PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah S.W.T dan kerendahan hati, skripsi ini
kupersembahkan kepada:
Ayahku Saring Alamsyah dan Ibuku Watiyem yang telah memberikan doa,
semangat, cinta dan kasih sayang tiada batas serta perjuangan ayah dan ibu
bekerja demi biaya pendidikanku hingga aku bisa menyelesaikan studi
sarjanaku.
Kakakku Lusi Purwanti, adikku Prabella Teovany dan kakak iparku Bambang
Sapto Saputro serta saudara-saudaraku yang selalu berbagi kasih sayang dan
semangat disetiap langkahku.
Sahabat dan teman-teman seperjuangan di program studi S1 PGSD Universitas
Lampung yang selalu memberikan motivasi dan semangat!
SANWACANA
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share (TPS) pada siswa kelas IV SD negeri 4 metro utara tahun pelajaran 2012/2013” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peneliti hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S1 PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP S1 PGSD Metro yang telah memberi kemudahan dan arahan kepada peneliti hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing kedua atas
kesediannya untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini. 8. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd., selaku Dosen Pembahas atas kesediaannya
untuk membahas, memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam proses penyempurnaan skripsi ini.
9. Ibu Dra. Sulistiasih, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan membantu dalam penyelesaian tugas yang ada di dalam kampus.
10. Bapak dan Ibu dosen serta staf S1 PGSD Universitas Lampung yang turut andil dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
12. Ibu Yulmaiyer, S.Pd, selaku guru pamong dan teman kolaborasi dalam melaksanakan penelitian ini yang telah banyak membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
13. Seluruh guru, staf administrasi, dan seluruh karyawan di SD Negeri 4 Metro Utara yang yang telah memberikan kemudahan dan motivasi yang membangun kepada peneliti.
14. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara yang menjadi subjek dalam penelitian ini.
15. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, Ibunda Watiyem dan Ayahanda Saring Alamsyah, Kakakku Lusi Purwanti, beserta keluarga besar tercinta yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materil, doa, serta kasih sayang demi keberhasilan studi peneliti.
16. Sahabat-sahabat terdekat peneliti: Yulia, Desi, Eka Suryani, Anggun, Anissa, Agil, Puji. terimakasih atas semangat dan doa kalian.
17. Rekan-rekan S1 PGSD angkatan 2008, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah berjuang bersama demi masa depan yang cerah dan terimakasih atas kebersamaan serta dukungan yang diberikan selama ini. 18. Seluruh dosen, staf administrasi dan karyawan FKIP Unila, seluruh
teman-teman PGSD, kakak-kakak, adik-adik angkatan, 2006, 2007, 2009, 2010, 2011 terimakasih atas kerja samanya.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini kurang dari kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan dan perkembangan mutu pendidikan khususnya pendidikan dasar ke SD-an. Semoga Allah SWT melimpahkan balasan atas kebaikan dan perhatian yang diberikan kepada peneliti, serta semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Amin.
Metro, Maret 2013 Peneliti
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
SUSTI ANGGRA ENI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Skripsi
Oleh
SUSTI ANGGRA ENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
xiii 2.1 model pembelajaran cooperative learning tipe think pair share 8 2.1.1 Model Pembelajaran ... 8
2.1.2 Pengertian cooperative learning ... 9
2.1.3 Jenis-jenis cooperative learning ... 10
2.1.4 Pengertian Cooperative Learning Tipe TPS ... 12
2.1.5 Kelebihan kekurangan Cooperative Learning tipe TPS 14
2.1.6 Langkah-langkah Cooperative Learning Tipe TPS ... 15
xiv
3.7 Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 29
3.8 Indikator Keberhasilan ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……….. ……… 39
4.1.1 Gambaran Umum SD Negeri 04 Metro Utara ... 39
4.1.2 Deskripsi Awal ... 40
4.1.3 Refleksi Awal ... 41
4.2.4 Persiapan Pembelajaran ... 42
4.1.5 Hasil penelitian Siklus I ... 43
4.1.6 Hasil penelitian Siklus II ... 59
4.1.7 Hasil penelitian Siklus III... 74
4.2 Pembahasan ... 87
4.2.1 Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 87
4.2.2 Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 90
4.2.3 Hasil Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 97
5.2 Saran ... 98
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. langkah-langkah model Think Pair Share ... 16
2. Taraf keaktifan siswa dalam % ... 26
3. Taraf keberhasilan kinerja guru ... 26
4. Taraf keberhasilan belajar siswa dalam % ... 27
5. Aktivitas belajar siswa pada Siklus I ... 47
6. Kinerja guru siklus I ... 48
7. Hasil belajar siswa siklus I ... 52
8. Aktivitas belajar siswa siklus II ... 63
9. Kinerja guru siklus II ... 65
10. Hasil belajar siswa siklus II... 68
11. Aktivitas belajar siswa siklus III ... 78
12. Kinerja guru siklus III ... 80
13. Hasil belajar siswa siklus III ... 83
14. Rekapitulasi persentase aktivitas siswa siklus I, II, III ... 87
15. Rekapitulasi persentase kinerja guru siklus I, II, III ... 90
16. Rekapitulasi ketuntasan nilai belajar siswa per-siklus ... 92
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Prosedur penelitian tindakan kelas... 28 2. Grafik rekapitulasi persentase aktivitas belajar siswasiklus I, II, III... 87 3. Grafik rekapitulasi persentase kinerja guru siklus I, II, III... 90 4. Grafik rekapitulasi persentase ketuntasan hasil belajar siswa
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Keterangan Penelitian ... 101
2. Surat pendahuluan dari fakultas ... 102
3. Surat izin dari fakultas ... 103
4. Surat Keterangan dari SD... 104
5. Surat Peryataan teman sejawat ... 105
6. Surat Izin penelitian dari SD ... 106
7. Pemetaan SK/KD ... 107
8. Silabus Pembelajaran ... 116
9. Rencana Perbaikan Pembelajaran sikuls I, II, dan III ... 119
10. Nilai hasil belajar siswa tertinggi dan terendah sikuls I, II dan III ... 145
11. Aktivitas siswa per siklus I, II, dan III ... 151
12. Instrument penilaian kinerja guru sikuls I,II dan III ... 159
13. Hasil belajar siswa per-siklus ... 172
14. Perhitungan Uji t-tes ... 173
15. Daftar Tabel distribusi ... 175
16. Dokumentasi foto pelaksanaan pembelajaran ... 176
ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
SUSTI ANGGRA ENI
Latar belakang penelitian ini adalah masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa yakni 17 siswa dari 29 siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar berdasarkan KKM 60 pada mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan model cooperative learning tipe think pair share.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan daur yang setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data kegiatan dikumpulkan melalui observasi dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning tipe think pair share pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN 4 Metro Utara dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu persentase rata-rata aktivitas belajar siswa siklus I (38,18%), siklus II (59,78%), dan siklus III (84,69%). Sedangkan untuk ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I terdapat 10 siswa (34,48%) mencapai ketuntasan belajar, pada siklus II terdapat 18 siswa (62,06%) dan untuk siklus III meningkat menjadi 26 siswa (89,65%). Jika dihitung menggunakan uji t-tes berdasarkan taraf kepercayaan 5% (dk):n-1 dan n=29 ditemukan sebesar 2,048 didapatkan hasil pada siklus I dan II t hitung 4,45>t tabel 2,048 dan uji t-tes siklus II dan III didapatkan t hitung 6> t tabel 2,048 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima,
Dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima serta adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada penelitian telah mencapai ketuntasan 75% dari jumlah 29 siswa dengan KKM 60.
MOTTO
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat".
(QS. Al Mujadalah : 11)
“Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu
maka Allah akan memudahkan baginya
jalan menuju syurga”.
(Pepatah Arab)
“Janganlah kamu merasa rendah diri atau susah hati karena sebenarnya kamu
adalah orang-orang yang paling unggul, kalau kamu benar-benar beriman”
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Nama Mahasiswa : SUSTI ANGGRA ENI
Nomor Pokok Mahasiswa : 0813053059
Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan (KIP)
MENYETUJUI,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Muncarno, M. Pd. Drs. Mugiadi, M. Pd. NIP 19581213198503 1 003 NIP 19520511197207 1 001
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Muncarno, M.Pd.
Sekretaris : Drs. Mugiadi, M.Pd.
Penguji
Bukan Pembimbing : Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd.
2. Dekan FKIP
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP 1960031511985031003
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama mahasiswa : SUSTI ANGGRA ENI
NPM : 0813053059
Program studi : S-1 PGSD
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “ peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share (TPS) pada siswa kelas IV SD negeri 4 metro utara tahun pelajaran 2012/2013”adalah asli hasil penelitian saya dan tidak plagiat, kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dan apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.
Metro, Maret 2013 Yang membuat pernyataan,
Susti Anggra Eni
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Sritejokencono, Kotagajah Lampung Tengah pada tanggal 27 Mei 1991,
sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Saring Alamsyah dan Ibu Watiyem.
Peneliti menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Sritejokencono, Lampung Tengah
yang diselesaikan pada tahun 2002. Peneliti melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 1
Kotagajah Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) di SMA Negeri 1 Pekalongan Lampung Timur yang diselesaikan pada tahun 2008.
Pada tahun 2008, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi S-1 PGSD
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam membentuk watak kepribadian siswa maka pendidikan sangatlah
dibutuhkan supaya siswa mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkungannya serta akan menimbulkan perubahan pada dirinya yang
memungkinkan, sehingga berfungsi sesuai kompetensinya dalam kehidupan
masyarakat
Pendidikan Nasional adalah Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman
(Syarifudin dan Nur’aini, 2006: 188).
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3
tentang sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
3
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Sisdiknas, 2011: 7).
Menurut Dewantara (dalam Ihsan, 2008: 5) pendidikan berarti daya upaya
untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek), dan tubuh anak. Pikiran anak dapat dikembangkan melalui proses
pendidikan di lembaga sekolah salah satunya pendidikan Matematika.
Suwangsih (2006: 25) menyebutkan dalam pembelajaran matematika
hendaknya disesuaikan dengan kompetensi siswa. Materi pembelajaran
matematika diajarkan secara bertahap yaitu mulai dari konsep-konsep yang
sederhana, menuju konsep-konsep yang lebih sulit, selain itu pembelajaran
matematika dimulai dari yang kongkrit, ke semi kongkrit dan akhirnya kepada
yang abstrak.
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran matematika di sekolah dasar, seorang
guru dituntut untuk memiliki kemampuan merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran matematika secara tepat. Untuk itu, seorang guru harus memiliki
pemahaman berkaitan dengan pendekatan dengan melakukan suatu inovasi
yang menyangkut tugasnya sebagai pendidik yang berkaitan dengan tugas
mengajar siswa. Inovasi-inovasi yang dilakukan guru dalam tugasnya sebagai
4
bahwa guru juga memberi pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Oleh
karena itu perubahan-perubahan berkaitan dengan tugas mengajar guru harus
selalu ditingkatkan. Salah satu cara yang dapat ditempuh berkaitan dengan
inovasi tugas mengajar guru adalah guru hendaknya mempunyai kemampuan
dalam mengembangkan metode mengajarnya.
Metode mengajar diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang dipakai oleh
guru dalam menyajikan bahan ajar kepada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Khususnya dalam hal ini adalah metode untuk menunjang proses
pembelajaran matematika. Salah satu metode mengajar yang bervariatif untuk
mengatasi permasalahan dan mampu menciptakan suasana belajar yang aktif
dan tidak membosankan adalah model pembelajaran kooperatif tipe (TPS). TPS
merupakan salah satu model pembelajaran berkelompok yang melibatkan 2
orang siswa untuk saling berpasangan bertukar pikiran untuk memecahkan
masalah dan saling berbagi jawaban. Model pembelajaran kooperatif tipe (TPS)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, menjawab, merespon
dan membantu satu sama lain
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan penulis pada SD
Negeri 4 Metro Utara didapatkan nilai ulangan akhir semester terlihat nilai
rata-rata hasil belajar siswa yaitu 55, yakni masih terdapat 17 siswa dari 29
5
KKM. Dengan demikian hasil belajar yang diperoleh belum mencapai standar
KKM yang telah ditetapkan yaitu 60.
Banyak faktor yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung seperti siswa
yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru, masih banyak siswa yang
mengobrol, dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga
aktivitas dan hasil belajar siswa rendah. Kurangnya metode yang bervariasi
yang dilakukan oleh guru membuat aktivitas dan prestasi belajar siswa
menurun
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada
tanggal 13 Juli 2012 di SD 4 Metro Utara, maka timbul keinginan peneliti
untuk melakukan perbaikan pembelajaran dalam penelitian dengan judul
“Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan
Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas
IV SD Negeri 4 Metro UtaraTahun Pelajaran 2012/2013”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai
berikut:
1.2.1 Rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika kelas IV
6
1.2.2 Rendahnya hasil belajar matematika yaitu hanya 12 siswa (42%) dari 29
siswa yang mencapai KKM yakni 60.
1.2.3 Kurangnya metode yang bervariasi dalam pembelajaran metematika yang
dilakukan oleh guru.
1.2.4 Banyaknya siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru pada proses
pembelajaran.
1.2.5 Banyaknya siswa yang kurang aktif mengikuti proses pembelajaran
1.3 Batasan dan Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah dan alternatif
pemecahannya, agar penelitian dapat terarah dan terfokus.
Batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut: “aktivitas dan hasil belajar
siswa yang rendah pada pembelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri 4
Metro Utara Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Untuk alternatif pemecahan masalahnya ialah dilakukannya Perbaikan
pembelajaran dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dalam
pembelajaran dengan menggunakan model TPS agar aktivitas dan hasil belajar
siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat
meningkat.
7
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.4.1 Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa melalui model TPS
pada pembelajaran matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara
Tahun Pelajaran 2012/2013?
1.4.2 Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa melalui model TPS pada
pembelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Tahun
Pelajaran 2012/2013?
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mendiskripsikan:
1.5.1 Meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model TPS dalam
pembelajaran matematika siswa kelas IV SD negeri 4 Metro Utara
Tahun Pelajaran 2012/2013.
1.5.2 Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model TPS dalam pembelajaran
matematika siswa kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Tahun Pelajaran
2012/2013.
8
Manfaat dari penelitian tentang model cooperative learning tipe TPS untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah sebagai
berikut:
1.6.1 Bagi siswa; Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika menggunakan model TPS sehingga dapat
mencapai KKM pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 4
Metro Utara.
1.6.2 Bagi guru; Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelasnya, serta dapat menambah pengetahuan yang
berguna dalam pembelajaran melalui penerapan model TPS sehingga
pembelajaran matematika lebih bervariasi.
1.6.3 Bagi sekolah; Dengan penerapan model TPS pada pembelajaran
matematika memberikan sumbangan yang berguna kepada sekolah dalam
upaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
1.6.4 Bagi peneliti; Sebagai bahan masukan peneliti untuk menerapkan ilmu
yang telah diperoleh selama belajar di bangku perkuliahan juga sebagai
bekal bagi peneliti kelak ketika menjadi guru supaya memperhatikan
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Share
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Hanafiah dan Sujana (2009: 41) model pembelajaran
merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan
perilaku peserta didik secara adaptif maupun generative. Model
pembelajaran sangat erat sekali kaitanya dengan gaya belajar peserta
didik (learning stye) dan gaya mengajar guru (teaching style), yang
keduanya disingkat menjadi solat (style of learning and teaching).
Menurut Joice dan Weil (dalam Isjoni, 2007: 50) model pembelajaran
adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian
rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi
pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya.
Model pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk
menjelaskan suatu pendekatan rencana pengajaran yang mengacu
kepada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan,
tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Untuk itu model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat
melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil
10
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah suatu gaya mengajar guru untuk
melaksanakan pembelajaran secara efektif untuk meningkatkan hasil
pembelajaran.
2.1.2 Pengertian Cooperative Learning
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Cooperative
learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang
secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah
dalam belajar (Slavin dalam Isjoni 2007: 15).
Menurut Solihatin dan Raharjo (2007: 4) cooperative learning
mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja
sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau
lebih di mana keberhasilan kerja sama sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Sedangkan Lie (dalam Isjoni, 2007: 16) Cooperative learning
11
yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama
dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekadar
belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran
cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian
kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model
cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik
mengelola kelas dengan lebih efektif (Lie, 2004: 29).
Sedangkan menurut Slavin (2009: 4) cooperative learning merujuk
pada berbagai macam metode pembelajaran di mana para peserta didik
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model cooperative learning tidak hanya sekadar belajar
dalam kelompok melainkan belajar memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk saling bekerja sama dengan siswa lain dalam
tugas-tugas yang diberikan.
2.1.3 Jenis – Jenis Cooperative Learning
Ada beberapa macam model pembelajaran cooperative learning
menurut Suprijono (2010: 89-133) diantaranya :
12
Pembelajaran cooperative ini pertama kali dikembangkan oleh
Aronson dkk. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dalam tipe ini
setiap siswa diberi tugas mempelajarai salah satu bagian materi
tersebut, semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar
bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli, dalam
kelompok ahli mendiskusikan bagian materi yang yang sama serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika
kembali ke kelompok asal.
2. Group Investigation
Dalam group investigation para murid bekerja melalui enam tahap di
antaranya; (1) mengidentifikasikan topic dan mengatur muris kedalam
kelompok, (2) merncanakan tugas yang ingin dipelajari, (3)
melaksanakan investigasi, (4) menyiapkan laporan akhir, (5)
mempresentasikan laporan akhir, (6) evaluasi.
3. Two Stay Two Stray
Model pembelajaran two stay two stray/ dua tinggal dua tamu
merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok
lainnya.
13
yaitu seperti namanya “Thinking”. Pembelajaran ini diawali dengan
guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk
dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada
peserta didik memikirkan jawabannya. Selanjutnya “Pairing”, pada
tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri
kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi.
Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang
telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya. Hasil
diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan
dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”.
Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong
pada pengonstruksian pengetahuan secara intregratif. Peserta didik
dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinnya.
2.1.4 Pengertian Cooperative Learning Tipe Think Pair Share
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu
mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu
diselenggarakan dalam setting kelompok secara keseluruhan.
Trianto (2010: 81) menyebutkan bahwa model pembelajaran Think
Pair Share merupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang
14
kesempatan untuk berfikir terlebih dahulu kemudian berdiskusi
dengan temannya
.
Ada beberapa jenis-jenis Cooperative yang dikemukakan oleh Suprijono (2011: 91) salah satunya Think Pair Share yaitu seperti
namanya “Thinking”. Pembelajaran ini diawali dengan guru
mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik memikirkan jawabannya. Selanjutnya “Pairing”, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara intregratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinnya.
Karakteristik model TPS siswa dibimbing secara mandiri,
berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan.
Model ini selain diharapkan dapat menjembatani dan mengarahkan
proses pembelajaran juga mempunyai dampak lain yang sangat
bermanfaat bagi siswa. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari
model ini adalah siswa dapat berkomunikasi secara langsung oleh
individu lain yang dapat saling memberi informasi dan bertukar
pikiran serta mampu berlatih untuk mempertahankan pendapatnya jika
pendapat itu layak untuk dipertahankan (Ramawati dalam
15
Dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning tipe TPS ialah
model pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk
berfikir terlebih dahulu kemudian berdiskusi dengan temannya
2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Think Pair Share
Berikut kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share menurut Lie (2004: 57):
a. Kelebihan model kooperatif tipe TPS 1. Meningkatkan kemandirian siswa.
2. Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan
pemikiran karena merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya.
3. Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat.
4. Melatih kecepatan berpikir siswa.
b. Kelemahan model kooperatif tipe TPS
1. Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik.
2. lebih sedikit ide yang masuk.
3. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.
Kelemahan lainnya ialah apabila terdapat jumlah siswa yang ganjil
sehingga berdampak pada pembentukan kelompok, maka guru akan
menggabungkan siswa yang sediri dengan siswa yang memiliki
pengetahuan yang kurang (http//kristian.ps.com).
Berdasarkan kelebihan model kooperatif tipe TPS peneliti
menyimpulkan bahwa model kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan
kemandirian dan melatih siswa untuk berpikir cepat dalam
16
2.1.6 Langkah-langkah Pembelajaran Model Think Pair Share (TPS).
Menurut Trianto (2010: 133) langkah-langkah pembelajaran model
Think Pair Share (TPS) sebagai berikut :
Langkah 1. Think (berpikir)
Guru mengajukan suatu pertanyaan yang dikaitkan dengan pelajaran,
dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berpikir sendiri jawaban atau masalah yang diajukan dengan
pemberian lembar kerja siswa.
Langkah 2. Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa untuk berpasangan dan berdiskusi dengan teman
sebangkunya untuk menyatukan jawaban yang sudah diperoleh. Guru
memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3. Share (berbagi)
Langkah terakhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan keseluruhan yang telah dibicarakan. Hal ini efektif untuk
berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan
sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk
melaporkan.
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Model Think Pair Share
17 2) Menjelaskan tujuan diskusi. Tahap 2 mengarahkan
diskusi 1) Mengajukan pertanyaan awal/ permasalahan.
2) Modeling. Tahap 3. menyelenggarakan
diskusi 1) Membimbing/mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri (think).
4) Menerapkan waktu tuggu.
5) Membimbing kegiatan siswa.
Tahap 4 mengakhiri diskusi Menutup diskusi.
Tahap 5 melakukan tanya jawab singkat tentang proses diskusi
Membantu siswa membuat rangkuman diskusi dengan tanya jawab singkat.
2.2 Pengertian Aktivitas
Menurut Hamalik (2001: 28) aktivitas adalah suatu proses perubahan tingkah
laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku
tersebut yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,
emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti.
Sedangkan Sardiman (2011: 100) menyebutkan bahwa aktivitas adalah
kegiatan interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang melibatkan
fisik dan pikiran. Sedangkan Rosseau dalam Sardiman (2011: 100) aktivitas
18
pengalaman sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri
yang melibatkan kerja pikiran serta fisik.
Aktivitas adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan
belajar. Bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan
sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani
maupun teknis. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi
(Poerwadarminta dalam http://id.shvoong.com/).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 23) aktivitas adalah keaktifan,
kegiatan. Sedangkan Abdurrahman (dalam Azwar, 2006: 34) menyatakan
bahwa aktivitas adalah seluruh kegiatan siswa baik kegiatan jasmani maupun
kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar.
Hanafiah (2009: 23) menyatakan bahwa Aktivitas belajar yang dimaksud
haruslah melibatkan seluruh aspek psikologis peserta didik, baik jasmani
maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilaku dapat secara cepat,
tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotor.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah kegiatan yang
dilakukan dalam proses pembelajaran mulai dari kegiatan fisik sampai psikis
yang dapat menunjang proses belajar siswa sebagai objek dalam penelitian ini.
2.3 Pengertian Belajar
Belajar merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh subjek didik (siswa,
19
perkembangannya (Syarifudin, 2006: 90). Sedangkan Menurut Mursell (2008:
22) belajar adalah suatu usaha mencari dan memahami pengertian, makna,
pemahaman. Bila usaha itu gagal maka dapat dikatakan pembelajarannya juga
gagal.
Budiningsih (2004: 20) Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi stimulus dan respon. Dengan kata
lain belajar merupakan suatu bentuk perubahan dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah dianggap telah
belajar sesuatu jika ia dapat menunjukan perubahan tingkah lakunya.
Sedangkan menurut Skinner (dalam Dimyati dan Mujiono, 2009: 9) belajar
adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih
baik dan sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Writtig dalam bukunya”pshychology of learning” (dalam Syah, 2007: 90)
mendefinisikan belajar sebagai; any relatively permanent change in an
organism’s behavioral reptoire that occurs as a result of experience. Belajar
adalah perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam
atau keseluruhan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Pendapat tersebut
sejalan dengan Hanafiah dan Suhana (2009: 25) yang menyatakan bahwa:
experience is the best teacher, Pengalaman merupakan guru yang paling baik.
Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan, bahwa belajar adalah
20
dan respon yang dijadikan sebagai pengalaman dalam interaksi dengan
lingkungan.
2.4 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses dengan menggunakan alat
pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, bentuk tes
tertulis, tes lisan maupun perbuatan Sudjana (dalam Kunandar, 2010: 276).
Menurut Abdurrahman (2003: 37) mengatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan
Hamalik (2001: 183) mengemukakan bahwa perbedaan hasil belajar
dikalangan para siswa disebabkan oleh berbagai alternative faktor-faktor,
antara lain faktor kematangan akibat dari kemajuan umur kronologis, latar
belakang pribadi masing-masing sikap dan bakat terhadap suatu bidang yang
diberikan.
Dari beberapa pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
pengertian hasil belajar ialah suatu proses perubahan tingkah laku siswa
setelah melakukan proses pembelajaran.
2.5 Pengertian matematika
Matematika adalah pengetahuan terstruktur yang terorganisasi, sifat-sifat
dalam teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak
terdifinisasikan. Dan matematika itu adalah suatu seni keindahannya terdapat
21
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah dasar. Kata matematika berasal dari bahasa latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan yunai mathematike yang berarti mempelajari. Perkataaan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berfikir). Jadi berdasarkan asal katanya, maka kata matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dari berfikir (Suwangsih, 2006: 3).
Sedangkan Johnson dan james (dalam Suwangsih, 2006: 4) menyebutkan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Ruseffendi (dalam Herumawan, 2008: 1) mengatakan bahwa matematika
adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai
dari unsur yang tidak didefinisasikan ke unsur yang didefinisikan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika ialah
pola berfikir yang terstruktur dan terorganisaisi dengan menggunakan istilah
yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat berupa simbol.
2.6 Tujuan Matematika
Dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan disekolah,
pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja
dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
(kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika
sekolah. Adapun tujuan matematika sekolah, khusus di SD atau Madrasah
22
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Tujuan umum dan khusus yang ada dikurikulum SD/MI, merupakan pelajaran matematika disekolah, jelas memberikan gambaran belajar tidak hanya dibidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang psikomotor dan efektif. Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berfikir yang bersandar pada hakikat matematika, ini berarti hakikat matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran matematika. Oleh karena nya hasil-hasil pembelajaran menampakkan kemampuan berfikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan menggunakan matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh (Aisyah, dkk., 2007: 1.4).
Berdasarkan kajian pustaka di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa
tujuan matematika adalah memahami konsep matematika, menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, dan matematika jelas memberikan gambaran
belajar tidak hanya dibidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang
psikomotor dan efektif. Tujuan mempelajari matematika juga dapat
digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam kehidupan
23
2.7 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran
Matematika menggunakan model Cooperative Learning Tipe Think Pair
Share dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 4 Metro Utara tahun pelajaran
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi
kelas atau lazim dikenal dengan Classroom ActionResearch, (CAR).Kemiss,
McNiff (dalam Wiriaatmadja, 2007: 115) Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani, dkk., 2007: 1.4).
Setiap siklus yang ada dalam penelitian ini terdiri dari empat kegiatan pokok
yang dirangkai menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan
(act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Penelitian ini dipilih dan
berkolaborasi dengan guru matematika kelas IV SDN 4 Metro Utara. Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
melalui penggunaan model cooperative learning tipe TPS.
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 4 Metro
Utara, Jalan Dr. Sutomo, Kelurahan Purwosari Kota Metro. karena di
SD ini merupakan tempat peneliti melakukan kegiatan Program
25
3.2.2 Subjek Penelitian
PTK ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipan antar peneliti dengan
guru matematika kelas IV SDN 4 Metro Utara. Adapun subjek
penelitiannya adalah siswa dan guru kelas IV SDN 4 Metro Utara
dengan jumlah siswa 29 orang, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 12
siswa perempuan.
3.2.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil pada bulan September
sampai dengan Desember tahun pelajaran 2012/2013. Kegiatan
penelitian dimulai dari tahap persiapan, penyiapan perangkat
pembelajaran sampai tahap pelaksanaan dan pelaporan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilaksanakan selama pelaksanan tindakan.
3.3.1 Tes dilakukan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai
siswa, guna mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya
model TPS untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
3.3.2 Non tes dilakukan dengan mengobservasi aktivitas siswa dan kinerja
guru dalam proses pembelajaran melalui model TPS.
26
3.4.1 Tes Formatif, digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar yang
telah dilakukan khususnya dalam pembelajaran matematika dengan
menggunakan model TPS.
3.4.2 Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang dan digunakan
untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model TPS, aktivitas
siswa dan kinerja guru selama penelitian tindakan kelas berlangsung
dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan model TPS
pembelajaran di kelas akan lebih aktif.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data secara
kualitatif dan kuantitatif.
3.5.1 Data kualitatif
Data kualitatif ini digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar
siswa, serta untuk menganalisis kinerja guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Data kualitatif dianalisis dengan statistik
deskriptif untuk menemukan persentase dan nilai rata-rata dengan
rumus sebagai berikut:
a. Rumus analisis aktivitas belajar siswa.
Keterangan :
27
100 = bilangan tetap
(Diadaptasi dari Poerwanto, 2008: 102).
Tabel 2. Kriteria keaktifan siswa dalam satuan persen %
Nilai Kriteria
(Adaptasi dari Aqib, dkk, 2009: 41).
b. Rumus analisis kinerja guru selama proses pembelajaran
Skor akhir = Jumlah skor yang diperoleh x 100 % Jumlah skor maksimal
Tabel 3. Taraf keberhasilan kinerja guru sebagai berikut
Rentang Skor Kualifikasi
80,01 % - 100 % Sangat baik
60,01 % - 80 % Baik
40,01 % - 60,00 % Cukup baik 21,01 % - 40,00 % Kurang baik
(Triyana, Arifah Nur dalam http://www.scribd.com)
3.5.2 Data kuantitatif
Digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam
hubungannya dengan materi yang telah diajarkan oleh guru. Data
kuantitatif diperoleh dari hasil belajar yang dikerjakan siswa dalam
siklus I. II. III dan siklus berikutnya.
Data kuantitatif ini didapat dengan menggunakan rumus:
28
Keterangan:
= nilai rata-rata yang dicari jumlah nilai
n = jumlah aspek yang dinilai (sumber adopsi Muncarno, 2009: 15).
Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal,
digunakan rumus sebagai berikut:
P = x 100 %
(sumber: adopsi Aqib, dkk., 2009: 41).
Tabel 4. kriteria tingkat keberhasilan hasil belajar siswa dalam %. Tingkat Keberhasilan (%) Arti
>80% (Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)
3.5.3 Uji hipotesis untuk menentukan peningkatan secara signifikan hasil
post-tes siklus I dengan post-tes siklus II dan post-tes siklus II dengan
post-tes siklus III, menggunakan rumus:
t =
Keterangan:
Md = mean dari perbedaan post-tes siklus II dengan post-tes
29
Xd = deviasi masing-masing subyek (d - Md)
xd2 = jumlah kuadrat deviasi d.b = ditentukan dengan N-1
Pengambilan keputusan menggunakan angka pembanding t tabel
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika t hitung > t tabel Ho ditolak; Ha diterima; dan
b. Jika t hitung < t tabel Ho diterima; Ha ditolak.
(sumber: Muncarno, 2008: 26-32)
3.6 Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). siklus ini tidak hanya
berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tujuan pembelajarannya
dapat tercapai. Daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan
perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action),
mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and
evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai
perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai Hopskins (dalam
Arikunto, 2006: 105).
30
Gambar 1 : Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Wardhani, dkk (2007: 2.4).
3.7 Urutan Penelitian Tindakan Kelas 3.7.1 Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1. Menetapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan, yaitu ”menentukan kelipatan dan faktor bilangan”.
2. Peneliti bersama guru mengadakan diskusi untuk membuat kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran sesuai dengan materi ajar dan tujuan pembelajaran.
3. Membuat pemetaan yang berisi, standar kompetensi (SK) dan kompetensi Dasar (KD), Silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kurikulum KTSP.
4. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.
5. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan instrumen penilaian kinerja guru selama pembelajaran berlangsung serta LKS.
31
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses
pembelajaran Matematika dengan menggunakan model
Cooperatitive Learning tipe TPS meliputi beberapa tahap, yaitu:
Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai 2. Guru melakukan apersepsi dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran untuk memancing dan membangkitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Kegiatan Inti
1. Pada tahap think, Guru memberikan beberapa contoh bentuk kelipatan di depan kelas untuk membangkitkan ingatan siswa tentang materi kelipatan dan faktor bilangan.
2. Siswa membentuk kelompok berpasangan dengan teman sebangkunya (2 orang).
3. Guru memberikan LKS dengan materi yang diajarkan untuk dapat didiskusikan dengan teman sebangkunya dengan waktu ±20 menit (pair).
4. Pada tahap share, guru meminta perwakilan kelompok untuk maju membacakan hasil diskusi dan meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan.
5. Pada pertemuan kedua siswa diberikan soal Post Test dengan waktu ± 15 menit untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran yang sudah diajarkan.
Kegiatan Penutup
32
2. .Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa. 3. Guru melakukan tindak lanjut.
c. Tahap Observasi
Pengamatan selama proses pembelajaran dari kegiatan awal hingga
akhir mengenai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama
proses pembelajaran.dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat.. Aspek-aspek yang diamati adalah (1) Situasi kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. (2) Aktivitas
siswa diamati dengan memberikan nilai pada lembar observasi.(3)
Data dari lembar observasi diperoleh dari setiap pertemuan pada
masing-masing siklus yang berupa skor aktivitas setiap siswa.
d. Tahap Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini. Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini dipergunakan sebagai acuan
untuk merencanakan siklus berikutnya.
3.7.2 Siklus II
Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus II. Materi pembelajaran siklus II ini adalah “
33
a. Tahap Perencanaan
1. Mendata kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I.
2. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan refleksi dari siklus I.
3. Menetapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan, yaitu ” kelipatan dan faktor persekutuan dua bilangan”.
4. Membuat Pemetaan yang berisi standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar ( KD), Silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kurikulum KTSP.
5. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.
6. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan instrumen penilaian kinerja guru selama pembelajaran berlangsung serta soal tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa.
7. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai
2. Guru melakukan apersepsi dengan menyampaikan tujuan pembelajaran untuk memancing dan membangkitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
34
1. Pada tahap think, guru memberikan contoh soal mengenai persekutuan dua bilangan dan meminta siswa untuk menjawab untuk mengetahui pengetahuan siswa.
2. Siswa membentuk kelompok berpasangan dengan teman sebangkunya (2 orang).
3. Guru memberikan LKS sesuai materi yang diajarkan untuk dapat didiskusikan dengan teman sebangkunya dengan waktu ±20 menit
(pair).
4. Pada tahap share, guru meminta perwakilan kelompok untuk maju membacakan hasil diskusi dan meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan.
5. Pada pertemuan kedua siswa diberikan soal Post Test dengan waktu ± 15 menit untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran yang sudah diajarkan.
K egiatan Akhir
1. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa.
3. Guru melakukan tindak lanjut.
c. Tahap Observasi
Pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar
observasi yang telah dibuat dengan aspek yang diamati meliputi: (1)
35
(2) Aktivitas siswa diamati dengan memberikan nilai pada lembar
observasi. (3) Data dari lembar observasi diperoleh dari setiap
pertemuan pada masing-masing siklus yang berupa skor aktivitas
setiap siswa.
d. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan observasi.
Hasil analisis digunakan untuk mengadakan revisi terhadap
perencanaan yang telah dilaksanakan guna perbaikan kinerja praktisi
dan merevisi perencanaan sehingga pada siklus selanjutnya menjadi
lebih baik lagi.
3.7.3 Siklus III
Apabila penelitian sebelumnya belum menunjukan keberhasilan maka perlu dilanjutkan pada siklus III. Pada akhir siklus II telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang
dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus III. Pada siklus III ini diharapkan hasil pembelajaran akan meningkat lebih baik dari pada hasil siklus II. Materi pembelajarannya adalah “KPK dan FPB”.
Adapun pelaksanaan pada siklus III ini meliputi: a. Tahap Perencanaan
1. Mendata kendala-kendala yang dihadapi dalam proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus II.
2. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus III berdasarkan refleksi dari siklus II.
36
”KPK dan FPB”.
4. Peneliti bersama guru mengadakan diskusi untuk membuat kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran sesuai dengan materi ajar dan tujuan pembelajaran.
5. Membuat Pemetaan yang berisi SK dan KD, Silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kurikulum KTSP
6. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.
7. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan
instrumen penilaian kinerja guru selama pembelajaran berlangsung serta soal tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa.
8. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b
. Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai
2. Guru melakukan apersepsi dengan menyampaikan tujuan pembelajaran untuk memancing dan membangkitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
37
1. Pada tahap think, guru memberikan contoh soal dan meminta siswa untuk menjawab untuk mengetahui pengetahuan awal yang dimiliki siswa mengenai materi.
2. Siswa membentuk kelompok berpasangan dengan teman sebangkunya (2 orang).
3. Guru memberikan LKS sesuai dengan materi yang diajarkan untuk dapat didiskusikan dengan teman sebangkunya dengan waktu ±20 menit (pair).
4. Pada tahap share, guru meminta perwakilan kelompok untuk maju membacakan hasil diskusi dan meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan.
5. Pada pertemuan kedua siswa diberikan soal Post Test dengan waktu ± 15 menit untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran yang sudah diajarkan.
K egiatan Akhir
1. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa.
3. Guru melakukan tindak lanjut.
c. Tahap Observasi
Seperti siklus sebelumnya, Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dibuat dengan aspek-aspek meliputi: (1) Situasi
38
Aktivitas siswa diamati dengan memberikan nilai pada lembar
observasi. (3) Data dari lembar observasi diperoleh dari setiap
pertemuan pada masing-masing siklus berupa skor aktivitas setiap
siswa.
d. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa. Data hasil pelaksanaan siklus I, II, dan III kemudian dikumpulkan untuk digunakan dalam penyusunan laporan hasil penelitian tindakan kelas. Dari tahap kegiatan pada Siklus I, II,
dan III hasil yang didapat yaitu:
1. Guru memiliki kemampuan dalam menggunakan model pembelajaran TPS dengan optimal sehingga dapat merangsang, membimbing dan mengarahkan siswa ke dalam proses
pembelajaran yang lebih aktif.
2. Terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN 4 Metro Utara
Tahun Pelajaran 2012/2013.
3.8 Indikator Keberhasilan
Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran cooperative learning tipe TPS dapat dikatakan berhasil apabila
1. Adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada setiap siklusnya.
2. Pada akhir penelitian adanya ketuntasan hasil belajar siswa 75% dari
98
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan terhadap siswa kelas IV pada pembelajaran matematika di SDN
4 Metro Utara dapat disimpulkan:
1. Penggunaan model cooperative learning tipe TPS pada mata pelajaran
matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai
dengan pengamatan observer yang telah dilakukan terhadap siswa mulai
dari siklus I sampai siklus III dan terjadi peningkatan dalam setiap
siklusnya yaitu nilai rata-rata pada siklus I mencapai 38,18%, siklus II
meningkat menjadi 59,78%, siklus III sebesar 84,69%,sedangkan
peningkatan setiap siklusnya dari siklus I ke siklus II meningkat yaitu
5,17 meningkat menjadi 8,7. Selanjutnya dari siklus II ke siklus III
yaitu 8,7 meningkat menjadi 9,57%.
2. Penggunaan model cooperative learning tipe TPS pada mata pelajaran
matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai
dengan nilai hasil belajar yang telah diperoleh siswa dari siklus I
sampai siklus III. Secara berurutan peningkatan hasil belajar siswa tiap
99
27,59%, siklus II sebesar 31,03%, siklus III sebesar 37,93%. Bila
dilihat dari presentase ketuntasan hasil belajar siswa, dari 29 siswa
pada siklus I presentase ketuntasan belajar siswa sebanyak 10 siswa
(34,48%) pada siklus II meningkat menjadi 18 siswa (62,06%) dan
pada siklus III meningkat menjadi 26 siswa (89,65%). Dengan
demikian penerapan model cooperative learning tipe TPS dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran
matematika siswa kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara. Jika dihitung
menggunakan uji t-tes berdasarkan taraf kepercayaan 5% (dk):n-1 dan
n=29 ditemukan sebesar 2,048 didapatkan hasil pada siklus I dan II t
hitung 4,45>t tabel 2,048 dan uji t-tes siklus II dan III didapatkan t hitung 6>
t tabel 2,048 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima,
5.2 Saran
1. Kepada siswa: dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model TPS
sehingga dapat mencapai KKM pada pembelajaran matematika kelas IV
SD Negeri 4 Metro Utara.
2. Kepada guru: Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelasnya, diharapkan siswa lebih saling bekerja sama,
lebih aktif dan lebih membuat siswa antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
100
3. Kepada sekolah: dengan penerapan model TPS pada pembelajaran
matematika memberikan sumbangan yang berguna kepada sekolah
dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan sekolah, demi
meningkatnya mutu pendidikan di sekolah khususnya dalam model
pembelajaran.
4. Kepada peneliti berikutnya: sebagai bahan masukan peneliti untuk
menerapkan ilmu yang diperoleh sehingga dapat melaksanakan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative
learning tipe TPS dengan memperhatikan saran perbaikan yang ada
100
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Rineka Cipta. Jakarta
Aqib, Zainal. dkk. 2009. Penelitian tindakan kelas. Yrama Widya. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan kelas. Bumi Aksara. Jakarta
…...2010. Penelitian Tindakan. Aditya Media. Yogyakarta
Azwar Saifudin. 1998. Tes Prestasi Fungsi Pengembangan Pengukuran
Prestasi Belajar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses belajar mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Hanafiah, Nanang dan Cucu, Sahana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.
Herumawan, 2008. Model pembelajaran matematika di sekolah dasar. PT Remaja Rosdakarya Bandung.
Ihsad, Fuad. 2008. Dasar-dasar kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Isjoni. 2007. Cooperative learning. Alfabeta. Bandung.
Kunandar. 2010. Penelitian tindakan kelas. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lie, Anita. 2004. Cooperative learning. Grasindo. Jakarta.
Mahmuddin. 2010. Pengertian-TPS (http//mahmuddin-pengertian-TPS-)
diakses 05 Oktober 2012. Pukul 14.00 WIB.
101
…...2010. Penelitian Tindakan Kelas. FKIP PGSD. Bandar Lampung.
Mursell, J. 2008. Mengajar dengan Sukses. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Ramawati, Novi. 2011. Karakteristik model TPS.
(http://Matematika-IPA.com/-karakteristik-model -TPS) Diakses: Selasa 14 Februari 2012. Pukul 10.00 WIB.
Poerwadarminta. 2003. Pengertian aktivitas belajar. (http://id.shoving.com/- Social-sciences/education/2241185-pengertian-aktivitas-belajar/) Diakses: Senin 13 Februari 2012. Pukul 09.00 WIB.
Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran.PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo. Bandung.
Sisdiknas. 2011. Undang-undang Sisdiknas. Sinar Grafika. Jakarta.
Slavin, Robert, E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.
Sunyono. 2009. Modul PLPG. Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah.
Bandar Lampung: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
………., 2010. Modul PLPG. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandar
Lampung: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Suwarjo. 2008. Pembelajaran kooperatif dalam apresiasi prosa fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang.
Suwangsih, Erna. 2006. Model pembelajaran matematika. UPI PRESS.
Bandung.
Syarifudin, Tatang dan Nur’aini. 2006. Landasan Pendidikan. UPI PRESS. Bandung..
Tim Penyusun. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
102
Wardhani, I.G.A.K, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.
Wahyuni, Sri. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pustaka Phoenix. Jakarta.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Kelas. PT. Remaja