• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKTER SPESIALIS ANAK 1 Poli Anak

5. Dokter Spesialis Mata 1

6. Dokter Spesialis Paru 1 1

7. Dokter Umum 12 1

Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa perbedaan ketersediaan dokter dengan hasil perhitungan yang paling besar adalah pada dokter spesialis penyakit dalam yaitu dibutuhkan 3 orang dokter spesialis penyakit dalam di rumah sakit tersebut agar pelayanan kesehatan khususnya terkait penyakit dalam lebih maksimal dirasakan. Jika dilihat dari data kunjungan pasien ke unit penyakit dalam baik pada rawat jalan maupun rawat inap juga mempunyai jumlah terbesar. Hal ini dibenarkan oleh dokter spesialis penyakit dalam yang menyebutkan bahwa setiap harinya beliau merasakan banyak sekali pasien yang datang khususnya di bagian poliklinik penyakit dalam sehingga beliau merasakan beban kerja berlebih. Menurut observasi yang peneliti lakukan juga memberikan hasil yang sama. Hampir setiap hari poliklinik yang padat dikunjungi oleh pasien adalah poliklinik penyakit dalam. Untuk rawat inap, beliau mengaku tidak terlalu merasakan beban kerja yang berlebih karena hanya melakukan visite saja dan pelayanan pengasuhan pasien di rawat inap lebih banyak dilakukan oleh perawat jaga. Oleh karena itu, beliau sangat mengharapkan adanya penambahan tenaga medis di bagian penyakit dalam agar pasien yang datang dapat dilayani dengan maksimal.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada Ketua Bidang Pelayanan Medik, menyebutkan bahwa saat ini RSUD Pandan memang mengalami kekurangan tenaga medis. Menurut beliau dokter yang ada saat ini belum bisa sebanding dengan jumlah pasien yang semakin hari semakin meningkat di rumah sakit ini. Untuk mengatasi kekurangan tenaga medis, pihak rumah sakit sudah melakukan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menerima dokter PPDS

(Praktek Pelatihan Dokter Spesialis) dari universitas tertentu dan dikontrak selama 6 bulan. Selain itu, pihak rumah sakit juga membuat kontrak dengan dokter rumah sakit lain untuk menutupi sebagian kekurangan tenaga dokter di rumah sakit ini. Namun dalam hal melakukan metode terhadap perhitungan kebutuhan tenaga medis, RSUD Pandan belum pernah melakukan metode apapun. Pihak rumah sakit hanya menerima jumlah dokter yang disediakan oleh pemerintah kabupaten.

Hampir sejalan dengan pendapat Ketua Bidang Pelayanan Medik, Ketua Komite Medik juga menyebutkan tenaga medis yang ada saat ini masih dirasakan kurang, terutama dokter spesialis di rumah sakit tersebut. Beliau berpendapat bahwa hal ini disebabkan karena sebagian dokter spesialis belum mau masuk ke daerah-daerah yang belum mempunyai potensi. Oleh karenanya dibutuhkan suatu motivasi yang kuat agar dokter spesialis mau untuk bertugas di daerah.

Pemenuhan tenaga medis dengan menggunakan metode WISN ini memang bukanlah menjadi metode yang mutlak dilakukan oleh para perencana rumah sakit, namun sebagai salah satu metode dari pemerintah untuk memudahkan dalam pemenuhan dan distribusi dari tenaga kesehatan. Metode WISN ini dapat digunakan di semua unit kerja, perhitungannya lebih riil karena berdasarkan beban pekerjaan yang nyata. Namun ada kelemahan dari metode ini antara lain membutuhkan standar pelayanan untuk masing-masing kategori tenaga, membutuhkan standar waktu untuk melaksanakan tugas dan membutuhkan data (absensi, jumlah kunjungan, kuantitas kegiatan, BOR, LOS) pada tahun-tahun sebelumnya sehingga sulit bila akan menghitung kebutuhan tenaga untuk unit baru.

Namun yang paling penting metode ini tidak memperhitungkan adanya variasi lokal yang luas yang ditemukan dalam setiap wilayah, seperti tingkat yang berbeda dan pola morbiditas di lokasi yang berbeda, kemudahan akses ke fasilitias yang berbeda, sikap pasien pada tiap bagian yang berbeda terhadap layanan yang diberikan, dan keadaan ekonomi lokal. Semua faktor ini sangat mempengaruhi permintaan untuk layanan di suatu daerah dan pada fasilitas individu, oleh karena itu mereka mempengaruhi staff yang jumlahnya benar-benar diperlukan untuk memenuhi permintaan. Metode WISN ini sering menunjukkan bahwa persyaratan sangat bervariasi antara fasilitas kesehatan dari jenis yang sama, sesuai dengan beban kerja mereka.

Jika dilihat dari beberapa metode dalam pemenuhan kebutuhan tenaga medis, metode WISN ini dapat dikatakan metode yang perhitungannya lebih nyata karena berdasarkan beban kerja yang dirasakan oleh tenaga medis. Adapun beberapa metode lain dalam perhitungan kebutuhan tenaga menurut Ilyas (2011) adalah (1) berdasarkan kebutuhan pelayanan kesehatan, (2) berdasarkan target pelayanan kesehatan, (3) berdasarkan permintaan (demand) pelayanan kesehatan dan (4) berdasarkan rasio tenaga dan tempat tidur. Dalam metode yang berdasarkan kebutuhan (need), harus diketahui secara akurat data dan informasi tentang demografi seperti jumlah penduduk, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan lain-lain. Selain data demografi, diperlukan juga data epidemiologis dan statistik kesehatan untuk melihat kecenderungan data penyakit yang diderita penduduk. Setelah data tersebut dikumpulkan, maka disimpulkanlah jumlah pelayanan kesehatan yang diperlukan.

Pada metode target perhitungan jumlah dan jenis tenaga lebih didasari tentang masalah kesehatan, jenis dan beban pelayanan, kemampuan dan sumber daya yang tersedia. Untuk rumah sakit, biasanya ada sedikit perbedaan antara target sasaran dan pelayanan rumah sakit pemerintah dengan rumah sakit swasta.

Selanjutnya dalam metode permintaan (need), demand pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor demografi, seperti umur, sex, kepadatan penduduk, dan sebaran penduduk. Penghitungan personel rumah sakit dengan metode demand dapat juga berdasarkan data rata-rata lama hari rawat yang dibeli oleh penduduk. Lama hari rawat mencerminkan waktu yang harus disediakan oleh personel rumah sakit untuk melaksanakan pelayanan rawat inap di rumah sakit yang dibeli oleh pasien.

Pada metode rasio tenaga dan tempat tidur, ditentukan jumlah dan jenis personel yang harus disediakan rumah sakit sesuai dengan tipe rumah sakit. Dengan metode ini hanya dapat diketahui jumlah personel secara total, tetapi tidak dapat mengetahui produktivitas SDM, situasi demand dan supply SDM rumah sakit, dan kapan personel tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang membutuhkan.

Selain keempat metode yang telah dijabarkan diatas, dalam pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di rumah sakit khususnya termuat dalam Permenkes Nomor 56 Tahun 2014. Dalam Permenkes tersebut dimuat jumlah tenaga, tempat tidur, dan hal-hal lain yang mrnjadi persyaratan sebuah rumah sakit berdasarkan klasifikasi rumah sakit. Rumah sakit umum kelas C sebagaimana dimuat dalam Permenkes ini paling sedikit mempunyai 9 dokter umum untuk pelayanan medik dasar, 2 dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut, 2 dokter spesialis

untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar, 1 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang, dan 1 dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut. Jika merujuk kepada Permenkes ini, maka hasil yang didapat dari metode WISN ini sudah memenuhi syarat sebuah rumah sakit tipe C.

Sedangkan bila dilihat dari beberapa penelitian yang ada dengan menggunakan metode WISN ini, diperoleh hasil bahwa ada kekurangan tenaga berdasarkan beban kerja yang diteliti. Seperti penelitian Amini (2014), jumlah perawat yang ada masih kekurangan 10 perawat dan kelebihan 2 bidan dengan menggunakan metode WISN. Berbeda dengan penelitian Nengsih (2010), terdapat perbedaan yang significant dengan ketersediaan SDM yang ada.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait