• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan Tenaga Medis Menggunakan Metode Workolad Indicator Staff Need (WISN) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebutuhan Tenaga Medis Menggunakan Metode Workolad Indicator Staff Need (WISN) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2016"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1:

KUISIONER PENELITIAN

KAJIAN PEMENUHAN KEBUTUHAN TENAGA MEDIS

MENGGUNAKAN METODE WORKLOAD INDICATOR STAFF NEED (WISN) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PANDAN

KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2016

1. Karakteristik Responden

2. Beban Kerja Dokter

KATEGORI dr.Sp.PD Poli Penyakit Dalam

Pasien Baru:

(2)

Visite Pasien Baru:

Tindalan Medik Tindakan Medik Kecil

dr.Sp.OG Poli Kebidanan dan Kndungan Pasien Baru:

Rawat Inap Kebidanan dan Kandungan

Tindakan Medik Tindakan Medik Kecil

(3)

Rawat Inap Anak

Tindakan Medik Tindakan Medik Kecil

dr.Sp.S Poli Saraf

Tindakan Medik Tindakan Medik Kecil

(4)

Rawat Inap Mata

Tindakan Medik Tindakan Medik Kecil

dr.Sp.P Poli Paru

Tindakan Medik Tindakan Medik Kecil

(5)

Perawatan ICU Visite Pasien Baru: -Anamnesa

-Pemeriksaan Fisik

-Pembacaan hasil Lab/Rontgen -Penulisan Resep/Rujukan

Pemeriksaan pasien baru

Visite Pasien Lama: -Anamnesa

-Pemeriksaan Fisik

-Pembacaan hasil Lab/Rontgen -Penulisan Resep/Rujukan

Pemeriksaan pasien lama

(6)

Lampiran 2:

Pedoman Wawancara

KAJIAN PEMENUHAN KEBUTUHAN TENAGA MEDIS

MENGGUNAKAN METODE WORKLOAD INDICATOR STAFF NEED (WISN) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PANDAN

KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2016

1. Karakteristik Responden

a. Nomor responden :

b. Nama responden :

c. Umur :

d. Jenis Kelamin : a.Laki-laki b.Perempuan

e. Pendidikan :

f. Unit Kerja :

g. Lama kerja :

2. Pertanyaan Wawancara:

1. Apa saja job description tenaga medis di rumah sakit ini? 2. Bagaimana waktu kerja Anda yang tersedia di rumah sakit ini? 3. Bagaimana waktu longgar Anda?

(7)
(8)

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga. 2010. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI Press.

Amini, Rini Sri., 2014. Tesis: Analisis Kebutuhan Sumber Daya Manusia Tenaga Keperawatan Menggunakan Metode Workload Indicator Staff Need (WISN) di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Bangkatan Binjai Tahun 2014. Medan.

Depkes RI.(2004). Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan Di Tingkat Propinsi, Kab/Kota Serta Rumah Sakit. Jakarta.

Ilyas, Y. 2011. Perencanaan SDM Rumah Sakit: Teori, Metode, dan Formula. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia, Depok.

Kurniati Anna., Effendi Ferry., 2012. Kajian SDM Kesehatan Di Indonesia. Jakarta: Salemba Medika.

Kepmenkes Nomor 81 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit.

Nengsih, Yurna., 2010. Tesis: Analisis Kebutuhan dan Kualifikasi Tenaga Dokter dan Perawat di Pelayanan Rawat Inap RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar Tahun 2010. Depok.

Panggabean, Mutiara S, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Ghalia Indonesia, Bogor.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan

Permenkes Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1988 Tentang Masa Bakti dan Praktek Dokter dan Dokter Gigi

Profil Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan Tahun 2015

Saryono., Mekar Dwi Anggraeni., 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Standar Prosedur Operasional Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan Tahun 2014

(9)

UU RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan metode Workload Indicators of Staff Need (WISN). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah optimal kebutuhan tenaga medis di RSUD Pandan

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang ditentukan dalam penelitian ini adalah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah. Waktu penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah selama bulan Januari sampai Mei tahun 2016 atau selama lima bulan. Jangka waktu ini dipilih dengan alasan agar mendapatkan data yang lebih akurat yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh tenaga medis yang ada di RSUD Pandan sebanyak 23 orang yang terdiri atas 12 dokter umum, 7 dokter spesialis, dan 4 dokter gigi. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah semua tenaga medis yang ada di RSUD Pandan sehingga populasi=sampel (total sampling). 3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

(11)

narasumber. Selain wawancara, peneliti juga menggunakan kuisioner yang memuat tentang kegiatan tenaga medis yang dilakukan di rumah sakit tersebut dan diisi oleh peneliti berdasarkan observasi yang dilakukan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari catatan dan dokumentasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan mengenai dokumentasi kegiatan tenaga medis di rumah sakit tersebut.

3.4.3 Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah tenaga medis di rumah sakit ini sudah bekerja sesuai dengan standar pekerjaan yang sudah ada.

3.5 Definisi Operasional

Untuk lebih mengarahkan dalam pembahasan penelitian ini, maka penulis memberikan definisi operasional yang meliputi:

1. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan upaya kesehatan rujukan

2. Tenaga medis adalah tenaga ahli kedokteran dengan fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medis kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan 3. Metode Workload Indicator Staff Need (WISN) adalah metode untuk

(12)

4. Menetapkan waktu kerja yang tersedia adalah kegiatan menghitung waktu kerja efektif selama kurun waktu satu tahun untuk tenaga medis di RSUD Pandan

5. Menetapkan standar beban kerja adalah kegiatan menghitung volume/kuantitas kegiatan pokok yang dapat dikerjakan selama satu tahun sesuai dengan waktu kerja tersedia dan rata-rata waktu per kegiatan pokok yang dimiliki oleh tenaga medis RSUD Pandan

6. Menetapkan standar kelonggaran adalah kegiatan menghitung kebutuhan waktu untuk menyelesaikan tiap faktor kelonggaran disbanding dengan waktu kerja tersedia untuk tenaga medis RSUD Pandan

7. Menetapkan kebutuhan SDM adalah kegiatan menghitung SDM sesuai dengan kuantitas kegiatan pokok, standar beban kerja, dan standar kelonggaran pada tenaga medis RSUD Pandan

3.6 Metode Analisis Data

(13)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan adalah rumah sakit umum milik pemerintah kabupaten Tapanuli Tengah yang terletak di Jl.Dr.F.L.Tobing No.5 Pandan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe C. Batas wilayah rumah sakit ini adalah:

a.sebelah utara berbatasan dengan Hotel Pia Pandan

b.sebelah selatan berbatasan dengan Dinas Kesehatan Daerah Tapanuli Tengah c.sebelah barat berbatasan dengan Bina Swalayan

d.sebelah timur berbatasan dengan kantor Koramil Wilayah Pandan

Adapun visi dari rumah sakit ini adalah “Menjadikan Rumah Sakit Kelas C Unggulan di Wilayah Sumatera Utara”. Sedangkan untuk misi dari rumah sakit ini adalah (1) Memberikan pelayanan yang terakreditasi; (2) Mengembangkan teknis pengelolaan keuangan standar BLUD; (3) Optimalisasi dan meningkatkan SDM rumah sakit; (4) Memaksimalkan pengembangan sarana dan prasarana rumah sakit menuju kelas B.

(14)

4.2 Karakteristik Responden

Responden yang terdapat dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga medis baik dokter umum, dokter gigi, maupun dokter spesialis. Jumlah dokter umum di rumah sakit ini adalah sebanyak 12 orang, dokter spesialis ada sebanyak 7 orang, dan dokter gigi ada sebanyak 4 orang. Untuk karakteristik yang dikaji dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lama kerja yang masing-masing akan dimuat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Karakteristik Dokter Umum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

No Karakteristik Responden Jumlah

Umur

1. 30-40 7

2. 41-50 5

Jenis Kelamin

1. Laki-laki 5

2. Perempuan 7

Pendidikan

1. S1 Dokter Umum 11

2. S2 1

Lama Kerja

1. 1-5 tahun 6

2. 6-10 tahun 1

3. 11-15 tahun 5

Jumlah 12

Sedangkan karakteristik dokter spesialis dapat diuraikan sebagai berikut: a. 7 dokter spesialis yang ada mempunyai perbedaan umur dimana dokter

(15)

b. Dokter spesialis di rumah sakit ini terdiri dari 5 orang laki-laki dan 2 orang perempuan

c. Pendidikan dokter spesialis di rumah sakit ini seluruhnya adalah S2 spesialis sesuai dengan spesialisnya masing-masing

d. Lama kerja dokter spesialis juga mempunyai variasi waktu berbeda, namun yang paling lama bekerja di rumah sakit ini adalah dokter spesialis saraf (13 tahun). Dokter spesialis lainnya rata-rata bekerja selama 5-6 tahun.

Karakteristik dokter gigi meliputi:

a. Keempat dokter gigi yang ada di rumah sakit ini masing-masing mempunyai umur 30 tahun, 33 tahun, 31 tahun, dan 54 tahun.

b. Keseluruhan dokter gigi yang ada di rumah sakit ini adalah perempuan c. Pendidikan yang telah dicapai oleh kseluruh dokter gigi tersebut adalah

S1 dokter gigi

d. Untuk lama kerja dari masing-masing dokter gigi adalah sangat bervariasi yaitu 2 tahun, 5 tahun, 6 tahun, dan 7 tahun

4.3 Perhitungan Beban Kerja Tenaga Medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

4.3.1 Waktu Kerja Tersedia

(16)

a. Data yang diperoleh dari ketua pelayanan medik di rumah sakit ini waktu kerja dokter dalam pelayanan rawat jalan adalah setiap hari Senin-Kamis pada pukul 08.00-14.30, hari Jumat pada pukul 08.30-12.00, dan pada hari Sabtu pada pukul 08.00-13.00. Sesuai ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan adalah mendapatkan satu hari libur dalam seminggu atau 6 hari kerja. Dalam 1 tahun adalah 300 hari kerja (6 hari x 50 minggu). (A) = 300

b. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja setiap tahun (B) = 12

c. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan belum memiliki ketentuan yang berlaku untuk mengikuti pelatihan/kursus/seminar lokakarya dalam satu tahunnya. Namun dalam perencanaan rumah sakit ini, tenaga medis menyisakan waktu satu hari kerja untuk mengikuti pelatihan tersebut. (C) = 1

d. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait tentang Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2016 ditetapkan 11 hari kerja dan 4 hari kerja untuk cuti bersama (D) = 15

e. Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja (selama kurun waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa pemberitahuan/ijin (E) = 2

f. Waktu kerja, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan dalam 1 hari adalah 6 jam (6 hari kerja/minggu) (F) = 6 jam

(17)

Waktu Kerja Tersedia = {A-(B+C+D+E)} x F = {300- (12+1+15+2)} x 6 jam = 270 x 6 jam

= 1620 jam

= 97.200 menit/tahun 4.3.2 Kegiatan Pokok Tenaga Medis

Kegiatan tenaga medis (dokter) dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan standar kerja yang terdapat di rumah sakit ini. Kegiatan dokter dalam hal ini mencakup tiga bagian yaitu kegiatan pemeriksaan pasien baru, pemeriksaan pasien lama, dan tindakan medik kecil. Adapun uraian dari ketiga kegiatan pokok tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Kegiatan Pokok Tenaga Medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

Pemeriksaan Pasien Baru Pemeriksaan Pasien Lama Tindakan Medik Kecil

4.3.3 Rata-Rata Melaksanakan Kegiatan Tenaga Medis

(18)

oleh peneliti. Rata-rata waktu setiap tenaga medis dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.3

Waktu Rata-Rata Melaksanakan Kegiatan Tenaga Medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

KATEGORI dr.Sp.PD Poli Penyakit Dalam

Pasien Baru:

Rawat Inap Penyakit Dalam Visite Pasien Baru:

Tindalan Medik 15 menit Tindakan Medik Kecil

dr.Sp.OG Poli Kebidanan dan Kandungan Pasien Baru:

(19)

Visite Pasien Baru:

Tindakan Medik 30 menit Tindakan Medik Kecil

dr.Sp.A Poli Anak

Tindakan Medik 15 menit Tindakan Medik Kecil

(20)

Visite Pasien Baru:

Tindakan Medik 15 menit Tindakan Medik Kecil

dr.Sp.M Poli Mata

Tindakan Medik Tindakan Medik Kecil

dr.Sp.P Poli Paru

(21)

Dokter Umum Poli Umum

Tindakan Medik 15 menit Tindakan Medik Kecil

4.3.4 Standar Beban Kerja

Setelah diketahui rata-rata waktu yang diperlukan seorang tenaga medis dalam melakukan kegiatan pokoknya, maka dilakukan perhitungan standar beban kerja dengan membandingkan waktu kerja tersedia dengan rata-rata waktu yang dibutuhkan melaksanakan kegiatan, seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4

Standar Beban Kerja Tenaga Medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

(22)

Visite pasien baru

Poli Kebidanan dan Kandungan Pemeriksaan pasien

(23)

Pemeriksaan pasien

Dari tabel diatas menunjukkan standar beban kerja yang harus dilakukan tiap kategori tenaga medis yang ada di rumah sakit tersebut cukup besar. Hal ini bukan berarti dokter yang ada harus mengerjakan sejumlah standar beban kerja yang ada, namun mereka juga melaksanakan beberapa kegiatan lain yang menyita jam kerja yang dimilikinya.

4.3.5 Standar Kelonggaran

Penyusunan standar kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya kebutuhan waktu masing-masing kategori SDM untuk menyelesaikan tiap faktor kelonggaran atau kegiatan yang tidak/kurang terkait langsung atau tidak dipengaruhi tinggi rendahnya kuantitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan. Waktu kerja yang tersedia disajikan dalam hitungan jam/tahun. Untuk jumlah waktu pada setiap faktor kelonggaran yang ada disajikan dalam hitungan waktu satu tahun.

(24)

Tabel 4.5

Standar Kelonggaran Tenaga Medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Pertemuan komite

medik

1

kali/minggu 2 104 1620 0,064

Praktek klinik Setiap

minggu 5 260 1620 0,160

Standar Kelonggaran 0,224

Dokter Spesialis Kandungan Pertemuan komite

medik

1

kali/minggu 2 104 1620 0,064

Standar Kelonggaran 0,064

Dokter Spesialis Anak Pertemuan komite medik

1

kali/minggu 2 104 1620 0,064

Standar Kelonggaran 0,064

Dokter Spesialis Saraf Pertemuan komite medik

1

kali/minggu 2 104 1620 0,064

Standar Kelonggaran 0,064

Dokter Spesialis Mata

Standar Kelonggaran 0,123

Dokter Spesialis Paru

Praktek klinik Setiap

minggu 5 260 1620 0,160

Standar Kelonggaran 0,283

Dokter Umum Pertemuan komite medik

1

kali/minggu 2 104 1620 0,064

Praktek klinik Setiap

minggu 5 260 1620 0,160

Standar Kelonggaran 0,22

Keterangan:

(25)

4.4 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

Perhitungan kebutuhan tenaga medis per unit kerja tujuannya adalah diperolehnya jumlah masing-masing kategori tenaga medis yang dibutuhkan untuk mengerjakan seluruh beban kegiatan pada tiap unit kerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan selama kurun waktu 1 tahun.

Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penghitungan kebutuhan SDM masing-masing kategori SDM per unit kerja utamanya adalah sebagai berikut:

a. Waktu kerja tersedia

b. Standar beban kerja masing-masing kategori SDM c. Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM

d. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahun

Penghitungan kebutuhan SDM pada setiap unit kerja diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(26)

Tabel 4.6

Kuantitas Kegiatan Pokok Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

(27)

Tabel 4.7

Kuantitas Kegiatan Pokok Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

NO.

UNIT

KERJA/KATEGORI SDM

KEGIATAN POKOK KUANTITAS

1. Poli Penyakit Dalam (dr.Sp.PD)

3. Poli Anak (dr.Sp.M) Pemeriksaan pasien baru Pemeriksaan pasien lama

220 195 4. Poli Saraf (dr.Sp.S) Pemeriksaan pasien baru

Pemeriksaan pasien lama

6.450 2.261 5. Poli Mata (dr.Sp.M) Pemeriksaan pasien baru

Pemeriksaan pasien lama

312 190 6. Poli Paru (dr.Sp.P) Pemeriksaan pasien baru

Pemeriksaan pasien lama

Selanjutnya hasil penghitungan pada tabel 4.5 dan 4.6 tersebut dilakukan penggabungan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini:

Tabel 4.8

Kuantitas Kegiatan Pokok Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

NO.

UNIT

KERJA/KATEGORI SDM

KEGIATAN POKOK KUANTITAS KEGIATAN INSTALASI RAWAT JALAN

1. Poli Penyakit Dalam (dr.Sp.PD) 3. Poli Anak (dr.Sp.M) Pemeriksaan pasien baru

Pemeriksaan pasien lama

220 195 4. Poli Saraf (dr.Sp.S) Pemeriksaan pasien baru

Pemeriksaan pasien lama

6.450 2.261 5. Poli Mata (dr.Sp.M) Pemeriksaan pasien baru

Pemeriksaan pasien lama

(28)

6. Poli Paru (dr.Sp.P) Pemeriksaan pasien baru

1. Rawat Inap Penyakit Dalam (dr.Sp.PD)

2. Rawat Inap Kebidanan dan Kandungan (dr.Sp.OG)

6. Perawatan ICU Visite pasien baru Tindakan medik

167 30

(29)

Tabel 4.9

Kebutuhan SDM Dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM 1. Poli Penyakit Dalam

Pemeriksaan

pasien baru 10.450 7.477 1,40 Pemeriksaan

pasien lama 8.965 8.836 1,01

2. Rawat Inap Penyakit Dalam

Sub Total Kebutuhan SDM 2,76

Standar Kelonggaran 0,22

Total Kebutuhan SDM 2,98

DOKTER SPESIALIS KEBIDANAN DAN KANDUNGAN 1. Poli Kebidanan dan

Sub Total Kebutuhan SDM 0,37

Standar Kelonggaran 0,06

Total Kebutuhan SDM 0,43

DOKTER SPESIALIS ANAK

Sub Total Kebutuhan SDM 1,2

Standar Kelonggaran 0,06

Total Kebutuhan SDM 1,26

Dokter Spesialis Saraf

1. Poli Saraf Pemeriksaan

(30)

Pemeriksaan

Sub Total Kebutuhan SDM 1,61

Standar Kelonggaran 0,06

Total Kebutuhan SDM 1,67

Dokter Spesialis Mata

Sub Total Kebutuhan SDM 0,09

Standar Kelonggaran 0,12

Total Kebutuhan SDM 0,21

Dokter Spesialis Paru

Sub Total Kebutuhan SDM 0,81

Standar Kelonggaran 0,3

Total Kebutuhan SDM 1,11

Dokter Umum

Sub Total Kebutuhan SDM 0,1

Standar Kelonggaran 0,22

(31)

Keterangan:

 KK = Kuantitas Kegiatan selama 1 tahun

 SBK = Standar Beban Kerja

 KT = Kebutuhan Tenaga (KK/SBK)

Dari tabel 4.8 di atas didapatkan data bahwa:

1. Untuk dokter spesialis penyakit dalam dibutuhkan tenaga sebanyak 2,98 atau 3 orang dokter untuk memenuhi pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut khususnya untuk penyakit dalam.

2. Untuk dokter spesialis kebidanan dan kandungan dibutuhkan tenaga sebanyak 0,43 atau 1 orang dokter untuk memenuhi pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut khususnya untuk bagian kebidanan dan kandungan.

3. Untuk dokter spesialis anak dibutuhkan tenaga sebanyak 1,26 atau 1 orang dokter untuk memenuhi pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut khususnya bagian kesehatan anak.

4. Untuk dokter spesialis saraf dibutuhkan tenaga sebanyak 1,67 atau 2 orang dokter untuk memenuhi pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut khususnya bagian saraf dan penyakit yang berhubungan dengan saraf .

(32)

6. Untuk dokter spesialis paru dibutuhkan tenaga sebanyak 1,11 atau 1 orang dokter untuk memenuhi pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut khususnya kesehatan paru.

(33)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Dari data karakteristik tenaga medis yang menjadi responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata tenaga medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan masih berada pada usia produktif yaitu 30-46 tahun. Untuk jenis kelamin responden pada penelitian ini terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 13 orang. Seluruh tenaga medis yang ada telah mempunyai tingkat pendidikan yang baik dan bahkan ada sebanyak 2 responden yang mempunyai pendidikan sampai S2 dokter spesialis. Masa kerja tenaga medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan sangat beragam, namun masa kerja terlama adalah selama 13 tahun.

(34)

pelayanan kepada pasien, beliau mengaku tidak ada kendala yang terlalu berat karena umurnya yang tidak produktif lagi.

Jika ditinjau dari pendidikan, dokter yang ada sudah memiliki kemampuan dan berkompeten di bidang masing-masing. Hal ini sejalan dengan ketentuan undang-undang kesehatan di Indonesia yang menyebutkan bahwa seorang tenaga kesehatan harus mempunyai kualifikasi minimum (UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 22 ayat 1). Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif dan efisien adalah tersedianya SDM yang cukup dengan kualitas yang tinggi, professional sesuai dengan fungsi dan tugas setiap personel (Ilyas, 2011). 5.2 Waktu Kerja yang Tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Pandan

Waktu kerja tersedia merupakan waktu efektif yang tersedia dalam satu tahun bagi tenaga medis dalam melaksanakan pelayanannya di rumah sakit. Menurut observasi yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan, tenaga medis (dokter) di rumah sakit ini mempunyai waktu kerja setiap hari dan melayani poliklinik setiap jam 08.00-13.00. Namun berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan terhadap dokter yang melayani di rumah sakit ini diperoleh hasil bahwa dalam pelayanan poliklinik bisa saja melewati batas waktu yang ditentukan apabila masih ada pasien yang menunggu. Seperti yang diungkapkan oleh ketua pelayanan bidang medik, beliau tetap melayani pasien yang ada di poliklinik umum walaupun telah lewat batas waktunya agar pelayanan kesehatan dirasakan maksimal oleh pasien tersebut.

(35)

dilayani. Sedangkan menurut dokter spesialis penyakit dalam, beliau memiliki waktu kerja di rumah sakit ini khususnya pelayanan poliklinik penyakit dalam hanya pada hari Senin-Rabu pada pukul 08.00-14.30 dan melakukan visite pasien setelah waktu pelayanan poliklinik selesai. Namun dokter spesialis lainnya melayani poliklinik setiap hari seperti poliklinik mata, paru, saraf, serta kandungan dan kebidanan.

Walaupun dokter di rumah sakit ini melayani pasien setiap hari, namun pihak RSUD Pandan juga memberikan hak libur nasional dan cuti bersama kepada seluruh pegawainya tidak terkecuali dokter di rumah sakit ini. Hari libur nasional dan cuti bersama ditetapkan berdasarkan ketentuan dari menteri terkait yaitu Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2016. Sehingga pada tahun 2016, dokter di rumah sakit ini mendapatkan hak libur sebanyak 15 hari. Walaupun begitu apabila ada pasien yang membutuhkan pelayanan sebisa mungkin dilakukan oleh perawat atau dokter jaga yang bertugas.

Dokter di rumah sakit ini juga mempunyai waktu longgar atau waktu diluar tugasnya melayani pasien seperti mengikuti rapat komite medik serta mengikuti pelatihan yang ada. Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti, semua dokter yang menjadi responden selalu mengikuti rapat komite medik dan memberikan pelayanan pelatihan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit.

(36)

per tahun atau sama dengan 97.200 menit per tahun. Waktu kerja tersedia di Rumah Sakit Umum Pandan jauh lebih kecil dibandingkan hasil penelitian Nengsih (2010), yang menghitung waktu kerja tersedia dokter di RSUD Bangkinang yaitu sebesar 6.390 jam per tahun untuk semua ruang rawat inap di rumah sakit. Hal ini disebabkan perbedaan dalam penetapan waktu kerja dokter dan cuti yang diberlakukan serta waktu ketidakhadiran dari setiap dokter di instalasi rawat inap RSUD Bangkinang.

5.3 Kegiatan Pokok Tenaga Medis

Kegiatan pokok dokter di RSUD Pandan ditetapkan oleh ketua komite medik atas persetujuan direktur rumah sakit. Hal ini dibenarkan oleh dokter spesialis saraf yang menyatakan bahwa tugas seorang dokter di rumah sakit mencakup tiga kegiatan pokok yaitu pemeriksaan pasien baru, pemeriksaan pasien lama, dan juga tindakan medik apabila diperlukan. Hasil wawancara mendalam yang peneliti lakukan terhadap semua dokter yang ada juga menyebutkan bahwa kegiatan pokok atau boleh disebut job description sudah ditentukan oleh pihak rumah sakit dan mereka hanya menjalankannya sesuai dengan ketentuan tersebut. Oleh karena itu peneliti menggunakan ketiga kegiatan pokok tersebut sebagai pedoman dalam melakukan observasi dan penentuan kebutuhan tenaga medis di rumah sakit ini.

(37)

anamnesa yang ada. Bila diperlukan pemeriksaan laboratorium maka seorang dokter juga bertugas didalam pembacaan hasilnya. Kegiatan terakhir yang dilakukan oleh dokter dalam melayani pasien adalah menuliskan resep yang dapat ditebus oleh pasien di apotik rumah sakit dan menuliskan rujukan apabila diperlukan. Hal ini juga dinyatakan oleh ketua pelayanan bidang medik dalam wawancara meendalam yang dilakukan oleh peneliti.

Kegiatan pokok tenaga medis yang ada dalam penelitian ini hampir sejalan dengan penelitian Nengsih (2010) untuk dokter di ruang rawat inap yang membagi kegiatan pokok menjadi tiga kegiatan utama, yaitu visite pasien baru, visite pasien lama, dan tindakan medik.

5.4 Rata-rata Melaksanakan Kegiatan Tenaga Medis

Rata-rata waktu seorang dokter melakukan kegiatan medis sesuai dengan standar kegiatan medik yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit menurut observasi yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan hasil yang cukup bervariasi. Dari keselurahan dokter yang menjadi responden peneliti diperoleh data bahwa waktu dalam melakukan pemeriksaan pasien lama membutuhkan waktu yang lebih sedikit dibandingkan pasien baru. Menurut dokter spesialis saraf, hal ini diakibatkan karena untuk pasien lama, mereka hanya membutuhkan catatan rekam medik dari si pasien untuk melakukan pemeriksaan berlanjut. Walaupun demikian apabila dibutuhkan tetap dilakukan anamnesa kepada si pasien untuk mendapatkan informasi terbaru terkait keadaan penyakitnya;apakah mengalami kesembuhan atau mengalami hal lain yang semakin mengganggu kesehatannya.

(38)

terhadap pasiennya. Hal ini menurut dokter spesialis penyakit mata, diakibatkan adanya suatu ketelitian yang lebih tinggi dalam pemeriksaan pasien agar tidak terdapat kesalahan yang fatal.

Untuk visite pasien, rata-rata waktu melakukan kegiatan medis terbanyak ada pada dokter spesialis di instalasi rawat inap kandungan dan kebidanan yaitu 10 menit untuk visite pasien baru dan 9 menit untuk visite pasien lama. Sedangkan untuk rata-rata waktu seorang dokter melakukan tindakan medik berdasarkan hasil observasi yang dilakukan adalah sebesar 30 menit.

Menurut hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti, semua dokter yang menjadi responden menyebutkan bahwa tidak ada standar khusus rumah sakit terkait dalam kegiatan pokok dokter. Rata-rata waktu melakukan kegiatan tergantung kepada kemampuan dari masing-masing dokter yang bertugas melayani pasien.

Di Indonesia sampai saat ini menurut Ilyas (2011), belum ada standar yang dapat menjadi rujukan waktu pelayanan; sebaiknya diadakan penelitian yang cukup luas dan mencakup varian rumah sakit yang ada. Sehingga secara umum dokter di rumah sakit dalam pemeriksaan pasien membutuhkan waktu yang sesuai dengan kemampuannya.

(39)

5.5 Standar Beban Kerja Tenaga Medis di Rumah Sakit Umum (RSUD) Pandan

Standar beban kerja diperoleh berdasarkan perhitungan dengan membandingkan waktu kerja tersedia tenaga medis dengan rata-rata waktu kegiatan pokok yang dapat dilakukan oleh seorang tenaga medis. Hasil yang diperoleh cukup bervariasi. Standar beban kerja yang ada menjadi acuan bagi tenaga medis dalam melakukan pelayanan kesehatan.

Walaupun telah didapatkan standar beban kerja tidak berarti seorang tenaga medis diharapkan mengerjakan pekerjaannya sebanyak standar beban kerja tersebut. Beberapa kegiatan lain diluar kegiatan pelayanan kesehatannya juga dilakukan oleh tenaga medis sehingga menyita waktu kerja tersedia yang dimilikinya.

5.6 Standar Kelonggaran Tenaga Medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

(40)

dimiliki oleh beberapa dokter di rumah sakit ini, diantaranya adalah dokter spesialis penyakit dalam.

Adapun perhitungan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan standar kelonggaran adalah dengan menggunakan data jumlah waktu per faktor kelonggaran yang ada dan membandingkannya dengan waktu kerja tersedia oleh seorang dokter di rumah sakit tersebut. Dari perhitungan ini diperoleh hasil bahwa dokter spesialis paru mempunyai standar kelonggaran yang lebih besar dibandingkan dokter spesialis lain dan dokter umum yang ada yaitu 0,283. Hal ini dikarenakan dokter tersebut juga mempunyai kegiatan medis di rumah sakit lain dan membuka praktek klinik di rumahnya selain mengikuti rapat komite medik rumah sakit.

5.7 Kajian Kebutuhan Tenaga Medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

Salah satu aspek yang sangat penting untuk mencapai pelayanan yang bermutu adalah tersedianya tenaga dokter yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan baik kuantitas dan kualitasnya. Oleh karena itu perencanaan akan pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di rumah sakit harus lebih teliti agar tidak menimbulkan perencanaan yang salah. Perencanaan yang salah bisa mengakibatkan kekurangan tenaga atau kelebihan tenaga. Tenaga berlebih dapat menimbulkan kerugian pada rumah sakit. Sebaliknya apabila kekurangan tenaga dapat mengakibatkan beban kerja yang tinggi sehingga dapat menurunkan kualitas pelayanan.

(41)

Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit. Metode perhitungan kebutuhan berdasarkan beban kerja (WISN) adalah indikator yang menunjukkan besarnya kebutuhan tenaga pada sarana kesehatan berdasarkan beban kerja, sehingga alokasi/relokasi tenaga akan lebih mudah dan rasional. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif, dan realistis.

Dalam penelitian ini, metode perhitungan yang digunakan adalah WISN. Prinsip yang dianut oleh metode WISN ini adalah didasarkan pada informasi apa yang akan dihasilkan dan bagaimana informasi ini dapat digunakan oleh para manajer kesehatan serta administrator dalam rangka untuk memperbaiki situasi tenaga kesehatan saat ini. Misalnya, bagaimana staf kesehatan yang tersedia dapat disebarkan secara lebih efektif serta bagaimana untuk merencanakan perbaikan masa depan di bidang jasa dan dalam manajemen sumber daya manusia. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan peneliti dengan menggunakan metode WISN diperoleh hasil bahwa jumlah dokter yang dibutuhkan ada sebanyak 10

orang untuk 7 kategori tenaga medis yang menjadi fokus peneliti dalam observasi. Berikut adalah tabel ketersediaan dokter di rumah sakit dengan jumlah dokter yang diperoleh dari perhitungan WISN:

Tabel 5.1

Perbedaan Ketersediaan Tenaga Medis dengan Hasil Perhitungan WISN di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan

No. Kategori Tenaga Medis Tersedia Penelitian

1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1 3

2. Dokter spesialis Kebidanan dan Kandungan1

1 1

3. Dokter Spesialis Anak 1 1

(42)

5. Dokter Spesialis Mata 1 1

6. Dokter Spesialis Paru 1 1

7. Dokter Umum 12 1

Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa perbedaan ketersediaan dokter dengan hasil perhitungan yang paling besar adalah pada dokter spesialis penyakit dalam yaitu dibutuhkan 3 orang dokter spesialis penyakit dalam di rumah sakit tersebut agar pelayanan kesehatan khususnya terkait penyakit dalam lebih maksimal dirasakan. Jika dilihat dari data kunjungan pasien ke unit penyakit dalam baik pada rawat jalan maupun rawat inap juga mempunyai jumlah terbesar. Hal ini dibenarkan oleh dokter spesialis penyakit dalam yang menyebutkan bahwa setiap harinya beliau merasakan banyak sekali pasien yang datang khususnya di bagian poliklinik penyakit dalam sehingga beliau merasakan beban kerja berlebih. Menurut observasi yang peneliti lakukan juga memberikan hasil yang sama. Hampir setiap hari poliklinik yang padat dikunjungi oleh pasien adalah poliklinik penyakit dalam. Untuk rawat inap, beliau mengaku tidak terlalu merasakan beban kerja yang berlebih karena hanya melakukan visite saja dan pelayanan pengasuhan pasien di rawat inap lebih banyak dilakukan oleh perawat jaga. Oleh karena itu, beliau sangat mengharapkan adanya penambahan tenaga medis di bagian penyakit dalam agar pasien yang datang dapat dilayani dengan maksimal.

(43)

(Praktek Pelatihan Dokter Spesialis) dari universitas tertentu dan dikontrak selama 6 bulan. Selain itu, pihak rumah sakit juga membuat kontrak dengan dokter rumah sakit lain untuk menutupi sebagian kekurangan tenaga dokter di rumah sakit ini. Namun dalam hal melakukan metode terhadap perhitungan kebutuhan tenaga medis, RSUD Pandan belum pernah melakukan metode apapun. Pihak rumah sakit hanya menerima jumlah dokter yang disediakan oleh pemerintah kabupaten.

Hampir sejalan dengan pendapat Ketua Bidang Pelayanan Medik, Ketua Komite Medik juga menyebutkan tenaga medis yang ada saat ini masih dirasakan kurang, terutama dokter spesialis di rumah sakit tersebut. Beliau berpendapat bahwa hal ini disebabkan karena sebagian dokter spesialis belum mau masuk ke daerah-daerah yang belum mempunyai potensi. Oleh karenanya dibutuhkan suatu motivasi yang kuat agar dokter spesialis mau untuk bertugas di daerah.

(44)

Namun yang paling penting metode ini tidak memperhitungkan adanya variasi lokal yang luas yang ditemukan dalam setiap wilayah, seperti tingkat yang berbeda dan pola morbiditas di lokasi yang berbeda, kemudahan akses ke fasilitias yang berbeda, sikap pasien pada tiap bagian yang berbeda terhadap layanan yang diberikan, dan keadaan ekonomi lokal. Semua faktor ini sangat mempengaruhi permintaan untuk layanan di suatu daerah dan pada fasilitas individu, oleh karena itu mereka mempengaruhi staff yang jumlahnya benar-benar diperlukan untuk memenuhi permintaan. Metode WISN ini sering menunjukkan bahwa persyaratan sangat bervariasi antara fasilitas kesehatan dari jenis yang sama, sesuai dengan beban kerja mereka.

(45)

Pada metode target perhitungan jumlah dan jenis tenaga lebih didasari tentang masalah kesehatan, jenis dan beban pelayanan, kemampuan dan sumber daya yang tersedia. Untuk rumah sakit, biasanya ada sedikit perbedaan antara target sasaran dan pelayanan rumah sakit pemerintah dengan rumah sakit swasta.

Selanjutnya dalam metode permintaan (need), demand pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor demografi, seperti umur, sex, kepadatan penduduk, dan sebaran penduduk. Penghitungan personel rumah sakit dengan metode demand dapat juga berdasarkan data rata-rata lama hari rawat yang dibeli oleh penduduk. Lama hari rawat mencerminkan waktu yang harus disediakan oleh personel rumah sakit untuk melaksanakan pelayanan rawat inap di rumah sakit yang dibeli oleh pasien.

Pada metode rasio tenaga dan tempat tidur, ditentukan jumlah dan jenis personel yang harus disediakan rumah sakit sesuai dengan tipe rumah sakit. Dengan metode ini hanya dapat diketahui jumlah personel secara total, tetapi tidak dapat mengetahui produktivitas SDM, situasi demand dan supply SDM rumah sakit, dan kapan personel tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang membutuhkan.

(46)

untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar, 1 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang, dan 1 dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut. Jika merujuk kepada Permenkes ini, maka hasil yang didapat dari metode WISN ini sudah memenuhi syarat sebuah rumah sakit tipe C.

(47)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan, maka kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Waktu kerja yang tersedia bagi tenaga medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan adalah 97.200 menit/tahun yang merupakan hasil perhitungan cuti tahunan, hari libur nasional dan cuti bersama, waktu pelatihan, ketidakhadiran kerja, serta waktu kerja tenaga medis per hari. 2. Standar kegiatan tenaga medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Pandan mencakup tiga kegiatan pokok yaitu pemeriksaan pasien baru, pemeriksaan pasien lama, serta tindakan medik.

3. Waktu kerja yang dibutuhkan oleh tenaga medis untuk melaksanakan kegiatan pokok di masing-masing unit kerja berbeda satu sama lain, namun dari ketiga kegiatan pokok tersebut, pemeriksaan pasien lama hanya membutuhkan waktu lebih sedikit dibandingkan pemeriksaan pasien baru dan tindakan medik.

4. Standar beban kerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan berdasarkan hasil perhitungan lebih besar di instalasi rawat inap dibandingkan dengan instalasi rawat jalan.

(48)

6. Kebutuhan tenaga medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan menggunakan metode WISN bahwa jumlah tenaga medis keseluruhan masih membutuhkan tambahan sebanyak 10 orang tenaga medis dan jumlah terbanyak yang dibutuhkan adalah dokter spesialis penyakit dalam yaitu sebanyak 3 orang.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Disarankan kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan mengembangkan suatu metode yang lebih tersistematis lagi terhadap peningkatan kebutuhan tenaga medis di rumah sakit ini,

2. Disarankan kepada pihak rumah sakit agar lebih memperhatikan beban kerja yang berlebih pada beberapa unit kerja tenaga medis sehingga pelayanan kesehatan dapat tetap maksimal diberikan kepada pasien

(49)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Berdasarkan Permenkes Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit dapat didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta. Rumah Sakit yang didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah merupakan unit pelaksana teknis dari instansi Pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan ataupun instansi Pemerintah lainnya.

Milton Roemer dan Friedman dalam buku Doctors in Hospital (1971) dikutip oleh Aditama (2010), menyatakan bahwa rumah sakit setidaknya punya lima fungsi, yaitu:

(50)

keperawatan, gizi, farmasi, laboratorium, radiologi, dan berbagai pelayanan diagnostic sert terapeutik lainnya.

2. Rumah sakit harus memiliki pelayanan rawat jalan

3. Rumah sakit juga mempunyai tugas untuk melakukan pendidikan dan latihan

4. Rumah sakit perlu melakukan penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan

5. Rumah sakit juga punya tanggung jawab untuk program pencegahan penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi populasi di sekitarnya

2.1.2 Pembagian Rumah Sakit

Jenis rumah sakit menurut jenis pelayanan yang diberikan berdasarkan Permenkes Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum dapat dikelompokkan lagi menjadi rumah sakit umum kelas A, rumah sakit umum kelas B, rumah sakit umum kelas C, dan rumah sakit umum kelas D. Sedangkan untuk rumah sakit khusus dikelompokkan menjadi rumah sakit khusus kelas A, rumah sakit khusus kelas B, dan rumah sakit khusus kelas C. Rumah sakit umum kelas C sebagaimana dijelaskan dalam Permenkes ini memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang nonklinik, dan pelayanan rawat inap. Pelayanan medik terdiri dari:

(51)

c. pelayanan medik spesialis dasar; d. pelayanan medik spesialis penunjang; e. pelayanan medik spesialis lain; f. pelayanan medik subspesialis; dan

g. pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.

Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus menerus. Pelayanan medik umum, meliputi pelayanan medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana. Pelayanan medik spesialis dasar, meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi. Pelayanan medik spesialis penunjang, meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, dan patologi klinik. Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, paling sedikit berjumlah 1 (satu) pelayanan.

Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu jenis pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit umum kelas C meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan keperawatan dan kebidanan meliputi asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.

Pelayanan penunjang klinik meliputi pelayanan bank darah, perawatan intensif untuk semua golongan umur dan jenis penyakit, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik. Pelayanan penunjang nonklinik meliputi pelayanan laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulans, system informasi dan komunikasi, pemulasaraan jenazah, system penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air bersih.

(52)

a. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik

Pemerintah;

b. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta; c. jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta

Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas C terdiri atastenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain, tenaga non kesehatan. Tenaga medis paling sedikit terdiri atas:

a. 9 (sembilan) dokter umum untuk pelayanan medik dasar; b. 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;

c. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar; d. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis

penunjang; dan

e. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medic spesialis gigi mulut.

Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas:

a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit; b. 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu oleh paling

sedikit 4 (empat) orang tenaga teknis kefarmasian;

(53)

d. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

2.2 Tenaga Kesehatan

Berdasarkan World Health Organization (WHO), SDM kesehatan adalah semua orang yang kegiatan pokoknya ditujukan untuk meningkatkan kesehatan. Mereka terdiri atas orang-orang yang memberikan pelayanan kesehatan seperti dokter, perawat, apoteker, teknisi laboratorium, manajemen, serta tenaga pendukung seperti bagian keuangan, sopir, dan lain sebagainya. Secara kasar, WHO memperkirakan terdapat 59,8 juta tenaga kesehatan di dunia dan dari jumlah tersebut diperkirakan dua per tiga (39,5 juta) dari jumlah keseluruhan tenaga kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan sepertiganya (19,8 juta) merupakan tenaga pendukung dan manajemen (WHO, 2006; dalam Anna Kurniati:2012).

(54)

administrator kesehatan, dan sanitarian), tenaga gizi (nutrisionis dan dietisien), tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis wicara), serta tenaga keteknisian medis (radiographer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analisis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfuse, dan perekam medis).

Tenaga medis adalah tenaga ahli kedokteran dengan fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medis kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan (Anireon, 1984). Adapun jenis tenaga medis berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan pasal 11 ayat 2 adalah terdiri dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.

2.2.1 Dokter

Secara operasional, definisi dokter adalah seorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat kontak pertama pasien untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hokum, dan etika moral. Layanan yang diselenggarakannya adalag sebatas kompetensi dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran.

(55)

1. Melakukan pemeriksaan pada pasien untuk mendiagnosa penyakit pasien secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.

2. Memberikan terapi untuk kesembuhan penyakit pasien

3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehar dan sakit

4. Menangani penyakit akut dan kronik

5. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar

6. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS

7. Tetap bertanggungjawab atas pasien yang dirujukan ke dokter spesialis atau dirawat di RS dan memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan

8. Bertindak sebagai mitra, penasihat, dan konsultan bagi pasiennya

9. Memberikan nasihat untuk perawatan dan pemeliharaan sebagai pencegahan sakit.

10.Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran, pengobatan pasien sekarang harus komprehensif, mencakup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative

11.Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf keseharan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi.

12.Mawas diri dan mengembangkan diri/belajar sepanjang hayat dan melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran

(56)

Dalam prakteknya, seorang dokter juga memiliki sebuah lembaga yang menjadi pelindung dan pemberi jaminan hokum agar dalam melaksanakan tugasnya dapat secara maksimal . Lembaga tersebut adalah Konsil Kedokteran Indonesia. Pembentukan ini berdasarkan Undang-Undang Praktik Kedokteran Nomor 29 Tahun 2004 pasal 4 ayat (1) yang berbunyi”Untuk melindungi maasyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dari dokter dan dokter gigi dibentuk Konsil Kedokteran Indonesia yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi.”

Konsil Kedokteran Indonesia atau disingkat KKI adalah sebuah badan yang otonom, mandiri, non struktural, dan bersifat independen yang bertanggung jawab langsung kepada RI. Adapun fungsi dari KKI ini dapat dilihat pada Undang-Undang Praktik Kedokteran Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 6 yang berbunyi:

“Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan,

penetapan, serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medis.”

Fungsi KKI lebih lanjutnya dibahas dalam Perkonsil No.1 Tahun 2011 pada pasal 2, yaitu: KKI mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, penetapan, dan pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medis.

(57)

kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

2. Fungsi pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi, standar kompetensi dokter dan dokter gigi, dan penerapan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Fungsi penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah menetapkan kebijakan dan regulasi terkait standar pemdidikan profesi dokter dan dokter gigi, standar kompetensi dokter dan dokter gigi, penerapan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi, registrasi dokter dan dokter gigi, dan pembinaan praktik kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Fungsi pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah membina dokter dan dokter gigi dalam rangka peningkatan mutu praktik kedokteran, penerapan disiplin dokter dan dokter gigi, dan perlindungan kepada masyarakat yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Selain KKI, ada juga sebuah lembaga lain yang juga menjadi wadah berkumpulnya para dokter yaitu Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Ikatan Dokter Indonesia, dengan visinya menjadi organisasi profesi kedokteran nasional yang berwibawa di tingkat Asia Pasifik pada tahun 2020, mengemban misi sebagai berikut:

1. Mengupayakan peningkatan kemampuan profesional yang beretika.

(58)

3. Menyuarakan aspirasi, mengupayakan kesejahteraan dan memberikan perlindungan kepada segenap anggota.

4. Mengembangkan standar pelayanan profesi, standar etika dan memperjuangkan kebebasan profesi yang mampu menyelaraskan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

Tujuan dibentuknya IDI adalah untuk memadukan segenap potensi dokter Indonesia, meningkatkan harkat, martabat dan kehormatan diri dan profesi kedokteran. Selain itu tujuan lainnya adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, serta pada akhirnya meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia menuju masyarakat sehat dan sejahtera.

2.2.1.1 Dokter Umum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna dari dokter umum adalah dokter yang mendalami keahlian pada jenis penyakit tertentu (bukan spesialis). 2.2.2 Dokter Gigi

(59)

2.2.3 Dokter Spesialis

Dokter spesialis adalah dokter yang mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu kedokteran tertentu. Seorang dokter harus menjalani pendidikan profesi dokter pasca sarjana (spesialisasi) untuk dapat menjadi dokter spesialis. Pendidikan dokter spesialis merupakan program pendidikan profesi lanjutan dari program pendidikan dokter setelah dokter menyelesaikan wajib kerja sarjananya dan atau langsung setelah menyelesaikan pendidikan dokter umum.

2.2.4 Dokter Gigi Spesialis

Spesialisasi dalam kedokteran gigi antara lain bedah mult, endodonsia (konservasi gigi), oral medicine (penyakit mulut), ortodonsia, pedodonsia, periodonsia, prostodonsia, dan radiologi kedokteran. Dokter gigi spesialis yang terbanyak adalah dokter gigi ortodonsia, mengurusi antara lain gigi tongos, karena di Indonesia masih dipentingkan penampilan dan bukannya fungsi gigi.

Dokter gigi bedah mulut kadang-kadang disebut “tukang jagal”, karena prinsip kerjanya adalah membuang yang dianggap tidak berguna, misalnya pada kecelakaan, gigi yang hamper copot dicabut saja, padahal masih dapat dipertahankan, tetapi dengan biaya yang besar. Dokter gigi konservasi gigi, prinsipnya mempertahankan gigi, misalnya gigi yang akarnya infeksi diobati agar gigi tersebut tidak copot dan masih dapat difungsikan.

(60)

cocok untuk pasien sumbing, terutama jika langit-langitnya juga terbelah. Dokter Radiologi Kedokteran Gigi, biasanya menangani pasien kanker.

2.3 Perencanaan Tenaga Medis

Perencanaan tidak terlepas dari aktivitas individu maupun organisasi. Pada organisasi yang berskala besar maupun kecil, perencanaan merupakan hasil dari perkembangan organisasi tersebut. Semakin besar suatu organisasi, maka semakin kompleks pula tugas perencanaan yang harus dilakukan.

Perencanaan dibidang kesehatan menurut Green A. (1999) yang dikutip oleh Anna Kurniati (2012), terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Perencanaan aktivitas yang berhubungan dengan pengaturan jadwal dan kerangka kerja yang bisa dimonitor untuk implementasi sebelum suatu aktivitas dilakukan.

2. Perencanan alokatif yang berhubungan dengan pengambilan keputusan tentang bagaimana seharusnya sumber daya dialokasikan.

Perencanaan alokatif inilah yang sering dipakai dibidang kesehatan dan dibahas kemudian. Green sendiri mendefinisikan perencanaan sebagai metode sistematis yang mencoba untuk mendapatkan tujuan eksplisit masa depan melalui penggunaan sumber daya yang efisien dan sesuai, tersedia saat ini dan di masa mendatang. Komponen penting dari perencanaan tersebut adalah sebagai berikut. 1.Ke mana kita akan pergi? (tujuan)

2.Dengan apa? (sumber daya)

3.Bagaimana? (implementasi yang sesuai dan efisien) 4.Kapan? (masa depan)

(61)

Metode penyusunan rencana kebutuhan tenaga kesehatan telah ditetapkan melalui Kepmenkes No.81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, serta rumah sakit. Metode-metode dasar dalam penyusunan rencana SDM kesehatan diantaranya:

1. Penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan berdaasarkan keperluan keehatan (health need method). Dalam cara ini dimulai dengan ditetapkannya keperluan (need) menurut golongan umur, jenis kelamin, dan lain-lain. Selanjutnya dibuat proyeksi penduduk untuk tahun sasaran menurut kelompok penduduk yang ditetapkan; diperhitungkan keperluan upaya kesehatan untuk tiap-tiap kelompok penduduk pada tahun sasaran.

Misalnya: sasaran kelompok umur 40-60 tahun dengan 5 kali kunjungan per tahun bagi golongan ekonomi atas dan 2 kali kunjungan per tahun bagi golongan ekonomi bawah. Jumlah target penduduk per tahunnya pada kedua populasi sebesar 300.000 dan 900.000. Dari sini kita bisa menghitung kebutuhan kunjungan dari kedua kelompok tersebut. Ekonomi atas

memerlukan 5 x 300.000= 1.500.000 kunjungan, sedangkan ekonomi bawah memerlukan 2 x 900.000= 1.800.000 kunjungan. Jika diketahui rata-rata dokter bekerja penuh waktu di unit rawat jalan pelayanan kesehatan adalah 7.500 kunjungan per tahun. Target kunjungan per tahun adalah sebagai berikut. (1.500.000 + 1.800.000) : 7.500 = 440 dokter, sehingga diperlukan dokter sejumlah 440 orang bekerja secara penuh.

(62)

ditetapkannya kebutuhan (demand) upaya atau pelayanan kesehatan untuk kelompok kelompok penduduk menurut golongan umur, jenis kelamin, tingkat ekonomi, pendidikan, lokasi, dan lain-lainnya. Selanjutnya dibuat proyeksi penduduk untuk tahun sasaran menurut kelompok penduduk yang ditetapkan; diperhitungkan kebutuhan pelayanan kesehatan untuk tiap tiap kelompok penduduk tersebut pada tahun sasaran. Selanjutnya untuk memperoleh perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan tersebut diperoleh dengan membagi jumlah keseluruhan pelayanan kesehatan pada tahun sasaran dengan kemampuan jenis tenaga tersebut untuk melaksanakan pelayanan kesehatan termaksud pada tahun sasaran.

Contoh: Sasaran adalah kelompok remaja usia 10-15 tahun berjumlah 5 juta yang memerlukan rata-rata kunjungan 2.0 dokter dan 4.0 perawat per tahun. Para remaja ini memerlukan kunjungan 3 juta dokter dan 5 juta kunjungan perawat. Dokter penuh waktu dapat melakukan 4.000 kunjungan per tahun dan perawat sebesar 6.000 kunjungan per tahun. Maka perkiraan tenaga penuh waktu yang dibutuhkan adalah:

Untuk dokter: 3 juta : 4.000= 7.500 dokter Untuk perawat: 5juta : 6.000= 833 perawat

(63)

dengan kemampuan jenis tenaga tersebut untuk melaksanakan upaya atau pelayanan kesehatan termaksud pada tahun sasaran.

4. Penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan rasio terhadap sesuatu Nilai (Ratio Method). Pertama-tama ditentukan atau diperkirakan rasio dari tenaga terhadap suatu nilai tertentu, misalnya jumlah penduduk, tempat tidur rumah sakit, puskesmas, dan lainnya. Selanjutnya nilai tersebut diproyeksikan ke dalam sasaran. Perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan tertentu diperoleh dari membagi nilai yang diproyeksikan termasuk dengan rasio yang ditentukan.

Secara garis besar perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:

1. Perencanaan tenaga kesehatan pada tingkat institusi

Perencanaan tenaga kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada perhitungan tenaga kesehatan untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanan kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, dan lain-lainnya.

2. Perencanaan tenaga kesehatan pada tingkat wilayah

Perencanaan tenaga kesehatan pada tingkat wilayah ini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan kebutuhan wilayah (Nasional, Provinsi, atau Kabupaten/Kota) yang merupakan gabungan antara kebutuhan institusi dan organisasi.

3. Perencanaan tenaga kesehatan untuk bencana

(64)

Dalam perencanaan kebutuhan tenaga kerja juga terdapat dua metode yang umum digunakan menurut Panggabean (2002) yaitu:

1. Analisis Beban Kerja

Analisis beban kerja adalah suatu proses penentuan jumlah jam kerja orang (man hours) yang dipergunakan atau yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu beban kerja tertentu dalam waktu tertentu. Jumlah jam kerja setiap karyawan akan menunjukkan jumlah karyawan yang dibutuhkan.

2. Analisis Tenaga Kerja

Analisis tenaga kerja adalah suatu proses kebutuhan tenaga kerja yang dipergunakan untuk mempertahankan kontiunitas jalannya perusahaan secara normal. Karena itu pada dasarnya selain jumlah karyawan yang telah ditentukan dengan menggunakan analisis beban kerja, juga harus dipertimbangkan persediaan tenaga kerja, tingkat absensi, dan tingkat perputaran karyawan. Menurut Shipp (1998) dalam Panggabean, dengan mendapatkan besaran standar beban kerja yang didapatkan dari data statistik kegiatan rutin unit layanan yang diteliti, akan mendapatkan besaran jumlah tenaga dari masing-masing kategori tenaga di unit layanan tersebut untuk dapat menyelesaikan standar beban kerja yang telah diukur tadi.

2.4 Analisis Beban Kerja

(65)

satuan kerja dengan menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas kerja perorangan per satuan waktu.

Menurut Ilyas (2011), beban kerja dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan staf pada waktu kerja baik kegiatan langsung, tidak langsung, dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan kegiatan tidak produktif. Sumberdaya manusia yang tersedia berkaitan dengan beban kerja.

Dalam perhitungaan beban kerja ada tiga cara dapat digunakan diantaranya adalah (Ilyas, 2011) :

1. Work Sampling

Work sampling adalah suatu teknik untuk mengukur besaran masing-masing

pola kegiatan dari total waktu kegiatan yang telah dilaksanakan dari suatu kelompok kerja (unit kerja). Kegiatan yang diamati dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kegiatan langsung adalah kegiatan yang dilakukan berkaitan langsung dengan pasien/pelanggannya, disini dicantumkan semua kegiatan yang mungkin dilakukan oleh tenaga tersebut

2. Kegiatan tidak langsung adalah kegiatan yang dilakukan tidak langsung terhadap pelanggan/konsumennya

3. Kegiatan pribadi adalah kegiatan untuk kepentingan pribadinya seperti makan, minum, dan ke toilet

(66)

2. Time Motion Study

Teknik ini dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat kualitas dari pelatihan atau pendidikan bersertifikasi keahlian. Pengamatan dilakukan secara terus menerus sampai pekerjaan selesai, kemudian dilakukan pengulangan pada keesokan harinya. Pengamat atau peneliti harus cermat dalam mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh pegawai. Teknik ini merupakan teknik yang sulit dilakukan, berat, dan mahal, sehingga jarang dilakukan. Pada penelitian tentang pengukuran kerja, bias bisa terjadi karena seseorang merasakan bahwa dirinya sedang diamati ketika bekerja, sehingga dia melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Bias dalam penelitian dapat diminalisasi dengan adanya penambahan lama waktu pengamatan. Biasanya hal ini terjadi pada masa awal penelitian, setelah beberapa hari ritme kerja pun kembali normal.

3. Daily Log

Daily log merupakan bentuk yang lebih sederhana dari work sampling.

Caranya adalah orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan untuk penelitian tersebut. Oleh karena itu, teknik ini sangat bergantung pada kejujuran dan kerjasama dari pegawai yang menjadi sampel. Pelaksanaan teknik ini menggunakan formulir isian sederhana mengenai kegiatan, waktu, dan lamanya kegiatan.

(67)

2.5 Analisis Kebutuhan Tenaga Kesehatan dengan Metode Workload Indicator Staff Need (WISN)

Perencanaan sumber daya manusia di bidang kesehatan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, serta Rumah Sakit. Salah satu metode yang sering digunakan untuk menghitung kebutuhan pekerja dalam perencanaan SDM adalah analisis menggunakan WISN.

WISN (Workload Indicator Staff Need) adalah indikator yang menunjukkan

besarnya kebutuhan tenaga kerja di suatu tempat kerja berdasarkan beban kerja, sehingga alokasi/relokasi akan lebih mudah dan rasional. Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.

Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah, yaitu :

1. Menetapkan waktu kerja tersedia

(68)

1. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja. Dalam 1 tahun 250 hari kerja (5 hari x 50 minggu). (A)

2. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja setiap tahun. (B)

3. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di RS untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/profesionalisme setiap kategori SDM memiliki hak untuk mengikuti pelatihan/kursus/seminar/ lokakarya dalam 6 hari kerja. (C)

4. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2002-2003 ditetapkan 15 Hari Kerja dan 4 hari kerja untuk cuti bersama. (D)

5. Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja (selama kurun waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa pemberitahuan/ijin. (E)

6. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah, pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari kerja/minggu). (F)

Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menetapkan waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut :

Waktu Kerja Tersedia = {A - (B+C+D+E)} X F Keterangan :

(69)

C = Pendidikan dan Pelatihan F = Waktu Kerja

Apabila ditemukan adanya perbedaaan rata-rata ketidak hadiran kerja atau RS menetapkan kebijakan untuk kategori SDM tertentu dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan lebih lama di banding kategori SDM lainnya, maka perhitungan waktu kerja tersedia dapat dilakukan perhitungan menurut kategori SDM.

2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM

Menetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah diperolehnya unit kerja dan kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan masayarakat di dalam dan di luar RS.

Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja dan kategori SDM adalah sebagai berikut :

1. Bagan Struktur Organisasi RS dan uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing unit dan sub-unit kerja.

2. Keputusan Direktur RS tentang pembentukan unit kerja struktural dan fungsional, misalnya: Komite Medik, Komite Pangendalian Mutu RS. Bidang/Bagian Informasi.

3. Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja di RS.

4. PP 32 tahun 1996 tentang SDM kesehatan.

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik Dokter Umum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Tabel 4.2 Kegiatan Pokok Tenaga Medis di Rumah Sakit Umum Daerah
Tabel 4.3 Waktu Rata-Rata Melaksanakan Kegiatan Tenaga Medis di Rumah
Tabel 4.4 Standar Beban Kerja Tenaga Medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Pengalihan pengelolaan PBB-P2 menjadi pajak daerah menurut UU adalah meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah, memberikan peluang baru kepada

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas senyawa aktif pada rimpang lengkuas tersebut dan dengan berbagai konsentrasi dapat

Nilai adjusted R square sebesar 0,230 menunjukkan bahwa 23% variasi kebijakan dividen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, aktivitas,

1.2.2 Berikan analisis mengenai kemampuan dan potensi institusi dalam mengelola program studi yang diusulkan meliputi: 1) Sumber daya manusia (SDM), 2) Sarana dan

Agriculture, Environment and Forestry, Home Affairs, National Land Agency, National Planning Agency, and from GAPKI (The Indonesian Palm Oil Plantation

Program studi DOKTOR KEPERAWATAN yang diusulkan harus memiliki manfaat terhadap institusi, masyarakat, serta bangsa dan negara. Institusi pengusul memiliki

Sanjaya (dalam Eka) mengatakan ada beberapa strategi pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru. Strategi pembelajaran ekspositiri, 2) strategi pembelajaran

Dari pelaksanaan zakat hasil tambak yang ada di Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, maka dapat penulis analisis, bahwa dalam menentukan zakat mereka