• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III - DOCRPIJM 1483068287BAB III ARAHAN KEBIJAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III - DOCRPIJM 1483068287BAB III ARAHAN KEBIJAKAN"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR III | 1 3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:

“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN

BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG”

Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

BIDANG CIPTA KARYA

P

ada bagian ini berisikan arahan kebijakan

pembangunan Bidang Cipta Karya dan rencana

(2)

LAPORAN AKHIR III | 2 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan  Strategi Pembangunan Nasional

Secara umum Strategi Pembangunan Nasional ditunjukkan dalam Gambar 5.1 yang menggariskan hal-hal sebagai berikut:

1. Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: a. Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat.

b. Setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan. Perhatian khusus kepada peningkatan produk-tivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertum-buhan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan pertum-buhan ekonomi yang berkelanjutan.

c. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

2. Tiga Dimensi Pembangunan;

a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat.

(3)

LAPORAN AKHIR III | 3 b. Dimensi pembangunan sektor unggulan dengan prioritas:

• Kedaulatan pangan. Indonesia mempunyai modal yang cukup untuk memenuhi kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat, sehingga tidak boleh tergantung secara berlebihan kepada negara lain.

• Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan. Dilakukan dengan memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya energi (gas, batu-bara, dan tenaga air) dalam negeri.

• Kemaritiman dan kelautan. Kekayaan laut dan maritim Indonesia harus dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat.

• Pariwisata dan industri. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal untuk pengembangan pariwisata nasional. Sedangkan industri diprioritaskan agar tercipta ekonomi yang berbasiskan penciptaan nilai tambah dengan muatan iptek, keterampilan, keahlian, dan SDM yang unggul.

c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan.

Pembangunan bukan hanya untuk kelompok tertentu, tetapi untuk seluruh masyarakat di seluruh wilayah. Karena itu pembangunan harus dapat menghilangkan/memperkecil kesenjangan yang ada, baik kesenjangan antarkelompok pendapatan, maupun kesenjangan antarwilayah, dengan prioritas:

• Wilayah desa, untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, karena penduduk miskin sebagian besar tinggal di desa;

• Wilayah pinggiran;

• Luar Jawa;

• Kawasan Timur.

3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil diperlu-kan sebagai prasyarat pembangunan yang berkualitas. Kondisi perlu tersebut antara lain:

• Kepastian dan penegakan hukum;

• Keamanan dan ketertiban;

• Politik dan demokrasi; dan

(4)

LAPORAN AKHIR III | 4 4. Quickwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya). Pembangunan

merupakan proses yang terus menerus dan membutuhkan waktu yang lama. Karena itu dibutuhkan output cepat yang dapat dijadikan contoh dan acuan masyarakat tentang arah pembangunan yang sedang berjalan, sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.

Sumber: RPJMN 2015-2019

Gambar 3.1

Strategi Pembangunan Nasional

Sembilan Agenda Prioritas

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

(5)

LAPORAN AKHIR III | 5 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam

kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.  Sasaran Pokok Pembangunan Nasional

Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup:

1. Sasaran Makro;

2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: 3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;

4. Sasaran Dimensi Pemerataan;

5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah; 6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.

Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke depan, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 adalah:

(6)

LAPORAN AKHIR III | 6 meningkatnya daya saing dan peranan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi, serta meningkatnya ketersediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja yang berkualitas.

2. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) yang Berkelanjutan. Arah kebijakan peningkatan pengelolaan dan nilai tambah SDA adalah dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan produktivitas dan per-luasan areal pertanian, meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditi pertanian dan perikanan, meningkatkan produktivitas sumber daya hutan, mengoptimalkan nilai tambah dalam pemanfaatan sumber daya mineral dan tam-bang lainnya, meningkatkan produksi dan ragam bauran sumber daya energi, meningkatkan efisiensi dan pemerataan dalam pemanfaatan energi, mengembangkan ekonomi kelautan yang terintegrasi antarsektor dan antarwilayah, dan meningkatnya efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan keragaman hayati Indonesia yang sangat kaya.

3. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan Pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai kese-imbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruk-tur perumahan dan kawasan permukiman (air minum dan sanitasi) serta infrastruktur kelistrikan, menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan. Kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta.

4. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam dan Penannganan Perubahan Iklim. Arah kebijakan peningkatan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana

dan perubahan iklim adalah melalui peningkatan pemantauan kua-litas lingkungan, pengendalian pencemaran dan kerusakan ling-kungan hidup, penegakan hukum lingkungan hidup; mengurangi risiko bencana, meningkatkan ketangguhan pemerintah dan masyarakat terhadap bencana, serta memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. 5. Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh. Landasan pembangunan yang kokoh

(7)

LAPORAN AKHIR III | 7 nasional, dan meningkatnya peran kepemimpinan dan kualitas partisipasi Indonesia dalam forum internasional.

6. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan. Sumberdaya manusia yang berkualitas tercermin dari meningkatnya akses pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan dengan memberikan perhatian lebih pada penduduk miskin dan daerah 3T; mening-katnya kompetensi siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains dan Literasi; meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan, terutama kepada para ibu, anak, remaja dan lansia; meningkatnya pelayanan gizi masyarakat yang berkualitas, meningkatnya efektivitas pencegahan dan pengendalian penya-kit dan penyehatan lingkungan, serta berkembangnya jaminan kesehatan.

7. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah. Pembangunan daerah diarahkan untuk menjaga momentum pertumbuhan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera bersamaan dengan meningkatkan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat; mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; membangun kawasan perkotaan dan perdesaan; mempercepat penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.

Arah Kebijakan Utama Pembangunan Wilayah Nasional

Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pemerataan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera. Arah kebijakan tersebut meliputi 6 aspek, yaitu:

(8)

LAPORAN AKHIR III | 8 2. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan. Pengembangan

Kawasan Perkotaan difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal; melalui strategi perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN); percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni; perwujudan Kota Hijau yang berketahanan iklim dan bencana; pengembangan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi dan budaya lokal; dan peningkatan kapasitas tata kelola pembangunan perkotaan. Sedangkan arah kebijakan pengembangan perdesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, melalui; (1) pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa, termasuk permukiman transmigrasi, sesuai dengan kondisi geografisnya; (2) penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi; (3) pembangunan SDM, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi; (4) pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi, dan pendampingan; (5) pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur pemerintah desa dan kelembagaan pemerintahan desa secara berkelanjutan; (6) pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi; dan (7) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi untuk mendorong keterkaitan desa-kota.

3. Arah kebijakan peningkatan keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan adalah peningkatan keterkaitan desa-kota yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan dengan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi, melalui strategi

1) perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau;

(9)

LAPORAN AKHIR III | 9 3) peningkatan kapasitas tata kelola, kelembagaan, masyarakat dalam peningkatan

keterkaitan Kota-Desa.

4. Arah kebijakan pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan. Pengembangan daerah tertinggal difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik, serta pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan kawasan strategis, melalui strategi (1) mengembangkan perekonomian masyarakat di daerah tertinggal; (2) meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan; (3) meningkatkan kualitas SDM, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan kapasitas tata kelola pemerintahan daerah; (4) mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM); (5) memberikan tunjangan khusus kepada tenaga penyuluh; (6) penguatan regulasi dan pemberian insentif kepada pihak swasta; (7) melakukan pembinaan terhadap daerah tertinggal; (8) mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi; dan (9) mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Adapun arah kebijakan pengembangan kawasan perbatasan ditujukan dalam upaya mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan dilakukan melalui pendekatan keamanan (security approach), dan pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach). Hal tersebut akan dicapai melalui strategi (1) pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi; (2) sumber daya manusia (SDM) dan pemanfaatan (IPTEK); (3) pembangunan konektivitas simpul transportasi utama; (4) transformasi kelembagaan lintas batas negara; (5) peningkatan kualitas dan kuantitas, serta standarisasi sarana prasarana; (6) penegasan batas wilayah negara di darat dan laut; dan (7) peningkatan kerjasama perdagangan.

5. Arah kebijakan penanggulangan bencana adalah mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana, akan dicapai melalui strategi; internalisasi pengurangan risiko bencana; penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana; dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana.

6. Arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional adalah pengembangan struktur tata ruang dan pengembangan pola ruang

(10)

LAPORAN AKHIR III | 10 pemerintah daerah; peningkatan kapasitas keuangan daerah; dan pelaksanaan Otonomi Khusus/Daerah Istimewa.

Sumber: RPJMN 2015-2019

Gambar 3.2

Sebaran Pertumbuhan Ekonomi Pada Kepulauan

Berdasarkan hal tersebut maka, arah kebijakan pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat tahun 2015-2019 secara umum adalah untuk mewujudkan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang handal dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, ketahanan air, kedaulatan energi, konektivitas bagi penguatan daya saing, dan layanan infrastruktur dasar melalui keterpaduan dan keseimbangan pembangunan antardaerah, antar sektor dan antar tingkat pemerintahan yang didukung dengan industri konstruksi nasional yang berkualitas dan sumber daya organisasi yang kompeten dan akuntabel.

(11)

LAPORAN AKHIR III | 11 nasional bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup global yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan dan maritim, akan dilakukan melalui penurunan waktu tempuh pada koridor utama, peningkatan pelayanan jalan nasional, dan peningkatan fasilitasi terhadap jalan daerah untuk mendukung pengembangan kawasan; dan 3) untuk dukungan terhadap

peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar permukiman di perkotaan dan perdesaan akan dilakukan melalui peningkatan pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat, peningkatan pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak, peningkatan pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat, penurunan kekurangan tempat tinggal (backlog) baik melalui penyediaan perumahan maupun melalui bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan, serta peningkatan rumah tangga masyarakat berpenghasilan rendah yang menghuni rumah layak melalui bantuan fasilitas pendanaan dan pembiayaan perumahan.

(12)

LAPORAN AKHIR III | 12 Selanjutnya dalam konteks pengembangan wilayah mengingat sangat luasnya wilayah nasional Indonesia, maka untuk memudahkan pengelolaannya, pengembangan wilayah dibagi menurut wilayah Pulau/Kepulauan yang dikelompokkan ke dalam beberapa tipe wilayah pengembangan yang diistilahkan “Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)” yang di dalamnya

melingkupi kawasan perkotaan, kawasan industri, dan kawasan maritim berdasarkan pada tema atau potensi per pulau, sebagai berikut:

1. Pulau Sumatera. Tema besar pengembangan wilayah Pulau Sumatera adalah: Pintu Gerbang Perdagangan Internasional; Industri Berbasis Komoditas Kelapa Sawit, Karet, Timah, Bauksit, & Kaolin; Lumbung Energi Nasional, Termasuk Pengembangan Energi Terbarukan Biomassa; Hilirisasi Komoditas Batu Bara; dan Percepatan Pembangunan Ekonomi Berbasis Maritim (Kelautan).

2. Pulau Jawa. Tema besar pengembangan wilayah Pulau Jawa adalah: SebagaiLumbung pangan nasional; Sebagai salah satu pintu gerbang destinasi wisataterbaik dunia; Sebagai Pendorong sektor industri dan jasa nasional; dan Percepatanpembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan).

3. Pulau Papua. Tema besar pada Wilayah Pulau Papua adalah: Percepatan Pengembangan Industri Komoditas Lokal Perkebunan, Peternakan, Kehutanan; Percepatan Pengembangan Ekonomi Kemaritiman; Percepatan Pengembangan Hilirisasi Industri Pertambangan, Migas & Tembaga; Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Daerah dan Masyarakat; Percepatan Pengembangan Pariwisata Budaya dan Alam; Peningkatan Kawasan Konservasi dan Daya Dukung Lingkungan; dan Pengembangan Kawasan Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan Berbasis Wilayah Kampung Masyarakat Adat.

4. Pulau Kalimantan. Tema besar pada pengembangan Wilayah Kalimantan adalah: Mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia; Salah satu lumbung pangan nasional; Pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, dan karet; dan Lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon & pasir kuarsa.

(13)

LAPORAN AKHIR III | 13 pengembangan Wilayah Nusa Tenggara adalah: Pintu gerbang pariwisata ekologis; Pengembangan industri perikanan, garam, dan rumput laut; Pengembangan industri berbasis peternakan sapi dan perkebunan jagung; dan Pengembangan industri mangan, dan tembaga.

6. Kepulauan Maluku. Tema besar pada pengembangan Wilayah Maluku adalah: Produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional; Pengembangan industry berbasis komoditas perikanan; Pengembangan industri pengolahan berbasis nikel, dan tembaga; dan Pariwisata bahari.

7. Pulau Sulawesi. Tema besar pada pengembangan Wilayah Sulawesi adalah: Pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, bijih besi & gas bumi; Pintu gerbang perdagangan internasional & kawasan timur; Lumbung pangan nasional dengan pengembangan industri kakao, padi, dan jagung; Pengembangan industri berbasis logistik; dan Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritime (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan & pariwisata bahari.

Sumber: RPJMN 2015-2019

Gambar 3.3

Konsepsi Wilayah Perkembangan Strategis (WPS)

Selanjutnya pembangunan infrastruktur PUPR pada setiap WPS akan diterpadukan

dengan sasaran pokok dan program nasional sebagai berikut:

Pertama, dengan pengembangan Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP)

di antaranya di Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk,

(14)

LAPORAN AKHIR III | 14 Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua

dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan Ende-Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung

Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan

Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan Kawasan Industri Prioritas (KIP), di

antaranya di Pulau Sumatera (KIP:Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP:

Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan);

Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali,

Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli/Halmahera Timur); dan Pulau Papua

(KIP Teluk Bintuni).

Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/

Kota Perbatasan di antaranya di Pulau Sumatera; Pulau Jawa-Bali; Kepulauan Nusa Tenggara;

Pulau Kalimantan; Kepulauan Maluku dan Pulau lainnya.

Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang di antaranya di Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan, Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusatenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).

Sumber: RPJMN 2015-2019

Gambar 3.4

(15)

LAPORAN AKHIR III | 15 Ilustrasi arah pembangunan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) seluruh pulau. Dalam hal ini, setiap wilayah pulau/kepulauan tersebut dipilah ke dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) yang dikelompokkan ke dalam 3 kelompok WPS, yaitu: Kelompok WPS Pusat pertumbuhan terpadu; Kelompok WPS Pusat pertumbuhan sedang berkembang; dan Kelompok WPS Pertumbuhan baru. Ke 35 WPS tersebut tersebar di seluruh pulau dan kepulauan yaitu: Pulau Sumatera (6 WPS), Pulau Sulawesi (5 WPS), Pulau Kalimantan (4 WPS), Kepulauan Maluku (2 WPS), Pulau Bali - Nusa Tenggara (5 WPS), Pulau Papua (4 WPS), Pulau Jawa (8 WPS), dan Pulau-Pulau Kecil Terluar (1WPS).

Sumber: RPJMN 2015-2019

Gambar 3.5

Wilayah Pengembangan Strategis

Sasaran Ciptakarya 2015-2019

(16)

LAPORAN AKHIR III | 16 Sementara sasaran strategis (outcome/impact pada level customers) dalam hal ini merupakan kondisi yang hendak dicapai secara nyata oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai penjabaran dari tujuan yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome) satu atau beberapa program. Sasaran-sasaran strategis tersebut digambarkan dalam sebuah peta strategi sebagai petunjuk jalan untuk mencapai visi. Adapun peta strategi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat lihat pada Gambar 3.5.

Sumber : Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Gambar 3.6

Peta Strategi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Strategi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam mendukung pencapaiaan agenda pembangunan Nasional adalah mengacu kepada RPJMN 2015- 2019 dan berbasiskan pada keterpaduan infrastruktur wilayah, sesuai dengan rumusan tujuan yaitu :

A. Menyelenggarakan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang

terpadu dan berkelanjutan didukung industri konstruksi yang berkualitas untuk

keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan

(17)

LAPORAN AKHIR III | 17 1. Keterpaduan Infrastruktur Wilayah.

Pengembangan wilayah pada tahun 2015-2019 ditujukan untuk mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI melalui percepatan dan pemerataan pembangunan wilayah dengan menekankan keunggulan kompetitif perekonomian daerah berbasis sumberdaya alam yang tersedia, sumber daya manusia berkualitas, penyediaan infrastruktur, serta meningkatkan kemampuan ilmu dan teknologi secara terus menerus. Untuk mendorong pengembangan wilayah tersebut perlu adanya keterpaduan pembangunan baik antar sektor, antar wilayah, antar kawasan, maupun antar pemerintahan. Untuk mewujudkan keterpaduan pengembangan infrastruktur wilayah tersebut akan dicapai melalui sasaran strategis:

 Meningkatnya keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan

rakyat antar daerah, antar sektor dan antar tingkat pemerintahan, dengan sasaran program: Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaan, yang akan dicapai melalui strategi:

a. Perencanaan pengembangan kawasan dan koridor 


b. Pengembangan infrastruktur untuk keterpaduan kawasan, meliputi:

• Pelaksanaan percontohan/inkubasi pengembangan kawasan; 


• Pengembangan kota baru dan cerdas (smart cities); 


• Peremajaan perkotaan melalui urban redevelopment/urban renewal 


c. Pelaksanaan NSPK pengembangan kawasan strategis dan kawasan perkotaan; 


d. Pelaksanaan dan fasilitasi percepatan pengadaan tanah 


 Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman dan penganggaran, dengan sasaran

program Meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaan, yang akan dicapai melalui strategi:

a. Perencanaan jangka panjang dan jangka menengah dan jangka pendek, meliputi:

• Penyusunan kebijakan teknis keterpaduan perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah;

• Penyusunan strategi nasional pengembangan perkotaan; 


• Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur PUPR 7 Pulau/Kepulauan;

(18)

LAPORAN AKHIR III | 18

• Penyusunan indeks rasio infrastruktur; 


• Evaluasi dampak manfaat keterpaduan infrastruktur; 


• Perumusan rekomendasi dukungan infrastruktur pada sektor yang terkait PUPR. 


b. Pemrograman jangka menengah dan jangka pendek, meliputi:

• Sinkronisasi program jangka pendek dalam entitas wilayah (pulau/ kepulauan,

kawasan strategis, kawasan perkotaan); 


• Evaluasi kinerja keterpaduan; 


• Evaluasi kelayakan/kesiapan program dan kegiatan; 


c. Perencanaan penguatan kelembagaan dalam rangka keterpaduan. 
 2. Pembinaan Konstruksi Nasional dan Fasilitasi Pengusahaan Infrastruktur.

Kebijakan pembinaan industri konstruksi nasional dalam mendukung perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat, adalah untuk peningkatan kualitas dan produktifitas jasa konstruksi yang diarahkan pada pembinaan kepada empat stakeholder utama yaitu: (1) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan konstruksi; (2) Jasa konstruksi dalam rangka mewujudkan struktur usaha/pelaku konstruksi yang kokoh, andal dan berdaya saing; (3) Industri konstruksi dalam rangka mewujudkan rantai pasok konstruksi yang kuat; dan (4) Masyarakat konstruksi dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Untuk mewujudkan hal tersebut maka sasaran strategis yang ingin dicapai adalah: Meningkatnya kapasitas dan kualitas konstruksi, dengan sasaran program: 1) Meningkatnya kapitalisasi konstruksi oleh investor nasional; 2) Meningkatnya persentase BUJK yang berkualifikasi besar; 3) Meningkatnya penerapan manajemen mutu, K3, tertib pengadaan dan administrasi kontrak; dan 4) Meningkatnya SDM penyedia jasa konstruksi yang kompeten, 5). Meningkatnya utilitas produk unggulan. Hal tersebut akan dicapai melalui strategi:

1. Peningkatan kapasitas dan kualitas sistem, sumber daya, dan tata kelola dalam menghasilkan

kebijakan dan rencana pembinan konstruksi agar efektif, terintegrasi dan berkelanjutan; 
 2. Peningkatan pembinaan penyelenggaraan dan investasi konstruksi agar tercipta tertib

(19)

LAPORAN AKHIR III | 19 3. Peningkatan pembinaan untuk mewujudkan BUJK yang berkualifikasi besar, sumber daya

manusia (SDM), dan masyarakat konstruksi yang unggul, mandiri, profesional, berdaya saing tinggi; 


4. Peningkatan penerapan manajemen mutu dan tertib penyelenggaraan konstruksi

infrastruktur; 
Peningkatan pengembangan informasi konstruksi dan penyediaan sumber

daya konstruksi; 


5. Peningkatan pengkajian, penyebarluasan, dan penerapan inovasi teknologi, investasi, dan ekonomi konstruksi yang berkelanjutan. 


B. Menyelenggarakan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk

mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan ketahanan energi guna menggerakkan

sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi

1. Pengelolaan Sumber Daya Air

Agenda prioritas pembangunan nasional yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air adalah agenda mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Untuk mewujudkan hal tersebut, bentuk dukungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah melalui pengelolaan sumber daya air yang terpadu untuk mewujudkan Ketahanan Air, Kedaulatan Pangan, dan Ketahanan Energi, yang akan diwujudkan melalui sasaran strategis: (1). Meningkatnya dukungan ketahanan air (2). Meningkatnya dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi, dengan sasaran program: (a). Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, (b). Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air, (c). Meningkatnya kinerja layanan irigasi, (d). Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air, (e). Meningkatnya upaya konservasi SDA, (f). Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA, (g). Meningkatnya potensi energi dna sumber-sumber air. Hal tersebut akan diwujudkan melalui:

a. Konservasi sumber daya air yang ditujukan agar terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber-sumber air alami dan buatan serta peningkatan kapasitas sumber-sumber air buatan, yang akan dicapai melalui strategi:

(20)

LAPORAN AKHIR III | 20

• Rehabilitasi/peningkatan bendungan/waduk sebanyak 46 Buah serta embung dan bangunan penampung air lainnya sebanyak 1.175 Buah. 


• Restorasi sungai 55 Buah, revitalisasi danau 17 Buah dan konservasi rawa 29 Buah. 


• Pembangunan pengendali sedimen (check dam) sebanyak 180 Buah. 


b. Pendayagunaan sumber daya air yang ditujukan agar terpenuhinya kebutuhan air untuk kehidupan sehari-hari masyarakat serta untuk kebutuhan sosial dan ekonomi produktif, yaitu:

1. Untuk pemenuhan kebutuhan air bagi kehidupan sehari-hari, dicapai melalui strategi:

• Pembangunan dan peningkatan fungsi dan kondisi sarana prasarana pengelolaan air

baku dari 51,44 M3/detik menjadi 118,17 M3/detik atau peningkatan sebesar 67,52

M3/detik. 


• Rehabilitasi fungsi dan kondisi sarana prasarana pengelolaan air baku sebesar 21,76

M3/detik. 


2. Untuk pemenuhan kebutuhan sosial dan ekonomi produktif, dicapai melalui strategi:

• Peningkatan suplai irigasi waduk dari 11% menjadi 19% (cakupan dari total area irigasi).

• Peningkatan layanan jaringan irigasi seluas 1 juta Ha (jaringan irigasi kewenangan pusat yang dibangun sepanjang 10,40 Km, jaringan irigasi rawa yang dibangun 22,82 Km, jaringan irigasi tambak sepanjang 1,58 Ha, jaringan irigasi air tanah 0,197 Km).

• Pengembalian fungsi dan layanan (rehabilitasi) jaringan irigasi seluas 3 juta Ha (rehabilitasi jaringan irigasi permukaan kewenangan pusat sepanjang 50,41 Km, jaringan irigasi rawa sepanjang 80,93 Km, jaringan irigasi tambak sepanjang 8,38 Km, jaringan irigasi air tanah sepanjang 0,343 Km). 


• Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi (Operasi dan Pemeliharaan) jaringan irigasi 3,9 juta Ha (OP Jaringan Irigasi Permukaan 128,28 Km, OP Jaringan Irigasi Air Tanah 0,68 Km, OP Jaringan Irigasi Rawa 112,35 Km, OP Jaringan Irigasi Tambak 14,88

KM). 


c. Pengendalian daya rusak air yang ditujukan untuk peningkatan ketangguhan masyarakat dalam mengurangi risiko daya rusak air termasuk perubahan iklim, melalui penanganan kawasan yang terkena dampak banjir, sedimen/lahar gunung berapi, dan abrasi pantai, yang akan dicapai melalui strategi:

(21)

LAPORAN AKHIR III | 21 pantai sepanjang 530 Km. 


• Normalisasi sungai dan pembangunan/peningkatan tanggul sepanjang 3.080 Km. 


• Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air seluas 200 ribu Ha 
 d. Kebijakan peningkatan kapasitas kelembagaan, ketatalaksanaan, dan keterpaduan dalam

pengelolaan sumber daya air yang terpadu, efektif, efisien dan berkelanjutan, termasuk peningkatan ketersediaan dan kemudahan akses terhadap data dan informasi, akan difokuskan pada penataan kelembagaan, yang akan dicapai melalui strategi:

• Penyusunan dan penerapan pola dan rencana pengelolaan SDA terpadu yang berbasis wilayah sungai 


• Pengelolaan data dan informasi hidrologi wilayah sungai dan pengelolaan kualitas air pada sumber air

• Penyusunan dan penerapan pola dan sistem investasi kerjasama pengelolaan SDA

• Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan SDA

• Penataan kelembagaan dan benchmarking antar lembaga PSDA

• Pemberian bimbingan/bantuan teknis peningkatan kapasitas kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat dalam PSDA

• Penerbitan rekomendasi teknis terkait perijinan pemanfaatan SDA 


C. Menyelenggarakan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk

konektivitas nasional guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pelayanan sistem logistik

nasional bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup global yang berfokus pada keterpaduan

konektivitas daratan dan maritim

1. Penyelenggaraan Jalan

Dalam rangka meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, dicapai salah satunya dengan membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan. Selain itu untuk mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri nasional mendukung sislognas dan konektivitas nasional serta membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi.

(22)

LAPORAN AKHIR III | 22 Sasaran strategis tersebut akan dicapai melalui sasaran program (a) Menurunnya waktu tempuh pada koridor utama dari 2,7 Jam per 100 Km menjadi 2,2 Jam per Km; (b) Meningkatnya pelayanan jalan nasional dari 101 Milyar Kendaraan Km menjadi 133 Milyar Kendaraan Km; dan (c) Meningkatnya fasilitasi terhadap jalan daerah untuk mendukung kawasan dari 0% menjadi 100%, yang akan dicapai melalui strategi:

a. Preservasi jalan nasional sepanjang 47.017 Km, 


b. Pembangunan jalan baru sepanjang 2.650 Km (Kawasan Perbatasan 
Kalimantan,

penuntasan missing link di Aceh, Kalimantan, Papua, dll.), 


c. Peningkatan kapasitas jalan nasional sepanjang 3.073 Km, 


d. Pembangunan jembatan, sepanjang 29.859 M, 


e. Penggantian jembatan sepanjang 19.951 M, 


f. Pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 Km, 


g. Dukungan jalan daerah untuk pengembangan kawasan 


D. Menyelenggarakan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk

mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak guna mewujudkan kualitas hidup manusia

Indonesia sejalan dengan prinsip ‘infrastruktur untuk semua’.

1. Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

Agenda prioritas pembangunan nasional yang terkait dengan penyediaan infrastruktur dasar adalah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Bentuk dukungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terhadap hal tersebut diwujudkan melalui:

a. Meningkatnya dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman dan perumahan; 


b. Meningkatnya cakupan pelayanan dan akses permukiman yang layak. 


Dengan sasaran program yaitu: (1) Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat; (2) Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak; (3) Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat. Sedangkan strateginya dilakukan melalui:

a. Pencapaian target 100% pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia pada akhir periode perencanaan, akan dicapai melalui strategi utama:

• Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) SPAM khusus 1.500 Liter/Detik.

(23)

LAPORAN AKHIR III | 23 Kawasan MBR.

• Pembinaan penyelenggaraan SPAM/penyehatan sebanyak 13 Laporan. 


• Pendampingan restrukturisasi utang pada 75 PDAM. 


• Fasilitasi Opsi pembiayaan SPAM (perbankan) sebanyak 113 Laporan. 


• Fasilitasi kepengusahaan SPAM (pendampingan KPS dan B to B) sebanyak 112 Laporan.

b. Pengentasan permukiman kumuh perkotaan :

• Peningkatan kualitas permukiman kumuh seluas 38.431 Ha. 


• Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan di 5.238 Kawasan.

• Pembangunan dan pengembangan kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar di 86 Kawasan serta pembangunan dan pengembangan kawasan rawan atau paska bencana di 63 Kawasan. 


c. Peningkatan akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100% pada tingkat kebutuhan dasar, melalui strategi:

• Pembangunan sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik, yaitu dengan penambahan infrastruktur air limbah sistem terpusat di 12 Kota/Kab, penambahan pengolahan air limbah komunal di 5.200 Kawasan, penambahan IPAL skala kawasan sebanyak 200 Kawasan, serta peningkatan pengelolaan lumpur tinja melalui

pembangunan IPLT di 222 Kota/Kab. 


• Pembangunan sarana prasarana pengelolaan persampahan, yaitu dengan pembangunan TPA di 163 Kawasan, penyediaan fasilitas 3R komunal di 850 Kawasan, fasilitas pengolahan sementara sampah di 45 Kawasan. 


• Pembangunan sarana prasarana drainase, yaitu dengan pembangunan infrastruktur

drainase perkotaan di 170 Kota/Kab. 


d. Peningkatan keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan, melalui strategi:

• Penyusunan peraturan penataan bangunan dan lingkungan sebanyak 18 NSPK. 


• Dukungan legalisasi Perda Gedung di 139 Kabupaten/Kota dan pendampingan

penyusunan 22 Ranperda bangunan Gedung. 


(24)

LAPORAN AKHIR III | 24 penyelenggaraan penataan bangunan di 454 Kawasan. 


2. Penyediaan Perumahan

Agenda prioritas pembangunan nasional yang terkait dengan penyediaan perumahan adalah Agenda No. 6 yaitu Meningkatkan Produktifitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional dengan Sub Agenda Prioritas Membangun Perumahan dan Kawasan Permukiman. Sub Agenda prioritas pembangunan nasional tersebut akan dijabarkan ke dalam kebijakan dan strategi penyediaan perumahan.

Kebijakan penyediaan perumahan untuk 5 (lima) tahun kedepan yaitu untuk memperluas akses terhadap tempat tinggal yang layak yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk seluruh kelompok masyarakat secara berkeadilan, melalui pengembangan multi-sistem penyediaan perumahan secara utuh dan seimbang, meliputi (1) Pengendalian Perumahan Komersial, (2) Penguatan Perumahan Umum, (3) Pemberdayaan Perumahan Swadaya, dan (4) Fasilitas Perumahan Khusus.

Sumber : Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Gambar 3.7

Sasaran Cipta Karya 2015-2019

Adapun Strategi yang akan dilaksanakan berdasarkan target RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Pembangunan Rumah layak huni, yang diantaranya rumah umum tapak layak huni yang difasilitasi melalui bantuan PSU rumah umum sebanyak 676.950 unit.

(25)

LAPORAN AKHIR III | 25 c. Fasilitasi bantuan stimulan peningkatan kualitas rumah swadaya sebanyak 1.500.000 unit. d. Pembangunan Rumah Khusus di daerah pasca bencana/konflik, maritim dan perbatasan

negara yang dilengkapi PSU pendukung sebanyak 50.000 unit. 


e. Pembangunan Rumah Susun untuk MBR yang dilengkapi dengan PSU pendukungnya

sebanyak 550.000 unit. 


Untuk pencapaian target sesuai RPJMN tersebut dibutuhkan pendanaan sebesar 184.662 trilyun rupiah, sementara alokasi pendanaan berdasarkan RPJMN hanya sebesar 33.090 trilyun rupiah. Terdapat gap pendanaan sebesar 151,563 trilyun.

3. Pembiayaan Perumahan

Agenda prioritas pembangunan nasional yang terkait dengan fasilitasi penyediaan pembiayaan infrastruktur dasar perumahan adalah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

Untuk mewujudkan peningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui fasilitasi penyediaan pembiayaan perumahan, sasaran strategis yang ingin dicapai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah:

1. Meningkatnya dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman dan perumahan. 2. Meningkatnya penyediaan dan pembiayaan perumahan.

Sasaran strategis tersebut akan dilaksanakan melalui sasaran program: Meningkatnya rumah tangga masyarakat berpenghasilan rendah yang menghuni rumah layak melalui bantuan fasilitas pendanaan dan pembiayaan perumahan; (2) Menurunnya kekurangan tempat tinggal (backlog) melalui bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan (BA 999.03 dan BA 999.07). Akan dicapai melalui strategi:

a. Pengembangan regulasi dan kebijakan untuk menciptakan iklim yang kondusif, serta koordinasi pelaksanaan kebijakan di tingkat pusat daerah, yang meliputi:

• Penyusunan RUU terkait Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) atau mengintegrasikan Tapera dalam sistem SJSN. 


• Penyusunan RPP dan Raperpres turunan RUU Tapera; 


• Penyusunan RPP turunan UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan kawasan Permukiman; 


• Penyusunan Peraturan Menteri terkait fasilitasi bantuan pembiayaan perumahan; 


(26)

LAPORAN AKHIR III | 26 b. Peningkatan jumlah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang menghuni rumah

layak melalui fasilitasi bantuan pembiayaan perumahan, yang meliputi:

• Penyaluran bantuan pembiayaan perumahan untuk memfasilitasi pembangunan

900.000 Unit Rumah Umum (rumah tapak, rusunami, dan sewa beli). 


• Penyaluran bantuan pembiayaan perumahan untuk memfasilitasi pembangunan 450.000 Unit Rumah Swadaya; 


• Perluasan kerjasama dengan lembaga jasa keuangan dan instansi terkait untuk meningkatkan penerbitan KPR Rumah Umum; 


• Pengembangan skema pembiayaan perumahan baik dari sisi demand maupun supply (kredit konstruksi); 


• Pengembangan skema pembiayaan perumahan untuk MBR sektor formal; 


• Pengembangan skema pemberian bantuan uang muka sebanyak 476.000 unit untuk kelompok MBR tertentu; 


• Mendorong pembentukan lembaga Multifinace khusus KPR program; 


• Penyusunan segmentasi kebijakan bantuan pembiayaan perumahan 
bagi MBR; 


• Peningkatan kegiatan sosialisasi dan bimtek kepada Lembaga Keuangan Bank/ Bukan Bank dan Badan Usaha (pengembang); 


• Pengembangan kelembagaan yang mendukung bantuan pembiayaan perumahan

untuk MBR sektor formal; 


• Pengembangan skema penjaminan KPR-FLPP Rumah Swadaya; 


• Fasilitasi linkage program antara LKB dan LKBB; dan 


• Pemberdayaan lembaga keuangan bank/bukan bank 


c. Peningkatan Peran Bank Pemerintah yang lebih besar dalam penyaluran bantuan pembiayaan perumahan; 


d. Peningkatan peran perusahaan pembiayaan sekunder perumahan; 


e. Penyiapan infrastruktur operasionalisasi Tapera atau integrasi tabungan perumahan rakyat ke dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN); 


f. Penempatan dana jangka panjang pada instrumen keuangan yang mendukung pembiayaan perumahan; 


(27)

LAPORAN AKHIR III | 27 h. Peningkatan peran serta pemda, dunia usaha dan kelompok masyarakat dalam pembiayaan

perumahan melalui pemberian bimbingan dan bantuan teknis peningkatan pembiayaan bagi rumah tangga MBR

Sumber : Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Gambar 3.8

Menuju Kota Tanpa Kumuh 2019 3.1.2 Arahan Penataan Ruang

A. Sistem Perkotaan Nasional

Sistem perkotaan nasional merupakan salah satu aspek yang terdapat dalam struktur ruang. Sistem perkotaan nasional dibagi menjadi tiga bagian, yakni PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Selain sistem perkotaan nasional dikembangkan PKSN untuk mendorong perkembangan kawasan perbatasan negara.

a. Kriteria dari PKN (Pusat Kegiatan Nasional) adalah sebagai berikut:

• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

(28)

LAPORAN AKHIR III | 28

• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Kriteria dari PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) adalah segai berikut:

• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;

• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau

• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Kriteria dari PKL (Pusat Kegiatan Lokal) adalah sebagai berikut:

• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan/atau

• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

d. Kriteria dari PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional)

• pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga;

• pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;

• pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau

• pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Rencana struktur ruang nasional yang terkait dengan Provinsi Kalimantan Selatan, meliputi:

1. Provinsi Kalimantan Selatan 2. PKN Banjarmasin

3. PWK meliputi Amuntai, Martapura, Marabahan, dan Kotabaru

B. Sistem Jaringan Transportasi Nasional

(29)

LAPORAN AKHIR III | 29 a. Sistem jaringan transportasi darat; Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas

jaringan jalan nasional, jaringan jalur kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan.

b. Sistem jaringan transportasi laut; Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran.

c. Sistem jaringan transportasi udara. Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan.

Rencana Sistem Jaringan Transportasi Nasional yang terkait dengan Provinsi Kalimantan Selatan, meliputi:

1. Jalan Bebas Hambatan

a. Banjarmasin - Liang Anggang b. Liang Anggang – Pelaihari c. Kuala Kapuas – Banjarmasin d. Marabahan – Banjarmasin e. Liang Anggang – Martapura f. Pelaihari – Pagatan

g. Pagatan – Batulicin

h. Batulicin - Tanah Grogot (Kuaro)

2. Pelabuhan Sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional a. Pelabuhan Internasional : Pelabuhan Banjarmasin b. Pelabuhan Nasional : Pelabuhan Batulicin

3. Bandar Udara Sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional a. Pusat Penyebaran Sekunder : Bandara Syamsuddin Noor b. Pusat Penyebaran Tersier : Bandara Stagen

C. Sistem Jaringan Sumber Daya Air

(30)

LAPORAN AKHIR III | 30 Gambar 3.9

Sistem Jaringan Sumber Daya Air di Indonesia

Arahan RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: 1. Pertahanan dan keamanan

Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan ditetapkan dengan kriteria:

a. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional;

b. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau

c. merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

2. Pertumbuhan ekonomi

Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

(31)

LAPORAN AKHIR III | 31 c. memiliki potensi ekspor;

d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;

g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau

h. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

3. Sosial dan budaya

Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan dengan kriteria:

a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional;

b. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa;

c. merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan;

d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional; e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi ditetapkan dengan kriteria:

a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

b. memiliki sumber daya alam strategis nasional;

c. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;

d. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau

(32)

LAPORAN AKHIR III | 32 5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria:

a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara;

d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; f. rawan bencana alam nasional; atau

g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Kawasan Strategis Naisonal di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1

Kawasan Strategis Naisonal di Kalimantan Selatan KSN

Banjarmasin - Koridor Ekonomi (KE) Kalimantan

STRATEGIS KABUPATEN PROVINSI STATUS HUKUM

NASIONAL KEPENTINGAN Kawasan

Pengembangan

Ekonomi Kab. Kotabaru, Kab. Tanah

Kalimantan Selatan

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008

Ekonomi Terpadu Bumbu tentang Rencana Tata

Batulicin Ruang Wilayah Nasional

(33)

LAPORAN AKHIR III | 33 Ekonomi Terpadu (Kapet) Batulicin (Lampiran X PP. No. 26 Tahun 2008) yang berlokasi di Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan demikian mengingat kawasan strategis nasional tersebut berada di luar wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah, maka terkait dengan penyusunan RPI2JM Kabupaten Hulu Sungai Tengah ini tidak ada arahan kawasan strategis nasional yang dapat dikutip dalam kebijakan tersebut di Kabupaten Barito Kuala.

3.1.3 ARAHAN WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Arah Kebijakan Pengembangan Kewilayahan

Pembangunan sektoral harus dilaksanakan secara bertahap dan kontinyu dengan memerhatikan setiap kombinasi dari mata rantai pembangunan di tiap sektor. Sebuah missleading dalam pengkombinasian pembangunan antar sektor akan menyebabkan suatu wilayah menjadi kontra produktif karena ketidakmampuan meminimalisir kesenjangan antarwilayah. Selain itu, pembangunan wilayah yang memerhatikan aspek keruangan (spasial) menjadi penting dilakukan agar ruang dan sumber daya yang ada dapat memberikan manfaat untuk kegiatan ekonomi demi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

Dengan memerhatikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan paradigma yang berkembang dalam penataan ruang, wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah akan dihadapkan pada berbagai kompleksitas persoalan ekonomi, sosial kemasyarakatan, pertahanan keamanan maupun lingkungan yang memerlukan perhatian dan penanganan secara terpadu.

Rencana Sistem Perkotaan

Pengembangan wilayah daerah tidak terlepas dari pengaruh signifikan sistem perkotaan. Oeh karena itu, perlu dirumuskan suatu rencana sistem perkotaan yang terpadu dan terintegrasi sehingga memberikan suatu kontribusi positif bagi perkembangan pembangunan daerah. Berdasarkan kajian kondisi lapangan serta terhadap kriteria-kriteria yang telah ditentukan, maka rencana sistem perkotaan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahu n 2011-2031

No Rencana Lokasi

SISTEM PERKOTAAN

(34)

LAPORAN AKHIR III | 34

No Rencana Lokasi

2 Pusat Kegiatan

Lokal (PKL) Perkotaan Batang Alai Selatan

Kecamatan Batang Alai

Selatan

Perkotaan Labuan Amas Selatan Perkotaan Labuan Amas Selatan

3 Pusat Kegiatan lokal promosi (PKLp)

Perkotaan Batu Benawa Kecamatan Batu Benawa

Perkotaan Pandawan Kecamatan Pandawan

4 Pusat Pelayanan Kegiatan (PPK)

Perkotaan Haruyan Kecamatan Haruyan

Perkotaan Labuan Amas Utara Kecamatan Labuan Amas Utara

Perkotaan Batang Alai Utara Kecamatan Batang Alai Utara

Perkotaan Hantakan Kecamatan Hantakan

Perkotaan Batang Alai Timur Kecamatan Batang Alai Timur

Perkotaan Limpasu. Kecamatan Limpasu.

SISTEM PERDESAAN

5 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Kecamatan Pandawan

Desa Kayu Rabah

Desa Banua Binjai

Desa Matang Ginalun.

Kecamatan Batang Alai Selatan Desa Anduhum

Kecamatan Haruyan Desa Mangunang

Kecamatan Batang Alai Utara Desa Telang

Desa Semanggi Seberang

Kecamatan Hantakan Desa Kindingan

Kecamatan Limpasu Desa Abung

Kecamatan Batang Alai Timur

Desa Tandilang

(35)

LAPORAN AKHIR III | 35

No Rencana Lokasi

Kecamatan Batu Benawa

Desa Kalibaru

Desa Baru.

Kecamatan Labuan Amas Utara

Desa Sungai Buluh

Desa Pamangkih Seberang

Desa Banua Kupang

Kecamatan Labuan Amas

Selatan

Desa Pantai Hambawang

Timur

Desa Pantai Hambawang

Barat

Desa Tabudarat Hulu

Sumber: RTRW Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2011-2031 Kawasan Lindung

Rencana pola ruang kawasan lindung yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan alam, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya.

Kawasan Budidaya

Rencana pola ruang kawasan budidaya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdiri dari kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman, dan kawasan peruntukan lainnya.

Rencana Kawasan Strategis

(36)

LAPORAN AKHIR III | 36 Tabel 3.3

Rencana Kawasan Strategis

Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Tahun 2011-2031

Kawasan Strategis Sudut Kepentingan Lokasi

Provinsi

Kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup

Kawasan Pegunungan Meratus

Kecamatan Hantakan; Kecamatan Haruyan; Kecamatan Batang Alai Timur; Kecamatan Limpasu; dan Kecamatan Batu Benawa

Kabupaten Kepentingan

pertumbuhan ekonomi

Perkotaan Barabai sebagai ibukota kabupaten

Kawasan agropolitan

Kawasan Banua Kupang di kecamatan Labuan Amas Utara

Sub terminal agribisnis di Kecamatan Barabai

Desa Cukan Lipai di Kecamatan Batang Alai Selatan

Kawasan pergudangan

Kelurahan Barabai Timur dan Desa Mandingin Kecamatan Barabai

Desa Kapar dan Desa Kias kecamatan Batang Alai Selatan;

Desa Sungai Rangas Kecamatan

Labuan Amas Selatan

(37)

LAPORAN AKHIR III | 37 Kawasan Strategis Sudut Kepentingan Lokasi

Kawasan terminal Pantai Hambawang

Kelurahan Pantai Hambawang Barat kecamatan Labuan Amas Selatan

Kawasan strategis ekonomi jalan lingkar barat ruas Walangsi- Kapar

Kawasan perkebunan karet

Kecamatan Batang Alai Selatan

Kecamatan Hantakan

Kecamatan Batang Alai Timur

Kecamatan Limpasu

Kepentingan Sosial Budaya

Makam Pahlawan Divisi IV ALRI berada di Desa Birayang Surapati Kecamatan Batang Alai Selatan

Masjid Karamat Pelajau di desa Pelajau kecamatan Pandawan

Masjid Karamat Desa Jatuh kecamatan Pandawan

Makam Wali Katum di desa Tabudarat Hulu kecamatan Labuan Amas Selatan

Makam Tumenggung Jayapati di desa Abung kecamatan Limpasu

Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

Kawasan Rehabilitasi Lingkungan Hidup meliputi Hutan Lindung Meratus Kecamatan Batang Alai Timur

(38)

LAPORAN AKHIR III | 38 3.1.4Arahan Rencana Pembangunan Daerah

Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan pembangunan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2005-2025, RPJMD Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2016-2021 merupakan tahap ketiga pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Sebagaimana diamanatkan dalam Tahapan dan prioritas pembangunan pada RPJPD Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2005-2025, bahwa Tahapan dan skala prioritas pembangunan daerah yang ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan yang akan diselesaikan, tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena prioritas yang dirumuskan dalam setiap tahapan dapat berbeda-beda, akan tetapi semua itu harus tetap berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam rangka pencapaian sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah. Visi RPJMD Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2005-2025 yang telah ditetapkan adalah

Hulu Sungai Tengah Menjadi Kabupaten Maju dan Sejahtera Sebagai Pusat Kegiatan

Wilayah di Provinsi Kalimantan Selatan Berbasis Lingkungan”.

Hulu Sungai Tengah yang MAJU digambarkan dengan kondisi pertubuhan ekonomi yang berkualitas, infrastruktur yang dinamis dan sumberdaya alam yang berkelanjutan. SEJAHTERA digambarkan dengan kondisi terjadinya penigkatan pendapatan masyarakat. PUSAT KEGIATAN WILAYAH digambarkan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebagai pusat pemukiman, pusat distribusi barang dan jasa dan simpul transportasi di kawasan hulu sungai. BERBASIS LINGKUNGAN digambarkan, dalam pelaksanaan pembangunan tidak merusak lingkungan dan semaksimal mungkin untuk tetap memperrtahankan kualitas lingkungan.

Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, Visi dalam RPJMD adalah Visi Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Terpilih yang disampaikan pada waktu Pemilihan Kepala Daerah.

(39)

LAPORAN AKHIR III | 39 Kabupaten Hulu Sungai Tengah tahun 2016-2021 juga merupakan perwujudan visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan serta visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2005-2025. Visi dan misi ini akan menjadi arahan pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah selama lima tahun yang akan datang dan terjabarkan ke dalam tujuan dan sasaran pembangunan yang lebih terinci dan terukur.

Visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Hulu Sungai Tengah merupakan suatu gambaran utuh sebagai tujuan akhir pembangunan demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara madani, konsisten, dan merata. Visi pembangunan menjadi penting untuk menyatukan cita dan cipta bersama seluruh komponen dalam pencapaian pembangunan daerah sesuai dengan permasalahan pembangunan dan isu strategis yang dihadapi oleh Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Visi juga dibangun sebagai usaha bersama seluruh pemangku kepentingan untuk menyamakan dan menyelaraskan pandangan tentang apa yang ingin dicapai dalam satu periode pembangunan.

Berdasarkan hasil proses politik yang dilaksanakan melalui Pemilukada tahun 2015, ditetapkan visi RPJMD Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2016-2021 sebagai berikut:

“Terwujudnya Masyarakat Hulu Sungai Tengah yang Agamis, Mandiri, Sejahtera dan

Bermartabat”.

Untuk melihat elemen-elemen yang mendukung tercapainya visi dari Bupati dan Wakil Bupati terpilih Kabupaten Hulu Sungai Tengah periode 2016-2021, gambaran visi di atas dapat terlihat pada diagram berikut.

Sumber: RPJMD Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Gambar 3.10 Diagram Visi Kabupaten Hulu Sungai Tengah Periode 2016-2021

Hulu Sungai Tengah Agamis

Mandiri

(40)

LAPORAN AKHIR III | 40 Visi tersebut mengandung makna bahwa untuk mendukung pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdapat empat elemen utama yaitu aspek agamis, aspek mandiri, aspek sejahtera, dan aspek bermartabat. Penjelasan dari masing-masing elemen adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat Agamis

Salah satu prasyarat yang turut menentukan keberhasilan pembangunan adalah adanya kesadaran masyarakat untuk mengetahui, memahami serta mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari secara baik dan benar. Masyarakat agamis adalah masyarakat yang taat kepada hukum, mempunyai toleransi yang tinggi terhadap sesama, serta mencintai lingkungan. Keharmonisan dan kesejahteraan hidup akan lebih mudah diwujudkan di tengah-tengah masyarakat agamis. Sebagai perwujudan masyarakat yang beriman, harus mempunyai keyakinan bahwa semua agama bisa tumbuh dan hidup rukun di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

2. Mandiri

Pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dipandang sebagai proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Melalui elemen visi ini, pemerintah ingin mencapai adanya keseimbangan antara kemandirian sosial dan ekonomi serta keharmonisan antara pembangunan sosial-ekonomi dengan aspek lingkungan hidup dengan memperluas kerjasama, baik nasional maupun internasional.

Kemandirian ekonomi dan sosial merupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spiritual yang memungkinkan setiap masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah untuk memenuhi beberapa kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang baik bagi diri, keluarga, dan masyarakat dengan meningkatkan kemampuan yang bertumpu pada pada kekuatan sendiri serta mengoptimalkan seluruh potensi. Peningkatan kemandirian dapat diwujudkan oleh pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan program-program pembangunan daerah untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran.

(41)

LAPORAN AKHIR III | 41 3. Sejahtera

Pembangunan yang dapat mencapai suatu keadaan masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidup lahir dan bathin, fisik dan non fisik dengan rasa aman dan nyaman. Merupakan suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat seperti sandang, pangan , perumahan, air bersih, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, rasa aman dan nyaman. Pemerintah daerah selalu menjadikan kesejahteraan sebagai tujuan utama dalam setiap implementasi kebijakan. Namun, banyak kondisi yang menandakan bahwa kesejahteraan masyarakat justru mengalami penurunan. Indikator pertama yang dapat menjadi bukti bahwa kesejahteraan masyarakat mengalami penurunan adalah terjadi perlambatan tingkat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, indikator lainnya yang menjadi acuan kesejahteraan masyarakat adalah tingginya tingkat inflasi terutama untuk kelompok makanan. Angka inflasi untuk kelompok bahan makanan bisa menjadi gambaran bahwa terjadi kenaikan harga-harga bahan makanan. Penurunan kesejahteraan masyarakat juga disebabkan karena gagalnya kebijakan dan program pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat akibat ditundanya atau dihilangkannya program sosial. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah perlu mengambil kebijakan yang bijaksana dan strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan (kontinuitas).

4. Bermartabat

Bermartabat mengandung makna bahwa pembangunan jangka menengah (2016-2021) di Kabupaten Hulu Sungai Tengah diarahkan untuk mewujudkan karakter masyarakat yang memiliki harga diri dan kemuliaan yang dapat tercermin dari karakter masyarakatnya yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta taat kepada aturan hukum yang berlaku berlandaskan nilai-nilai luhur kearifan lokal (adat istiadat/ tradisi yang positif), berdaya saing dan terkemuka bagi daerah dan masyarakatnya dalam konteks kehidupan sosial di tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional.

Berdasarkan visi di atas, maka ditetapkan misi pembangunan daerah jangka menengah 2016-2021 sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas kehidupan dan keserasian hubungan antara ulama dan umara; 2. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang meliputi bidang kesehatan dan

pendidikan serta kemandirian;

(42)

LAPORAN AKHIR III | 42 4. Peningkatan pembangunan ekonomi kerakyatan yang berbasis pertanian tanaman

pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan;

5. Peningkatan pengelolaan sumberdaya alam secara mandiri yang berorientasi pada pelestarian hutan dan ekosistem;

6. Peningkatan pelayanan masyarakat; dan

7. Peningkatan kapasitas birokrasi pemerintah daerah.

Agar memudahkan pemahaman terhadap kesinambungan pembangunan setiap tahun dalam jangka 5 (lima) tahun, terlebih dahulu disederhanakan dalam agenda atau tema pembangunan setiap tahun di masing-masing tahap. Atas dasar tema pembangunan inilah disusun arah kebijakan lebih jelas agar RPJMD mudah dituangkan dalam RKPD. Selanjutnya, tahapan-tahapan dimaksud dijadikan sebagai dasar dan disesuaikan dengan pentahapan RKPD.

Sumber: RPJMD Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Gambar 3.11

Agenda/Tema RPJMD Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Berikut rumusan strategis beserta arah kebijakan pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah berdasarkan masing-masing sasaran serta tema pembangunan.

Tabel 3.4

Rumusan Strategis Dan Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Gambar

Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Silinder kemudian menggelinding menuruni bidang miring seperti pada gambar (ketinggian bidang miring 3m dan sudut yang dibentuk bidang dengan horizontal 30 o ).Hitunglah

Untuk mengembangkan perpustakaan agar dapat melayani masyarakat dengan baik tidak lepas dari tantangan dan hambatan baik secara internal maupun eksternal itulah yang akan

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti yang berkaitan dengan penggunaan teori Utami

Dalam penelitian ini, metode wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur.Metode wawancara ini digunakan untuk menggali data dari Kepala Sekolah, Guru Fiqih,

Bopo Gratianus Edwie Nugrohadi, Terima kasih banyak pak Edwie atas pendampinganya, yang selalu sabar dan perhatian dalam mengahadapi kita selaku mahasiswa yang kadang bertingkah

diri dengan kecemasan istri pelaut terhadap perselingku~an suami yang berlayar.

Sehingga Informan tetap memiliki semangat dalam menjalani hidup, informan bisa membuktikan pada banyak orang bahwa meskipun berstatus janda cerai hidup, informan

4.3 Dimensi Persepsi Yang Paling Dominan dalam Mempengaruhi Keputusan Pembelian Notebook Acer Pada Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Universitas Binadarma