B
B
A
A
B
B
7
7
RE
R
E
N
N
C
C
A
A
NA
N
A
PE
P
E
M
M
B
B
A
A
NG
N
G
U
U
NA
N
A
N
N
I
I
N
N
F
F
RA
R
A
ST
S
T
RU
R
UK
K
T
T
UR
U
R
Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
7 .1 PEN GEM BAN GAN PERM U K I M AN
7.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
AdapunfungsiDirektorat Pengembangan Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
7.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:
• Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
• Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan.
• Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
• Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
• Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
• Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
pengembangan kawasan permukiman.
• Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang terangkum secara nasional. Namun, di masing-masing kabupaten/kota terdapat isu-isu yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Isu-isu strategis terkait pengembangan permukiman di Kabupaten Agam adalah sebagai berikut :
1. Rasio rumah layak huni Tahun 2010 adalah 98,45 %, yang berarti 1,55 % yang tidak layak huni. Secara fisik rumah yang ada di Kabupaten Agam sudah layak huni.
2. Rasio permukiman layak huni Tahun 2010 baru hanya 9,17 %, berarti sebagian besar permukiman belum layak huni atau belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai.
3. Pertumbuhan perumahan dan permukiman di Kabupaten Agam yang cukup pesat, tidak diiringi dengan penyediaan sarana dan prasarana dasarnya, sehingga sering kali dijumpai kawasan kumuh dan tidak layak huni. Khusus untuk perumahan yang dibangun pengembang (developer), masih banyak yang belum menyediakan fasilitas sosial dan umum. Pemerintah Daerah belum dapat menyusun regulasi yang mengatur tentang kewajiban tersebut dan memberikan tindakan bagi yang melanggar atau tidak melengkapi sarana utilitas tersebut
Tabel 7.1
Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kabupaten
NO ISU STRATEGIS KETERANGAN
(1) (2) (3)
1 Secara geografis terletak pada daerah rawan bencana (tsunami, gempa, gerakan tanah/lonsor, banjir, abrasi serta letusan gunung api);
ISU STRATEGIS KABUPATEN DALAM DOK RTRW KAB AGAM TAHUN 2010-2030
2 Posisi Kabupaten Agam yang terletak pada kawasan yang sangat strategis yang dilalui jalur Lintas Tengah Sumatera dan Jalur Lintas Barat Sumatera dan dilalui olehFider Road
yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas Tengah dan Lintas Timur Sumatera yang berimplikasi pada perlunya mendorong daya saing perekonomian, pentingnya memanfaatkan keuntungan geografis;
ISU STRATEGIS KABUPATEN DALAM DOK RTRW KAB AGAM TAHUN 2010-2031
3 Masih adanya kesenjangan antar wilayah dalam Kabupaten Agam, ketimpangan pembangunan antara Agam wilayah Timur dan Agam wilayah Barat, dimana Agam wilayah Timur (Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Baso, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Sungai Pua, Kecamatan Ampek Angkek, Kecamatan Canduang dan Kecamatan IV Koto) yang berbatasan langsung dengan Kota Bukittinggi lebih berkembang dibanding dengan Agam wilayah Barat (Kecamatan Malalak, Kecamatan Matur, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Palembayan, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Palupuh).
ISU STRATEGIS KABUPATEN DALAM DOK RTRW KAB AGAM TAHUN 2010-2032
4 Disamping itu Kabupaten Agam terletak pada Pantai Barat Sumatera (± 43 Km) yang dapat memanfaatkan sumber daya laut seperti perikanan tangkap;
ISU STRATEGIS KABUPATEN DALAM DOK RTRW KAB AGAM TAHUN 2010-2033
5 Penurunan luas kawasan hutan dan kawasan resapan air, serta meningkatnya luas DAS kritis yang disebabkan alih fungsi lahan untuk perkebunan serta adanya penebangan liar;
ISU STRATEGIS KABUPATEN DALAM DOK RTRW KAB AGAM TAHUN 2010-2034
6 Basis perekonomian Kabupaten Agam masih berada pada sektor primer yang berpotensi untuk dikembangkan;
ISU STRATEGIS KABUPATEN DALAM DOK RTRW KAB AGAM TAHUN 2010-2035
7 Pemanfaatan sumber daya alam yang belum terkelola dengan baik seperti Kawasan Danau Maninjau, sumber-sumber energi terbarukan, potensi wisata sehingga belum berjalan secara sinergis yang berdampak kepada tingkat kesejahteraan masyarakat (tingginya angka kemiskinan (KK) dan masih rendah angka IPM)
ISU STRATEGIS KABUPATEN DALAM DOK RTRW KAB AGAM TAHUN 2010-2036
8 Masih terbatasnya penyediaan prasarana dan sarana dalam mendukung pengembangan wilayah.
ISU STRATEGIS KABUPATEN DALAM DOK RTRW KAB AGAM TAHUN 2010-2037
9 Sistem Terpusat (Off-Site Sistem) Belum ada sistem pengelolaan limbah cair secara terpusat (off Site Sistem) di Kabupaten Agam. Namun Pemerintah Kabupaten dapat mengembangkan dan merencanakan sistem sanitasi terpusat pada daerah kecamatan perkotaan yang padat, bekerjasama dengan badan swasta resmi, mengalirkan black dan grey water sekaligus.
NO ISU STRATEGIS KETERANGAN
(1) (2) (3)
Nagari Simarasok di Kecamatan Banuhampu. Sistem ini dapat kita kenal dengan sistem tangki septik komunal hampir mirip dengan sistem kondominial, bedanya sistem ini tidak menggunakan saluran IPAL teknologi anaerobic baffled reactor, yang terkadang menggunakan digester untuk koleksi biogas dari black water yang dihasilkan. Dalam tahun-tahun terakhir, ratusan sistem sanitasi berbasis masyarakat ini telah dibangun untuk menyediakan layanan sanitasi terpusat dan setempat bagi
11 Sistem Setempat Pengelolaan air limbah di kabupaten masih menggunakan sistem pengolahan air limbah sistem setempat (on-site) yang berupa tangki septik atau cubluk.
12 Program Pengelolaan Sampah yang Sedang dilaksanakan Program pengelolaan sampah yang dilaksanakan di Kabupaten Agam pada tahun tahun 2010 antara lain :
13 a) Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan
14 b) Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan
15 c) Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan
16 Rencana Peningkatan Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah pada masyarakat masih menggunakan cara sederhana untuk mengolah sampah, yaitu seperti dibakar, ditimbun ataupun khusus untuk wilayah Lubuk Basung diangkut dengan menggunakan truk sampah untuk dibuang ke lokasi open dumping Manggis atau bahkan masih membuang sampah ke selokan atau sungai yang tidak sesuai dengan syarat ke 17 TPA Manggih di Kecamatan Lubuk Basung Kebutuhan untuk pembangunan TPST saat ini sudah mendesak di Kabupaten Agam.
Berdasarkan dokumen DED dan UPL/UPK yang telah dibuat oleh Dinas Pekerjaan Umum, TPST yang direncanakan berada di Nagari Sungai Jariang seluas 8 Ha dengan kriteria rancangan TPSA sistem Reusable Sanitary Landfill dirancang untuk dapat menampung sampah dari daerah pelayanan Kabupaten Agam. Pemerintah tidak bisa lagi mengandalkan TPA Manggih yang hanya menggunakan sistem open dumping dan berada di areal mata air 18 Rencana Peningkatan Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan 1. Memanfaatkan sistem jaringan drainase yang ada secara maksimal, baik sungai, anak
sungai maupun saluran alami lainnya dan mengatur kembali sistem jaringan drainase yang berhirarki dan terpadu sesuai dengan fungsinya baik secara kuantitas ataupun kualitas
19 2. Sistem drainase yang ada juga harus dapat menjaga environmental sustainability, termasuk
menjamin kualitas air yang lewat, menjamin tidak akan terjadi over drainage, sehingga mengakibatkan terjadinya soil subsidence yang berlebihan
20 3. Mengalirkan air hujan melalui sistem jaringan drainase ke badan air terdekat dengan tetap
mempertimbangkan kapasitas debit air dan kecepatan aliran maksimal yang dapat mengakibatkan erosi badan saluran
21 4. Diusahakan untuk memanfaatkan natural creek yang biasanya mengikuti kemiringan alam.
22 5. Memanfaatkan energi gravitasi dan menghindari penggunaan pompa. Agar dapat menjaga
energi potensial aliran air, tampang saluran yang dipilih, dengan luas tampang basah yang sama, sebaiknya dibuat melebar dan tidak dalam
23 6. Pada kawasan perumahan, perlu dijaga agar saluran drainase air hujan dapat selalu kering
dan dipisahkan dari saluran pembuangan rumah tangga
24 7. Ekonomis pembuatannya dan murah biaya pemeliharaannya
NO ISU STRATEGIS KETERANGAN
(1) (2) (3)
sungai Ciujung dan Cidurian beberapa solusi yang dapat dilaksanakan adalah mengurug, melindungi dari bahaya banjir dengan tanggul dilengkapi dengan pompa (polder), dan menyesuaikan diri dengan alam.
26 Sistem Drainase Yang Diusulkan 1. Menentukan lay out sistem jaringan sungai/drainse sesuai klasifikasi cathment area dan sub sistemnya
27 2. Menetapkan land use, dengan pertimbangan keadaan hidrotopografi dan resiko banjir
28 3. Mengurangi limpasan dengan meningkatkan resapan dan retensi air
29 4. Menata/memanfaatkan rawa-rawa yang ada sebagai penampung air hujan (kolam retensi)
30 5. Membuat tendon air baik secara komunal maupun individual yang berfungsi sebagai
limpasan penampungan air hujan maupun cadangan air domestik saat musim kemarau
31 6. Kelembagaan dalam penanganan pengelolaan Daerah Aliran Sungai
32 7. Penyelenggaraan/penanganan yang terpadu dengan sektor terkait (pengendalian banjir, air
limbah dan persampahan);
33 8. Optimalisasi sistem yang ada, rehabilitasi/pemulihan, pengembangan dan pembangunan
baru;
34 9. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, dunia usaha serta melibatkan peran serta
masyarakat; 35 2. Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) pada Tahun 2010 sebanyak 18.686. atau 17,23%
dari jumlah rumah tangga.
36 1. Persentase rumah tinggal bersanitasi Tahun 2010 sebesar 12.15 %, lebih separuh tidak bersanitasi.
37 2. Rasio tempat pembuangan sampah Tahun 2010 hanya sebesar 116,78 m3 per 1000 jumlah penduduk
38 3. Rasio rumah layak huni Tahun 2010 adalah 98,45 %, yang berarti 1,55 % yang tidak layak huni. Secara fisik rumah yang ada di Kabupaten Agam sudah layak huni.
39 Rasio permukiman layak huni Tahun 2010 baru hanya 9,17 %, berarti sebagian besar permukiman belum layak huni atau belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai 40 1. Rasio rumah tangga pengguna jaringan air bersih (PDAM dan Pamsimas) adalah
sebesar 38.37% dari jumlah rumah tangga, berarti sebagian besar penduduk belum menggunakan jaringan air bersih.
41 2. Rasio rumah tangga pengguna listrik adalah sebesar 90,91 %, berarti masih ada 9,09 % yang belum teraliri listrik.
42 Rasio rumah tangga bersanitasi adalah 12,15 % dari rumah tangga yang ada, berarti sebagian besar rumah tangga belum mempunyai sanitasi
43 1. Seringnya terjadi banjir dan longsor yang disebabkan oleh tingginya curah hujan sementara daerah tangkapan air mulai berkurang;
44 Lemahnya penanggulangan sampah
b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Perkembangan kawasan perumahan di Kabupaten Agam secara umum terus berkembang dengan cepat, hal ini dapat dilihat dari perubahan penggunaan lahan yang terus mengalami peningkatan terutama dari lahan pertanian menjadi lahan perumahan baik yang dibangun oleh masyarakat secara swadaya maupun terencana oleh developer seperti di kawasan Kota Lubuk Basung (Garagahan, Kampung Pinang), Taluak IV Suku, Tanjuang Alam, Gadut, Kubang Putiah, dan Guguk Tabek Sarojo yang disebabkan kawasan merupakan Pusat Pelayanan dan Kawasan berbatasan langsung dengan Kota Bukittinggi, sehingga berdampak pada perkembangan kawasan Perkotaan wilayah tersebut. Oleh karena itu tingkat kebutuhan penyediaan rumah semakin meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan kegiatan di kawasan tersebut (pusat perdagangan dan jasa, pariwisata, dan perhubungan).
Pengembangan kawasan perumahan di Kabupaten Agam dapat dibagi menjadi dua, yaitu dilakukan oleh masyarakat sendiri dan dilakukan oleh pihak developer.
Kawasan Perumahan Yang Dibangun Sendiri Oleh Penduduk
Pengembangan perumahan yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dapat berupa:
Perumahan umum tidak tertata/ sporadis
Perumahan kampung ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis kampung, yaitu:
Kampung Kota
Perumahan kampung kota merupakan perumahan kampung yang berada di sekitar pusat kota. Awalnya merupakan lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi kawasan perumahan dan kemudian dengan bertambahnya jumlah penduduk di kawasan tersebut, maka kampung ini terus bertambah padat pula.
Pada perumahan kampung kota ini mempunyai kecenderungan berkembang menjadi kampung padat apabila tidak dikendalikan perkembangannya
Kampung pinggiran
Perumahan kampung pinggiran merupakan perumahan yang awalnya merupakan perumahan pedesaan pada wilayah-wilayah pinggir kawasan perkotaan, yang kemudian dengan adanya pengaruh perluasan kawasan pusat kota dan kegiatan perkotaan, maka berkembang menjadi perumahan perkotaan. Karakter pada perumahan kampung pinggiran ini tidak sepadat kampung kota.
Kawasan perumahan kampung pinggiran berada di sekitar jalan utama dan jalan lokal serta di sekitar kawasan pertanian yang pada umumnya berpola linier di sepanjang jalan. Perumahan jenis ini mempunyai intensitas sedang sampai rendah karena ketersediaan lahan masih memadai.
Perumahan Umum Tertata
Merupakan kawasan perumahan yang dibangun sendiri oleh penduduk, akan tetapi lahan untuk kawasan perumahan tersebut sudah dikapling-kapling dan setiap rumah terlayani oleh jalan lingkungan, sehingga kawasan perumahan yang berkembang menjadi tertata. Keuntungan pengembangan kawasan perumahan jenis ini yaitu bentuk dan luas bangunan rumah dapat lebih bervariasi sesuai dengan keinginan pemiliknya, akan tetapi tetap teratur perpetakannya, sehingga secara keseluruhan kualitas lingkungan kawasan perkotaan yang terbentuk tetap terjaga. Kawasan perumahan umum tertata belum tersedia di Perkotaan Banuhampu.
Kawasan Perumahan Yang Dibangun Oleh Pengembang (Developer)
penunjang kawasan perumahan yang memadai. Pada awalnya dibangun beberapa perumahan pada lokasi-lokasi yang cenderung berdekatan dengan simpul kegiatan. Kawasan perumahan ini pada umumnya terdapat di sekitar jalan raya utama maupun pada kawasan belakang dari pusat kota maupun jauh dari jalan raya utama. Jenis perumahan yang dibangun oleh pengembang (developer) dibedakan menjadi:
Perumahan eksklusif, merupakan perumahan yang mempunyai karakter tipe rumah mewah, dengan kompleks perumahan yang tertutup. Pada kawasan Perkotaan di Kabupaten Agam belum ada perumahan eksklusif.
Perumahan enclave, merupakan kawasan perumahan yang tertutup dengan model pengembangan rumah berpagar,
Perumahan regency, merupakan kawasan perumahan tertutup dengan model pengembangan rumah tanpa pagar.
Sejalan dengan perkembangan kawasan perumahan, adapun permasalahan-permasalahan pada perkembangan kawasan permukiman di perkotaan yang disebabkan beberapa faktor, yakni:
Kondisi jaringan jalan yang kurang memadai, selain sempit juga belum dilayani oleh angkutan umum
Banyaknya lahan pertanian yang digunakan sebagai daerah resapan air.
c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain:
Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya: 1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah
5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan Kabupaten/kota.
6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.
Sebagaimana isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.
Tabel 7.2
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Agam
No Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
1 Sebagian topografi wilayah bergelombang dan berbukit yang menyulitkan untuk membangun rumah
65 % perumahan dan permukiman termasuk layak huni
membatasi ketinggian bangunan didaerah dengan topografi terjal dan tinggi, serta mendesain bangunan rumah yang ramah bencana
2 wilayah kabupaten agam berada pada daerah rawan bencana alam seperti tsunami, gempa, tanah longsor, gerakan tanah dan gunung berapi (lahar)
pemerintah kabupaten agam telah melakukan pengembangan permukiman melalui penyediaan sarana dan prasarana dasar bagi nagari melalui dana APBN, APBD Propinsi dan APBD kabupaten seperti pembuatan rusunawa di kota lubuk basung
membuat desain rumah yang ramah bencana serta menghindari pembanguna didaerah yang berpotensi bencana paling besar
3 belum memiliki rencana pengembangan permukiman (RP4D) pemerintah kabupaten agam telah melakukan perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta penyediaan psd untuk peningkatan kualitas permukiman seperti di daerah tiku
percepatan penyusunan RP4D Kabupaten Agam
4 pengembangan rumah secara swadaya oleh masyarakat tidak mengindahkan aspek keamanan dan kenyamanan bermukim
secara eksisting kawasan permukiman di kabupaten agam meliputi 4.549,19 Ha atau 2,04% dari luas wilayah secara keseluruhan
sosialisasi dan kampanye publik tentang konsep rumah yang nyaman, aman sehat dan berkelanjutan serta ramah lingkungan (green development) 5 kawasan permukiman padat dan tidak teratur dibeberapa kawasan pusat
ibukota kecamatan dan dikawasan perbatasan dengan kota bukit tinggi
persebaran kawasan permukiman umumnya masih berada di akwasan pusat kegiatan dan disepanjang jalan utama, antara lain dikawasan pusat ibukota kecamatan, kawasan jalan lintas sumatera dan kawasan perbatasan dengan kota bukit tingggi
menata kawasan permukiman yang tidak teratur melalui penyusunan RTBL Kawasan
6 kawasan permukiman yang tidak didukung infrastruktur memadai saat ini telah banyak dilakukan pengembangan perumahan oleh developer yang mengelompok
No Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi 7 manajemen pengelolaam infrastruktur masih perlu dibenahi daya tarik kota bukit tinggi yang mengakibatkan
semakin tinggi permintaan penyediaan perumahan
pembenahan sistem dan administrasi pengelolaan infrastruktur perumahan dan permukiman melalui revitalisasi organisasi dan sistem manajemen 8 kurangnya pengawasan dari pemerintah daerah (instansi terkait) dalam
proses pembangunan perumahan
perolehan rumah bersifat tradisional. Penduduk cenderung memiliki rumah yang dibangun dimana masih secara swadaya. Sedangkan disebagian lokasi seperti di kota lubuk basung dan sekitar kawasan perbatasan (taluak suku 4, kubang putiah dan gadut) sudah banyak terdapat bangunan perumahan yang diperoleh secara kredit/developer
membuat regulasi perijinan melalui sistem informasi pembangunan perumahan dan permukiman sehingga proses perijinan dan pembangunan perumahan dan permukiman dapat terdata dan terkendali
9 terjadinya beberapa alih fungsi lahan dari pertanian (sawah) menjadi perumahan dan permukiman
penetapan kawasan pertanian lahan berkelanjutan sesuai amanat uu no 40 tahun 2009
10 khusus untuk perumahan yang dibangun developer masih banyak yang belum menyediakan fasilitas sosial dan umum. Pemerintah daerah belum dapat menyusun regulasi yang dapat mengatur tentang kewajiban tersebut dan memberikan tindakan bagi yang melanggar atau tidak melengkapi sarana utilitas tersebut.
membuat regulasi tentang penyediaan sarana fasos dan fasum dalam kawasan perumahan yang dikembangkan oleh developer
7.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis ebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.
a. Arahan Kebijakan :
Meningkatkan kuantitas kebutuhan dasar pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan, meliputi prasarana dan sarana dasar;
Mewujudkan kualitas pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan teratur.
b. Strategi/Skenario :
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan, meliputi:
Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana (RSH);
Penataan dan Peremajaan Kawasan;
Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa);
Pembangunan Rusunawa di Kabupaten Agam belum dirasakan mendesak karena kepadatan penduduknya masih rendah.
Peningkatan Kualitas Permukiman.
Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan, meliputi : Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa
Pengembangan Kawasan Agropolitan;
Pengembangan Prasarana dan Sarana Eks Transmigrasi;
Penyediaan Prasarana dan Sarana Permukiman di Pulau Kecil dan Terpencil;
Pengembangan Prasarana dan Sarana Kawasan Perbatasan;
Penyediaan Prasarana dan Sarana dalam rangka Penanganan Bencana.
c. Isu Strategis :
Keterbatasan anggaran dan berbagai permasalahan lainnya dalam pengembangan kawasan permukiman.
Lahan di perkotaan yang terbatas telah menjadikan kawasan perkotaan menjadi daya tarik bagi masyarakat dan masyarakat migran untuk datang dan tinggal karena kemudahan aksesibiltas ke pusat kota. Akibatnya sering dijumpai kawasan perkotaan menjadi kumuh karena lahan dan ruang yang terbatas telah beralih fungsi ruang.
Kawasan agropolitan belum berfungsi dengan baik, dan kawasan-kawasan strategis lainnya belum dapat diwujudkan sebagaimana mestinya.
d. Kondisi Eksisting :
Perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh di wilayah Kabupaten Agam. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin kompleks.
Permukiman Kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Agam berdasarkan Keputusan Bupati Agam Nomor 381 Tahun 2012 terdapat di 2 (dua) lokasi, sebagaimana terlihatTabel 7.3.
Tabel 7.3
Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten Agam
No Lokasi Kecamatan Luas (Ha) Luas Yang Sudah Ditangani (Ha)
1 Nagari Tiku Selatan Tanjung Mutiara 3.142 30
2 Nagari Padang Lua Banuhampu 342
-Sumber: SK Bupati Agam No. 381 Tahun 2012.
Foto Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh yang Berada Di Kecamatan Tanjung Mutiara
Untuk mempercepat pertumbuhan dan pengembangan permukiman, Pemerintah Kabupaten Agam telah merencanakan wilayah Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Agam. Penetapan Pusat pertumbuhan dengan memperhatikan banyak faktor, antara lain potensi ekonomi kawasan, jumlah penduduk, prasarana dan sarana dasar serta potensi potensi lain yang belum tergali yang diperkirakan akan mampu meningkatkan kawasan menjadi lebih mandiri dan berkembang.
Disisi lain terdapat lingkungan permukiman yang telah berkembang dan mengakibatkan terjadi perubahan rona awal lingkungan serta terbatasnya prasarana dan sarana dasar. Selain pengembangan kawasan pusat pertumbuhan, Kabupaten Agam juga mengembangkan kawasan agropolitan. Kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan agropolitan adalah kawasan Agropolitan berpusat Kecamatan IV Angkek. Sedangkan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH), Kota Lubuk Basung belum memiliki, namun rencana untuk RTH tersebut telah ditetapkan sesuai tata ruang Kota Lubuk Basung. Selanjutnya kegiatan pembangunan rusunawa berada di lokasi Jorong Sungai Jariang Kecamatan Lubuk Basung, sebagaimana terlihatTabel 7.4.
Tabel 7.4
Lokasi Pembangunan Rusunawa di Kabupaten Agam
No Lokasi Kecamatan Jumlah
1 Jorong Sungai Jariang Lubuk Basung 1 65
-Sedang proses pembangunan dari Tahun 2012 Sumber: Review RPIJM Kab. Agam, 2013.
Strategi pengembangan wilayah dan usaha agrobisnis perlu disinergikan untuk mengoptimalkan kawasan dalam pembangunan. Pengembangan pertanian perlu disiapkan secara matang dengan memperhatikan keterkaitan aktifitas yang akan dikembangkan,baik dampak ke belakang (bacward) maupun dampak kedepan (forward lingkage). Agribisnis sebagai suatu sistem perlu disediakan infrastuktur dasar dan pendukungnya.
Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman tetap dilakukan seimbang sesuai dengan skala prioritas kawasan sehingga antar kawasan dapat saling mendukung dan melengkapi.
Dengan telah dilakukannya penyusunan dokumen rencana pengembangan masing-masing kawasan, perlu ditindak lanjuti dengan program/kegiatan yang mendukung pembangunan kawasan. Rencana tindak (action plan) setiap tahunnya yang telah disusun perlu didukung, baik dukungan kebijakan maupun pendanaannya dari Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten. Selain itu peran serta pihak swasta dan masyarakat juga perlu ditumbuh kembangkan sehingga warga masyarakat mampu mandiri.
Kajian-kajian lanjutan tetap perlu dilakukan sehingga akan ada pengembangan kawasan baru yang memiliki potensi-potensi lain yang spesifik atau memiliki karakteristik yang berbeda antar kawasan, sehingga pada akhirnya akan saling melengkapi untuk keberhasilan pembangunan di Kabupaten Agam.
e. Proyeksi Kebutuhan Perumahan
Kriteria kebutuhan akan lahan perumahan dan permukiman didasarkan pada jumlah penduduk dibandingkan dengan ketentuan hunian berimbang dari kementerian perumahan rakyat yaitu 1 rumah tipe besar, 3 rumah tipe sedang dan 6 rumah tipe kecil. Dengan standar luas lahan perumahan tipe besar 300 m2, dan tipe sedang 200 m2 sedangkan tipe kecil 150 m2 dapat diketahui kebutuhan sector perumahan di Kabupaten Agam untuk kategori rumah tidak bertingkat yaitu seperti tersaji dalam Tabel 6.5.
Kriteria kebutuhan perumahan menurut World Health Organization (WHO) yaitu setiap orang membutuhkan lahan untuk tempat tinggal minimal 2 meter persegi luasnya. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui kebutuhan sector perumahan kategori bertingkat (rusunawa) ukuran 36 m2 yaitu seperti terlihat dalam Tabel 6.6.
f. Permasalahan :
• wilayah kabupaten agam berada pada daerah rawan bencana alam seperti tsunami, gempa, tanah longsor, gerakan tanah dan gunung berapi (lahar) • belum memiliki rencana pengembangan permukiman (RP4D)
• pengembangan rumah secara swadaya oleh masyarakat tidak mengindahkan aspek keamanan dan kenyamanan bermukim
• kawasan permukiman padat dan tidak teratur dibeberapa kawasan pusat ibukota kecamatan dan dikawasan perbatasan dengan kota bukit tinggi • kawasan permukiman yang tidak didukung infrastruktur memadai • manajemen pengelolaam infrastruktur masih perlu dibenahi
• kurangnya pengawasan dari pemerintah daerah (instansi terkait) dalam proses pembangunan perumahan
• terjadinya beberapa alih fungsi lahan dari pertanian (sawah) menjadi perumahan dan permukiman
Tabel 7.5
Kebutuhan Perumahan Dan Permukiman Di Kabupaten Agam Dirinci Perkecamatan Hingga Tahun 2019
No KECAMATAN LUAS
(M2)
TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019
JUMLAH
1 Rumah Tipe Kecil 150 3,498 524,700 3,531 529,686 3,564 534,654 3,598 539,640 3,631 544,608 3,664 549,594 2 Rumah Tipe Sedang 200 1,749 349,800 1,766 353,124 1,782 356,436 1,799 359,760 1,815 363,072 1,832 366,396 3 Rumah Tipe Besar 300 583 174,900 589 176,562 594 178,218 600 179,880 605 181,536 611 183,198
Jumlah 5,830 1,049,400 5,885 1,059,372 5,941 1,069,308 5,996 1,079,280 6,051 1,089,216 6,107 1,099,188 B LUBUK BASUNG
1 Rumah Tipe Kecil 150 8,437 1,265,580 8,520 1,278,018 8,603 1,290,456 8,686 1,302,894 8,769 1,315,332 8,852 1,327,770 2 Rumah Tipe Sedang 200 4,219 843,720 4,260 852,012 4,302 860,304 4,343 868,596 4,384 876,888 4,426 885,180 3 Rumah Tipe Besar 300 1,406 421,860 1,420 426,006 1,434 430,152 1,448 434,298 1,461 438,444 1,475 442,590
Jumlah 14,062 2,531,160 14,200 2,556,036 14,338 2,580,912 14,477 2,605,788 14,615 2,630,664 14,753 2,655,540 C AMPEK NAGARI
1 Rumah Tipe Kecil 150 2,827 424,044 2,864 429,588 2,901 435,114 2,938 440,658 2,975 446,184 3,012 451,728 2 Rumah Tipe Sedang 200 1,413 282,696 1,432 286,392 1,450 290,076 1,469 293,772 1,487 297,456 1,506 301,152 3 Rumah Tipe Besar 300 471 141,348 477 143,196 483 145,038 490 146,886 496 148,728 502 150,576
Jumlah 4,712 848,088 4,773 859,176 4,835 870,228 4,896 881,316 4,958 892,368 5,019 903,456
D TANJUNG RAYA
1 Rumah Tipe Kecil 150 4,017 602,514 4,029 604,350 4,041 606,168 4,053 608,004 4,065 609,822 4,078 611,658 2 Rumah Tipe Sedang 200 2,008 401,676 2,015 402,900 2,021 404,112 2,027 405,336 2,033 406,548 2,039 407,772 3 Rumah Tipe Besar 300 669 200,838 672 201,450 674 202,056 676 202,668 678 203,274 680 203,886
Jumlah 6,695 1,205,028 6,715 1,208,700 6,735 1,212,336 6,756 1,216,008 6,776 1,219,644 6,796 1,223,316 E MATUR
1 Rumah Tipe Kecil 150 2,062 309,240 2,073 310,914 2,084 312,588 2,095 314,262 2,106 315,936 2,117 317,610 2 Rumah Tipe Sedang 200 1,031 206,160 1,036 207,276 1,042 208,392 1,048 209,508 1,053 210,624 1,059 211,740 3 Rumah Tipe Besar 300 344 103,080 345 103,638 347 104,196 349 104,754 351 105,312 353 105,870
Jumlah 3,436 618,480 3,455 621,828 3,473 625,176 3,492 628,524 3,510 631,872 3,529 635,220
F IV KOTO
1 Rumah Tipe Kecil 150 2,814 422,154 2,833 424,908 2,851 427,644 2,869 430,398 2,888 433,134 2,906 435,888 2 Rumah Tipe Sedang 200 1,407 281,436 1,416 283,272 1,425 285,096 1,435 286,932 1,444 288,756 1,453 290,592 3 Rumah Tipe Besar 300 469 140,718 472 141,636 475 142,548 478 143,466 481 144,378 484 145,296
Jumlah 4,691 844,308 4,721 849,816 4,752 855,288 4,782 860,796 4,813 866,268 4,843 871,776
G BANUHAMPU
No KECAMATAN LUAS (M2)
TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019
JUMLAH
2 Rumah Tipe Sedang 200 1,730 345,960 1,761 352,224 1,792 358,488 1,824 364,752 1,855 371,016 1,886 377,280 3 Rumah Tipe Besar 300 577 172,980 587 176,112 597 179,244 608 182,376 618 185,508 629 188,640
Jumlah 5,766 1,037,880 5,870 1,056,672 5,975 1,075,464 6,079 1,094,256 6,184 1,113,048 6,288 1,131,840 H SUNGAI PUA
1 Rumah Tipe Kecil 150 3,359 503,838 3,384 507,528 3,408 511,218 3,433 514,908 3,457 518,598 3,482 522,288 2 Rumah Tipe Sedang 200 1,679 335,892 1,692 338,352 1,704 340,812 1,716 343,272 1,729 345,732 1,741 348,192 3 Rumah Tipe Besar 300 560 167,946 564 169,176 568 170,406 572 171,636 576 172,866 580 174,096
Jumlah 5,598 1,007,676 5,639 1,015,056 5,680 1,022,436 5,721 1,029,816 5,762 1,037,196 5,803 1,044,576 I IV ANGKEK
1 Rumah Tipe Kecil 150 4,586 687,852 4,648 697,194 4,710 706,536 4,773 715,878 4,835 725,220 4,897 734,562 2 Rumah Tipe Sedang 200 2,293 458,568 2,324 464,796 2,355 471,024 2,386 477,252 2,417 483,480 2,449 489,708 3 Rumah Tipe Besar 300 764 229,284 775 232,398 785 235,512 795 238,626 806 241,740 816 244,854
Jumlah 7,643 1,375,704 7,747 1,394,388 7,850 1,413,072 7,954 1,431,756 8,058 1,450,440 8,162 1,469,124 J CANDUANG
1 Rumah Tipe Kecil 150 3,551 532,692 3,574 536,076 3,596 539,460 3,619 542,844 3,642 546,228 3,664 549,612 2 Rumah Tipe Sedang 200 1,776 355,128 1,787 357,384 1,798 359,640 1,809 361,896 1,821 364,152 1,832 366,408 3 Rumah Tipe Besar 300 592 177,564 596 178,692 599 179,820 603 180,948 607 182,076 611 183,204
Jumlah 5,919 1,065,384 5,956 1,072,152 5,994 1,078,920 6,032 1,085,688 6,069 1,092,456 6,107 1,099,224 K BASO
1 Rumah Tipe Kecil 150 3,584 537,660 3,610 541,440 3,635 545,202 3,660 548,982 3,685 552,744 3,710 556,524 2 Rumah Tipe Sedang 200 1,792 358,440 1,805 360,960 1,817 363,468 1,830 365,988 1,842 368,496 1,855 371,016 3 Rumah Tipe Besar 300 597 179,220 602 180,480 606 181,734 610 182,994 614 184,248 618 185,508
Jumlah 5,974 1,075,320 6,016 1,082,880 6,058 1,090,404 6,100 1,097,964 6,142 1,105,488 6,184 1,113,048 L TILATANG KAMANG
1 Rumah Tipe Kecil 150 4,194 629,028 4,242 636,228 4,290 643,428 4,338 650,628 4,386 657,828 4,434 665,028 2 Rumah Tipe Sedang 200 2,097 419,352 2,121 424,152 2,145 428,952 2,169 433,752 2,193 438,552 2,217 443,352 3 Rumah Tipe Besar 300 699 209,676 707 212,076 715 214,476 723 216,876 731 219,276 739 221,676
Jumlah 6,989 1,258,056 7,069 1,272,456 7,149 1,286,856 7,229 1,301,256 7,309 1,315,656 7,389 1,330,056 M KAMANG MAGEK
1 Rumah Tipe Kecil 150 3,005 450,684 3,021 453,150 3,038 455,634 3,054 458,100 3,071 460,584 3,087 463,050 2 Rumah Tipe Sedang 200 1,502 300,456 1,511 302,100 1,519 303,756 1,527 305,400 1,535 307,056 1,544 308,700 3 Rumah Tipe Besar 300 501 150,228 504 151,050 506 151,878 509 152,700 512 153,528 515 154,350
Jumlah 5,008 901,368 5,035 906,300 5,063 911,268 5,090 916,200 5,118 921,168 5,145 926,100
N PALEMBAYAN
No KECAMATAN LUAS (M2)
TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019
JUMLAH (UNIT)
LUAS (M2)
JUMLAH (UNIT)
LUAS (M2)
JUMLAH
(UNIT) LUAS (M2)
JUMLAH (UNIT)
LUAS (M2)
JUMLAH
(UNIT) LUAS (M2)
JUMLAH (UNIT)
LUAS (M2)
3 Rumah Tipe Besar 300 524 157,260 525 157,452 525 157,644 526 157,836 527 158,028 527 158,220
Jumlah 5,242 943,560 5,248 944,712 5,255 945,864 5,261 947,016 5,268 948,168 5,274 949,320
O PALUPUH
1 Rumah Tipe Kecil 150 2,259 338,796 2,272 340,740 2,285 342,702 2,298 344,646 2,311 346,608 2,324 348,552 2 Rumah Tipe Sedang 200 1,129 225,864 1,136 227,160 1,142 228,468 1,149 229,764 1,155 231,072 1,162 232,368 3 Rumah Tipe Besar 300 376 112,932 379 113,580 381 114,234 383 114,882 385 115,536 387 116,184
Jumlah 3,764 677,592 3,786 681,480 3,808 685,404 3,829 689,292 3,851 693,216 3,873 697,104
P MALALAK
1 Rumah Tipe Kecil 150 7,901 1,185,138 7,903 1,185,498 7,906 1,185,858 7,908 1,186,218 7,911 1,186,578 7,913 1,186,938 2 Rumah Tipe Sedang 200 3,950 790,092 3,952 790,332 3,953 790,572 3,954 790,812 3,955 791,052 3,956 791,292 3 Rumah Tipe Besar 300 1,317 395,046 1,317 395,166 1,318 395,286 1,318 395,406 1,318 395,526 1,319 395,646
Jumlah 13,168 2,370,276 13,172 2,370,996 13,176 2,371,716 13,180 2,372,436 13,184 2,373,156 13,188 2,373,876 TOTAL JUMLAH A-P 104,496 18,809,280 105,289 18,952,020 106,081 19,094,652 106,874 19,237,392 107,667 19,380,024 108,460 19,522,764
Tabel 7.6
Proyeksi Kebutuhan Perumahan Vertikal (Rusun) Di Kabupaten Agam Hingga Tahun 2019
No. KECAMATAN PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG PENDUDUK KABUPATEN AGAM
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
1 Tanjung Mutiara 16,815.43 16,973.14 17,131.43 17,289.14 17,447.43
2 Lubuk Basung 40,572.00 40,966.86 41,361.71 41,756.57 42,151.43
3 Ampek Nagari 13,637.71 13,813.14 13,989.14 14,164.57 14,340.57
4 Tanjung Raya 19,185.71 19,243.43 19,301.71 19,359.43 19,417.71
5 Matur 9,870.29 9,923.43 9,976.57 10,029.71 10,082.86
6 IV Koto 13,489.14 13,576.00 13,663.43 13,750.29 13,837.71
7 Banuhampu 16,112.00 16,229.14 16,346.29 16,463.43 16,580.57
8 Sungai Pua 22,133.14 22,429.71 22,726.29 23,022.86 23,319.43
9 IV Angkek 17,018.29 17,125.71 17,233.14 17,340.57 17,448.00
10 Canduang 17,188.57 17,308.00 17,428.00 17,547.43 17,667.43
11 Baso 20,197.71 20,426.29 20,654.86 20,883.43 21,112.00
12 Tilatang Kamang 14,385.71 14,464.57 14,542.86 14,621.71 14,700.00
13 Kamang Magek 14,995.43 15,013.71 15,032.00 15,050.29 15,068.57
14 Palembayan 10,817.14 10,879.43 10,941.14 11,003.43 11,065.14
15 Palapuh 37,634.86 37,646.29 37,657.71 37,669.14 37,680.57
16 Malalak 16,772.57 17,070.86 17,369.14 17,667.43 17,965.71
JUMLAH (M2) 300,825.71 303,089.71 305,355.43 307,619.43 309,885.14
DALAM UNIT RUMAH/RUSUNAWA UKURAN 36 M2 8,356.27 8,419.16 8,482.10 8,544.98 8,607.92
dapat menyusun regulasi yang dapat mengatur tentang kewajiban tersebut dan memberikan tindakan bagi yang melanggar atau tidak melengkapi sarana utilitas tersebut.
g. Tantangan :
• Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan tetap dilakukan seimbang sesuai dengan skala prioritas kawasan sehingga antar kawasan dapat saling mendukung dan melengkapi.
• Pembangunan dan pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa (KTP2D) dan kawasan agropolitan di perdesaan perlu dilakukan secara bertahap sehingga terjalin keterpaduan antar kawasan menjadi lebih efisien dan efektif dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar.
• Penetapan desa pusat pertumbuhan (DPP) KTP2D di 3 (tiga) kawasan di Kabupaten Agam perlu ditindaklanjuti dengan program/ kegiatan yang mendukung pembangunan kawasan. Dukungan kebijakan dan pendanaan dari Pemerintah Pusat, Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten Agam serta peran serta pihak swasta dan masyarakat juga perlu ditumbuhkembangkan. • Program kegiatan perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta
penyediaan PSD untuk meningkatkan kualitas permukiman masih dibutuhkan masyarakat, karena ada persepsi masyarakat bahwa Pemerintah yang akan memperbaiki prasarana dan sarana dasarnya. Di sisi lain, masih ada masyarakat yang belum mampu meningkatkan kondisi perumahan dan permukiman menjadi layak huni dan bantuan stimulan hanya sebagai pendorong bagi masyarakat untuk ikut membangun dan selanjutnya dapat mandiri.
7.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta
Sedangkan untuk pengembangan kawasanperdesaanterdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil 2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan • Infrastruktur kawasan permukiman kumuh • Infrastruktur permukiman RSH
• Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
• Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan) • Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
• Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil • Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW) • Infrastruktur perdesaan PPIP
• Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Gambar 7.1 Alur Program Pengembangan Permukiman
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
• Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
• Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra. • Kesiapan lahan (sudah tersedia).
• Sudah tersedia DED.
• Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
• Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
• Ada unit pelaksana kegiatan.
2. Khusus Rusunawa
• Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA • Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
• Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya
• Ada calon penghuni RIS PNPM
• Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
• Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya. • Tingkat kemiskinan desa >25%.
• Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM PPIP
• Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
• Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya
• Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik • Tingkat kemiskinan desa >25% PISEW
• Berbasis pengembangan wilayah
• Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
• Mendukung komoditas unggulan kawasan
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
d. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah.
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.
7.1.5 Usulan Program Kegiatan
Adapun usulan program kegiatan bidang pengembangan permukiman adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan perumahan Formal, Swadaya dan PNS. b. Pengembangan perumahan Swadaya, Formal dan PNS c. Penataan kawasan strategis perbatasan (Agam- Bukittinggi).
d. Pembangunan infrastruktur yang rusak akibat bencana gempa tanggal 30 September 2009.
e. Pembangunan infrastruktur yang rusak akibat bencana gempa tanggal 30 September 2009.
f. Pembangunan infrastruktur yang rusak akibat bencana gempa tanggal 30 September 2009.
g. Pembangunan infrastruktur yang hancur dan rusak akibat bencana gempa tanggal 30 September 2009
h. Penataan kawasan strategis perbatasan (Agam- Bukittinggi) i. Penataan kawasan strategis perbatasan (Agam- Bukittinggi) j. Relokasi kawasan pemukiman yang terkena abrasi
k. Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan.
l. Penyusunan program dan kegiatan pendukung yang merupakan upaya menjaga keberadaan instalasi strategis nasional ini.
m. Pengawasan dan pengendalian pembangunan pada kawasan perbatasan n. Pengendalian peralihan fungsi guna lahan di kawasan berbatasan
o. Pengembangan Wilayah Strategis Cepat Tumbuh
p. Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
q. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan (RPKPP)
r. Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh
• Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Tiku Selatan
• Penataan/Peningkatan Sarana Prasarana Permukiman Kawasan Padang Lua
s. Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman RSH Lubuk Basung
t. Penataan/Peningkatan Sarana Prasarana Permukiman RSH Ampek Angkek u. Penataan/Peningkatan Sarana Prasarana Permukiman RSH Tilatang Kamang v. Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman RSH Tanjung Mutiara
w. Pembangunan Rusunawa Lubuk Basung (Lanjutan)
x. Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Potensial (Agropolitan) Kawasan Kamang Magek
y. Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Potensial (Agropolitan) Kawasan Kamang Magek (Lanjutan)
z. Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Potensial (Minapolitan) Tanjung Raya
aa. Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Potensial (Minapolitan) Ampek Nagari
bb. Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Potensial (Minapolitan) Tanjung Mutiara
cc. Pembangunan Infrastruktur Kawasan Minapolitan Lubuk Basung dd. Pembangunan Infrastruktur Kawasan Minapolitan Palembayan
ee. Rehabilitasi/Rekonstruksi PSD Permukiman Rawan Bencana Ampek Nagari ff. Rehabilitasi/Rekonstruksi PSD Permukiman Rawan Bencana Malalak gg. Rehabilitasi/Rekonstruksi PSD Permukiman Rawan Bencana Palupuh
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.7.
7 .2 PEN AT AAN BAN GU N AN DAN LI N GK U N GAN
7.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL
Tabel 7.7
Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Agam
No Sektor/ Program Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan
Sumber Dana Tahun
1 Pengembangan perumahan Formal, Swadaya dan
PNS. PKL Lubuk Basung 1 Paket
2 Pengembangan perumahan Swadaya, Formal dan PNS PKLp Baso 1 Paket
3 Penataan kawasan strategis perbatasan
(Agam-Bukittinggi). PPK Banuhampu 1 Paket
4 Pembangunan infrastruktur yang rusak akibat bencanagempa tanggal 30 September 2009. PPK Maninjau 1 Paket
5 Pembangunan infrastruktur yang rusak akibat bencanagempa tanggal 30 September 2009. PPK Bawan 1 Paket
6 Pembangunan infrastruktur yang rusak akibat bencana
gempa tanggal 30 September 2009. PPL Tiku 1 Paket
7 Pembangunan infrastruktur yang hancur dan rusak
akibat bencana gempa tanggal 30 September 2009 PPL Malalak 1 Paket
8 Penataan kawasan strategis perbatasan (Agam-Bukittinggi)
PPL Biaro (Kecamatan Ampek Angkek)
1 Paket
9 Penataan kawasan strategis perbatasan (Agam-Bukittinggi)
PPL Pakan Kamih (Kec. Tilatang Kamang)
1 Paket
10 Relokasi kawasan pemukiman yang terkena abrasi DAERAH Rawan
Bencana Abrasi 1 Paket 11 Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan. Koto Tabang 1 Paket
12
Penyusunan program dan kegiatan pendukung yang merupakan upaya menjaga keberadaan instalasi strategis nasional ini.
Koto Tabang 1 Paket
13 Pengawasan dan pengendalian pembangunan pada kawasan perbatasan
Kawasan Strategis
Daerah Perbatasan 1 Paket
14 Pengendalian peralihan fungsi guna lahan di kawasan berbatasan
Kawasan Strategis
No Sektor/ Program Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan
15 Pengembangan Wilayah Strategis Cepat Tumbuh KSK 1 Paket
16 Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kab. Agam 1 Paket
17 Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan
Perkotaan dan Perdesaan (RPKPP) Kab. Agam 1 Paket
18 Penataan/Peningkatan Infrastruktur PermukimanKawasan Kumuh Kab. Agam
Penataan/Peningkatan
19 Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman RSH
Lubuk Basung Lubuk Basung 1 Paket
20 Penataan/Peningkatan Sarana Prasarana Permukiman
RSH Ampek Angkek Ampek Angkek 1 Paket
21 Penataan/Peningkatan Sarana Prasarana Permukiman
RSH Tilatang Kamang Tilatang Kamang 1 Paket
22 Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman RSHTanjung Mutiara Tanjung Mutiara 1 Paket
23 Pembangunan Rusunawa Lubuk Basung (Lanjutan) Lubuk Basung 1 Paket
24 Pembangunan Infrastruktur Kawasan PermukimanPotensial (Agropolitan) Kawasan Kamang Magek Kamang Magek 1 Paket
25
Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Potensial (Agropolitan) Kawasan Kamang Magek (Lanjutan)
No Sektor/ Program Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan
26 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman
Potensial (Minapolitan) Tanjung Raya Tanjung Raya 1 Paket
27 Pembangunan Infrastruktur Kawasan PermukimanPotensial (Minapolitan) Ampek Nagari Ampek Nagari 1 Paket
28 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman
Potensial (Minapolitan) Tanjung Mutiara Tanjung Mutiara 1 Paket
29 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Minapolitan Lubuk
Basung Lubuk Basung 1 Paket
30 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Minapolitan
Palembayan Palembayan 1 Paket
31 Rehabilitasi/Rekonstruksi PSD Permukiman Rawan
Bencana Ampek Nagari Ampek Nagari 1 Paket
32 Rehabilitasi/Rekonstruksi PSD Permukiman Rawan
Bencana Malalak Malalak 1 Paket
33 Rehabilitasi/Rekonstruksi PSD Permukiman Rawan
Bencana Palupuh Palupuh 1 Paket
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, eamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan darijenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL
termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara. Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakanfungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
• Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); • Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
• Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
• Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;
• Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung; • Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur; • Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
• Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan; • Paket dan Replikasi.
7.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
a. Arahan Kebijakan :
Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk bangunan gedung dan rumah negara.
Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.
Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan dan permukiman.
Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jati diri dan produktivitas masyarakat.
Mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota.
Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.
Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/ mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.
Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya).
b. Strategi/Skenario :
Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien.
Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjatidiri.
Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi.
Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal.
Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang pembangunan regional/ internasional yang berkelanjutan.
c. Isu Strategis :
Berkembangnya permukiman yang belum memenuhi persyaratan teknis Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.
Kabupaten Agam banyak terdapat arsitektur bangunan gedung yang perlu dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal.
Kabupaten Agam tidak terlepas pada daerah rawan bencana yang perlu dikembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
d. Kondisi Eksisting :
Kawasan rawan bencana juga menjadi prioritas perbaikan lingkungan permukiman, seperti kawasan rawan tanah longsor, genangan/ banjir, kebakaran dan lain-lain.
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung serta pelaksanaan lebih detail di bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.
e. Permasalahan :
Belum optimalnya pelestarian dan pengembangan bangunan bersejarah/ tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam. Kesadaran dan peran serta masyarakat dalam penataan bangunan dan
lingkungan masih rendah sehingga berkembangnya kawasan permukiman pada daerah rawan bencana alam, seperti gempa bumi, longsor, dan lain sebagainya.
f. Tantangan :
Terfasilitasinya penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan. Mulai timbulnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalam penataan
lingkungan.
Terfasilitasinya revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam.
7.2.3 Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapanuntuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:
- Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung
Kriteria Khusus:
• Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan Gedung Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG
- Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis
Komunitas
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan
Permukiman Berbasis Komunitas:
• Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;
• Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM Pronangkis-nya;
• Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;
• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat; • Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
- Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)
Kriteria Lokasi :
• Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006; • Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;
• Kawasan yang dilestarikan/heritage; • Kawasan rawan bencana;
• Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district);