyumas merupakan wilayah yang rawan bencana dan wilayah yang memiliki

tingkat rentanitas terjadinya kebakaran sangat tinggi, hal tersebut dapat disebabkan oleh sistem

instalasi listrik yang kurang memperhatikan segi keamanan.

Sedangkan dari pertumbuhan permukiman yang tidak memperhatikan unsur keteraturan dan

estetika menjadi perkembangan permukiman yang padat dengan pertambahan jumlah penduduk dan

ketersediaan sarana dan prasarana yang terbatas sehingga memunculkan daerah-daerah yang

menjadi kumuh.

3.2.2 Identifikasi Kebutuhan Investasi Pembangunan Infrastruktur

Daftar kebutuhan program pembangunan PSD menguraikan tentang gambaran kebutuhan

ideal pembangunan PSD secara keseluruhan untuk wilayah Kabupaten Banyumas dalam rangka

memenuhi kebutuhan dasar (

basic needs

) dan mengantisipasi kebutuhan pengembangan

(development needs). Uraian ini dilengkapi dengan daftar lengkap (long-list table) kebutuhan

pembangunan PSD untuk wilayah Kabupaten Banyumas. Kebutuhan Investasi Pembangunan

Infrastruktur di Kabupaten Banyumas

Kebutuhan investasi untuk pengembangan sarana dan prasarana dasar Keciptakaryaan di

Kabupaten Banyumas meliputi:

1.

Air Minum

Pengembangan bidang air minum di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dilaksanakan dengan

mengidentifikasi kebutuhan yang dapat melayani kebutuhan penduduk, antara lain:

Penyusunan master plan air minum untuk memonitoring sejauh mana penyediaan dan

pelayanan air minum bagi penduduk.

(28)

2. Persampahan

Pengolahan sampah secara komunal sebaiknya dimulai dari sumber timbulan sampah dengan

memilah sampah organik dan sampah organik. Pengelolaan sampah yang membutuhkan penanganan

yang intensif dan biaya yang tinggi adalah sampah perkotaan. Penyediaan sarana dan prasarana

persampahan sangat dimungkinkan selalu dibutuhkan karena kemungkinan beban pengelolaan

terhadap sampah perkotaan yang belum terangkut dan terolah sangat tinggi. Identifikasi kebutuhan

yang harus terlayani meliputi:

a.

Perlu adanya kampanye terhadap masyarakat untuk meminimkan produksi timbulan sampah

dengan mengelola sampah dengan sistem Reuse, Reduce dan Recycle. Salah satunya pemilahan

sampah organik menjadi kompos dan sampah organik dapat dimanfaatkan lagi ataupun di daur

ulang.

b.

Peningkatan kelembagaan terhadap instansi yang terkait dengan pengelolaan persampahan di

Kabupaten Banyumas.

c.

Penambahan kemampuan SDM dan Sarana Prasarana Penunjang, berupa sarana pengumpulan

dan sarana pengangkutan.

d.

Pengolahan TPA dari sistem Open Dumping menjadi Sanitary Landfill.

3. Drainase

Program yang perlu dilakukan dalam perencanaan prasarana drainase adalah:

a.

Peningkatan pemanfaatan jaringan drainase yang sudah ada

b.

Perbaikan untuk jaringan drainase yang mengalami kerusakan dengan pembersihan

gorong-gorong dan fasilitas pintu air, pengerukan sungai.

c.

Pembangunan jaringan drainase baru untuk menampung aliran air dari air hujan dan

permukiman penduduk yang semakin meningkat.

4. Permukiman

Identifikasi kebutuhan bagi pengembangan permukiman di wilayah Kabupaten Banyumas sangat

terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana air minum, prasarana drainase, prasarana air limbah

dan sarana sanitasi, serta sarana dan prasarana persampahan.

5.

Bangunan dan Lingkungan

Identifikasi kebutuhan berkaitan dengan penanganan terhadap aset-aset budaya, identifikasi kawasan

(29)

3.2.3 Logical Framework Keterkaitan Rencana Pengembangan Wilayah Dan Rencana Pembangunan Infrastruktur (Masterplan Infrastruktur)

Logical Framework menguraikan keterkaitan antara rencana pengembangan Kabupaten Banyumas dan rencana pembangunan PSD di

wilayah Kabupaten Banyumas secara Umum. Logical Framework ini dilengkapi matrik hubungan antara kegiatan yang akan dikembangkan dengan

PSD utama dan penunjang yang dibutuhkan wilayah Kabupaten Banyumas. Penjelasan keterpaduan, keterkaitan, dan keselarasan terhadap

masalah yang dihadapi oleh Kabupaten Banyumas dan prioritasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.

Matrik Logical Framework

No Isu/ Permasalahan Per Kawasan Tujuan/ Sasaran Pendekatan/

Strategi Pembangunan

Kebijakan Program Ruang Lingkup

Kegiatan

Output/ Outcome

1. Kecenderungan kepadatan permukinan yang mengancam yang disebabkan pertambahan jumlah penduduk dan keterbatasan penyediaan PSD (Kota Purwokerto).

Kawasan padat rawan terjadi kebakaran

Meminimalkan

2. Kawasan Rawan Banjir/ genangan dan Rawan Kekeringan

Gambar

Tabel  3.1 Pola Tata Guna Lahan Kabupaten Banyumas Tahun 2007
Tabel 3. Fungsi Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) dan Pembagian Sub Wilayah Pembangunan
Tabel 3.1 Perkiraan Persebaran Penduduk dan Penyediaan Rumah Kawasan Perkotaan di Wilayah Kabupaten Banyumas
Tabel 3.2
+2

Referensi

Dokumen terkait

memiliki potensi penangkapan kabut dengan jumlah air rerata yang mampu ditangkap Cara pemasangan alat paling efektif diperoleh pada model 4 dengan lokasi pada

Gambar diatas menunjukkan bahwa prioritas subkriteria berdasarkan kriteria Biaya yang menjadi pertimbangan dalam menentukan strategi adalah Infrastruktur dengan

Dalam rangka menunjang Kerjasama Ekonomi Sub-Regional ASEAN, dipandang perlu untuk menyempurnakan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1996 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan

Analisis AHP untuk arahan pengembangan sistem penyediaan air minum Analisis spasial pelayanan air minum perpipaan PDAM 20 tahun akan datang.. Wilayah terlayani Wilayah

Pada prinsipnya permohonan Izin Lokasi tidak perlu dikoordinasikan dengan pimpinan DPRD, hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 9 ayat (3) Peraturan Menteri Agraria

Rodman Membantu Kim Jong Un untuk membuat Peraturan Basket yang baru yang telah di implementasikan ke dalam basket Korea Utara. Olahraga Basket sebagai Sarana untuk

Penyediaan akses air minum dilakukan dengan memprioritaskan pemanfaatan kapasitas Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) terbangun (idle capacity) sebelum dilakukan pembangunan sistem

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa cara kedua yang dilakukan oleh manajemen dalam mengelola aset dan liabilitas yaitu menggunakan pendekatan Asset Allocation