• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan

KEBUTUHAN THN

3.2.4 Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan

Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang menyatakan bahwa pengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikan

LAPORAN AKHIR III | 71 perlindungan rasa aman bagi pengguna bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna. Ketersediaan Perda Bangunan Gedung bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di kabupaten/kota. Uraian Perda tentang Bangunan Gedung setidaknya berisi:

1. Ketentuan fungsi bangunan gedung; 2. Persyaratan bangunan gedung;

3. Penyelenggaraan bangunan gedung; dan

4. Peran masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.  Program-Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: 1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

2. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

3. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan kemiskinan Program-program terkait pembangunan lingkungan hidup yang direncanakan antara lain:

1.

Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

2.

Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumber daya Alam dan Lingkungan Hidup.

3.

Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan.

4.

Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).

5.

Program perlindungan dan konservasi sumberdaya alam.

6.

program rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam.

7.

Program peningkatan pengendalian polusi.

Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta

LAPORAN AKHIR III | 72 mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun. Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:

1.

Fasilitasi Rancangan Perda Bangunan Gedung Kriteria Khusus:

a.

Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan Ranperda Bangunan Gedung;

b.

Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda Bangunan Gedung;

2.

Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas Kriteria Khusus fasilitasi penyusunan rencana penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas:

a.

Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi KOTAKU;

b.

Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM Pronangkis-nya;

c.

Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;

d.

Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

e.

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

3.

Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kriteria Lokasi:

a.

Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;

b.

Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;

c.

Kawasan yang dilestarikan/heritage;

d.

Kawasan rawan bencana;

e.

Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district);

f.

Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;

g.

Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

h.

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;

i.

Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

4.

Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah.

LAPORAN AKHIR III | 73 Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED. Kriteria Umum:

a.

Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;

b.

Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha);

c.

Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

d.

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Khusus fasilitasi penyusunan rencana tindak penataan dan revitalisasi kawasan:

a.

Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;

b.

Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;

c.

Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;

d.

Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat;

e.

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Khusus fasilitasi penyusunan rencana tindak ruang terbuka hijau:

a.

Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman (RTH Publik);

b.

Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang tata ruang);

c.

Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota;

d.

Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat;

e.

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Khusus fasilitasi penyusunan rencana tindak permukiman tradisional bersejarah:

a.

Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten);

b.

Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan

LAPORAN AKHIR III | 74

c.

Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;

d.

Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

e.

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem proteksi Kebakaran (RISPK):

a.

Ada Perda Bangunan Gedung;

b.

Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;

c.

Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi;

d.

Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 tentang Tata Ruang;

e.

Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

f.

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria dukungan PSD untuk Revitalisasi Kawasan, RTH dan Permukiman Tradisional/ Gedung Bersejarah:

a.

Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman Tradisional - Bersejarah;

b.

Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;

c.

Ada DDUB;

d.

Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran;

e.

Khusus dukungan sarana dan prasarana untuk permukiman tradisional, diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya;

f.

Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

g.

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran

a.

Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimal SK/peratu ran bupati/walikota);

b.

Memiliki Perda Bangunan Gedung (minimal Raperda Bangunan Gedung dalam tahap pembahasan dengan DPRD);

c.

Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun;

d.

Ada lahan yg disediakan Pemda;

LAPORAN AKHIR III | 75

f.

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

a.

Bangunan gedung 75cenar/kantor pemerintahan;

b.

Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan, terminal, stasiun, bandara);

c.

Ruang 75cenar atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas 75cenar masyarakat (taman, alun-alun);

d.

Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Penataan Lingkungan Permukiman

a.

Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

b.

PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;

c.

Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;

d.

Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;

e.

Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;

f.

Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a.

Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

b.

Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;

c.

Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;

d.

Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;

e.

Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah

LAPORAN AKHIR III | 76 Negara.

3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;

b.

realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai Mou PAKET;

c.

Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemer intah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.

Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen -dokumen seperti RTR, 76cenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi:

1. Revitalisasi,

2. Ruang Terbuka Hijau (RTH),

3. Bangunan Tradisional/bersejarah dan 4. Penanggulangan kebakaran.

Hal tersebut bermanfaat bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.