• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah S.W.T dan kerendahan hati, skripsi ini

kupersembahkan kepada:

Ayahku Saring Alamsyah dan Ibuku Watiyem yang telah memberikan doa,

semangat, cinta dan kasih sayang tiada batas serta perjuangan ayah dan ibu

bekerja demi biaya pendidikanku hingga aku bisa menyelesaikan studi

sarjanaku.

Kakakku Lusi Purwanti, adikku Prabella Teovany dan kakak iparku Bambang

Sapto Saputro serta saudara-saudaraku yang selalu berbagi kasih sayang dan

semangat disetiap langkahku.

Sahabat dan teman-teman seperjuangan di program studi S1 PGSD Universitas

Lampung yang selalu memberikan motivasi dan semangat!

(2)

SANWACANA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share (TPS) pada siswa kelas IV SD negeri 4 metro utara tahun pelajaran 2012/2013” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peneliti hingga terselesaikannya skripsi ini.

(3)

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S1 PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP S1 PGSD Metro yang telah memberi kemudahan dan arahan kepada peneliti hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing kedua atas

kesediannya untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini. 8. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd., selaku Dosen Pembahas atas kesediaannya

untuk membahas, memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam proses penyempurnaan skripsi ini.

9. Ibu Dra. Sulistiasih, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan membantu dalam penyelesaian tugas yang ada di dalam kampus.

10. Bapak dan Ibu dosen serta staf S1 PGSD Universitas Lampung yang turut andil dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

(4)

12. Ibu Yulmaiyer, S.Pd, selaku guru pamong dan teman kolaborasi dalam melaksanakan penelitian ini yang telah banyak membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

13. Seluruh guru, staf administrasi, dan seluruh karyawan di SD Negeri 4 Metro Utara yang yang telah memberikan kemudahan dan motivasi yang membangun kepada peneliti.

14. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara yang menjadi subjek dalam penelitian ini.

15. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, Ibunda Watiyem dan Ayahanda Saring Alamsyah, Kakakku Lusi Purwanti, beserta keluarga besar tercinta yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materil, doa, serta kasih sayang demi keberhasilan studi peneliti.

16. Sahabat-sahabat terdekat peneliti: Yulia, Desi, Eka Suryani, Anggun, Anissa, Agil, Puji. terimakasih atas semangat dan doa kalian.

17. Rekan-rekan S1 PGSD angkatan 2008, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah berjuang bersama demi masa depan yang cerah dan terimakasih atas kebersamaan serta dukungan yang diberikan selama ini. 18. Seluruh dosen, staf administrasi dan karyawan FKIP Unila, seluruh

teman-teman PGSD, kakak-kakak, adik-adik angkatan, 2006, 2007, 2009, 2010, 2011 terimakasih atas kerja samanya.

(5)

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini kurang dari kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan dan perkembangan mutu pendidikan khususnya pendidikan dasar ke SD-an. Semoga Allah SWT melimpahkan balasan atas kebaikan dan perhatian yang diberikan kepada peneliti, serta semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Amin.

Metro, Maret 2013 Peneliti

(6)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

SUSTI ANGGRA ENI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Skripsi

Oleh

SUSTI ANGGRA ENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(8)
(9)
(10)

xiii 2.1 model pembelajaran cooperative learning tipe think pair share 8 2.1.1 Model Pembelajaran ... 8

2.1.2 Pengertian cooperative learning ... 9

2.1.3 Jenis-jenis cooperative learning ... 10

2.1.4 Pengertian Cooperative Learning Tipe TPS ... 12

2.1.5 Kelebihan kekurangan Cooperative Learning tipe TPS 14

2.1.6 Langkah-langkah Cooperative Learning Tipe TPS ... 15

(11)

xiv

3.7 Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 29

3.8 Indikator Keberhasilan ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……….. ……… 39

4.1.1 Gambaran Umum SD Negeri 04 Metro Utara ... 39

4.1.2 Deskripsi Awal ... 40

4.1.3 Refleksi Awal ... 41

4.2.4 Persiapan Pembelajaran ... 42

4.1.5 Hasil penelitian Siklus I ... 43

4.1.6 Hasil penelitian Siklus II ... 59

4.1.7 Hasil penelitian Siklus III... 74

4.2 Pembahasan ... 87

4.2.1 Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 87

4.2.2 Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 90

4.2.3 Hasil Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran ... 98

(12)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. langkah-langkah model Think Pair Share ... 16

2. Taraf keaktifan siswa dalam % ... 26

3. Taraf keberhasilan kinerja guru ... 26

4. Taraf keberhasilan belajar siswa dalam % ... 27

5. Aktivitas belajar siswa pada Siklus I ... 47

6. Kinerja guru siklus I ... 48

7. Hasil belajar siswa siklus I ... 52

8. Aktivitas belajar siswa siklus II ... 63

9. Kinerja guru siklus II ... 65

10. Hasil belajar siswa siklus II... 68

11. Aktivitas belajar siswa siklus III ... 78

12. Kinerja guru siklus III ... 80

13. Hasil belajar siswa siklus III ... 83

14. Rekapitulasi persentase aktivitas siswa siklus I, II, III ... 87

15. Rekapitulasi persentase kinerja guru siklus I, II, III ... 90

16. Rekapitulasi ketuntasan nilai belajar siswa per-siklus ... 92

(13)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prosedur penelitian tindakan kelas... 28 2. Grafik rekapitulasi persentase aktivitas belajar siswasiklus I, II, III... 87 3. Grafik rekapitulasi persentase kinerja guru siklus I, II, III... 90 4. Grafik rekapitulasi persentase ketuntasan hasil belajar siswa

(14)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan Penelitian ... 101

2. Surat pendahuluan dari fakultas ... 102

3. Surat izin dari fakultas ... 103

4. Surat Keterangan dari SD... 104

5. Surat Peryataan teman sejawat ... 105

6. Surat Izin penelitian dari SD ... 106

7. Pemetaan SK/KD ... 107

8. Silabus Pembelajaran ... 116

9. Rencana Perbaikan Pembelajaran sikuls I, II, dan III ... 119

10. Nilai hasil belajar siswa tertinggi dan terendah sikuls I, II dan III ... 145

11. Aktivitas siswa per siklus I, II, dan III ... 151

12. Instrument penilaian kinerja guru sikuls I,II dan III ... 159

13. Hasil belajar siswa per-siklus ... 172

14. Perhitungan Uji t-tes ... 173

15. Daftar Tabel distribusi ... 175

16. Dokumentasi foto pelaksanaan pembelajaran ... 176

(15)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

SUSTI ANGGRA ENI

Latar belakang penelitian ini adalah masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa yakni 17 siswa dari 29 siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar berdasarkan KKM 60 pada mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan model cooperative learning tipe think pair share.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan daur yang setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data kegiatan dikumpulkan melalui observasi dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning tipe think pair share pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN 4 Metro Utara dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu persentase rata-rata aktivitas belajar siswa siklus I (38,18%), siklus II (59,78%), dan siklus III (84,69%). Sedangkan untuk ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I terdapat 10 siswa (34,48%) mencapai ketuntasan belajar, pada siklus II terdapat 18 siswa (62,06%) dan untuk siklus III meningkat menjadi 26 siswa (89,65%). Jika dihitung menggunakan uji t-tes berdasarkan taraf kepercayaan 5% (dk):n-1 dan n=29 ditemukan sebesar 2,048 didapatkan hasil pada siklus I dan II t hitung 4,45>t tabel 2,048 dan uji t-tes siklus II dan III didapatkan t hitung 6> t tabel 2,048 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima,

Dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima serta adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada penelitian telah mencapai ketuntasan 75% dari jumlah 29 siswa dengan KKM 60.

(16)

MOTTO

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

diantaramu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajat".

(QS. Al Mujadalah : 11)

“Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu

maka Allah akan memudahkan baginya

jalan menuju syurga”.

(Pepatah Arab)

“Janganlah kamu merasa rendah diri atau susah hati karena sebenarnya kamu

adalah orang-orang yang paling unggul, kalau kamu benar-benar beriman”

(17)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Nama Mahasiswa : SUSTI ANGGRA ENI

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813053059

Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan (KIP)

MENYETUJUI,

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Muncarno, M. Pd. Drs. Mugiadi, M. Pd. NIP 19581213198503 1 003 NIP 19520511197207 1 001

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(18)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Muncarno, M.Pd.

Sekretaris : Drs. Mugiadi, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd.

2. Dekan FKIP

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP 1960031511985031003

(19)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama mahasiswa : SUSTI ANGGRA ENI

NPM : 0813053059

Program studi : S-1 PGSD

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “ peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share (TPS) pada siswa kelas IV SD negeri 4 metro utara tahun pelajaran 2012/2013”adalah asli hasil penelitian saya dan tidak plagiat, kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dan apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.

Metro, Maret 2013 Yang membuat pernyataan,

Susti Anggra Eni

(20)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Sritejokencono, Kotagajah Lampung Tengah pada tanggal 27 Mei 1991,

sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Saring Alamsyah dan Ibu Watiyem.

Peneliti menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Sritejokencono, Lampung Tengah

yang diselesaikan pada tahun 2002. Peneliti melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 1

Kotagajah Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas

(SMA) di SMA Negeri 1 Pekalongan Lampung Timur yang diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi S-1 PGSD

(21)

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam membentuk watak kepribadian siswa maka pendidikan sangatlah

dibutuhkan supaya siswa mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan

lingkungannya serta akan menimbulkan perubahan pada dirinya yang

memungkinkan, sehingga berfungsi sesuai kompetensinya dalam kehidupan

masyarakat

Pendidikan Nasional adalah Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD

Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman

(Syarifudin dan Nur’aini, 2006: 188).

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3

tentang sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

(22)

3

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Sisdiknas, 2011: 7).

Menurut Dewantara (dalam Ihsan, 2008: 5) pendidikan berarti daya upaya

untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran

(intelek), dan tubuh anak. Pikiran anak dapat dikembangkan melalui proses

pendidikan di lembaga sekolah salah satunya pendidikan Matematika.

Suwangsih (2006: 25) menyebutkan dalam pembelajaran matematika

hendaknya disesuaikan dengan kompetensi siswa. Materi pembelajaran

matematika diajarkan secara bertahap yaitu mulai dari konsep-konsep yang

sederhana, menuju konsep-konsep yang lebih sulit, selain itu pembelajaran

matematika dimulai dari yang kongkrit, ke semi kongkrit dan akhirnya kepada

yang abstrak.

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran matematika di sekolah dasar, seorang

guru dituntut untuk memiliki kemampuan merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran matematika secara tepat. Untuk itu, seorang guru harus memiliki

pemahaman berkaitan dengan pendekatan dengan melakukan suatu inovasi

yang menyangkut tugasnya sebagai pendidik yang berkaitan dengan tugas

mengajar siswa. Inovasi-inovasi yang dilakukan guru dalam tugasnya sebagai

(23)

4

bahwa guru juga memberi pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Oleh

karena itu perubahan-perubahan berkaitan dengan tugas mengajar guru harus

selalu ditingkatkan. Salah satu cara yang dapat ditempuh berkaitan dengan

inovasi tugas mengajar guru adalah guru hendaknya mempunyai kemampuan

dalam mengembangkan metode mengajarnya.

Metode mengajar diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang dipakai oleh

guru dalam menyajikan bahan ajar kepada siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Khususnya dalam hal ini adalah metode untuk menunjang proses

pembelajaran matematika. Salah satu metode mengajar yang bervariatif untuk

mengatasi permasalahan dan mampu menciptakan suasana belajar yang aktif

dan tidak membosankan adalah model pembelajaran kooperatif tipe (TPS). TPS

merupakan salah satu model pembelajaran berkelompok yang melibatkan 2

orang siswa untuk saling berpasangan bertukar pikiran untuk memecahkan

masalah dan saling berbagi jawaban. Model pembelajaran kooperatif tipe (TPS)

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, menjawab, merespon

dan membantu satu sama lain

Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan penulis pada SD

Negeri 4 Metro Utara didapatkan nilai ulangan akhir semester terlihat nilai

rata-rata hasil belajar siswa yaitu 55, yakni masih terdapat 17 siswa dari 29

(24)

5

KKM. Dengan demikian hasil belajar yang diperoleh belum mencapai standar

KKM yang telah ditetapkan yaitu 60.

Banyak faktor yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung seperti siswa

yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru, masih banyak siswa yang

mengobrol, dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga

aktivitas dan hasil belajar siswa rendah. Kurangnya metode yang bervariasi

yang dilakukan oleh guru membuat aktivitas dan prestasi belajar siswa

menurun

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 13 Juli 2012 di SD 4 Metro Utara, maka timbul keinginan peneliti

untuk melakukan perbaikan pembelajaran dalam penelitian dengan judul

“Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan

Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas

IV SD Negeri 4 Metro UtaraTahun Pelajaran 2012/2013”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai

berikut:

1.2.1 Rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika kelas IV

(25)

6

1.2.2 Rendahnya hasil belajar matematika yaitu hanya 12 siswa (42%) dari 29

siswa yang mencapai KKM yakni 60.

1.2.3 Kurangnya metode yang bervariasi dalam pembelajaran metematika yang

dilakukan oleh guru.

1.2.4 Banyaknya siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru pada proses

pembelajaran.

1.2.5 Banyaknya siswa yang kurang aktif mengikuti proses pembelajaran

1.3 Batasan dan Pemecahan Masalah

Dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah dan alternatif

pemecahannya, agar penelitian dapat terarah dan terfokus.

Batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut: “aktivitas dan hasil belajar

siswa yang rendah pada pembelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri 4

Metro Utara Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Untuk alternatif pemecahan masalahnya ialah dilakukannya Perbaikan

pembelajaran dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dalam

pembelajaran dengan menggunakan model TPS agar aktivitas dan hasil belajar

siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat

meningkat.

(26)

7

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1.4.1 Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa melalui model TPS

pada pembelajaran matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara

Tahun Pelajaran 2012/2013?

1.4.2 Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa melalui model TPS pada

pembelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Tahun

Pelajaran 2012/2013?

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan mendiskripsikan:

1.5.1 Meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model TPS dalam

pembelajaran matematika siswa kelas IV SD negeri 4 Metro Utara

Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.5.2 Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model TPS dalam pembelajaran

matematika siswa kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Tahun Pelajaran

2012/2013.

(27)

8

Manfaat dari penelitian tentang model cooperative learning tipe TPS untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika

kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah sebagai

berikut:

1.6.1 Bagi siswa; Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran matematika menggunakan model TPS sehingga dapat

mencapai KKM pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4

Metro Utara.

1.6.2 Bagi guru; Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran di kelasnya, serta dapat menambah pengetahuan yang

berguna dalam pembelajaran melalui penerapan model TPS sehingga

pembelajaran matematika lebih bervariasi.

1.6.3 Bagi sekolah; Dengan penerapan model TPS pada pembelajaran

matematika memberikan sumbangan yang berguna kepada sekolah dalam

upaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

1.6.4 Bagi peneliti; Sebagai bahan masukan peneliti untuk menerapkan ilmu

yang telah diperoleh selama belajar di bangku perkuliahan juga sebagai

bekal bagi peneliti kelak ketika menjadi guru supaya memperhatikan

(28)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Share

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Hanafiah dan Sujana (2009: 41) model pembelajaran

merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan

perilaku peserta didik secara adaptif maupun generative. Model

pembelajaran sangat erat sekali kaitanya dengan gaya belajar peserta

didik (learning stye) dan gaya mengajar guru (teaching style), yang

keduanya disingkat menjadi solat (style of learning and teaching).

Menurut Joice dan Weil (dalam Isjoni, 2007: 50) model pembelajaran

adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian

rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi

pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya.

Model pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk

menjelaskan suatu pendekatan rencana pengajaran yang mengacu

kepada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan,

tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Untuk itu model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat

melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil

(29)

10

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan

bahwa model pembelajaran adalah suatu gaya mengajar guru untuk

melaksanakan pembelajaran secara efektif untuk meningkatkan hasil

pembelajaran.

2.1.2 Pengertian Cooperative Learning

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu

satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Cooperative

learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang

secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah

dalam belajar (Slavin dalam Isjoni 2007: 15).

Menurut Solihatin dan Raharjo (2007: 4) cooperative learning

mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama

dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja

sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau

lebih di mana keberhasilan kerja sama sangat dipengaruhi oleh

keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Sedangkan Lie (dalam Isjoni, 2007: 16) Cooperative learning

(30)

11

yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama

dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekadar

belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran

cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian

kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model

cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik

mengelola kelas dengan lebih efektif (Lie, 2004: 29).

Sedangkan menurut Slavin (2009: 4) cooperative learning merujuk

pada berbagai macam metode pembelajaran di mana para peserta didik

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu

sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model cooperative learning tidak hanya sekadar belajar

dalam kelompok melainkan belajar memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk saling bekerja sama dengan siswa lain dalam

tugas-tugas yang diberikan.

2.1.3 Jenis – Jenis Cooperative Learning

Ada beberapa macam model pembelajaran cooperative learning

menurut Suprijono (2010: 89-133) diantaranya :

(31)

12

Pembelajaran cooperative ini pertama kali dikembangkan oleh

Aronson dkk. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dalam tipe ini

setiap siswa diberi tugas mempelajarai salah satu bagian materi

tersebut, semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar

bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli, dalam

kelompok ahli mendiskusikan bagian materi yang yang sama serta

menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika

kembali ke kelompok asal.

2. Group Investigation

Dalam group investigation para murid bekerja melalui enam tahap di

antaranya; (1) mengidentifikasikan topic dan mengatur muris kedalam

kelompok, (2) merncanakan tugas yang ingin dipelajari, (3)

melaksanakan investigasi, (4) menyiapkan laporan akhir, (5)

mempresentasikan laporan akhir, (6) evaluasi.

3. Two Stay Two Stray

Model pembelajaran two stay two stray/ dua tinggal dua tamu

merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada

kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok

lainnya.

(32)

13

yaitu seperti namanya “Thinking”. Pembelajaran ini diawali dengan

guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk

dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada

peserta didik memikirkan jawabannya. Selanjutnya “Pairing”, pada

tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri

kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi.

Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang

telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya. Hasil

diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan

dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”.

Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong

pada pengonstruksian pengetahuan secara intregratif. Peserta didik

dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinnya.

2.1.4 Pengertian Cooperative Learning Tipe Think Pair Share

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)

merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu

mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu

diselenggarakan dalam setting kelompok secara keseluruhan.

Trianto (2010: 81) menyebutkan bahwa model pembelajaran Think

Pair Share merupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang

(33)

14

kesempatan untuk berfikir terlebih dahulu kemudian berdiskusi

dengan temannya

.

Ada beberapa jenis-jenis Cooperative yang dikemukakan oleh Suprijono (2011: 91) salah satunya Think Pair Share yaitu seperti

namanya “Thinking”. Pembelajaran ini diawali dengan guru

mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik memikirkan jawabannya. Selanjutnya “Pairing”, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara intregratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinnya.

Karakteristik model TPS siswa dibimbing secara mandiri,

berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan.

Model ini selain diharapkan dapat menjembatani dan mengarahkan

proses pembelajaran juga mempunyai dampak lain yang sangat

bermanfaat bagi siswa. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari

model ini adalah siswa dapat berkomunikasi secara langsung oleh

individu lain yang dapat saling memberi informasi dan bertukar

pikiran serta mampu berlatih untuk mempertahankan pendapatnya jika

pendapat itu layak untuk dipertahankan (Ramawati dalam

(34)

15

Dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning tipe TPS ialah

model pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk

berfikir terlebih dahulu kemudian berdiskusi dengan temannya

2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative

Learning Tipe Think Pair Share

Berikut kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share menurut Lie (2004: 57):

a. Kelebihan model kooperatif tipe TPS 1. Meningkatkan kemandirian siswa.

2. Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan

pemikiran karena merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya.

3. Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat.

4. Melatih kecepatan berpikir siswa.

b. Kelemahan model kooperatif tipe TPS

1. Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik.

2. lebih sedikit ide yang masuk.

3. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.

Kelemahan lainnya ialah apabila terdapat jumlah siswa yang ganjil

sehingga berdampak pada pembentukan kelompok, maka guru akan

menggabungkan siswa yang sediri dengan siswa yang memiliki

pengetahuan yang kurang (http//kristian.ps.com).

Berdasarkan kelebihan model kooperatif tipe TPS peneliti

menyimpulkan bahwa model kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan

kemandirian dan melatih siswa untuk berpikir cepat dalam

(35)

16

2.1.6 Langkah-langkah Pembelajaran Model Think Pair Share (TPS).

Menurut Trianto (2010: 133) langkah-langkah pembelajaran model

Think Pair Share (TPS) sebagai berikut :

Langkah 1. Think (berpikir)

Guru mengajukan suatu pertanyaan yang dikaitkan dengan pelajaran,

dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk

berpikir sendiri jawaban atau masalah yang diajukan dengan

pemberian lembar kerja siswa.

Langkah 2. Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dan berdiskusi dengan teman

sebangkunya untuk menyatukan jawaban yang sudah diperoleh. Guru

memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Langkah 3. Share (berbagi)

Langkah terakhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi

dengan keseluruhan yang telah dibicarakan. Hal ini efektif untuk

berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan

sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk

melaporkan.

Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Model Think Pair Share

(36)

17 2) Menjelaskan tujuan diskusi. Tahap 2 mengarahkan

diskusi 1) Mengajukan pertanyaan awal/ permasalahan.

2) Modeling. Tahap 3. menyelenggarakan

diskusi 1) Membimbing/mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri (think).

4) Menerapkan waktu tuggu.

5) Membimbing kegiatan siswa.

Tahap 4 mengakhiri diskusi Menutup diskusi.

Tahap 5 melakukan tanya jawab singkat tentang proses diskusi

Membantu siswa membuat rangkuman diskusi dengan tanya jawab singkat.

2.2 Pengertian Aktivitas

Menurut Hamalik (2001: 28) aktivitas adalah suatu proses perubahan tingkah

laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku

tersebut yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,

emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti.

Sedangkan Sardiman (2011: 100) menyebutkan bahwa aktivitas adalah

kegiatan interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang melibatkan

fisik dan pikiran. Sedangkan Rosseau dalam Sardiman (2011: 100) aktivitas

(37)

18

pengalaman sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri

yang melibatkan kerja pikiran serta fisik.

Aktivitas adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan

belajar. Bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan

sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani

maupun teknis. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi

(Poerwadarminta dalam http://id.shvoong.com/).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 23) aktivitas adalah keaktifan,

kegiatan. Sedangkan Abdurrahman (dalam Azwar, 2006: 34) menyatakan

bahwa aktivitas adalah seluruh kegiatan siswa baik kegiatan jasmani maupun

kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar.

Hanafiah (2009: 23) menyatakan bahwa Aktivitas belajar yang dimaksud

haruslah melibatkan seluruh aspek psikologis peserta didik, baik jasmani

maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilaku dapat secara cepat,

tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif,

maupun psikomotor.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah kegiatan yang

dilakukan dalam proses pembelajaran mulai dari kegiatan fisik sampai psikis

yang dapat menunjang proses belajar siswa sebagai objek dalam penelitian ini.

2.3 Pengertian Belajar

Belajar merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh subjek didik (siswa,

(38)

19

perkembangannya (Syarifudin, 2006: 90). Sedangkan Menurut Mursell (2008:

22) belajar adalah suatu usaha mencari dan memahami pengertian, makna,

pemahaman. Bila usaha itu gagal maka dapat dikatakan pembelajarannya juga

gagal.

Budiningsih (2004: 20) Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan

tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi stimulus dan respon. Dengan kata

lain belajar merupakan suatu bentuk perubahan dengan cara yang baru sebagai

hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah dianggap telah

belajar sesuatu jika ia dapat menunjukan perubahan tingkah lakunya.

Sedangkan menurut Skinner (dalam Dimyati dan Mujiono, 2009: 9) belajar

adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih

baik dan sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.

Writtig dalam bukunya”pshychology of learning” (dalam Syah, 2007: 90)

mendefinisikan belajar sebagai; any relatively permanent change in an

organism’s behavioral reptoire that occurs as a result of experience. Belajar

adalah perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam

atau keseluruhan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Pendapat tersebut

sejalan dengan Hanafiah dan Suhana (2009: 25) yang menyatakan bahwa:

experience is the best teacher, Pengalaman merupakan guru yang paling baik.

Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan, bahwa belajar adalah

(39)

20

dan respon yang dijadikan sebagai pengalaman dalam interaksi dengan

lingkungan.

2.4 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses dengan menggunakan alat

pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, bentuk tes

tertulis, tes lisan maupun perbuatan Sudjana (dalam Kunandar, 2010: 276).

Menurut Abdurrahman (2003: 37) mengatakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan

Hamalik (2001: 183) mengemukakan bahwa perbedaan hasil belajar

dikalangan para siswa disebabkan oleh berbagai alternative faktor-faktor,

antara lain faktor kematangan akibat dari kemajuan umur kronologis, latar

belakang pribadi masing-masing sikap dan bakat terhadap suatu bidang yang

diberikan.

Dari beberapa pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa

pengertian hasil belajar ialah suatu proses perubahan tingkah laku siswa

setelah melakukan proses pembelajaran.

2.5 Pengertian matematika

Matematika adalah pengetahuan terstruktur yang terorganisasi, sifat-sifat

dalam teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak

terdifinisasikan. Dan matematika itu adalah suatu seni keindahannya terdapat

(40)

21

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah dasar. Kata matematika berasal dari bahasa latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan yunai mathematike yang berarti mempelajari. Perkataaan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berfikir). Jadi berdasarkan asal katanya, maka kata matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dari berfikir (Suwangsih, 2006: 3).

Sedangkan Johnson dan james (dalam Suwangsih, 2006: 4) menyebutkan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Ruseffendi (dalam Herumawan, 2008: 1) mengatakan bahwa matematika

adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara

induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai

dari unsur yang tidak didefinisasikan ke unsur yang didefinisikan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika ialah

pola berfikir yang terstruktur dan terorganisaisi dengan menggunakan istilah

yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat berupa simbol.

2.6 Tujuan Matematika

Dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan disekolah,

pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja

dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan

(kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika

sekolah. Adapun tujuan matematika sekolah, khusus di SD atau Madrasah

(41)

22

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan umum dan khusus yang ada dikurikulum SD/MI, merupakan pelajaran matematika disekolah, jelas memberikan gambaran belajar tidak hanya dibidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang psikomotor dan efektif. Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berfikir yang bersandar pada hakikat matematika, ini berarti hakikat matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran matematika. Oleh karena nya hasil-hasil pembelajaran menampakkan kemampuan berfikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan menggunakan matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh (Aisyah, dkk., 2007: 1.4).

Berdasarkan kajian pustaka di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa

tujuan matematika adalah memahami konsep matematika, menggunakan

penalaran pada pola dan sifat, dan matematika jelas memberikan gambaran

belajar tidak hanya dibidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang

psikomotor dan efektif. Tujuan mempelajari matematika juga dapat

digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam kehidupan

(42)

23

2.7 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran

Matematika menggunakan model Cooperative Learning Tipe Think Pair

Share dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 4 Metro Utara tahun pelajaran

(43)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi

kelas atau lazim dikenal dengan Classroom ActionResearch, (CAR).Kemiss,

McNiff (dalam Wiriaatmadja, 2007: 115) Penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui

refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,

sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani, dkk., 2007: 1.4).

Setiap siklus yang ada dalam penelitian ini terdiri dari empat kegiatan pokok

yang dirangkai menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan

(act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Penelitian ini dipilih dan

berkolaborasi dengan guru matematika kelas IV SDN 4 Metro Utara. Tujuan

dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

melalui penggunaan model cooperative learning tipe TPS.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 4 Metro

Utara, Jalan Dr. Sutomo, Kelurahan Purwosari Kota Metro. karena di

SD ini merupakan tempat peneliti melakukan kegiatan Program

(44)

25

3.2.2 Subjek Penelitian

PTK ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipan antar peneliti dengan

guru matematika kelas IV SDN 4 Metro Utara. Adapun subjek

penelitiannya adalah siswa dan guru kelas IV SDN 4 Metro Utara

dengan jumlah siswa 29 orang, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 12

siswa perempuan.

3.2.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil pada bulan September

sampai dengan Desember tahun pelajaran 2012/2013. Kegiatan

penelitian dimulai dari tahap persiapan, penyiapan perangkat

pembelajaran sampai tahap pelaksanaan dan pelaporan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilaksanakan selama pelaksanan tindakan.

3.3.1 Tes dilakukan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai

siswa, guna mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya

model TPS untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3.3.2 Non tes dilakukan dengan mengobservasi aktivitas siswa dan kinerja

guru dalam proses pembelajaran melalui model TPS.

(45)

26

3.4.1 Tes Formatif, digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar yang

telah dilakukan khususnya dalam pembelajaran matematika dengan

menggunakan model TPS.

3.4.2 Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang dan digunakan

untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model TPS, aktivitas

siswa dan kinerja guru selama penelitian tindakan kelas berlangsung

dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan model TPS

pembelajaran di kelas akan lebih aktif.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data secara

kualitatif dan kuantitatif.

3.5.1 Data kualitatif

Data kualitatif ini digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar

siswa, serta untuk menganalisis kinerja guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Data kualitatif dianalisis dengan statistik

deskriptif untuk menemukan persentase dan nilai rata-rata dengan

rumus sebagai berikut:

a. Rumus analisis aktivitas belajar siswa.

Keterangan :

(46)

27

100 = bilangan tetap

(Diadaptasi dari Poerwanto, 2008: 102).

Tabel 2. Kriteria keaktifan siswa dalam satuan persen %

Nilai Kriteria

(Adaptasi dari Aqib, dkk, 2009: 41).

b. Rumus analisis kinerja guru selama proses pembelajaran

Skor akhir = Jumlah skor yang diperoleh x 100 % Jumlah skor maksimal

Tabel 3. Taraf keberhasilan kinerja guru sebagai berikut

Rentang Skor Kualifikasi

80,01 % - 100 % Sangat baik

60,01 % - 80 % Baik

40,01 % - 60,00 % Cukup baik 21,01 % - 40,00 % Kurang baik

(Triyana, Arifah Nur dalam http://www.scribd.com)

3.5.2 Data kuantitatif

Digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam

hubungannya dengan materi yang telah diajarkan oleh guru. Data

kuantitatif diperoleh dari hasil belajar yang dikerjakan siswa dalam

siklus I. II. III dan siklus berikutnya.

Data kuantitatif ini didapat dengan menggunakan rumus:

(47)

28

Keterangan:

= nilai rata-rata yang dicari jumlah nilai

n = jumlah aspek yang dinilai (sumber adopsi Muncarno, 2009: 15).

Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal,

digunakan rumus sebagai berikut:

P = x 100 %

(sumber: adopsi Aqib, dkk., 2009: 41).

Tabel 4. kriteria tingkat keberhasilan hasil belajar siswa dalam %. Tingkat Keberhasilan (%) Arti

>80% (Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

3.5.3 Uji hipotesis untuk menentukan peningkatan secara signifikan hasil

post-tes siklus I dengan post-tes siklus II dan post-tes siklus II dengan

post-tes siklus III, menggunakan rumus:

t =

Keterangan:

Md = mean dari perbedaan post-tes siklus II dengan post-tes

(48)

29

Xd = deviasi masing-masing subyek (d - Md)

xd2 = jumlah kuadrat deviasi d.b = ditentukan dengan N-1

Pengambilan keputusan menggunakan angka pembanding t tabel

dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika t hitung > t tabel Ho ditolak; Ha diterima; dan

b. Jika t hitung < t tabel Ho diterima; Ha ditolak.

(sumber: Muncarno, 2008: 26-32)

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). siklus ini tidak hanya

berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tujuan pembelajarannya

dapat tercapai. Daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan

perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action),

mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and

evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai

perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai Hopskins (dalam

Arikunto, 2006: 105).

(49)

30

Gambar 1 : Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Wardhani, dkk (2007: 2.4).

3.7 Urutan Penelitian Tindakan Kelas 3.7.1 Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1. Menetapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan, yaitu ”menentukan kelipatan dan faktor bilangan”.

2. Peneliti bersama guru mengadakan diskusi untuk membuat kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran sesuai dengan materi ajar dan tujuan pembelajaran.

3. Membuat pemetaan yang berisi, standar kompetensi (SK) dan kompetensi Dasar (KD), Silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kurikulum KTSP.

4. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

5. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan instrumen penilaian kinerja guru selama pembelajaran berlangsung serta LKS.

(50)

31

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses

pembelajaran Matematika dengan menggunakan model

Cooperatitive Learning tipe TPS meliputi beberapa tahap, yaitu:

Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai 2. Guru melakukan apersepsi dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran untuk memancing dan membangkitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

Kegiatan Inti

1. Pada tahap think, Guru memberikan beberapa contoh bentuk kelipatan di depan kelas untuk membangkitkan ingatan siswa tentang materi kelipatan dan faktor bilangan.

2. Siswa membentuk kelompok berpasangan dengan teman sebangkunya (2 orang).

3. Guru memberikan LKS dengan materi yang diajarkan untuk dapat didiskusikan dengan teman sebangkunya dengan waktu ±20 menit (pair).

4. Pada tahap share, guru meminta perwakilan kelompok untuk maju membacakan hasil diskusi dan meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan.

5. Pada pertemuan kedua siswa diberikan soal Post Test dengan waktu ± 15 menit untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran yang sudah diajarkan.

Kegiatan Penutup

(51)

32

2. .Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa. 3. Guru melakukan tindak lanjut.

c. Tahap Observasi

Pengamatan selama proses pembelajaran dari kegiatan awal hingga

akhir mengenai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama

proses pembelajaran.dengan menggunakan lembar observasi yang

telah dibuat.. Aspek-aspek yang diamati adalah (1) Situasi kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. (2) Aktivitas

siswa diamati dengan memberikan nilai pada lembar observasi.(3)

Data dari lembar observasi diperoleh dari setiap pertemuan pada

masing-masing siklus yang berupa skor aktivitas setiap siswa.

d. Tahap Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini. Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini dipergunakan sebagai acuan

untuk merencanakan siklus berikutnya.

3.7.2 Siklus II

Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus II. Materi pembelajaran siklus II ini adalah “

(52)

33

a. Tahap Perencanaan

1. Mendata kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I.

2. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan refleksi dari siklus I.

3. Menetapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan, yaitu ” kelipatan dan faktor persekutuan dua bilangan”.

4. Membuat Pemetaan yang berisi standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar ( KD), Silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kurikulum KTSP.

5. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

6. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan instrumen penilaian kinerja guru selama pembelajaran berlangsung serta soal tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

7. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai

2. Guru melakukan apersepsi dengan menyampaikan tujuan pembelajaran untuk memancing dan membangkitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

(53)

34

1. Pada tahap think, guru memberikan contoh soal mengenai persekutuan dua bilangan dan meminta siswa untuk menjawab untuk mengetahui pengetahuan siswa.

2. Siswa membentuk kelompok berpasangan dengan teman sebangkunya (2 orang).

3. Guru memberikan LKS sesuai materi yang diajarkan untuk dapat didiskusikan dengan teman sebangkunya dengan waktu ±20 menit

(pair).

4. Pada tahap share, guru meminta perwakilan kelompok untuk maju membacakan hasil diskusi dan meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan.

5. Pada pertemuan kedua siswa diberikan soal Post Test dengan waktu ± 15 menit untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran yang sudah diajarkan.

K egiatan Akhir

1. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa.

3. Guru melakukan tindak lanjut.

c. Tahap Observasi

Pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar

observasi yang telah dibuat dengan aspek yang diamati meliputi: (1)

(54)

35

(2) Aktivitas siswa diamati dengan memberikan nilai pada lembar

observasi. (3) Data dari lembar observasi diperoleh dari setiap

pertemuan pada masing-masing siklus yang berupa skor aktivitas

setiap siswa.

d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan observasi.

Hasil analisis digunakan untuk mengadakan revisi terhadap

perencanaan yang telah dilaksanakan guna perbaikan kinerja praktisi

dan merevisi perencanaan sehingga pada siklus selanjutnya menjadi

lebih baik lagi.

3.7.3 Siklus III

Apabila penelitian sebelumnya belum menunjukan keberhasilan maka perlu dilanjutkan pada siklus III. Pada akhir siklus II telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang

dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus III. Pada siklus III ini diharapkan hasil pembelajaran akan meningkat lebih baik dari pada hasil siklus II. Materi pembelajarannya adalah “KPK dan FPB”.

Adapun pelaksanaan pada siklus III ini meliputi: a. Tahap Perencanaan

1. Mendata kendala-kendala yang dihadapi dalam proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus II.

2. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus III berdasarkan refleksi dari siklus II.

(55)

36

”KPK dan FPB”.

4. Peneliti bersama guru mengadakan diskusi untuk membuat kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran sesuai dengan materi ajar dan tujuan pembelajaran.

5. Membuat Pemetaan yang berisi SK dan KD, Silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kurikulum KTSP

6. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

7. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan

instrumen penilaian kinerja guru selama pembelajaran berlangsung serta soal tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

8. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

b

. Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai

2. Guru melakukan apersepsi dengan menyampaikan tujuan pembelajaran untuk memancing dan membangkitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

(56)

37

1. Pada tahap think, guru memberikan contoh soal dan meminta siswa untuk menjawab untuk mengetahui pengetahuan awal yang dimiliki siswa mengenai materi.

2. Siswa membentuk kelompok berpasangan dengan teman sebangkunya (2 orang).

3. Guru memberikan LKS sesuai dengan materi yang diajarkan untuk dapat didiskusikan dengan teman sebangkunya dengan waktu ±20 menit (pair).

4. Pada tahap share, guru meminta perwakilan kelompok untuk maju membacakan hasil diskusi dan meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan.

5. Pada pertemuan kedua siswa diberikan soal Post Test dengan waktu ± 15 menit untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran yang sudah diajarkan.

K egiatan Akhir

1. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa.

3. Guru melakukan tindak lanjut.

c. Tahap Observasi

Seperti siklus sebelumnya, Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan

terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar

observasi yang telah dibuat dengan aspek-aspek meliputi: (1) Situasi

(57)

38

Aktivitas siswa diamati dengan memberikan nilai pada lembar

observasi. (3) Data dari lembar observasi diperoleh dari setiap

pertemuan pada masing-masing siklus berupa skor aktivitas setiap

siswa.

d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa. Data hasil pelaksanaan siklus I, II, dan III kemudian dikumpulkan untuk digunakan dalam penyusunan laporan hasil penelitian tindakan kelas. Dari tahap kegiatan pada Siklus I, II,

dan III hasil yang didapat yaitu:

1. Guru memiliki kemampuan dalam menggunakan model pembelajaran TPS dengan optimal sehingga dapat merangsang, membimbing dan mengarahkan siswa ke dalam proses

pembelajaran yang lebih aktif.

2. Terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN 4 Metro Utara

Tahun Pelajaran 2012/2013.

3.8 Indikator Keberhasilan

Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran cooperative learning tipe TPS dapat dikatakan berhasil apabila

1. Adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada setiap siklusnya.

2. Pada akhir penelitian adanya ketuntasan hasil belajar siswa 75% dari

(58)
(59)

98

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas yang

dilakukan terhadap siswa kelas IV pada pembelajaran matematika di SDN

4 Metro Utara dapat disimpulkan:

1. Penggunaan model cooperative learning tipe TPS pada mata pelajaran

matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai

dengan pengamatan observer yang telah dilakukan terhadap siswa mulai

dari siklus I sampai siklus III dan terjadi peningkatan dalam setiap

siklusnya yaitu nilai rata-rata pada siklus I mencapai 38,18%, siklus II

meningkat menjadi 59,78%, siklus III sebesar 84,69%,sedangkan

peningkatan setiap siklusnya dari siklus I ke siklus II meningkat yaitu

5,17 meningkat menjadi 8,7. Selanjutnya dari siklus II ke siklus III

yaitu 8,7 meningkat menjadi 9,57%.

2. Penggunaan model cooperative learning tipe TPS pada mata pelajaran

matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai

dengan nilai hasil belajar yang telah diperoleh siswa dari siklus I

sampai siklus III. Secara berurutan peningkatan hasil belajar siswa tiap

(60)

99

27,59%, siklus II sebesar 31,03%, siklus III sebesar 37,93%. Bila

dilihat dari presentase ketuntasan hasil belajar siswa, dari 29 siswa

pada siklus I presentase ketuntasan belajar siswa sebanyak 10 siswa

(34,48%) pada siklus II meningkat menjadi 18 siswa (62,06%) dan

pada siklus III meningkat menjadi 26 siswa (89,65%). Dengan

demikian penerapan model cooperative learning tipe TPS dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran

matematika siswa kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara. Jika dihitung

menggunakan uji t-tes berdasarkan taraf kepercayaan 5% (dk):n-1 dan

n=29 ditemukan sebesar 2,048 didapatkan hasil pada siklus I dan II t

hitung 4,45>t tabel 2,048 dan uji t-tes siklus II dan III didapatkan t hitung 6>

t tabel 2,048 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima,

5.2 Saran

1. Kepada siswa: dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model TPS

sehingga dapat mencapai KKM pada pembelajaran matematika kelas IV

SD Negeri 4 Metro Utara.

2. Kepada guru: Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran di kelasnya, diharapkan siswa lebih saling bekerja sama,

lebih aktif dan lebih membuat siswa antusias dalam mengikuti proses

pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

(61)

100

3. Kepada sekolah: dengan penerapan model TPS pada pembelajaran

matematika memberikan sumbangan yang berguna kepada sekolah

dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan sekolah, demi

meningkatnya mutu pendidikan di sekolah khususnya dalam model

pembelajaran.

4. Kepada peneliti berikutnya: sebagai bahan masukan peneliti untuk

menerapkan ilmu yang diperoleh sehingga dapat melaksanakan

perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative

learning tipe TPS dengan memperhatikan saran perbaikan yang ada

(62)

100

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Aqib, Zainal. dkk. 2009. Penelitian tindakan kelas. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan kelas. Bumi Aksara. Jakarta

…...2010. Penelitian Tindakan. Aditya Media. Yogyakarta

Azwar Saifudin. 1998. Tes Prestasi Fungsi Pengembangan Pengukuran

Prestasi Belajar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses belajar mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, Nanang dan Cucu, Sahana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Herumawan, 2008. Model pembelajaran matematika di sekolah dasar. PT Remaja Rosdakarya Bandung.

Ihsad, Fuad. 2008. Dasar-dasar kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative learning. Alfabeta. Bandung.

Kunandar. 2010. Penelitian tindakan kelas. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lie, Anita. 2004. Cooperative learning. Grasindo. Jakarta.

Mahmuddin. 2010. Pengertian-TPS (http//mahmuddin-pengertian-TPS-)

diakses 05 Oktober 2012. Pukul 14.00 WIB.

(63)

101

…...2010. Penelitian Tindakan Kelas. FKIP PGSD. Bandar Lampung.

Mursell, J. 2008. Mengajar dengan Sukses. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Ramawati, Novi. 2011. Karakteristik model TPS.

(http://Matematika-IPA.com/-karakteristik-model -TPS) Diakses: Selasa 14 Februari 2012. Pukul 10.00 WIB.

Poerwadarminta. 2003. Pengertian aktivitas belajar. (http://id.shoving.com/- Social-sciences/education/2241185-pengertian-aktivitas-belajar/) Diakses: Senin 13 Februari 2012. Pukul 09.00 WIB.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran.PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo. Bandung.

Sisdiknas. 2011. Undang-undang Sisdiknas. Sinar Grafika. Jakarta.

Slavin, Robert, E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.

Sunyono. 2009. Modul PLPG. Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah.

Bandar Lampung: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

………., 2010. Modul PLPG. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandar

Lampung: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran kooperatif dalam apresiasi prosa fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang.

Suwangsih, Erna. 2006. Model pembelajaran matematika. UPI PRESS.

Bandung.

Syarifudin, Tatang dan Nur’aini. 2006. Landasan Pendidikan. UPI PRESS. Bandung..

Tim Penyusun. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

(64)

102

Wardhani, I.G.A.K, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Wahyuni, Sri. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pustaka Phoenix. Jakarta.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Kelas. PT. Remaja

Gambar

Tabel 2. Kriteria keaktifan siswa dalam satuan persen %
Tabel 4.  kriteria tingkat keberhasilan hasil belajar siswa dalam %.

Referensi

Dokumen terkait

Aset keuangan FVTPL termasuk aset keuangan untuk diperdagangkan dan aset keuangan yang ditetapkan pada saat pengakuan awal sebagai FVTPL disajikan dalam laporan

bertujuan memberikan gambaran khususnya anak dan perempuan.Pembayaran Sejumlah Restitusi dikaitkan dengan Undang-Undang .. Pidana Perdagangan Orang, upaya yang

Dimana program ini sendiri merupakan program yang membantu dalam sistem penjualan serta dapat menghindari terjadinya kesalahan dan oleh pihak yang tidak berwenang dan juga

Berdasarkan dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa infusa akar melati (Jasminum sambac,sp) mempunyai efektivitas sebagai

This study aims to describe about the characteristics of an integrated management of character education through learning at SMP Negeri 3 Salatiga, the characteristics of

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan mengenai pengaruh intensitas komunikasi dalam

Rasio Indeks Kemampuan Rutin pada pemerintahan Kabupaten Bantul masih dalam skala interval antara 0%-20% yaitu sebesar 11,98%, dan ini berarti bahwa PAD mempunyai

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan ethanol sangat sesuai bagi enjin sepeda motor Astrea C 800 dapat dilihat dari indikasi yang diperoleh dimana daya maksimal