• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pemprosesan Akhir Kondisi Umum TPA

2013 2018 1 Lubuk Basung

D. Sistem Pemprosesan Akhir Kondisi Umum TPA

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah Kabupaten Agam berlokasi di Manggis Nagari Lubuk Basung, Kecamatan Lubuk Basung. TPA ini mulai beroperasi sejak tahun 1998. Dengan sistem open dumping dengan luas lahan keseluruhan 0,7 Ha, sedangkan lahan yang terpakai mencapai 0,5 Ha. Jarak lokasi TPA dari pusat ibukota Kabupaten Agam 5 km, jarak dari permukiman penduduk terdekat 1 km. Secara umum gambaran TPA Manggis terlihat pada Tabel 7.30.

Tabel 7.30

Rute Truck Sampah Kabupaten Agam

No. Kendaraan Pengangkutan Lokasi/Rute Kontainaer Kap. (m3) Jumlah Ritasi Ket 1 Ba 9602 BG/Arm Roll Truck Perumahan Talago 6 1 2 BA 9602 B/Arm Roll Truck

Perumahan Kubang, MTSN 1 Lubuk Basung, SDN 1 Lubuk Basung, SDN Lapau Talang, SDN 5 Simpang 3 Lubuk Basung.

6 1

3 BA 9603

BG/Arm Roll

Truck

Perumahan Kampung Pinang,

Perumahan Polres, Pasar Balai Selas, Pasar Bawan, Objek Wisata Muko muko, SMA 1 Lubuk Basung, SD 63 Surabaya, Rumah Dinas Bupati

6 1

4 BA 88 BT/Arm

Roll Truck

Pasar Inpres Padang Baru Lubuk Basung, Pasar Lama Antokan Lubuk Basung, Pasar Padag Lua, Pasar Pakan Kamis, Pasar Kapau, Pasar Baso, Objek Wisata Lembah Segar, SMP 1 Lubuk Basung, SMP 3 Lubuk Basung

6 1

5 BA 8814 T/Arm

Roll Truck

Pasar Tiku, Pasar Padang Lua, Pasar Lasi, Pasar Batagok Sungai Pua, Lubuk Basung, Wisata, SMA 2 Lubuk

Basung, SDN 06 Manggopoh,

Kampus IPDN

6 1

6 BA 8807 T/Arm

Roll Truck

Pasar Maninjau, Pasar Sungai Batang, Pasar bayua, Pasar Akad 2 Koto, Pasar Paninjauan, Koto

Gadang, Tanjung Alai

7 BA 9602

BG/Drump Truck

Perumahan Kubang, Balai Selasa sampai Pasar Lubuk Basung

1 Setiap Senin dan Kamis 8 BA 9604 BG/Dump Truck

Jalur dalam Kota:

Dari Simpang Tiga ke STIKES

Dari Simpang Empat ke Surau Kariang

Sumber: Master Plan Pengelolaan Persampahan Terpadu Kabupaten Agam, 2013

Tabel 7.31

Kondisi Umum TPA Manggis

No. Uraian Keterangan

1 Nama TPA Manggis

2 Lokasi Kampung Manggis, Kec.

Lubuk Basung

3 Luas total 0,7 Ha

4 Luas lahan terpakai ± 0,5 Ha

5 Tahun mulai beroperasi 1998

6 Sistem operasi Open Dumping

7 Status lahan Sewa

8 DED TPA

9 UKL/UPL TPA

10 SOP Pengoperasian TPA Ada

11 Petugas pengelola bangunan

pengolahan

12 Penanaman pohon/buffer zone Tidak Ada

13 Penutupan untuk sel yang penuh Tidak Ada

14 Pemilahan sampah di TPA Tidak Ada

15 Pagar keliling Tidak Ada

16 Ketersediaan tanah penutup Tidak Ada

Sumber: Master Plan Pengelolaan Persampahan Terpadu Kabupaten Agam, 2013

Sarana dan Prasarana Pendukung

Sistem pengoperasian TPA Manggis ini bersifat Open Dumping, sehingga tidak ditemukan sarana dan prasarana penunjang seperti, kantor jaga dan pengelola TPA, saluran drainase, fasilitas perlindungan lingkungan berupa sarana pengolahan lindi (kolam lindi) dan pipa lindi, sumur monitoring/ pantau, dan penanganan gas metan. Pada tahun 2014, akan dioperasikan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) yang berlokasi di Jorong Sungai Jariang, Nagari Lubuk Basung, Kecamatan Lubuk Basung dengan luas 5,5 Ha yang akan menerapkan sistem Control Landfill sehingga TPA Manggis ini tidak dioperasikan lagi.

Analisis Kebutuhan

Analisa Kebutuhan seberapa besar sampah yang akan dihasilkan setiap orangnya selama kurun waktu satu tahun di Kabupaten Agam. Untuk menghitung maupun memprediksi jumlah produksi sampah per orang setiap tahunnya, didasari oleh kriteria hasil kesepakatan pada FGD tertanggal 28 Oktober 2014 yaitu sebesar 2,4 liter/orang/hari. Maka dapat dipredikasi jumlah produksi sampah pada tahun 2015 adalah 297.253.130,21 liter/tahunnya.

Sedangkan pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2019 jumlah produksi sampah terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Agam. Jumlah sampah pada tahun 2019 adalah sebesar 301.805.732,18 liter/tahun. Selengkapnya mengenai proyeksi produksi sampah di Kabupaten Agam dapat dilihat pada Tabel 7.32.

Tabel 7.32

Proyeksi Produksi Sampah Penduduk di Kabupaten Agam Hingga Tahun 2019

No. Kecamatan Proyeksi Produksi Sampah Penduduk Kabupaten Agam

Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 1 Tanjung Mutiara 26,298,592.12 25,849,395.66 24,865,126.57 23,764,114.24 23,924,568.17 2 Lubuk Basung 63,349,519.60 62,268,273.30 59,939,890.45 54,280,136.93 56,194,516.29 3 Ampek Nagari 20,965,553.80 2,060,756.81 19,974,167.82 22,534,686.54 20,452,376.38 4 Tanjung Raya 30,938,748.01 30,411,000.01 28,863,263.66 26,316,080.71 27,682,566.84 5 Matur 15,739,401.26 15,470,741.41 14,755,464.42 16,607,217.84 16,805,625.33 6 IV Koto 21,398,722.52 21,033,050.00 20,106,308.91 20,856,879.33 21,036,652.47 7 Banuhampu 33,495,568.60 8,490,464.14 31,965,101.70 29,376,994.08 30,034,142.42 8 Sungai Pua 21,404,348.09 32,923,717.22 20,202,806.67 20,836,991.53 20,832,246.28 9 IV Angkek 40,265,939.51 21,038,528.30 38,237,456.37 31,123,504.61 33,930,522.26 10 Canduang 20,329,864.63 39,578,035.17 19,176,974.58 20,876,767.13 20,964,296.29 11 Baso 3,066,872.08 19,983,040.99 28,800,670.52 29,072,349.13 29,948,219.46 12 Tilatang Kamang 31,607,252.99 30,145,302.08 30,002,111.15 29,248,627.37 29,591,865.32 13 Kamang Magek 18,552,185.19 31,068,396.95 17,440,884.18 18,445,935.45 18,636,236.47 14 Palembayan 27,333,696.61 18,235,460.78 25,399,776.34 35,640,747.41 30,533,400.00 15 Palapuh 12,116,535.56 26,867,447.87 11,423,248.83 12,487,731.06 12,645,145.45 16 Malalak 8,638,059.44 11,909,841.30 8,012,791.82 9,529,872.65 9,618,848.57 Jumlah (liter) 297,253,130.21 279,107,003.01 306,887,231.68 295,645,722.06 301,805,732.18 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2014.

Subsektor Drainase Lingkungan

Pengelolaan drainase di Kabupaten Agam ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Agam Bidang Permukiman dan Perumahan. Kabupaten Agam secara keseluruhan telah memiliki desain dan konstruksi jaringan drainase yang diperkeras serta jaringan drainase sederhana dan bersifat konvensional kecuali pada jalur jalan arteri sudah menggunakan perkerasan dan tertutup. Sedangkan untuk drainase jalan lokal sudah terdapat jaringan yang diperkeras tetapi masih terbuka dengan kedalaman kurang lebih 50 cm. Untuk sistem drainase lain masih secara alami dan ditumbuhi semak belukar dan merupakan sodetan tanah berbentuk kurva setengah lingkaran dan terputus. Hal ini belum menunjukkan jaringan drainase secara terpadu dimana dimensinya pun hanya merupakan pendekatan perkiraan, tidak diperhitungkan sesuai dengan standar baku.

Kondisi lingkungan permukiman penduduk di Kabupaten Agam masih minimnya ketersediaan drainase lingkungan rumah penduduk yang tidak memiliki drainase, limpahan air hujan dan limbah rumah tangga dialirkan ketanah-tanah kosong yang berada di belakang rumah bahkan ditemukan ada drainase yang tidak terawat tertimbun sampah dan tanah.

Kondisi Drainase dibeberapa lokasi pada kawasan Lubuk Basung, Padang Lua dan Taluak IV Suku

Berdasarkan topografi Kabupaten Agam sebahagian besar terdapat dataran tinggi bergelombang dan beberapa daerah terdapat dataran rendah yang rawan dan sering terjadi genangan air akibat hujan, bagian wilayah yang rentan terjadi banjir atau genangan air berada di Kecamatan Lubuk Basung, Tanjung Mutiara dan Ampek Angkek.

Sebahagian besar wilayah Agam terdiri dari 4 bagian wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), sehingga pada saat curah hujan tinggi beberapa tempat di beberapa nagari dan jorong menjadi terendam dan tergenang untuk beberapa saat.

Daerah lokasi banjir/limpasan air hujan akibat kurangnya drainase di Kabupaten Agam antara lain;

 Nagari Padang Lua, Nagari Jambu Aia Kecamatan Banuhampu  Nagari Salareh Aia Kecamatan Palembayan

 Nagari Koto Kaciak dan Koto Gadang Kecamatan Tanjung Raya  Nagari Gadut, Nagari Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang  Nagari Pasie Laweh Kecamatan Palupuh

 Nagari Padang Tarok Kecamatan Baso

Daerah lokasi banjir akibat meluapnya air sungai di Kabupaten Agam antara lain;  Nagari Garagahan dan Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung

 Nagari Bawan, Batu Kambiang, Sitalang Kecamatan Ampek Nagari

 Nagari Tiku V Jorong, Tiku Utara dan Tiku Selatan Kecamatan Tanjung Mutiara

Genangan/limpasan air terjadi akibat minimnya sarana drainase, penyempitan dan penyumbatan saluran drainase antara lain, disepanjang jalan dan pasar nagari Padang Lua sampai Jambu Aia, Salareh Aia Kecamatan Palembayan, Koto Kaciak dan Koto Gadang Kecamatan Tanjung Raya, Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang, Padang Tarok Kecamatan Baso dan Pasie Laweh Kecamatan Palupuh, sifatnya sementara berlangsung selama hujan deras. Tinggi genangan mencapai 0, 40 sampai 0,60 meter.

Genangan/limpasan air terjadi akibat luapan air sungai antara lain di nagari Garagahan dan Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung, Nagari Bawan, Batu Kambing, Sitalang Kecamatan Ampek Nagari, Nagari Tiku V Jorong, Tiku Utara dan Tiku Selatan Kecamatan Tanjung dengan luas genangan lebih dari 0,5 ha, tinggi genangan mencapai lebih dari 0,30 meter

dan lama genangan sekitar 1 jam sampai 2 jam. Kondisi selengkapnya lokasi banjir di Kabupaten Agamyang diambil dari data TRW Kabupaten Agamdapat dilihat tabel 7.33.

Tabel 7.33

Lokasi Genangan Akibat Limpahan Air Hujan di Kabupaten Agam

No Kecamatan Nagari

1. Tanjung Mutiara Tiku Selatan

Tiku Utara Tiku V Jorong

2. Lubuk Basung Garagahan

Manggopoh

3. Ampek Nagari Bawan

Batu Kambiang Sitalang

4. Tanjung Raya Koto Kaciak

Koto Gadang

5. Banuhampu Padang Lua

Jambu Aia

6. Baso Padang Tarok

7. Tilatang Kamang Gadut

Koto Tangah

8. Palembayan Salareh Aia

9. Palupuh Pasie Laweh

Sumber : RTRW Kabupaten Agam 2010 - 2030

Sementara dari hasil data yang diperoleh dari Laporan SLHD (Status Lingkungan Hidup Daerah) Kabupaten Agam yakni dari badan Lingkungan Hidup Kabupatan Agam, dimana bencana banjir merupakan salah satu bencana yang harus dihadapi oleh kabupaten Agam setiap tahunnya. Jumlah curah hujan di Kabupaten Agam yang cukup tinggi setiap tahunnya mencapai 3000 mm menjadikan sebagian wilayah selalu terkena banjir. Hal ini diperparah dengan semakin banyaknya kawasan terbangun dan semakin rusaknya kawasan hutan an hulu aliran sungai.

Status bencana banjir di Kabupaten Agam pada tahun 2013 meningkat dibanding pada tahun 2012 namun menurun bila dibandingkan pada tahun 2008 sperti yang ada pada tabel diatas (data dari RTRW Kabupaten Agam tahun 2010-2030). Jika pada tahun 2012 hanya ada 3 (tiga) kecamatan yang dilanda banjir, pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi 5 kecamatan dengan area terendam meningkat sebesar 122,67 %. Salah satu langkah untuk penanganan masalah banjir ini ialah perlunya pembangunan sumur resapan untuk setiap unit terbangun.

Tabel 7.34

Lokasi Banjir di Kabupaten AgamTahun 2012 - 2013

No Kecamatan Total Area Terendam (Ha)

2012 2013 1. Lubuk Basung 20 - 2. Tanjung Mutiara 25 60 3. Palupuh 15 35 4. Tilatang Kamang 0 22 5. IV Koto 0 30 6. Tanjung Raya 0 20 Jumlah 75 167

Sumber : Lapran SLHD Kaabupaten Agam 2013, BLH

Secara Geografi Kabupaten Agam terletak pada daerah khatulistiwa yang secara klimatologi bercirikan curah hujan yang relatif tinggi sehingga keberadaan drainase sangat diperlukan. Drainase secara umum adalah infrastruktur yang dibangun dalam upaya menyalurkan air limpasan hujan dari suatu lokasi sehingga tidak terjadi genangan setempat/ banjir.

Diwilayah Kabupaten Agam terdapat beberapa sungai baik besar maupun kecil yang semuanya dimanfaatakan sebgai drainase utama. Sesuai dengan Kepmen PU Nomor 239/KPTS/1987 tentang fungsi utama drainase sebagai drainase kota dan fungsi utama sebagai pengendalian banjir. Selain itu pembangunan drainase harus memperhatikan keterpaduan pelaksanaannya dengan prasana dan sarana kota lainnya (persampahan, air limbah, perumahan dan jalan kota), sehingga dapat meminimalkan biaya pelaksanaan, operasional dan pemeliharaan.

Dalam pelaksanaan pembangunan drainase di Kabupaten Agam sampai saat ini terbatas pada drainase kota, drainase jalan utama, drainase pasar dan perumahan disamping kegiatan pengendalian banjir. Namun pada titik- titik tertentu pada beberapa lokasi sering terjadi genangan akibat luapan/limpasan yang disebabkan kondisi drainase sudah tidak sesuai dengan dimensi badan saluran karena tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan atau kawasan terbangun.

Khusus kota Lubuk Basung yang terletak di daerah yang relatif datar dan mempunyai ketinggian tanah 40 – 180 meter di atas permukaan laut. Kota Lubuk Basung memiliki topografi yang miring ke arah timur kota dengan dataran tinggi terletak di arah utara kota. Terdapat alur-alur sungai besar dan kecil yang merupakan sungai alami dan irigasi yang mengalir dari arah barat kota menuju ke arah timur kota. Sungai terbesar adalah sungai Batang Antokan yang terletak di selatan kota. Curah hujan relatif sedang dengan rata-rata 98 mm peer bulan dan pada keadaan maksimum mencapai 200 mm pada bulan Oktober sampai Desember.

Dilihat dari kondisi wilayah perkotaan kota Lubuk Basung saat ini bahwa titik-titik keramaian kota terletak pada tiga daerah yaitu daerah pasar lubuk basung pada arah barat kota, daerah pasar Padang Baru dan perkantoran pada pertengahan kota, dan daerah pasar Balai Salasa pada arah timur kota. Hal ini mengakibatkan sistem jaringan drainase yang ada masih terkonsentrasi pada masing-masing daerah tersebut.

Untuk daerah pasar Lubuk Basung mempunyai dua buah sungai yang berfungsi sebagai saluran pembuang utama bagi sistem drainasenya. Drainase pada pasar Lubuk Basung ini bergabung dengan irigasi, dan ada beberapa ruas saluran yang mengalami pendangkalan akibat aktifitas pasar. Kondisi drainase pada daerah ini sebagian masih alami dan sebagian merupakan konstruksi pasangan batu.

Untuk daerah pasar Inpres, telah merupakan saluran dengan pasangan batu dimana saluran pembuang bagi sistem drainasenya adalah sungai Batang Sitalang. Ada beberapa ruas drainase yang di aliri oleh aliran irigasi, sehingga memiliki penampang yang lebih besar. Untuk daerah pasar Balai Salasa, hanya memiliki drainase lingkungan pasar, yang kondisinya sebagian pendangkalan akibat aktifitas pasar. Lebih jelasnya dapat dilihat

Tabel 7.35

Data Pengelolaan Drainase di Kabupaten Agam

No Uraian Satuan Besaran

2010 2011 2012

Data Pengelolaan Drainase

1 Cakupan Pelayanan % 51,56% 62,51%

2 Cakupan Penduduk Jiwa 171.369 296.634

3 Stasiun Pompa Air Unit - -

Data Saluran Drainase

1 Curah Hujan mm/th

2 Total Panjang Saluran Km 5 5

3 Panjang Saluran Primer Km 5 5

4 Panjang Saluran Sekunder Km - -

5 Panjang Saluran Tersier Km - -

6 Kondisi Saluran Baik % 1,25 1,25

7 Kondisi Saluran Sedang % - -

8 Kondisi Saluran Rusak % 3,75 3,75

Sumber: Diolah 2014.

Tabel 7.36

Data Profil Drainase Kabupaten Agam

No Lokasi Luas (Ha) Tinggi (cm) Lama Surutnya (jam) Pemeliharaan

1 Tanjung Mutiara 0,6 50 5 jam -

2 Manggopoh Lubuk Basung 0,5 50 2 jam -

Sumber: Diolah 2014.

e. Permasalahan dan Tantangan :

Subsektor Air Limbah

 Masalah utama :

• Kabupaten Agam belum memilikimaster planpengelolaan air limbah skala kabupaten.

• Belum memiliki sarana dan prasarana Laboratorium.

• Belum adanya peraturan atau kebijakan daerah tentang pengelolaan air limbah tingkat kabupaten.

 Masalah di tingkat masyarakat :

• Masih banyaknya praktek buang air besar sembarangan (BABS) baik di kebun, ditabek (kolam), sungai, kali atau sawah.

• Belum semua warga masyarakat mempunyai akses terhadap jamban (26,44%) baik jamban keluarga maupun MCK.

• Sementara kepemilikan jamban keluarga baru mencapai 73,66%. • Jumlah Keluarga yang memiliki saluran pembuangan air limbah baru

mencapai 52,82%, sebagian besar disalurkan ke saluran, tabek, kali, sungai, kebun, halaman belakang rumah.

• Ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah domestik masih rendah. Saluran air limbah masih menyatu dengan saluran air hujan dan irigasi.

• Rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pengolahan air limbah.

Subsektor Persampahan

 Masalah utama :

• Kebijakan sektor yang parsial dan kurangnya kerjasama antar sektor.

• Belum dijadikannya lingkungan hidup sebagai pertimbangan utama dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

• Masih rendahnya tingkat kepedulian dunia usaha dan masyarakat terhadap pengelolaan persampahan.

• Belum tersedianya TPA dengan sistemsanitary landfill.

• Belum optimalnya monitoring dan evaluasi terhadap praktik pengelolaan lingkungan di Kabupaten Agam terkait pada pengelolaan sampah yang sudah dijalankan selama ini.

 Masalah di tingkat Pemerintah :

• Kabupaten Agam belum memiliki master plan pengelolaan persampahan skala kabupaten.

• Minimnya database persampahan. • Keterbatasan SDM dan pembiayaan.

• Keterbatasan sarana dan prasarana persampahan, termasuk belum tersedianya TPA dengan sistemsanitary landfill.

 Masalah di tingkat masyarakat :

• Perilaku masyarakat membuang sampah pada tempatnya masih rendah, praktek buang sampah ke sungai, pinggir jalan, parit, kolam, kebun, badan saluran masih banyak terjadi.

• Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan sampah dengan pola 3R.

• Pemilahan sampah organik dan anorganik ditingkat masyarakat masih rendah.

• Belum adanya kelembagaan masyarakat atau pihak swasta secara swadaya dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

 Masalah di tingkat swasta :

• Jumlah pihak swasta yang terlibat dalam pengelolaan sampah masih terbatas.

• Peran swasta masih terbatas pada pemanfaatan sampah yang masih dapat dijual kembali bukan secara langsung mendaur ulang sampah tersebut.

Subsektor Drainase Lingkungan

 Belum terintegrasinya sistem drainase antar satu wilayah dengan wilayah di sekitarnya.

 Terbatasnya kapasitas daya tampung drainase yang ada akibat meningkatnya intensitas curah hujan sehingga menimbulkan terjadinya luapan dan genangan air pada jalan dan permukiman.

 Saluran drainase mengalami penyumbatan dan pendangkalan akibat sampah.

 Drainase menjadi fungsimix drain, terjadi akibat penyimpangan perilaku pengelolaan sampah dan limbah serta penggunaan lahan yang keliru diareal permukiman, pusat kegiatan perdagangan dan pasar, sehingga membebani kapasitas normal saluran drainase sehingga harus berfungsi sebagai wadah buangan limpasan air hujan maupun limbah domestik dan sampah padat. Hal ini terjadi pada Nagari Padang Lua Kecamatan Banuhampu.

 Belum terintegrasinya infrastruktur perumahan didalam kawasan permukiman (jalan lingkungan, drainase dan air limbah) sehingga sering terjadinya banjir dan genangan air.

 Drainase jalan raya dimensinya ditetapkan hanya berdasarkan perkiraan dan tidak didasarkan standar baku sehingga pada saat hujan air tumpah ke jalan.

 Hampir semua kondisi drainase mikro di Kabupaten Agam masih bergabung dengan hasil buangan rumah tangga.

 Rendahnya kesadaran masyarakat untuk memelihara jaringan drainase yang berada disekitarnya serta kebiasaan masyarakat membuang sampah ke saluran drainase menyebabkan tersumbatnya saluran drainase.

 Ketersediaan Drainase yang ada masih sangat terbatas, sehingga saat curah hujan cukup tinggi pada beberapa wilayah menimbulkan limpasan dan genangan air. Hal ini biasa terjadi di nagari Padang Lua dan Jambu Air Kecamatan Banuhampu, Nagari Salereh Aie Kecamatan Palembayan, Nagari Koto kaciak dan Nagari Koto Gadang Kec.Tanjung Raya, Nagari Gadut dan Koto Tangah di Kecamatan Tilatang Kamang Nagari Pasie Laweh di Kecamatan Palupuh serta Nagari Padang Tarok di Kecamatan Baso.

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan usulan program tersebut memperhatikan kebutuhan RPP berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi. Usulan program yang diajukan sesuai dengan hasil analisis dan identifikasi yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga diperhatikan keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Usulan program harus dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non- fisik antar kegiatan dan pendanaannya.

Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket proyek/program. Program yang dicakup dalam Pengelolaan Air Limbah meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini:

1. Pembangunan pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT);

2. Pembangunan sistem perpipaan air limbah sederhana komunitas berbasis masyarakat (khusus bagi kawasan kumuh dan padat);

3. Pembangunan pengelolaan air limbah sistem terpusat (IPAL); 4. Operasi dan pemeliharaan;

5. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah;

6. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan pemeliharaan sarana yang telah dibangun.

7. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.

Program yang dicakup dalam Pengelolaan Persampahan meliputi kegiatan berikut ini: 1. Pembangunan prasarana dan sarana TPA sampah;

2. Pembangunan prasarana dan sarana TPST 3R; 3. Operasi dan pemeliharaan;

4. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan persampahan; 5. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan 3R;

6. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.

Program yang dicakup dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini:

1. Pelaksanaan rehabilitasi saluran yang ada; 2. Pembangunan saluran yang baru;

3. Operasi dan pemeliharaan;

4. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan drainase;

5. Penyuluhan dan pengelolaan dan pemeliharaan bangunan drainase bagi Pemerintahan Kabupaten/Kota dan masyarakat;

6. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.

Pembiayaan Proyek Pengembangan Sanitasi

Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing- masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan masyarakat. Jika ada indikasi program pengelolaan sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) yang melibatkan swasta perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya. Untuk program yang memerlukan analisis kelayakan keuangan, hasil analisis harus dilampirkan dan merupakan bagian dari kajian pembiayaan dan

keuangan. Pembiayaan kegiatan pengelolaan sanitasi sebagaimana diusulkan dapat berasal dari dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, bantuan proyek khusus (menurut pengembangan kawasan). Macam bantuan disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya. Lihat pada Tabel 6.37.

Tabel 7.37

Usulan Program dan Kegiatan Penyehatan Lingkungan Permukiman

No Sektor/ Program Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan

Sumber Pembiayaan (Rp) Tahun APBN D A K A P B D P ro v A P B D K ab /K o ta B U M D K P S / S w as ta M as ya ra ka t C S R I II II I I V V R u p ia h M u rn i P H L N 20 15 20 16 20 17 20 18 20 19

B Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)

1 Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Lubuk Basung PKL Lubuk Basung 1 Kawasa n 2 Pembangunan drainase kawasan perkotaan dan permukiman penduduk. PKL Lubuk Basung 1 Paket 3 Pengendalian Banjir di Batang Antokan di Garagahan dan Manggopoh. PKL Lubuk Basung 1 Paket 4 Peningkatan pengelolaan sampah dan penyediaan TPST yang ramah

lingkungan PKL Lubuk Basung 1 Paket

5 Pembangunan drainase kawasan perkotaan dan permukiman penduduk. PKLp Baso 1 Paket 6 Pembangunan dan perbaikan drainase. PPK Banuhampu 1 Paket 7 Peningkatan pengelolan persampahan. PPK Banuhampu 1 Paket 8 Pembangunan drainase kawasan perkotaan dan permukiman penduduk. PPK Maninjau 1 Paket 9 Pembangunan drainase kawasan perkotaan dan permukiman penduduk. PPK Bawan 1 Paket 10 Pembangunan drainase kawasan perkotaan dan permukiman penduduk. PPL Tiku 1 Paket

11 Pembangunan drainase kawasan perkotaan dan permukiman penduduk

PPL Pakan Kamih (Kec. Tilatang Kamang)

1 Paket

12 Pembangunan sarana pengendalian banjir

PPL Pakan Kamih (Kec. Tilatang Kamang)

1 Paket

13 Pembangunan sarana pengendalian banjir (Batang Agam)

PPL Kamang Hilir (Kec. Kamang Magek)

1 Paket

14 Pengendalian pembangunan pemukiman di daerah penyangga, resapan air dan daerah rawan longsor/gerakan tanah

DAERAH RAWAN BENCANA LONGSOR/GERA KAN TANAH

No Sektor/ Program Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan

Sumber Pembiayaan (Rp) Tahun APBN D A K A P B D P ro v A P B D K ab /K o ta B U M D K P S / S w as ta M as ya ra ka t C S R I II II I I V V R u p ia h M u rn i P H L N 20 15 20 16 20 17 20 18 20 19

B Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)

15 Delineasi kawasan banjir eksisting dan potensi meluasnya kawasan rawan banjir

DAERAH Rawan

Bencana Banjir 1 Paket

16

Identifikasi faktor penyebab bahaya banjir, seperti kerusakan kawasan tangkapan air pada hulu sungai, kerusakan DAS, kawasan rawa, cekungan dan faktor-faktor lainnya

DAERAH Rawan

Bencana Banjir 1 Paket

17 Pembangunan jalur-jalur evakuasi

DAERAH Rawan Letusan Gunung Api

1 Paket

18 Identifikasi pemukiman penduduk yang berada pada zona-zona kerusakan akibat gempa bumi;

Dokumen terkait