• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Sakit

5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah merupakan hak asasi manusia. Pada pasal 28 H dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada pasal 34 ayat 3 dinyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah berkewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya mempertahankan yang sehat untuk tetap sehat.

Berdasarkan UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan demikian kesehatan selain sebagai hak asasi manusia, kesehatan juga merupakan suatu investasi.

Berbagai studi menunjukkan bahwa tenaga kesehatan merupakan kunci utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Tenaga kesehatan memberikan kontribusi hingga 80% dalam keberhasilan pembangunan kesehatan. Dalam laporan WHO tahun 2006, Indonesia termasuk salah satu dari 57 negara yang menghadapi krisis SDM kesehatan, baik jumlahnya yang kurang maupun distribusinya.

Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Dalam UU ini juga jelas dituliskan tentang pengelompokan dari tenaga kesehatan itu sendiri. Adapun tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain. Selain pengelompokan dari tenaga kesehatan, undang- undang ini juga mengamanatkan dalam pasal 13 bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan, baik dalam jumlah, jenis, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan pembangunan kesehatan.

Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan merupakan bagian integral dari organisasi kesehatan maupun sosial yang berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan berupa kuratif, preventif, promotif, maupun rehabilitatif terhadap pasien rawat jalan maupun rawat inap. Seperti layaknya permasalahan kesehatan pada umumnya, aspek ketenagaan juga memegang peranan besar didalam rumah sakit. Kekurangan tenaga kesehatan, baik dalam arti kuantitas maupun kualitas akan sangat mengganggu kualitas produk yang ditawarkan. Hal ini akan berdampak pada citra pelayanan kesehatan sebuah rumah sakit. Hal lain yang juga perlu mendapat perhatian bahwa pengadaan tenaga yang dibutuhkan oleh sebuah rumah sakit tidak dapat dilakukan dalam waktu seketika.

Walaupun tenaga tersebut tersedia, namun perlu adanya penyesuaian dan membutuhkan waktu.

Permasalahan kekurangan tenaga harus perlu dicermati dengan seksama, apakah memang benar memerlukan tambahan tenaga yang dikarenakan beban kerja berlebih sehingga akan mempengaruhi kualitas yang diberikan atau banyaknya waktu yang tidak produktif yang dilakukan oleh SDM pada saat waktu bertugas. Hal ini terjadi pula di RSUD Pandan, Tapanuli Tengah. Dalam meningkatkan pelayanan kesehatannya, pihak rumah sakit sudah melakukan perencanaan tenaga kesehatan, namun tetap saja dirasakan belum maksimal oleh masyarakat disana. Hal ini diperkuat dengan masih adanya keluhan masyarakat tentang pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis yang masih kurang.

Jika dilihat data kunjungan pasien ke rumah sakit ini menunjukkan bahwa ada peningkatan setiap tahunnya. Data terakhir pada tahun 2015 menyebutkan bahwa kunjungan rawat jalan sebanyak 32214 orang dan rawat inap sebanyak 4451 orang. Sedangkan untuk jumlah dari tenaga medis yang menangani pasien di rumah sakit ini berdasarkan data dari rumah sakit tersebut diperoleh data bahwa tenaga medis yang bekerja ada sebanyak 25 dokter yang sebagian besar adalah dokter umum yaitu berjumlah 14 orang, namun 2 orang dokter umum tersebut sedang dalam kegiatan pendidikan. Sedangkan untuk dokter spesialis ada sebanyak 7 orang, dan dokter gigi ada sebanyak 4 orang. Walaupun jumlah tenaga medis yang ada di rumah sakit ini sudah lumayan banyak namun rumah sakit ini juga belum memiliki dokter spesialis gigi dan dokter bedah.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di rumah sakit ini terdapat sebagian dokter yang seharusnya mendapat jadwal di rumah sakit tersebut tidak

berada di tempat sehingga perawatan yang diberikan hanya dilakukan oleh perawat yang bertugas. Selain itu, masih dijumpainya keluhan pasien di rumah sakit ini tentang perawatan intensif (seperti tindakan operasi) yang belum bisa diberikan oleh tenaga medis, sementara alat medis sudah tersedia. Untuk rawat jalan yang ada di rumah sakit ini berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa ada sebagian dokter yang membuka praktek di poliklinik tersebut hanya 2 kali seminggu sehingga pasien yang ingin berobat harus menunggu jadwal dokter tersebut.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Amini (2014) diperoleh kesimpulan bahwa kebutuhan tenaga perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Bangkatan menggunakan metode WISN secara keseluruhan kekurangan 10 orang, sedangkan jumlah bidan masih berlebih 2 dari kebutuhan sebanyak 12 orang. Sedangkan pada penelitian Nengsih (2010) diperoleh kesimpulan bahwa hanya ada 1 orang dokter yang bertugas pada masing-masing ruang perawatan. Sehingga kelebihan dokter pada keadaan aktual yaitu pada ruangan bedah dan kebidanan masing-masing 2 orang.

Selain pengamatan yang dilakukan, peneliti juga mendapatkan informasi dari Kepala Bidang Pelayanan Medik di rumah sakit tersebut bahwa pihak rumah sakit masih merasakan kekurangan tenaga medis. Oleh karena itu ada sebagian dari jumlah keselurahan tenaga medis tersebut yang diperbantukan untuk bekerja di rumah sakit dan masih berstatus sebagai pegawai kontrak. Rumah sakit ini juga mempunyai beberapa pegawai Pelatihan Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang menetap dalam jangka waktu yang di tentukan.

Permasalahan inilah yang akhirnya membuat peneliti tertarik untuk melakukan pengkajian pemenuhan tenaga medis di rumah sakit ini. Kajian pemenuhan tenaga medis ini didasarkan pada Kepmenkes Nomor 81 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit yang sampai sekarang menjadi acuan bagi perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan bagi pemerintah. Dalam Kepmenkes ini terdapat suatu metode perhitungan beban kerja yang dikenal dengan metode WISN. Metode WISN mencakup lima langkah, yaitu menetapkan waktu kerja tersedia, menetapkan unit kerja dan kategori SDM, menyusun standar beban kerja, menyusun standar kelonggaran, dan perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja.

Dengan adanya metode perencanaan tenaga kesehatan berdasarkan perhitungan WISN, diharapkan pada akhirnya dapat diketahui berapa sebenarnya jumlah kebutuhan tenaga kesehatan khususnya tenaga medis di rumah sakit tersebut.

Dokumen terkait