• Tidak ada hasil yang ditemukan

2013 2018 1 Lubuk Basung

B. Pembiayaan Proyek Pengembangan SPAM

Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing- masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan Masyarakat. Jika ada indikasi program pengembangan SPAM yang melibatkan swasta perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya.

Untuk program yang memerlukan analisis kelayakan keuangan, hasil analisis harus dilampirkan dan merupakan bagian dari kajian pembiayaan dan keuangan. Pembiayaan kegiatan pengembangan SPAM sebagaimana diusulkan dapat berasal dari dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat.

Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, dan bantuan proyek khusus (menurut pengembangan kawasan). Adapun jenis bantuan disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya.

Adapun usulan program dan kegiatan Pengembangan SPAM seperti terlihat dalam Tabel 7.19.

7

7..44 PPEENNYYEEHHAATTAANN LLIINNGGKKUUNNGGAANN PPEERRMMUUKKIIMMAANN

Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase dan persampahan permukiman.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakanfungsi: a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah, drainase dan

persampahan;

b. pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

c. pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan;

d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan e. pelaksanaan tata usaha direktorat.

Tabel 7.19

Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM Kabupaten Agam

No Sektor/ Program Rincian

Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun

Sumber Pembiayaan (Rp) Tahun

APBN D A K A P B D P ro v A P B D K ab /K o ta B U M D K P S / S w as ta M as ya ra ka t C S R I II III IV V R u p ia h M u rn i P H L N 20 15 20 16 20 17 20 18 20 19

A Pengembangan Air Minum

1 Peningkatan Sistem Penyediaan Air Minum baik secara kuantitas maupun kualitas.

PKL Lubuk

Basung 1 Paket 2015 2 Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum PKLp Baso 1 Paket 2016 3 Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum PPK

Banuhampu 1 Paket 2016 4 Peningkatan pelayanan Air Minum PPKManinjau 1 Paket 2016 5 Peningkatan pelayanan Air Minum PPK Bawan 1 Paket 2016 6 Peningkatan pelayanan Air Minum PPL Tiku 1 Paket 2016 7 Peningkatan pelayanan Air Minum PPL

Palembayan 1 Paket 2016 8 Peningkatan pelayanan Air Minum PPL Matur 1 Paket 2016 9 Peningkatan pelayanan Air Minum PPL

Balingka 1 Paket 2016 10 Peningkatan pelayanan Air Minum PPL Malalak 1 Paket 2016

11 Peningkatan pelayanan Air Minum

PPL Sungai Sariak Kec. Sungai Pua

1 Paket 2016

12 Peningkatan pelayanan Air Minum

PPL Lasi (Kec. Canduang),

1 Paket 2016

13 Peningkatan pelayanan Air Minum

PPL Biaro (Kecamatan Ampek Angkek)

1 Paket 2016

14 Peningkatan pelayanan Air Minum

PPL Pakan Kamih (Kec. Tilatang Kamang)

No Sektor/ Program Rincian

Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun

Sumber Pembiayaan (Rp) Tahun

APBN D A K A P B D P ro v A P B D K ab /K o ta B U M D K P S / S w as ta M as ya ra ka t C S R I II III IV V R u p ia h M u rn i P H L N 20 15 20 16 20 17 20 18 20 19

A Pengembangan Air Minum

15 Peningkatan pelayanan Air Minum

PPL Kamang Hilir (Kec. Kamang Magek) 1 Paket 2016

16 Peningkatan pelayanan Air Minum

PPL Palapuah (Kecamatan Palupuah)

1 Paket 2016

17 Mengoptimalkan sumber air bersih yang ada saat ini 1 Paket 2016

18

Peningkatkan kapasitas produksi dan distribusi, yaitu dengan meningkatkan diameter pipa, penambahan jaringan pipa transmisi, distribusi, dan tersier

1 Paket 2017

19

Memperbaiki jaringan distribusi yang rusak serta memelihara dengan baik jaringan tersebut guna meminimalisasi kebocoran yang terjadi selama distribusi

1 Paket 2018

20

Menyediakan pompa-pompa cadangan pada tiap-tiap unit PDAM sehingga apabila terjadi kerusakan, produksi dan distribusi air bersih oleh PDAM tidak terganggu

1 Paket 2019

21 Penyediaan air bersih diutamakan untuk daerah-daerah padat

penduduk, seperti ibukota kecamatan dan pusat-pusat permukiman 1 Paket 2019 22 Pembinaan Penyehatan PDAM Kab. Agam (Bantek/Banpro/BantuanManajemen) Kab. Agam 1 Paket 2015 23 RehabUp RattingWater Treatment Plant (WTP) Kab. Agam 1 Paket 2015 24 Rehabilitasi dan Pembuatan Intake Batu Kambing BatuKambing 1 Paket 2015 25 Pembuatan Broncabtering Kap 10 ltr/dtk Kab. Agam 1 Paket 2016 26 Pembangunan SPAM Tanjung Raya TanjungRaya 1 Paket 2016 27 Pembangunan/Peningkatan SPAM di Kawasan RSH/Rusunawa Kab. Agam 1 Paket 2016 28 Pembangunan/Peningkatan SPAM di Kawasan Kumuh/Nelayan Kab. Agam 1 Paket 2017 29 Pembangunan/Peningkatan SPAM IKK Tanjung Raya Tanjung 1 Paket 2017

No Sektor/ Program Rincian

Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun

Sumber Pembiayaan (Rp) Tahun

APBN D A K A P B D P ro v A P B D K ab /K o ta B U M D K P S / S w as ta M as ya ra ka t C S R I II III IV V R u p ia h M u rn i P H L N 20 15 20 16 20 17 20 18 20 19

A Pengembangan Air Minum

Raya

30 Pembangunan/Peningkatan SPAM IKK Baso Baso 1 Paket 2018 31 Pembangunan/Peningkatan SPAM IKK Ampek Angkek AmpekAngkek 1 Paket 2018 32 Pembangunan/Peningkatan SPAM IKK Sungai Pua Sungai Pua 1 Paket 2019 33 Pembangunan/Peningkatan SPAM IKK IV Koto IV Koto 1 Paket 2019

34 Pamsimas Kab. Agam 1 Paket 2019

35 Pembangunan SPAM di Kawasan Perbatasan Kab. Agam- Kota

Bukittinggi (Pola KPS) Kab. Agam 1 Paket 2019 36 Pembangunan SPAM PPI Tiku Tiku 1 Paket 2019

a. Arahan Kebijakan :

Subsektor Air Limbah

1. Peningkatan pembangunan, pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi, untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan menjaga kelestarian lingkungan.

2. Penyelenggaraan pembangunan prasarana dan sarana sanitasi yang terjangkau oleh masyarakat luas dan masyarakat berpenghasilan rendah.

3. Pengembangan rekayasa teknis untuk mendapatkan teknologi tepat guna yang sederhana.

4. Penyelenggaraan pembangunan yang berwawasan Iingkungan dan berkelanjutan.

5. Penetapan dan penerapan pemberlakuan baku mutu lingkungan di kawasan perumahan dan pemukiman.

6. Peningkatan peran serta swasta dan masyarakat. 7. Pengembangan sistem pendanaan.

8. Pemantapan kelembagaan.

9. Peningkatan pemanfaatan, operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana sanitasi yang telah terbangun.

10. Penyelenggaraan pembangunan prasarana dan sarana sanitasi yang terpadu dengan program atau sektor lain.

11. Peningkatan kemandirian masyarakat dalam penyediaan dan penye!enggaraan pembangunan prasarana dan sarana sanitasi.

Subsektor Persampahan

1. Perencanaan sistem persampahan kabupaten yang mempertimbangkan standar pelayanan lingkungan fisik.

2. Menerapkan prinsip 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle).

3. Membangun pengelolaan sampah yang terpadu dan berwawasan lingkungan sehat dengan pembangunan baru sarana prasarana TPST. 4. Meningkatkan cakupan wilayah layanan persampahan dan penambahan

5. Mengurangi timbulan sampah dari sumbernya dengan sistem komposite.

6. Pelatihan teknis sederhana pengelolaan sampah pada masyarakat. 7. Pengembangan peran serta swasta dan masyarakat dalam pengelolaan

sampah.

Subsektor Drainase Lingkungan :

1. Memanfaatkan sistem jaringan drainase yang ada secara maksimal, baik sungai, anak sungai maupun saluran alami lainnya dan mengatur kembali sistem jaringan drainase yang berhirarki dan terpadu sesuai dengan fungsinya baik secara kuantitas ataupun kualitas

2. Sistem drainase yang ada juga harus dapat menjaga environmental sustainability, termasuk menjamin kualitas air yang lewat, menjamin tidak akan terjadioverdrainage, sehingga mengakibatkan terjadinyasoil subsidenceyang berlebihan.

3. Mengalirkan air hujan melalui sistem jaringan drainase ke badan air terdekat dengan tetap mempertimbangkan kapasitas debit air dan kecepatan aliran maksimal yang dapat mengakibatkan erosi badan saluran.

4. Diusahakan untuk memanfaatkan natural creek yang biasanya mengikuti kemiringan alam.

5. Memanfaatkan energi gravitasi dan menghindari penggunaan pompa. Agar dapat menjaga energi potensial aliran air, tampang saluran yang dipilih, dengan luas tampang basah yang sama, sebaiknya dibuat melebar dan tidak dalam.

6. Pada kawasan perumahan, perlu dijaga agar saluran drainase air hujan dapat selalu kering dan dipisahkan dari saluran pembuangan rumah tangga.

7. Ekonomis pembuatannya dan murah biaya pemeliharaannya.

8. Pada kawasan yang elevasi muka tanahnya relatif lebih rendah dibanding elevasi muka air sungai Ciujung dan Cidurian beberapa solusi yang dapat dilaksanakan adalah mengurug, melindungi dari bahaya banjir dengan tanggul dilengkapi dengan pompa (polder), dan menyesuaikan diri dengan alam.

b. Strategi/Skenario :

Subsektor Air Limbah

 Strategi Teknis :

• Memenuhi kebutuhan prasarana dan sarana sanitasi.

• Menentukan spesifikasi teknis minimum prasarana dan sarana dasar sanitasi.

• Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. • Memperbaiki kemampuan daya dukung lingkungan.

• Menentukan standar baku mutu lingkungan permukiman yang sehat • Mendorong terlaksananya operasi dan pemeliharaan prasarana dan

sarana dasar sanitasi.

• Menyiapkan rencana pengelolaan secara terpadu sebelum pelaksanaan.

 Strategi Finansial/Pendanaan :

• Menciptakan iklim pendanaan dan keterlibatan dunia usaha termasuk CSR dalam pembiayaan penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana dasar.

• Menggali sumber dana masyarakat untuk ikut membiayai dan pengelolaan prasarana dan sarana dasar sanitasi.

• Menyempurnakan mekanisme sistem bantuan keuangan untuk penyediaan prasarana dan sarana dasar sanitasi.

 Strategi Kelembagaan dan Peraturan Perundang-undangan : • Meningkatkan fungsi kelembagaan yang sudah ada

• Mendorong terbentuknya lembaga pengelola sarana dan prasarana sanitasi.

• Mendorong pelaksanaan perundang-undangan.

• Mengembangkan peraturan dan perundang-undangan yang ada. • Melengkapi peraturan dan perundangan yang ada.

• Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. • Meningkatkan jumlah tenaga ahli sanitasi.

• Mengembangkan teknologi sanitasi dasar tepat guna yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

• Mengembangkan dan memantapkan kelembagaan pengelolaan air limbah melalui pembentukan unit pengelola air limbah, dinas atau perusahaan daerah serta mendorong kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat.

• Mengembangkan percontohan sarana pengelolaan air limbah pedesaan serta memasyarakatkan pembuatan sarana sanitasi sederhana.

• Menentukan tolak ukur mutu lingkungan air didalam kawasan perumahan dan pemukiman.

• Mengembangkan sistem pendanaan subsidi silang, sistem bantuan keuangan dan peran serta dunia usaha.

• Mempercepat terwujudnya peraturan dan perundang-undangan yang menyangkut pengelolaan air limbah.

 Strategi Promosi :

• Melaksanakan apresiasi maupun pelatihan untuk meningkatkan pengelola sarana dan prasarana sanitasi.

• Melaksanakan training untuk meningkatkan pengelola prasarana dan sarana air limbah.

• Melaksanakan pelatihan teknis.

• Melaksanakan kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam rangka mencapai hasil pengelolaan yang optimal.

• Meningkatkan peran pemerintah daerah dalam penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi.

• Meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan Iingkungan permukiman.

• Meningkatkan kemandirian masyarakat akan kesehatan Iingkungan permukiman.

• Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pengadaan prasarana dan sarana sanitasi.

Subsektor Persampahan

 Strategi Teknis Program Persampahan :

• Memenuhi kebutuhan prasarana dan sarana dasar persampahan dengan menambah jumlah armada pengangkut sampah seperti bak Komunal, gerobak sampah,truk manual, dump truk, arm roll truk. • Menentukan spesifikasi teknis minimum prasarana dan sarana dasar

persampahan

• Menentukan teknologi yang terjangkau dalam pembiayaan dan dapat diterima oleh masyarakat serta dapat berfungsi sesuai tujuan seperti pengolahan dengan konsep 3R (Recycle, Reuse, dan Reduce).

• Mengurangi dampak negatif ternadap lingkungan. • Memperbaiki kemampuan daya dukung lingkungan.

• Menentukan standard baku mutu lingkungan permukiman yang sehat.

• Mendorong terlaksananya operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana dasar persampahan.

• Menyiapkan rencana pengelolaan secara terpadu sebelum pelaksanaan.

 Strategi Kelembagaan:

• Meningkatkan fungsi lembaga yang ada.

• Mendorong pelaksanaan perundang-undangan.

• Mengembangkan peraturan dan perundang-undangan yang ada. • Meningkatkan kemampuan baik kuantitas maupun kualitas

sumberdaya manusia.

• Meningkatkan koordinasi dengan sektor / program lain. • Membangun kemitraan dan jejaring dengan lembaga lain.  Strategi Pendanaan/Finansial :

• Menciptakan ikIim pendanaan yang memungkinkan dan menarik dunia usaha untuk ikut membiayai penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana dasar persampahan.

• Menggali sumber dana masyarakat untuk ikut membiayai penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana persampahan dengan membayar retribusi.

• Menyempurnakan mekanisme sistem bantuan keuangan untuk penyediaan prasarana dan sarana dasar persampahan.

• Mengembangkan sistem subsidi silang.

• Merintis peran serta perbankan (Iembaga keuangan) dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar-dasar persampahan.

 Strategi Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha:

• Mendorong peningkatan kemampuan dunia usaha dalam memproduksi sarana dasar persampahan.

• Mendorong keterlibatan dunia usaha dalam pengelolaan prasarana dan sarana dasar persampahan.

• Meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan Iingkungan permukiman.

• Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana dasar persampahan.

• Meningkatkan peran Pemerintah Kabupaten dalam penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana dasar persampahan.

• Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar persampahan.

Subsektor Drainase Lingkungan :

 Strategi teknis:

• Perbaikan atau normalisasi saluran drainase yang rusak dan tersumbat di sekitar lokasi genangan.

• Saluran pasar dibuat dengan penutup.

• Pemeliharaan terhadap saluran-saluran yang ada secara rutin seperti program pemeliharaan jalan, mencakup pekerjaan pemeliharaan khusus (special maintenance), yaitu pekerjaan yang perlu dilaksanakan karena adanya akumulasi sedimen atau hambatan-hambatan lain pada saluran akibat belum dilaksanakannya pemeliharaan beberapa tahun.

• Perbaikan atau normalisasi saluran drainase yang rusak dan tersumbat di sekitar lokasi genangan (masuk program optimalisasi) • Pembangunan baru saluran drainase.

• Pemeliharaan terhadap saluran-saluran yang ada secara rutin, mencakup pekerjaan pemeliharaan khusus (special maintenance), yaitu pekerjaan yang perlu dilaksanakan karena adanya akumulasi sedimen atau hambatan-hambatan lain pada saluran akibat belum dilaksanakannya pemeliharaan beberapa tahun (masuk program optimalisasi).

• Pembangunan saluran tepi jalan arteri utama yang menghubungkan ketiga titik keramaian tersebut dan saluran lain yang dibutuhkan secara sistem.

• Swadaya masyarakat yang diharapkan dalam penanganan masalah drainase adalah pembangunan sumur resapan pada setiap rumah. Kegiatan ini memiliki dua fungsi yaitu mengurangi beban saluran drainase dan menambah cadangan air tanah. Kegiatan ini dapat dimulai dalam bentuk percontohan pada kantor-kantor pemerintah, selanjutnya dapat dimasukkan dalam program Dinas PU untuk mensosialisasikan dan memotivasi penduduk. Tindakan lebih lanjut adalah dapat diusulkan dalam bentuk PERDA.

 Strategi Pengelolaan meliputi:

• Penyiapan peraturan dan produk hukurn untuk penanganan drainase.

• Peningkatan peran serta masyarakat. • Garis sepadan saluran.

 Strategi Kelembagaan meliputi:

• Peningkatan sumberdaya manusia.

• Kejelasan wewenang dan tanggung jawab. • Pemantapan organisasi.

 Strategi Pembiayaan meliputi:

• Mengembangkan sumber pembiayaan melalui retribusi lingkungan. • Pilot program cost recovery.

 Strategi Promosi Kampanye meilputi: • Kampanye dan desiminasi. c. Isu Strategis :

Subsektor Air Limbah :

 Peraturan Perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum • Belum ada kebijakan tentang air limbah rumah tangga.

• Masih lemahnya regulasi/aturan yang ada untuk dipakai acuan dalam menertibkan masyarakat dalam membuang air limbah.

• Belum ada aturan yang tegas dalam tata cara pembuangan air limbah.

• Dalam penerapan IMB air limbah belum mendapat perhatian yang serius.

• Belum ada regulasi mengenai ijin pembuangan limbah industri rumah tangga.

• Belum sangsi yang dijalankan bagi pelanggar pencemaran lingkungan, terutama kaitannya dengan Ijin Pembuangan Limbah Cair.

 Kemampuan Lembaga Penyedia Layanan Publik

• Belum ada kesiapan warga menyusun organisasi pengelola air limbah.

• Tidak ada kerjasama antar instansi/dinas dalam mengelola air limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbahhome industri.

• Belum ada pihak swasta yang mau menjadi pengelola air limbah.  Kemampuan Pembiayaan

• Kurang perhatian Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi dalam menganggarkan dana melalui APBD untuk limbah cair.

• Masih rendahnya kesadaran warga untuk mau membayar retribusi untuk air limbah.

• Belum ada pihak swasta yang mau menginvestasikan modalnya untuk pengelolaan air limbah.

• Bersangkutan dengan pengelolaan IPLT yang juga melayani penyedotan septik tank dari luar kota, maka tarif penyedotan perlu diperhitungkan untuk dapat menutupi biaya O & M IPLT.

 Peran Serta Masyarakat dan Sektor Swasta

• Kesadaran masyarakat dalam hidup bersih masih kurang.

• Kurangnya peran tokoh masyarakat/organisasi di Jorong/Nagari/ Kecamatan memberikan penyuluhan dalam pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

• Kurangnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah cair terutama yang berbasis pada masyarakat miskin.

• Kurangnya sosialisasi mengenai pembuangan air limbah dengan sistem komunal, sehingga masih banyak warga yang belum mengetahui.

• Perlunya dilaksanakan lomba antar Jorong/Nagari sebagai penghargaan pada masyarakat yang peduli lingkungan bersih

 Rendahnya Tingkat Penyediaan Layanan Air Limbah

• Minimnya pengetahuan warga atau pihak pembangun (kontraktor) untuk membuat tangki septik yang sesuai dengan standar teknis. • Langkanya ketersediaan lahan/lokasi untuk lokasi sarana air limbah:

IPAL/MCK Komunal.

• Belum ada master plan kota untuk pembuangan air limbah rumah tangga.

• Kurangnya sarana yang menunjang perbaikan sanitasi didaerah kumuh dan padat penduduk.

• Masih banyak pembuangan air limbah yang menimbulkan bau,karena dibuang disaluran yang tidak layak/saluran drainase yang tidak memadai.

• Membuang kotoran ternak disembarang tempat.

• Warga bersikap acuh dengan membuang air limbah rumah tangga ke permukaan tanah.

• Air limbah dibuang ke saluran yang menggenang /aliran tak lancar. • Air limbah tinja dibuang ke saluran yang ada didepan rumah.

• Banyak tinja yang terlihat dibuang ke saluran drainase, sedangkan saluran drainase alirannya buntu.

• Jarak sumur gali terlalu dekat dengan pembuangan air limbah.

Subsektor Persampahan :

 Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.  Peningkatan peran aktif masyarakat dan usaha/ swasta sebagai mitra

pengelolaan.

 Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan.  Kerjasama antar wilayah kecamatan dalam penanggulangan masalah

sampah, terutama di wilayah perkotaan.

 Penempatan tempat pembuangan akhir (TPA) sesuai dengan persyaratan teknis dengan memperhatikan daya dukung lingkungan.  Pengembangan pengelolaan persampahan dengan teknologi ramah

lingkungan.

Subsektor Drainase Lingkungan :

 Drainase masih berfungsi sebagai gabungan pembuangan air hujan dan limbah domestik.

 Konstruksi jaringan drainase bersifat konvensional dan sederhana, bahkan masih terdapat drainase dengan galian tanpa pengerasan sisi dinding.

 Belum berjalannya perencanaan, pembangunan dan monitoring serta evaluasi sistem drainase terpadu dan berwawasan lingkungan (eco drain).

 Belum adanya peraturan daerah yang mengatur pengelolaan drainase lingkungan.

 Belum adanya master plan drainase skala Kabupaten.

 Keterpadauan jaringan drainase saat ini belum terbangun baik dan dimensinya lebih didasarkan pada perkiraan sehingga tidak mempertimbangkan daya tampung dan debit air.

 Pelibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan drainase lingkungan belum optimal.

d. Kondisi Eksisting :

Subsektor Air Limbah

Di Kabupaten Agam fasilitas sanitasi yang layak didefinisikan sebagai sarana yang aman, higienis dan nyaman yang dapat menjauhkan pengguna dan lingkungan disekitarnya dari kontak dengan kotoran manusia. Fasilitas sanitasi yang layak mencakup kloset dengan leher angsa, toilet guyur (flush toilet) yang terhubung dengan sistem pipa saluran pembuangan atau tangki septik, termasuk jamban cemplung (pit latrine) terlindung dengan segel slab dan ventilasi; serta toilet kompos. Berbagai jenis fasilitas sanitasi pribadi maupun bersama ini diklasifikasikan sebagai fasilitas sanitasi yang layak. Fasilitas sanitasi yang tidak layak antara lain meliputi toilet yang mengalir ke selokan, saluran terbuka, sungai atau lapangan terbuka, jamban cemplung tanpa segelslab, wadah ember dan toilet gantung.

Jumlah keseluruhan rumah tangga di Kabupaten Agam Tahun 2013 adalah sebesar 139.711 rumah tangga. Sebesar 119.948 rumah tangga (85,85%) sudah mempunyai sarana buang air besar dirumah masing-masing sedangkan rumah tangga yang tidak mempunyai sarana buang air besar sebesar 11.687 rumah tangga (8,36%). Kecamatan Baso merupakan kecamatan dengan ketersediaan sarana Buang Air Besar (BAB) terbesar, yaitu sebesar 97 % rumah tangga sedangkan Kecamatan IV Koto merupakan Kecamatan dengan persentase terkecil yaitu sebesar 74,31% rumah tangga mempunyai sarana sendiri.

Untuk kepemilikan sarana BAB yang dilengkapi tangki septik, terjadi penurunan sebesar 54,81% selama tahun 2010-2013. Penurunan ini merupakan representasi cukup berhasilnya program kesehatan di Kabupaten Agam.

Untuk penampungan limbah manusia (Black Water) fasilitas Buang Air Besar (BAB) pada rumah tangga di Kabupaten Agam seperti yang dijabarkan di dalam tabel 2.22. Jumlah rumah tangga yang memiliki tempat pembuangan limbah manusia (BAB) adalah sebanyak 128.024 unit (91,64 %), baik milik sendiri, milik bersama maupun milik umum. Sedangkan jumlah rumah tangga yang tidak mempunyai sarana berjumlah 11.687 rumah tangga (8,36 %).

Kepemilikan jamban dan pengelolaan air limbah dapat dilihat sebagaimana Tabel 7.20

Tabel 7.20

Kepemilikan Jamban dan Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Agam No Kecamatan Rumah TanggaJumlah Tempat Buang Air Besar (Rumah Tangga)

Sendiri Bersama Umum Tidak Ada

1 Tanjung Mutiara 8.181 6.869 210 313 789 2 Ampek Nagari 22.760 18.655 513 597 2.995 3 Lubuk Nagari 7.728 6.349 836 70 473 4 Tanjung Raya 10.667 8.683 773 304 907 5 Palembayan 5.569 4.307 0 0 1.262 6 Matur 7.789 5.788 0 679 1.322 7 Malalak 2.532 1.991 285 0 256 8 IV Koto 10.413 9.762 0 0 651 9 Banuhampu 6.915 6.059 522 215 119 10 Sungai Puar 12.304 11.353 547 341 63 11 Tilantang Kamang 7.122 6.284 105 218 515 12 Kamang Magek 10.619 10.399 0 0 220 13 Ampek Angkek 10.623 9.146 0 986 491 14 Candung 6.717 5.928 0 0 789 15 Baso 5.436 4.458 562 0 416 16 Palupuh 4.336 3.917 0 0 419 Total 139.711 119.948 4.353 3.723 11.687

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Agam, 2014

Dari tabel diatas menerangkan jumlah rumah tangga yang memiliki sarana BAB tanpa melihat sarana tempat pembuangan akhir (septik tank). Sementara dilihat dari data jumlah rumah tangga yang tidak memiliki sarana septik tank pada tahun 2013 terdapat sebanyak 24.572 rumah tangga dimana dari data jumlah rumah tangga yang memiliki sarana BAB diatas yakni 128.024 rumah tangga, 19 % (24.572 rumah tangga) yang tidak memiliki septik tank.

Jumlah rumah tangga yang tidak memiliki septiik tank ini dari tahun ke tahun mengalami penurunan dimana dari data 4 (empat) tahun terakhir, terihat adanya penurunan dari 54.383 rumah tangga pada tahun 2010 menurun menjadi 24.572 rumah tangga pada tahun 2013. Penurunan ini merupakan representasi cukup berhasilnya program kesehatan di Kabupaten Agam. Untuk lebih jelasnya penurunan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki septik tank dari tahun 2010 – 2013 dapat dilihat pada tabel 7.22.

Tabel 7.22

Jumlah Rumah Tangga Tanpa Tangki Septik di Kabupaten Agam Tahun 2013

No. Kecamatan

Jumlah Rumah Tangga yang Mempunyai Fasilitas BAB (Sendiri Bersama,

Umum) Jumlah Rumah Tangga Tanpa Tangki Septik 1 Tanjung Mutiara 7.392 808 2 Ampek Nagari 19.765 2.172 3 Lubuk Nagari 7.255 2.170 4 Tanjung Raya 9.760 1.288 5 Palembayan 4.307 568 6 Matur 6.467 1.428 7 Malalak 2.276 1.038 8 IV Koto 9.762 1.741 9 Banuhampu 6.797 912 10 Sungai Puar 12.241 1.272 11 Tilantang Kamang 6.607 2.306 12 Kamang Magek 10.399 1.895 13 Ampek Angkek 10.132 1.396 14 Candung 5.928 1.625 15 Baso 5.020 2.574 16 Palupuh 3.917 1.379 Total 128.024 24.572

Sumber : SLHD Kabupaten Agam, 2013

Salah satu bentuk rumah tangga yang tidak memiliki tempat pembuangan BAB dan septik tank di Lubuk Basung

Tabel 7.23

Perkembangan Jumlah Rumah Tangga yang tidak Mempunyai Tangki Septik di Kabupaten Agam tahun 2010-2013

No Tahun Jumlah Rumah

Tangga

1 2010 54.383

2 2011 44.210

3 2012 36.370

4 2013 24.572

Sumber : SLHD Kabupaten Agam, 2013, BLH

Gambar 7.3

Grafik Perkembangan Jumlah Rumah Tangga yang tidak Mempunyai Tangki Septik di Kabupaten Agam tahun 2010-2013

Tabel 7.24

Jumlah Fasilitas Buang Air Besar di Kabupaten Agam

Dokumen terkait