• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 8929def151 BAB VIIBAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 8929def151 BAB VIIBAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 7

RENCANA PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

(2)

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJPN).

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

(3)

penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata

Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

(4)

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

7.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim;

Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan;

Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.

Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.

(5)

kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

Tabel 7.1

Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Sarmi

No Isus Strategis Keterangan

1

Kecenderungan pembangunan yang tidak terkontrol di sepanjang Jalan/Pesisir Pantai yang berpotensi kumuh.

Urgensi Tinggi

2 Minimnya cakupan dan kualitas infrastruktur permukiman

Urgensi Tinggi

3

Lemahnya keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman, baik dalam skala kota maupun kawasan

Urgensi Tinggi

4 Menurunnya kualitas permukiman pada kawasan

tidak layak huni/kumuh Urgensi Tinggi

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

(6)

peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan seperti PISEW (RISE), serta kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain:

Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:

1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:

1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.

(7)

Program- Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)

4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah

5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.

Sebagaimana isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.

7.1.2 Sasaran Program

(8)

1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta

2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:

1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil

2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),

3) desa tertinggal dengan program RIS PNPM.

Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.

Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan  Infrastruktur kawasan permukiman kumuh  Infrastruktur permukiman RSH

 Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

 Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)

 Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana

(9)

Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam Gambar 7.1.

Gambar 7.1

Alur Program Pengembangan Permukiman

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum

 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

(10)

 Sudah tersedia DED.

 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi

 Ada unit pelaksana kegiatan.

 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi. 2. Khusus

Rusunawa

 Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA  Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh

 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya

 Ada calon penghuni RIS PNPM

 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.  Tingkat kemiskinan desa >25%.

 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.

PISEW

 Berbasis pengembangan wilayah

(11)

air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan  Mendukung komoditas unggulan kawasan

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

1. Vitalitas Non Ekonomi

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

(12)

permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh

3. Status Kepemilikan Tanah

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b. Status sertifikat tanah yang ada.

4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah

5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan

(13)

b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.

Tabel 7.2 Sasaran Program

Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

NO

URAIAN SASARAN PROGRAM

TOTAL SASARAN PROGRAM (Ha)

KET LUAS

KAWASAN 2017 2018 2019 2020 2021

I Kawasan Kumuh

Perdesaan 17.761 3.552 3.552 3.552 3.552 3.552

Kawasan

15.180 3.036 3.036 3.036 3.036 3.036

Pulau Kecil, Rawan Bencana

7.1.3 Usulan Kebutuhan Program

(14)

Tabel 7.3 Usulan Kebutuhan Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

NO KAWASAN

2018 2019 2020 2021 2022 KET

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1488,8 1488,8 1488,8 1488,8 1488,8

1 Pantai Barat

1.751 350,2 350,2 350,2 350,2 350,2

Kawasan Perdesaan 2 Sarmi

171 34,2 34,2 34,2 34,2 34,2

3 Sarmi Timur

519 103,8 103,8 103,8 103,8 103,8

4 Sarmi Selatan

504 101 100,8 100,8 100,8 100,8

5 Tor Atas

4.499 900 899,8 899,8 899,8 899,8

6 Pantai Timur

3.193 639 639 639 639 639

7 Pantai Timur

Bagian Barat 4.020 804 804 804 804 804

8 Bonggo

770 154 154 154 154 154

9 Bonggo Timur

836 167 167 167 167 167

10 Apawer Hulu

1.204 241 241 241 241 241

(15)

III

5.719 3587,8 3587,8 3587,8 3587,8 3587,8

1 Pulau Liki

236 47,2 47,2 47,2 47,2 47,2

Rawan Bencana 2 Pulau Amo

236 47,2 47,2 47,2 47,2 47,2

3 Pantai Barat

151 350,2 350,2 350 350,2 350,2

4 Sarmi

171 34,2 34,2 34,2 34,2 34,2

5 Sarmi Timur

519 103,8 103,8 103,8 103,8 103,8

6 Sarmi Selatan

504 101 100,8 100,8 100,8 100,8

7 Tor Atas

499 900 899,8 899,8 899,8 899,8

8 Pantai Timur

1.193 639 639 639 639 639

9 Pantai Timur

Bagian Barat 400 804 804 804 804 804

10 Bonggo

770 154 154 154 154 154

11 Bonggo Timur

836 167 167 167 167 167

12 Apawer Hulu

204 241 241 241 241 241

(16)
(17)

Tabel 7.4

Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan

Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Tahun 2018 – 2022

NO URAIAN KEGIATAN LOKASI VOLUME SATUAN TAHUN

SUMBER PEMBIAYAAN (Rp.1000,-) APBN

DAK APBD

PROV

APBD

KAB/KOTA BUMD KPS CSR

Rp. MURNI

1 3 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Peraturan Pengembangan Permukiman

Penyusunan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)

Pembinaan Dan Pengawasan Pengembangan Permukiman Pendampingan Penyusunan Produk

Kab. Sarmi 1 Lap 2019

500.000 1.000.000

Pengawasan dan Evaluasi Bidang Pengembangan Kawasan Permukiman

(18)

Permukiman Kumuh

Peningkatan Kualitas Permukiman

Rawan Kumuh Distrik Sarmi Distrik Sarmi 1 Kws 2019 7.500.000

Peningkatan Kualitas Permukiman

Rawan Kumuh Distrik Sarmi Distrik Sarmi 1 Kws 2020 7.500.000

Peningkatan Kualitas Permukiman

Rawan Kumuh Distrik Sarmi Distrik Sarmi 1 Kws 2021 7.500.000

Peningkatan Kualitas Permukiman

Rawan Kumuh Distrik Sarmi Distrik Sarmi 1 Kws 2022 7.500.000

Peningkatan Kembali Kawasan Permukiman Kumuh

Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya Rusunawa Beserta Infrastruktur

Pendukungnya (Sub-Output)

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Pembangunan dan Pengembangan

Betaf 1 Kws 2019

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pantai Barat 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

(19)

-Potensial

Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Sarmi Timur 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Sarmi Selatan 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Tor Atas 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Pantai Timur 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Bonggo 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Bonggo Timur 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Apawer Hulu 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Apawer Hilir 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Sobey 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Muara Tor 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Verkam 1 Kws 2020

(20)

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Ismari 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Sungai Biri 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Fee’en 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Bonggo Barat 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Apawer Tengah 1 Kws 2020

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial Distrik Sarmi

Armo 1 Kws 2021

(21)

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

(22)

-Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

5.000.000 1.000.000

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial Distrik Pantai Barat

Distrik Pantai Barat 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Pantai Barat 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Sarmi 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Sarmi Timur 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Sarmi Selatan 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Tor Atas 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Pantai Timur 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Bonggo 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Bonggo Timur 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Apawer Hulu 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur

(23)

-Potensial

Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Sobey 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Muara Tor 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Verkam 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Ismari 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Sungai Biri 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Fee’en 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Bonggo Barat 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pemb./ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

Apawer Tengah 1 Kws 2022

5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Khusus Pembangunan dan Pengembangan

Kws Permukiman Pasca Bencana Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perbatasan/Pulau Terluar/Terpencil

Penyediaan infrastruktur

permukiman perdesaan tertinggal, terpencil dan pulau2 kecil Kws Pulau Liki Kabupaten Sarmi

Liki 1 Kws 2019

(24)

-Penyediaan infrastruktur

permukiman perdesaan tertinggal, terpencil dan pulau2 kecil Kws Pulau Liki Kabupaten Sarmi

Liki 1 Kws 2020

8.000.000 - - 400.000 - -

-Penyediaan infrastruktur

permukiman perdesaan tertinggal, terpencil dan pulau2 kecil Kws Pulau Armo Kabupaten Sarmi

Armo 1 Kws 2021

8.000.000 - - 400.000 - -

-Penyediaan infrastruktur

permukiman perdesaan tertinggal, terpencil dan pulau2 kecil Kws Pulau Armo Kabupaten Sarmi

Armo 1 Kws 2022

8.000.000 - - 400.000 - -

-Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi dan Sosial (RISE) Infrastruktur Pendukung Kegiatan

Ekonomi dan Sosial (RISE) (SubOutput)

Keswadayaan Masyarakat Keswadayaan Masyarakat (Sub Output)

TOTAL

(25)

-7.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undangundang dan peraturan antara lain:

1. UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk didalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.

(26)

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

(27)

bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana

Tata Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

5. Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan

Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

(28)

7.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

A. Isu Strategis

Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

(29)

hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.

Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.

Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1) Penataan Lingkungan Permukiman

a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;

c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;

(30)

e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;

g. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;

c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan; d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan

rumah negara;

e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;

b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in- cash sesuai MoU PAKET;

(31)

Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi; b) RTH; c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan; d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

B. Kondisi Eksisting

Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.

(32)

C. Permasalahan dan Tantangan

Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:

Penataan Lingkungan Permukiman:

 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;

 Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam;  penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;  Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan

ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;

 Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

 Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

 Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;

(33)

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;

 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;

 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;

 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;

 Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:

 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.

Kapasitas Kelembagaan Daerah:

 Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;  Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan

peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;

(34)

7.2.2 Sasaran Program

Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL di Kabupaten Deiyai, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010. Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi:

- RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)

RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:

Program Bangunan dan Lingkungan; Rencana Umum dan Panduan Rancangan; Rencana Investasi;

(35)

- RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

(36)

- Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:

a. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;

b. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;

c. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan;

d. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

- Standar Pelayanan Minimal (SPM)

(37)

Tabel 7.5

Sasaran Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

NO URAIAN SASARAN

2018 2019 2020 2021 2022

I Penyelenggaraan

Bangunan Gedung …. m2

B

Tematik Perkotaan …. Kawasan

IV Pengembangan RTH …. m2

V

VI Turbinwas BG …. % Bangunan ber IMB

7.2.3 Usulan Kebutuhan Program

(38)

Tabel 7.6

Kebutuhan Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

NO

KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN

LINGKUNGAN

SATUAN

RENCANA PROGRAM

KET 2018 2019 2022 2021 2022

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9

I Penyelenggaraan Bangunan Gedung

1. Bangunan …. m2

2. Bangunan …. m2

II Penataan Bangunan dan Lingkungan Strategis

1. Kawasan …. m2

2. Kawasan …. m2

III Revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan

1. Kawasan ….. Kawasan

2. Kawasan ….. Kawasan

IV Pengembangan RTH

1. RTH …. m2

2. RTH …. m2

V Fasilitasi Ruang terbuka Publik/ Edukasi dan Partisipasi Masy.

(39)

Tabel 7.7

Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan

Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2018 – 2022

NO URAIAN KEGIATAN VOLUME SATUAN TAHUN

SUMBER PEMBIAYAAN (Rp.1000,-) DETAIL

KAB/KOTA BUMD KPS CSR

Rp. MURNI

1 3 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PENATAAN BANGUNAN Peraturan Penataan Bangunan

Penyusunan Rancangan UU dan RPP Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penyusunan

Standar/Pedoman/Kriteria (SPK)

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung Pembinaan Pegelolaan Bangunan

Gedung

Pembinaan Ruang Terbuka Hijau Pembinaan Kelembagaan dan Kemitraan

Pembinaan Penataan Kawasan Fasilitasi Penguatan Pemda Penyusunan DED Destinasi

Wisata Kws. Pantai Distrik Sarmi Distrik Sarmi 1 Lap 2018 - - - 800.000 - -

-Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)

Kab. Sarmi 1 Lap 2019

1.000.000 - - 800.000 - -

-Penyusunan RTBL Kawasan Strategis Kawasan Perkotaan Sarmi

Sarmi Kota 1 Lap 2019

1.000.000 - - 800.000 - -

-Penyusunan RTBL Kawasan

(40)

-Bonggo

Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Dunia Usaha Pembinaan Lainnya

Pengawasan dan Evaluasi Kinerja Bidang Penataan Bangunan

Pasar Pelelangan Ikan Sarmi Kota Sarmi 1 Kws 2019 5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Penataan Bangunan Kawasan

Pasar Pelelangan Ikan Sarmi Kota Sarmi 1 Kws 2020 5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Penataan Bangunan Kawasan

Perdesaan Distrik Bonggo Distrik Bonggo 1 Kws 2020 5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Penataan Bangunan Kawasan

Perdesaan Distrik Bonggo Distrik Bonggo 1 Kws 2021 5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Penataan Bangunan Kawasan Perdesaan Distrik Pantai Timur

Distrik Pantai

Timur 1 Kws 2021 5.000.000 - - 1.000.000 - -

-Penataan Bangunan Kawasan Perdesaan Distrik Pantai Timur

Distrik Pantai

Timur 1 Kws 2022 5.000.000 - - 1.000.000 - -

(41)

Penataan Bangunan Kawasan Rawan Bencana

Penataan Bangunan Kawasan Hijau

Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata

Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata Pantai Distrik Sarmi

Distrik Sarmi 1 Kws 2019

10.000.000 - - 3.000.000 - -

-Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata Pantai Distrik Sarmi

Distrik Sarmi 1 Kws 2020

10.000.000 - - 3.000.000 - -

-Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata Pantai Distrik Sarmi

Distrik Sarmi 1 Kws 2021

12.000.000 - - 3.000.000 - -

-Penyelenggara Penataan Bangunan Kawasan Khusus Penataan RTH

Penataan Bangunan Kebun Raya Penataan Kota Hijau

Penataan Kota Pusaka

TOTAL

(42)

-7.3 SISTIM PENYEDIAAN AIR MINUM

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.

Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:

1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program

JangkaPanjang (RPJP) Tahun 2005 – 2025

Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.

3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan

(43)

Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum

Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata

Ruang

(44)

SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundangundangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.

Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen. Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain mencakup:

 Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum;

 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

(45)

 Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum.

7.3.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan SPAM

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:

a. Peningkatan Akses Aman Air Minum; b. Pengembangan Pendanaan;

c. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;

d. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan; e. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;

f. Rencana Pengamanan Air Minum;

g. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat; dan h. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah

Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi.

(46)

dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM

Pembahasan yang perlu diperhatikan terkait dengan Kondisi Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di kabupaten/kota secara umum adalah:

i. Aspek Teknis

Berisi hal-hal yang berkaitan dengan jenis dan jumlah sistem jaringan yang terdapat di dalam kota/kabupaten, tingkat pelayanan, sumber air baku yang digunakan, serta kondisi pelanggan, sistem pengolahan air, dan jam pelayanan. Di dalam aspek teknis ini perlu juga dimunculkan besarnya unit konsumsi air minum (liter/orang/hari) untuk jaringan perpipaan dan bukan perpipaan

ii. Aspek Pendanaan

Berisi uraian umum pembiayaan pengelolaan air minum baik sistem jaringan perpipaan maupun jaringan bukan perpipaan, kemampuan masyarakat dalam pembiayaan air minum, pencapaian target pembayaran rekening air, prosentase besaran tunggakan rekening. Disebutkan pula tarif dasar air dan harga dasar air serta struktur pelanggan.

iii. Kelembagaan

(47)

perpipaan.

Yang perlu disampaikan terkait kondisi eksisting kelembagaan SPAM adalah:

1. Organisasi Tata Laksana Penyelenggara SPAM baik untuk jaringan perpipaan maupun bukan perpipaan;

2. Sumber daya manusia penyelenggara SPAM; 3. Rencana Kerja Kelembagaan; dan

4. Monitoring dan Evaluasi Pengkajian Kelembagaan SPAM.

iv. Peraturan Perundangan

Berisi peraturan-perundangan (perda, SK walikota/kabupaten, SK Direktur PDAM dll) yang berkaitan dengan pengelolaan air minum di kota/kabupaten serta permasalahan terkait dengan pelaksanaan/implementasi peraturan/perundangan tersebut.

v. Peran Serta Masyarakat

Berisi peran serta masyarakat dalam pengelolaan air minum terkait dengan kepatuhan membayar retribusi air, inisiatif masyarakat mengembangan SPAM di wilayah mereka, peran serta masyarakat memelihara kuantitas dan kualitas sumber air. Diuraikan pula permasalahan yang dihadapi terkait dengan peran negatif masyarakat dalam menjaga keberlanjutan sumber air, jaringan yang ada dll.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM

i. Permasalahan Pengembangan SPAM

(48)

pengembangan AM pada tingkat nasional antara lain:

1) Peningkatan Cakupan dan Kualitas

a) Tingkat pertumbuhan cakupan pelayanan air minum sistem perpipaan belum seimbang dengan tingkat perkembangan penduduk

b) Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi masih memerlukan pembinaan.

c) Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar dan tekanan air pada jaringan distribusi umumnya masih rendah.

d) Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas dan harus membayar lebih mahal.

e) Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air minum masyarakat belum memadai.

f) Sebagian air yang diproduksi PDAM telah memenuhi kriteria layak minum, namun kontaminasi terjadi pada jaringan distribusi.

g) Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang disebabkan buruknya akses air minum yang aman.

2) Pendanaan

a) Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan untuk pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan;

(49)

c) Komitmen dan prioritas pendanaan dari pemerintah daerah dalam pengembangan SPAM masih rendah.

3) Kelembagaan dan Perundang-Undangan

a) Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan SPAM.

b) Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh penyelenggara SPAM (PDAM).

c) Pemekaran wilayah di beberapa kabupaten/kota mendorong pemekaran badan pengelola SPAM di daerah.

4) Air Baku

a) Kapasitas daya dukung air baku di berbagai lokasi semakin terbatas.

b) Kualitas sumber air baku semakin menurun.

c) Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa daerah yang tidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi. d) Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga

menimbulkan konflik kepentingan di tingkat pengguna.

5) Peran Masyarakat

a) Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun pengolahan air baku menjadi air minum memerlukan biaya relatif besar dan masih dianggap sebagai urusan pemerintah. b) Potensi yang ada pada masyarakat dan dunia usaha belum

sepenuhnya diberdayakan oleh Pemerintah.

(50)

ii. Tantangan Pengembangan SPAM

Beberapa tantangan dalam pengembangan SPAM yang cukup besar ke depan, agar dapat digambarkan, misalnya :

1) Tantangan Internal:

a) Tantangan dalam peningkatan cakupan kualitas air minum saat ini adalah mempertimbangkan masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki akses air minum yang aman yang tercermin pada tingginya angka prevalensi penyakit yang berkaitan dengan air. Tantangan lainnya dalam pengembangan SPAM adalah adanya tuntutan PP 16/2005 untuk memenuhi kualitas air minum sesuai kriteria yang telah disyaratkan.

b) Banyak potensi dalam hal pendanaan pengembangan SPAM yang belum dioptimalkan. Sedangkan adanya tuntutan penerapan tarif dengan prinsip full cost recovery merupakan tantangan besar dalam pengembangan SPAM.

c) Adanya tuntutan untuk penyelenggaraan SPAM yang profesional merupakan tantangan dalam pengembangan SPAM di masa depan.

d) Adanya tuntutan penjaminan pemenuhan standar pelayanan minimal sebagaimana disebutkan dalam PP No. 16/2005 serta tuntutan kualitas air baku untuk memenuhi standar yang diperlukan.

(51)

2) Tantangan Eksternal

a) Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.

b) Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi yang menuntut pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan.

c) Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals (MDGs) 2015 dan Protocol Kyoto dan Habitat, dimana pembangunan perkotaan harus berimbang dengan pembangunan perdesaan.

d) Tuntutan peningkatan ekonomi dengan pemberdayaan potensi lokal dan masyarakat, serta peningkatan peran serta dunia usaha, swasta

e) Kondisi keamanan dan hukum nasional yang belum mendukung iklim investasi yang kompetitif.

7.3.2. Sasaran Program

(52)

Program-Program Pengembangan SPAM

Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah antara lain:

1. Program SPAM IKK

Kriteria Program SPAM IKK adalah:

 Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM

 Kegiatan:

 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama)

 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR) total

 Indikator:

 Peningkatan kapasitas (liter/detik)

 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM

2. Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah:

 Sasaran: Optimalisasi SPAM IKK

 Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40% dari

target total SR untuk MBR

 Indikator:

 Peningkatan kapasitas (liter/detik)

 Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang terlayani

SPAM

3. Program Perdesaan Pola Pamsimas

Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah:

(53)

 Kegiatan:

 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama)

 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR) total

 Indikator:

 Peningkatan kapasitas (liter/detik)

 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM

4. Program Desa Rawan Air/Terpencil

Kriteria Program SPAM IKK adalah:

 Sasaran: Desa rawan air, desa miskin dan daerah terpencil

(sumber air baku relatif sulit)

 Kegiatan: Pembangunan unit air baku, unit produksi dan unit

distribusi utama

 Indikator: Penambahan jumlah desa yang terlayani SPAM

5. Program Pengamanan Air Minum

Kriteria Program Pengamanan Air Minum adalah:

 Sasaran: PDAM-PDAM dalam rangka mengurangi resiko

 Kegiatan: Pengendalian kualitas pelayanan air minum dari hulu

sampai hilir

 Indikator: Penyediaan air minum memenuhi standar 4 K.

Selanjutnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

mengacu pada Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) yang

(54)

1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; 2. Rencana pengelolaan Sumber Daya Air;

3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM;

4. Kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat; 5. Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM.

Kondisi Eksisting Berdasarkan RTRW Kabupaten Sarmi

Kebutuhan air bersih di kabupaten Sarmi dapat diuraikan sebagai berikut:

 Kebutuhan air bersih untuk sektor domestik, kebutuhan air bersih hingga akhir tahun perencanaan sebesar 1.903.540 liter/hari;

 Kebutuhan air bersih untuk sektor non domestik, kebutuhan air bersih untuk fasilitas perdagangan, jasa dan perkantoran sebesar 190.354 liter/hari, dan fasilitas umum dan sosial kebutuhan air bersih hingga akhir tahun perencanaan sebesar 190.354 liter/hari;

 Kehilangan air

Kehilangan air merupakan banyaknya air yang hilang. Hilang yang diperlukan bagi penjagaan tujuan penyediaan air bersih, yaitu tercukupinya kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya dan yang disebabkan aktivitas penggunaan dan pengolahan air. Kehilangan ini ditentukan dengan mengalikan faktor tertentu (15-20%) dengan angka total produksi air.

Kehilangan air dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:

(55)

Kehilangan air rencana memang dialokasikan khusus untuk kelancaran operasi dan pemeliharaan fasilitas, faktor ketidaksempurnaan komponen fasilitas dan hal lain yang direncanakan beban biaya.

b) Kehilangan air insidentil

Penggunaan air yang sifatnya insidentil, misalnya penggunaan air yang tidak dialokasikan khusus, seperti pemadam kebakaran.

c) Kehilangan air secara administratif

Kehilangan air secara administratif adalah dapat disebabkan oleh:

 Kesalahan pencatatan meteran

 Kehilangan air akibat sambungan liar

 Kehilangan akibat kebocoran dan pencurian illegal

(56)

Tabel 7.8

Prediksi Kebutuhan Air Bersih Domestik Tahun 2011 – 2030

NO. DISTRIK

PREDIKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH (Liter/Hari)

2011 2015 2020 2025 2030

1 Pantai Timur Barat 20.040 24.725 32.150 41.805 54.360

2 Pantai Timur 43.720 50.200 14.915 70.900 84.260

3 Bonggo 80.000 92.740 27.890 134.200 161.440

4 Bonggo Timur 58.580 66.400 19.410 90.800 106.180

5 Tor Atas 35.320 40.040 11.705 54.760 64.020

6 Sarmi 248.280 321.000 110.640 610.140 841.160

7 Sarmi Timur 35.440 51.060 20.140 127.100 200.520

8 Sarmi Selatan 40.520 60.540 24.995 165.100 272.640

9 Pantai Barat 48.740 53.200 14.840 66.240 73.920

10 Apawer Hulu 29.940 32.620 9.085 40.460 45.040

TOTAL 640.580 792.525 57.154 1.401.505 1.903.540

Sumber: RTRW Sarmi 2011 - 2033

Tabel 7.9

Prediksi Kebutuhan Air Bersih Non Domestik 1 Tahun 2011 – 2030

NO DISTRIK

FASILITAS PERDAGANGAN, JASA DAN

PERKANTORAN (Liter/Hari) FASILITAS UMUM DAN SOSIAL (Liter/Hari)

2011 2015 2020 2025 2030 2011 2015 2020 2025 2030

1 Pantai Timur Barat 2.004 2.473 3.215 4.181 5.436 2.004 2.473 3.215 4.181 5.436

2 Pantai Timur 4.372 5.020 1.492 7.090 8.426 4.372 5.020 1.492 7.090 8.426

3 Bonggo 8.000 9.274 2.789 13.420 16.144 8.000 9.274 2.789 13.420 16.144

4 Bonggo Timur 5.858 6.640 1.941 9.080 10.618 5.858 6.640 1.941 9.080 10.618

5 Tor Atas 3.532 4.004 1.171 5.476 6.402 3.532 4.004 1.171 5.476 6.402

(57)

NO DISTRIK

FASILITAS PERDAGANGAN, JASA DAN

PERKANTORAN (Liter/Hari) FASILITAS UMUM DAN SOSIAL (Liter/Hari)

2011 2015 2020 2025 2030 2011 2015 2020 2025 2030

7 Sarmi Timur 3.544 5.106 2.014 12.710 20.052 3.544 5.106 2.014 12.710 20.052

8 Sarmi Selatan 4.052 6.054 2.500 16.510 27.264 4.052 6.054 2.500 16.510 27.264

9 Pantai Barat 4.874 5.320 1.484 6.624 7.392 4.874 5.320 1.484 6.624 7.392

10 Apawer Hulu 2.994 3.262 909 4.046 4.504 2.994 3.262 909 4.046 4.504

TOTAL 64.058 79.253 28.577 140.151 190.354 64.058 79.253 28.577 140.151 190.354

Sumber: RTRW Sarmi 2011 - 2033

Tabel 7.10

Prediksi Kebutuhan Air Bersih Non Domestik 2 Tahun 2011 – 2030

NO DISTRIK

KEHILANGAN AIR(Liter/Hari) HIDRAN UMUM(Liter/Hari)

2011 2015 2020 2025 2030 2011 2015 2020 2025 2030

1 Pantai Timur Barat 802 989 1.286 1.672 2.174 1.202 1.484 1.929 2.508 3.262

2 Pantai Timur 1.749 2.008 597 2.836 3.370 656 753 895 1.064 1.264

3 Bonggo 3.200 3.710 1.116 5.368 6.458 1.200 1.391 1.673 2.013 2.422

4 Bonggo Timur 2.343 2.656 776 3.632 4.247 879 996 1.165 1.362 1.593

5 Tor Atas 1.413 1.602 468 2.190 2.561 530 601 702 821 960

6 Sarmi 9.931 12.840 4.426 24.406 33.646 3.724 4.815 6.638 9.152 12.617

7 Sarmi Timur 1.418 2.042 806 5.084 8.021 532 766 1.208 1.907 3.008

8 Sarmi Selatan 1.621 2.422 1.000 6.604 10.906 608 908 1.500 2.477 4.090

9 Pantai Barat 1.950 2.128 594 2.650 2.957 731 798 890 994 1.109

10 Apawer Hulu 1.198 1.305 363 1.618 1.802 449 489 545 607 676

TOTAL 25.623 31.701 11.431 56.060 76.142 76.142 76.142 76.142 76.142 76.142

(58)

Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kabupaten Sarmi terbagi dalam 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan sistem air bersih yang diusahakan secara mandiri oleh masyarakat (swakelola).

A. Sistem Swakelola Masyarakat

Pelayanan air bersih dengan sistem ini umumnya merupakan sistem pemenuhan kebutuhan air yangdiperoleh langsung dari sumbernya yang dilakukan sendiri oleh masyarakat. Sumber air bersih berasaldari air tanah dan air permukaan yang dimanfaatkan dengan mengambil langsung dari mata air, sungaimaupun dengan pembuatan sumur gali dan sumur pompa.

Arahan pengelolaan sistem air bersih oleh masyarakat yang umumnya berada di perdesaan adalah:

1) Pengembangan sistem pengelolaan jaringan air bersih perdesaan yang dikelola sendiri olehmasyarakat memerlukan pembinaan teknis dan kelembagaan dari instansi terkait.

2) Masyarakat membentuk kelompok HIPPAM untuk melakukan kegiatan sistem pengelolaan jaringanair bersih yang belum terlayani oleh PDAM di tingkat pedesaan.

B. Sistem Jaringan Perpipaan (PDAM)

(59)

Kabupaten Sarmi dilakukan oleh PDAM Kabupaten Sarmi. Distribusi air bersih dilakukan dengan menggunakan sistem jaringan pipa transmisi dan distribusi yang berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber mata air ke instalasi pengolahan/penampungan yang selanjutnya dialirkan oleh pipa distribusi ke pelanggan. Sistem operasi yang digunakan adalah sistem gravitasi (pengaliran) dan sistem pompa. Sistem gravitasi ini adalah system yang mengalirkan air sesuai dengan topografi dan kemiringan tanah. Sedangkan sistem pompa merupakan pengaliran air dari sumber air dengan bantuan alat (pompa).

Untuk meningkatkan pelayanan air bersih dengan menggunakan sistem jaringan perpipaan, maka beberapa arahan pengembangan sebagai berikut :

1) Diharapkan sampai dengan akhir perencanaan, semua kota distrik sudah memiliki sistem penyediaan air bersih perpipaan.

2) Untuk sistem pendistribusian air bersih tetap menggunakan sistem yang ada, yaitu dengan sistem gravitasi dan sistem perpompaan.

3) Untuk sumber air dapat menggunakan sumber air yang telah ada dan untuk memenuhi air minum, dan apabila perlu debit pemakaian sumber air yang ada dapat ditambah.

(60)

5) Untuk masyarakat golongan rendah, khususnya yang ada di kawasan padat perkotaan diupayakan dengan membuat kran umum atau sumur umum (hidran umum).

Berdasarkan kondisi geografis wilayah maka arahan distribusi air bersih di Kabupaten Sarmi adalah sebagai berikut:

1. Distrik Sarmi Kota, Sarmi Selatan, dan Sarmi Timur disribusi ke kelompok pengguna menggunakan sistem Gravitasi dan pompa dengan memafaatkan potensi air bersih Sewan dan Bower.;

2. Distrik Bonggo dan Bonggo Timur distribusi ke kelompok penguna menggunakan sistem gravitasi dan pompa dengan memanfaatkan Danau Teuw dan Danau Piamform;

3. Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat distribusi air bersih ke kelompok pengguna mengunakan sistem gravitasi dan pompa dengan memanfaatkan Sungai Biri;

4. Distrik Tor Atas Distribusi air bersih ke kelompok pengguna mengunakan sistem gravitasi dan pompa dengan memanfaatkan sumber air Safrom dan Konderjan;

(61)

7.3.3 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPIJM. Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi.Usulan program yang diajukan perlu dievaluasi kesesuaiannya dengan hasil analisis dan identifikasi yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga dicek keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Usulan program harus dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya.Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket kegiatan/program.

(62)

Tabel 7.11

Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Pengembangan SPAM Tahun 2018 – 2022

NO URAIAN KEGIATAN LOKASI VOLUME SATUAN TAHUN

SUMBER PEMBIAYAAN (Rp.1000,-) APBN

DAK APBD

PROV

APBD

KAB/KOTA BUMD KPS CSR

Rp. MURNI

1 3 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15

PEGEMBANGAN AIR MINUM

Peraturan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Penyusunan Rancangan UU dan

RPP Bidang Air Minun Penyusunan

Standar/Pedoman/Kriteria (SPK) Bidang Air Minum

Pembinaan Dan Pengawasan Pengembangan SPAM Fasilitasi Penguatan Kapasitas

Pemda

Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Dunia Usaha

1 Pendampingan Penyusunan

RISPAM Kab. Sarmi Sarmi 1 Lap 2019 1.000.000 - - 500.000 - -

-Pengawasan dan Evaluasi Kinerja bidang SPAM

SPAM Regional

SPAM Regional (Sub output)

SPAM Perkotaan SPAM IKK

1 Pembangunan SPAM Perkotaan

(63)

-SPAM Ibu Kota Pemekaran/Perluasan Perkotaan

SPAM Berbasis Masyarakat Pamsimas

SPAM di Kawasan Khusus SPAM Kawasan Kumuh Rawan Air Desa Bora Bora Distrik Tor Atas

Bora Bora 1 Kws 2019

7.000.000 5.000.000 - 500.000 - -

-3

Pembangunan SPAM Desa Rawan Air Desa Bora Bora Distrik Tor Atas

Bora Bora 1 Kws 2020

7.000.000 5.000.000 - 500.000 - -

-4

Pembangunan SPAM Desa Rawan Air Desa Nengke Distrik Pantai Timur Bagian Barat

Nengke 1 Kws 2019

7.000.000 5.000.000 - 500.000 - -

-5

Pembangunan SPAM Desa Rawan Air Desa Nengke Distrik Pantai Timur Bagian Barat

Nengke 1 Kws 2020

7.000.000 5.000.000 - 500.000 - -

-6

Pembangunan SPAM Desa Rawan Air Desa Ampera Distrik Pantai Timur Bagian Barat

Ampera 1 Kws 2020

7.000.000 5.000.000 - 500.000 - -

-7

Pembangunan SPAM Kawasan Pulai Terluar Kawasan Pulau Liki

Liki 1 Kws 2020

5.000.000 5.000.000 - 500.000 - -

-8 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Pantai Barat 1 Kws 2021 7.000.000 5.000.000 - 500.000 - -

(64)

-SPAM Kawasan Rawan Air 7.000.000 5.000.000 500.000

-10 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Sarmi Timur 1 Kws 2021 7.000.000 5.000.000 - 500.000 - -

-11 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Sarmi Selatan 1 Kws 2021 7.000.000 5.000.000 - 500.000 - -

-12 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Tor Atas 1 Kws 2021 7.000.000 5.000.000 - 500.000 - -

-13 Optimalisasi/Pembangunan

SPAMKawasan Rawan Air Pantai Timur 1 Kws 2021 7.000.000 5.000.000 - 500.000 - -

-14

Pembangunan SPAM Desa Rawan Air Desa Ampera Distrik Pantai Timur Bagian Barat

Ampera 1 Kws 2021

7.000.000 5.000.000 - 500.000 - -

-15

Pembangunan SPAM Kawasan Pulai Terluar Kawasan Pulau Liki

Liki 1 Kws 2020

5.000.000 5.000.000 - 500.000 - -

-16

Pembangunan SPAM Kawasan Pulai Terluar Kawasan Pulau Liki

Armo 1 Kws 2021

5.000.000 5.000.000 - 500.000 - -

-17 Optimalisasi/Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air

Pantai Timur

SPAM Kawasan Rawan Air Bonggo

1

Kws 2021

5.000.000 3.000.000 - 500.000 - -

-19 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Bonggo Timur

1

Kws 2021

5.000.000 3.000.000 - 500.000 - -

-20 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Apawer Hulu

1

Kws 2021

5.000.000 3.000.000 - 500.000 - -

-21 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Apawer Hilir

1

Kws 2021

5.000.000 3.000.000 - 500.000 - -

-22 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Sobey

1

Kws 2021

5.000.000 3.000.000 - 500.000 - -

-23 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Muara Tor

1

Kws 2022

5.000.000 3.000.000 - 500.000 - -

-24 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Verkam

1

Kws 2022

5.000.000 3.000.000 - 500.000 - -

-25 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Ismari

1

Kws 2022

(65)

-26 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Sungai Biri

1

Kws 2022

5.000.000 3.000.000 - 500.000 - -

-27 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Fee’en

1

Kws 2022

5.000.000 3.000.000 - 500.000 - -

-28 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Bonggo Barat

1

Kws 2022

5.000.000 3.000.000 - 500.000 - -

-29 Optimalisasi/Pembangunan

SPAM Kawasan Rawan Air Apawer Tengah 1

SPAM Non PDAM Terfalisitasi Bantuan Program Non PDAM Pengembangan Jaringan SPAM MBR

TOTAL

(66)

-7.4 PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

7.4.1 Kondisi Eksisting

Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase dan persampahan permukiman. Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakanfungsi :

1. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan;

2. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

3. Pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan;

4. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan

5. Pelaksanaan tata usaha direktorat.

(67)

pengembangan sanitasi dilakukan melalui penetapan sistem dan zona sanitasi untuk mengidentifikasikan sistem sanitasi yang paling sesuai untuk suatu wilayah dan membantu perumusan program dan kegiatan yang paling sesuai dengan kondisi wilayah berdasarkan sistem yang diusulkan. Indikator yang digunakan dalam tahapan pengembangan dokumen strategi sanitasi ini adalah presentase penduduk terlayani. Diharapkan dalam jangka panjang, semua penduduk akan dapat terlayani oleh program dan kegiatan sanitasi yang dirumuskan dalam dokumen ini.

Gambar

Tabel 7.1Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Kawasan
Gambar 7.1
Tabel 7.2 Sasaran Program
Tabel 7.3 Usulan Kebutuhan Program
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi switch /saklar pada dasarnya adalah suatu alat yang dapat atau berfungsi.. menghubungkan atau memutuskan aliran listrik (arus listrik) baik itu

Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah internal.. locus of control , dengan indikator

Dispenser atau tempat air minum adalah salah satu peralatan listrik atau elektronik yang didalamnya terdapat heater sebagai komponen utamanya, heater berfungsi untuk

Saya selalu meminta masukan dari karyawan atas apa yang saya kerjakan serta mengevaluasi kinerja setiap karyawan di toko material bangunan saya. 1.000 0.3061

Sehingga Informan tetap memiliki semangat dalam menjalani hidup, informan bisa membuktikan pada banyak orang bahwa meskipun berstatus janda cerai hidup, informan

METAFURON 20 WG merupakan herbisida pra dan purna tumbuh yang diformulasi dalam bentuk butiran halus yang mudah larut dalam air yang dapat mengendalikan gulma berdaun lebar,

Roda gigi merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dan putaran dari suatu poros ke poros yang lain dengan rasio kecepatan yang konstan dan memiliki

Karena itik, entog dan mandalung merupakan unggas air diduga pengukuran produksi panas pada saat pemberian pakan produksi uap air (H 2 O) meningkat, kelembaban dan