• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : METODE PENELITIAN

B. Pembahasan

1. Domain

Perubahan yang terjadi pada suatu sistem sosial akan berpengaruh terhadap pola pikir dan perasaan para anggota atau orang-orang yang tinggal di dalam suatu budaya. Pada konteks ini akan lebih mudah apabila kita berpikir bahwa budaya sebagai suatu sistem dari domain-domain yang saling berhubungan. Domain merupakan pengetahuan dan perilaku yang simbolik yang dibagikan oleh sebagian masyarakat. Domain terdiri atas seperangkat peraturan dan prosedur yang secara simbolik menggambarkan suatu bidang. Pada jaman dahulu, setiap aspek berpikir dan ekspresi dari kebuadayaan dimasukkan dalam satu kategori yaitu domain keagamaan. Kesenian, musik, tarian, cerita, filsafat, dan ilmu pasti merupakan gabungan dari kepercayaan supranatural dan ritual. Pada masa sekarang setiap domain berusaha untuk

dapat berdiri dan menentukan peraturannya sendiri. Menurut Csikszentmihalyi (1999), domain akan menguraikan bagaimana prioritas individu pada karier dan kehidupannya, termasuk dinamika dan struktur perhatian individu terhadap domain.

Setiap individu dapat memiliki lebih dari satu domain sehingga satu individu dengan individu lain mungkin memiliki kombinasi domain-domain yang berbeda. Faktor yang sangat penting adalah bagaimana cara seseorang dalam mengakses domain. Adanya sarana dan prasarana dalam bidang yang diminati akan membantu dalam memunculkan kreativitas karena informasi yang didapat akan lebih banyak. Hal ini merujuk pada bagaimana fasilitas yang disediakan agar banyak orang dapat mengetahui pengetahuan-pengetahuan di masa lalu. Informasi terkadang tidak hanya diserap lewat sistem pencatatan, namun dapat juga melalui proses asimilasi dan instruksi. Seseorang yang tidak dapat mengakses informasi dipandang tidak dapat memberikan kontribusi, sekalipun dia memiliki kemampuan atau keahlian yang hebat di bidang tersebut. Sistem pencatatan informasi yang lebih jelas dan akurat akan memudahkan seseorang dalam memahami pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

Informasi tentang domain yang didapat tentunya harus disimpan sebagai data. Sistem pencatatan informasi yang lebih jelas dan akurat akan lebih mudah untuk mengasimilasi pengetahuan dan kemudian menentukan tahap selanjutnya untuk membuat suatu inovasi (Csikszentmihalyi, 1996). Apabila informasi yang didapat bersifat sangat kaku maka sulit untuk

mengubahnya, namun jika informasinya lebih mudah dikenal maka akan lebih sulit untuk mengakui perubahan baru. Pada saat-saat tertentu, suatu domain akan lebih diutamakan didalam budaya. Misalnya pada abad pertengahan domain agama lebih diutamakan. Hal ini akan menarik lebih banyak perhatian dan memungkinkan adanya kreativitas. Pada saat yang lain, suatu domain dikuasai oleh beberapa pihak saja sehingga akan membuat orang dari luar sulit untuk mengaksesnya (Csikszentmihalyi, 1996).

2. Individu

Suatu kreativitas dapat terlihat ketika seseorang menggunakan simbol-simbol yang ada pada domain untuk mendapatkan suatu ide baru. Individu mempelajari peraturan dan isi domain serta kriteria seleksi dari field untuk mendapatkan informasi. Proses ini disebut internalisasi. Selain itu, individu juga belajar dari pemikirannya dan latar belakang dirinya. Latar belakang yang sangat membantu memberikan informasi-informasi dalam proses kreatif antara lain pengalaman pribadi seseorang (dalam keluarga, masa kecil individu, remaja dewasa) dan motivasi intrinsik.

a) Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi meliputi berbagai peristiwa yang pernah dialami oleh individu baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Pengalaman dalam keluarga menggambarkan bagaimana hubungan individu dengan keluarga, fasilitas dan dukungan dari keluarga, peraturan-peraturan dalam keluarga yang dapat mempengaruhi

ketertarikan seseorang dalam suatu bidang, peran keluarga memperkenalkan lingkungan sosial dan bidang yang diminati. Pengalaman pribadi ini juga menggambarkan peristiwa-peritiwa penting yang menginspirasi seseorang untuk membuat suatu karya, termasuk hubungan dengan lingkungan disekitarnya.

b)Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik mengacu pada niat melakukan sesuatu yang lebih berorientasi pada imbalan dari dalam diri seperti, kepuasan psikologis (Suharnan, 2000). Motivasi pada penelitian ini lebih menekankan motivasi intrinsik. Hal ini dikarenakan motivasi intrinsik memiliki tingkat pengaruh lebih tinggi dalam kreativitas daripada motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik ini dapat membantu seseorang bertahan dalam menyelesaikan pekerjaan yang sulit sekalipun (Suharnan, 1998). Individu semakin tekun dalam usahanya untuk memahami domain dan menyelesaikan karya-karyanya meskipun lingkungan di sekitarnya kurang memberi perhatian atau dukungan dengan adanya motivasi intrinsik yang kuat. Selain itu, usaha untuk memperkenalkan hal-hal baru dalam sebuah sistem cukup memiliki resiko, termasuk perihal ditolak dan tidak dihargai.

3. Field (Lingkungan sosial)

Kondisi lingkungan seperti sosial ekonomi, nilai–nilai yang ada dalam masyarakat, mobilitas, konflik, maupun kompleksitas sistem sosial dapat

mempengaruhi kreativitas. Selain itu, penilaian lingkungan sosial sangat dibutuhkan untuk melihat ide-ide baru yang dihasilkan oleh individu sehingga dapat membedakan ide mana yang biasa saja dan mana yang sesungguhnya kreatif. Biasanya, penilaian ini dilihat sebagai sesuatu yang mengikuti dan dapat terpisah dari tindakan individu.

Menurut Csikszentmihalyi (1996; 1999), penilaian terhadap produk individu dilakukan oleh field. Field terdiri dari semua orang yang berada disekitar individu, seperti keluarga, sahabat, teman serta orang yang berada disekitar domain dan berpengalaman dalam domain yang ditekuni oleh individu. Field dapat mempengaruhi tingkat kreativitas seseorang dengan 3 cara, yaitu bersikap reaktif atau proaktif terhadap karya individu, cara penyeleksian karya baru (menggunakan kriteria yang ketat atau tidak), hubungan yang baik dengan lingkungan sosial dan mampu mendukung domain.

Faktor penting yang dapat membantu individu mengenal field

kemampuan mengakses field. Seseorang dapat mengakses field antara lain berkomunikasi dan berinteraksi atau bekerja sama dengan rekan kerja yang lai atau komunitas-komunitas, tokoh-tokoh penting atau pakar-pakar dalam bidang yang diminati. Pemikiran-pemikiran individu maupun karya-karyanya akan mendapat penilaian berdasarkan kriteria-kriteria dari field. Dengan mampu mengakses field, individu akan mendapatkan saran, kritik, penerimaan, penghargaan, maupun penolakan dari field sebagai pendorong bagi untuk mengembangkan karyanya.

Suatu domain tidak dapat dirubah tanpa adanya persetujuan atau penilaian baik secara langsung maupun tidak langsung dari field. Domain dan

field dapat saling mempengaruhi. Terkadang domainmenentukan hal-hal yang boleh dikerjakan atau tidak oleh field. Terkadang field bukan orang yang kompeten dalam domain dan memberikan kontrol yang berlebihan, sehingga pada suatu waktu field tidak mampu mempresentasikan domain dengan baik.

Proses kreatif sering dianggap dimulai dari individu dengan proses mentalnya. Sebelum individu memulai proses mengolah informasi yang ada, disekitarnya sudah ada informasi-informasi yang disebarkan oleh domain. Informasi ini akan diserap individu, kemudian diolah menggunakan kemampuan dan pengalaman pribadi yang dimiliki. Pengolahan informasi ini terkadang membutuhkan waktu yang lama sehingga individu membutuhkan motivasi yang kuat dalam dirinya. Alur interaksi dari domain, field dan indivdu

dalam proses kreatif dapat dilihat pada skema dibawah ini (Csikszentmihalyi, 1998; 1996). Dibawah ini merupakan alur interaksi domain, field dan individu.

DOMAIN (Sistem simbol )

Budaya

FIELD (Organisasi sosial dari

domain ) Sistem sosial Menghasilkan variasi dan perubahan mengontrol menyeleksi

Tindakan dan struktur informasi disebarkan

PERSON

Motivasi dan pengalaman pribadi

C.Metode Penelitian Csikszentmihalyi Mihaly

Pada tahun 1990 sampai dengan 1995, Csikszentmihalyi dan mahasiswanya di Universitas Chicago mewawancara 91 kelompok-kelompok orang luar biasa. Teknik wawancara yang digunakan adalah deep interview

dengan tujuan untuk membantu membuat gambaran tentang orang kreatif, terjadinya proses kreatif, dan kondisi-kondisi yang memengaruhinya. Wawancara dilakukan dikantor atau dirumah responden. Wawancara akan direkam dan kemudian dibuat verbatimnya. Secara keseluruhan wawancara berlangsung selama 2 jam, namun ada yang lebih singkat atau lebih lama. Wawancara secara umum menggunakan pedoman pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Terkadang tidak menggunakan kata-kata yang sama pada setiap responden karena lebih memprioritaskan wawancara berjalan sealami mungkin. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terdapat 4 tema besar, yaitu prioritas pada karier dan kehidupan, hubungan (teman, keluarga), kebiasaan kerja/wawasan, serta dinamika dan struktur perhatian pada bidang sastra.

Pemilihan responden menggunakan teknik snowball, dimana responden selanjutnya merupakan referensi dari responden yang diwawancarai sebelumnya. Responden yang dipilih harus memenuhi tiga syarat. Pertama, orang tersebut memiliki telah melakukan sesuatu pembaharuan dalam bidang tertentu, misalnya dalam bidang seni, bisnis, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Kedua, orang tersebut masih aktif dalam bidangnya. Ketiga, orang tersebut berumur sekitar 60 tahun (untuk beberapa kasus, responden berusia

lebih muda). Jumlah responden yang digunakan diseimbangkan antara pria dan wanita.

Setiap responden menerima surat pemberitahuan penelitian dan surat permintaan untuk berpartisipasi dalam penelitian. Apabila tidak ada tanggapan dalam 3 minggu, Csikszentmihalyi dan tim akan mengirimkannya kembali dan mencoba menghubungi melalui telepon. Dari 275 responden, sebagian responden mengundurkan diri, sebagian menerima, dan seperempatnya tidak menanggapi/tidak dapat dilacak keberadaannya. Pada responden yang terpilih, didalamnya terdapat beberapa orang kreatif yang sudah diakui, yaitu 14 peraih nobel (4 orang dari bidang fisika, 4 orang dari bidang kimia, 2 orang dari bidang literatur, 2 orang dari bidang fisiologi/kedokteran, 1 bidang perdamaian dan 1 bidang ekonomi). Responden yang mengundurkan diri beralasan berkaitan dengan kesehatan atau tidak memiliki banyak waktu untuk mengikuti wawancara.

Para tokoh sastra dunia yang menjadi subyek penelitian Csikszentmihalyi adalah Mark Strand, Hilde Domin, Anthony Hecht, Madeleine L’Engle, dan Richard Stern. Hasil penelitian Csikszentmihalyi (1996; 1999) mengemukakan bahwa para tokoh sastra biasanya membaca, melihat atau berdiskusi dengan ahli-ahli sastra untuk mendapatkan suatu informasi. Mereka menginternalisasikan sebanyak mungkin informasi yang mereka dapat dari apa yang mereka anggap karya terbaik dari penulis sebelumnya. Mereka tidak hanya melibatkan satu domain saja dalam berkarya. Misalnya Hilde Domin melibatkan kemampuannya dalam berbagai bahasa,

Anthony Hecht memadukan pengetahuan dalam musik dan geometri, dan L’Engle memadukan fisika kuantum dan mikrobiologi.

Para tokoh sastra tersebut bekerja sama dengan penulis-penulis senior maupun yunior, serta masuk ke sekolah-sekolah. Pada akhirnya mereka juga menjadi bagian dari field dengan mengajar, menjadi juri, editor dan lain sebagainya. Mereka berusaha melawan ‘kekacauan’ yang ada dengan karya-karyanya. Karya Mark Strand fokus pada pengalaman pelarian yang terlupakan. Pada karyanya, Hilde Domin membangun sebuah perlindungan kata dimana tindakan dan perasaan menjadi masuk akal. Anthony Hecht membangun suatu bentuk yang indah untuk mengatasi nasib yang berubah-ubah, sedangkan Madeleine L’Engle berusaha menemukan hubungan antara apa yang terjadi didalam sel manusia dengan bintang. Richard Stern focus terhadap kelemahan dari komitmen manusia. Persamaan yang ditemukan adalah adanya penekanan pada aspek irasional dan rasional, serta gairah dan disiplin.

D.Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini ingin menjawab beberapa pertanyaan, khususnya : 1. Pengalaman pribadi yang dialami sastrawan.

2. Motivasi intrinsik dalam diri sastrawan.

3. Cara mengakses informasi dan informasi yang disebarkan oleh domain.

4. Cara sastrawan mengakses field dan perubahan-perubahan yang diberikan para sastrawan dalam karyanya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian basic qualitative, yang berusaha untuk memahami bagaimana orang memaknai hidup dan pengalamannya (Merriam, 2009). Di dalam penelitian ini terdapat metode deduktif dan induktif. Metode deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Pada penelitian ini ditandai dengan adanya kategori berdasarkan teori Csikszentmihalyi. Metode induktif secara khusus berorientasi pada eksplorasi, penemuan, dan logika induktif. Dalam metode induktif, peneliti tidak hanya melakukan penelitian dan menarik kesimpulan berdasarkan dugaan-dugaan dengan menerima atau menolak suatu teori, melainkan mencoba memahami situasi sesuai dengan kondisi yang sebenarnya (Purwandari, 2005).

B.Fokus Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menguraikan atau memberikan gambaran tentang proses kreatif beberapa sastrawan Indonesia berdasarkan Model Dinamis yang dikemukakan oleh Csikszentmihalyi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Csikszentmihaly yang begitu banyak menguraikan aspek-aspek yang ada. Penelitian ini ingin secara khusus menguraikan bagaimana

peran domain, pengalaman pribadi, field, dan motivasi intrinsik dalam proses kreatif para sastrawan Indonesia.

C.Definisi Operasional

Domain atau pengetahuan merupakan sistem simbol yang digunakan sebagai sumber informasi oleh seseorang dalam membuat suatu karya. Pada penelitian ini domain yang digunakan adalah domain sastra. Domain ini berkaitan dengan cara penyimpanan informasi dan cara mengakses domain yang dilakukan individu.

Pengalaman pribadi merupakan berbagai pengalaman individu dalam hidupnya yang dapat mendorong, membantu, atau menginspirasi individu dalam melakukan proses kreatif di bidangnya. Pengalaman pribadi ini termasuk pengalaman masa kecil, remaja, dan dewasa.

Pengertian field adalah organisasi sosial dari domain yang meliputi orang-orang disekitar domain dan berpengalaman atau memiliki pengetahuan mendalam mengenai domain. Field berfungsi sebagai penilai atau penyeleksi karya dan perubahan-perubahan yang telah dibuat oleh individu.

Motivasi intrinsik adalah kecenderungan yang ada secara alamiah dalam diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan dan menunjukkan kemampuannya karena pekerjaan tersebut diminati dan menimbulkan kepuasan tertentu.

Proses kreatif adalah suatu rangkaian proses interaksi antara individu atau potensi kreatif yang ada di dalam dirinya dan lingkungannya untuk

menghasilkan karya-karya yang baru serta bermanfaat bagi bidang yang ditekuni individu maupun masyarakat.

D.Subyek Penelitian

Subyek yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah tokoh sastra Indonesia Putu Wijaya, Arswendo Atmowiloto, Sapardi Djoko Damono, dan Acep Zamzam Noor. Pemilihan subyek penelitian ini berpedoman pada kriteria-kriteria pada subyek penelitian Csikszentmihalyi sebelumnya, yaitu : 1. Subyek masih aktif berkarya di bidang yang sedang ditekuni (bidang sastra). 2. Usia subyek antara 40-60 tahun atau telah berkarya selama minimal 20

tahun dibidangnya agar dapat melihat proses kreatifnya.

3. Subyek menghasilkan karya-karya yang mendapat pengakuan/penghargaan dari bidang yang ditekuni.

E.Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan data dokumen. Dokumen merupakan salah satu sumber data dalam penelitian kualitatif, yang memiliki beberapa kelebihan dokumen. Pertama, dokumen mudah diakses, bebas, dan berisikan informasi tentang subyek yang akan diteliti. Kedua, data-data dalam dokumen dapat digunakan dengan cara yang sama seperti hasil wawancara dan observasi seperti memberikan deskriptif informasi, memeriksa benar-tidaknya suatu hipotesa, memberikan kategori baru dan hipotesis, menawarkan pemahaman sejarah, perubahan dan

pengembangan. Ketiga, data dokumen bersifat stabil (tidak reaktif) atau objektif sehingga dulu maupun sekarang akan tetap (Merriam, 2009; Poerwandari, 2005). Dokumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah dokumen publik yang berisi pengalaman-pengalaman pribadi.

Dokumen personal pada penelitian ini diperoleh dari buku Proses Kreatif: Mengapa & Bagaimana Saya Mengarang Jilid 1, 2 dan 4. Apabila dibandingkan dengan wawancara mendalam yang dilakukan Csikszentmihalyi berisikan tentang prioritas karir dan kehidupan, hubungan (teman & keluarga), kebiasaan dalam bekerja (pengetahuan), dan sejauh mana perhatian dan dinamika dalam bidangnya; data dari buku tersebut cukup dapat mewakili empat hal yang dibahas oleh Csikszentmihalyi. Pada buku tersebut, para sastrawan menulis dan menggambarkan bagaimana proses menulis yang dialami, mulai dari masa anak-anak hingga sudah menjadi pengarang yang disegani. Masing-masing sastrawan menuliskan proses awal menulis, hubungan-hubungan mereka dengan orang-orang disekitarnya, cara-cara mereka bekerja, tema-tema yang ingin disampaikan, dan sebagainya.

F.Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah qualitative content analysis. Menurut Graneheim dan Lundman (2005), konsep qualitative content analysis ini mencakup beberapa hal. Hal dasar yang penting adalah unit analisis atau variasi dari objek penelitian, dalam penelitian ini adalah sastrawan. Hal lain adalah unit makna (meaning unit) sebagai kata-kata,

kalimat atau paragraf yang mengandung aspek yang berkaitan satu sama lain melalui konten dan konteks. Berikutnya kondensasi yang mengacu pada proses pemendekan. Area isi (content area) menyoroti area eksplisit yang spesifik dari konten yang diidentifikasi dengan sedikit interpretasi. Kemudian penentuan kategori yang merujuk terutama pada tingkat deskriptif konten atau dapat disebut sebagai ungkapan isi nyata dari teks.

Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan kategori berdasarkan teori.

2. Membaca, dan mempelajari data secara mendalam.

3. Membuat transkrip, yaitu peneliti menuliskan kembali apa yang sudah ditangkap dari data tanpa mengubah kata-kata dan ungkapan subyek. Pada tahap ini, peneliti dapat melakukan reduksi terhadap data dengan memilah data yang relevan dan data yang tidak relevan dengan tujuan penelitian. Data yang tidak relevan akan digugurkan dan tidak dianalisis.

4.

Membaca kembali transkrip yang baru selesai dibuat untuk melihat tema-tema yang muncul.

5.

Membaca berulang-ulang transkrip untuk dapat menemukan kesimpulan. 6. Mengadakan pemeriksan keabsahan data.

Kredibilitas banyak digunakan untuk menggantikan istilah validitas internal, dengan tujuan untuk merangkum pembahasan mengenai kualitas suatu penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan validitas argumentatif, dimana validitas tercapai apabila presentasi temuan dan

kesimpulan dapat diikuti dengan baik rasionalnya, serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah (Purwandari, 2005).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian pada Tiap Subyek 1. Putu Wijaya (PW)

a) Domain

Domain berisi informasi-informasi, simbol, atau pengetahuan tentang suatu bidang. Informasi-informasi tersebut disebarkan melalui berbagai sarana sehingga individu memiliki banyak referensi ide karyanya. Oleh karena itu, hal yang paling penting dalam suatu proses kreatif adalah bagaimana individu dapat mengakses informasi-informasi yang telah disediakan domain.

PW melakukan berbagai cara untuk mengakses informasi dari domain, antara lain membaca, mengumpulkan cerita, bertanya kepada rekan, mendengarkan pendapat senior maupun rekan, mendengarkan musik, bekerja di berbagai media cetak, bermain dan bergabung dalam kelompok teater, mengamati berbagai peristiwa, serta menuntut ilmu melalui pendidikan khusus drama.

Informasi yang sangat mempengaruhi proses kreatifnya dan akan menjadi keunikan atau ciri khas dalam setiap karyanya adalah tentang perjuangan dan kerja keras dalam mengarang, peran pembaca dalam karya sastra, tentang karya yang tidak tertebak, tidak terduga, liar namun memiliki perhitungan, serta karya yang menekankan pada keterusterangan. Perjuangan

untuk bersungguh-sungguh dalam mengarang dipelajari ketika bergabung dengan teater Rendra dan bertemu dengan Kirjo Mulyo.

“Tahun 1967 saya tergabung dengan Rendra. Di situ saya mendapat banyak pengaruh. Terutama kemudian saya bertekad secara bersungguh-sungguh berjuang menjadi seorang pengarang.” (MBS.149.PW)

“Kemudian suatu hari saya pengalaman ketemu Kirjo Mulyo, pengarang asal Yogya yang dulu sering pergi ke Bali. Dia bilang, “Kalau kamu sudah punya mesin tulis, tidak dengan sendirinya bisa menjadi pengarang. Kamu harus berjuang jadi pengarang!” Nah, kata-katanya itu seperti pedang tajam yang benar-benar menancap di jiwa saya. Jadi, kreativitas itu harus diciptakan. Kita harus bekerja keras melahirkannya. Bukan sekedar ilham. Saya buktikan itu dalam pengalaman pribadi bahwa mengarang itu berjuang!” (STM.233.PW)

Informasi tentang peran pembaca dalam karya sastra diperoleh ketika ia mendapat kritik dari Goenawan Mohamad yang mengatakan bahwa karya yang tidak melibatkan pembaca hanya menarik untuk ditonton namun tidak akan menjadi karya yang diingat.

“Waktu itu kalau tak salah, Goenawan Mohamad melontarkan kritik terhadap Edan. Di sini mungkin saya salah tangkap. Tapi kalau tak salah, dia mengatakan bahwa karya sastra yang tidak melibatkan pembacanya, yang hanya tetap mengelak untuk ditonton saja, tidak pernah abadi dan besar. Saat itu saya diam saja. Tapi belakangan saya tergoda sekali. Lalu saya ingin membuktikan itu tidak betul.” (MBS.159.PW)

Musik memberikan informasi tentang karya yang tidak tertebak, tidak terduga, liar namun memiliki perhitungan. Gaya menulis secara pop juga menjadi inspirasi dalam berkaryanya namun lebih menekankan pada keterusterangan

“…. Ternyata saya senang sekali pada Bach dan Vivaldi. Mula-mula jazz juga say jauhi, tapi karena di Bengkel Teater jazz sering diputar, belakangan saya mulai menangkap keindahannya secara diam-diam. Akhirnya cocok. Mulai dari Stan Get sampai ke Mile Davis. Tapi lewat dari itu hanya kadang-kadang saja. Saya selalu mengarang dengan musik. Kalau saya mendapatkan lagu bagus, saya seperti mendapatkan stamina untuk menulis terus. Dari lagu-lagu Beatles banyak sekali saya

mendapat pelajaran. Lagu-lagu itu sering sekali tak tertebak, tak terduga, liar, akan tetapi memiliki perhitungan. Saya sering menulis meniru Beatles menyanyi. Kadang-kadang saya merasa cocok sekali dengan Johm Lennon.” (MBS.154.PW)

“…. Semuanya adalah merupakan perpanjangan dari cerpen yang pernah dimuat di Koran Kompas (“Sedih”), majalah Lelaki (“Sah”), dan majalah Horison. Saya kebut dan sesuaikan dengan selera pop. Tapi karena saya tidak bisa ngepop seperti Eddy D. Iskandar atau Teguh Esha misalnya, saya tekankan pada keterusterangan”. (MBS.161.PW)

Informasi lain yang dipelajari dari domain antara lain tentang teknik menyusun plot, takaran dan bobot, pertukangan dan dimensi menulis, menulis skenario, penggunaan intuisi dan perasaan saat menulis, tentang efisiensi kata, kebahasaan dan usaha untuk tampil bergaya bodoh; belajar tentang deadline,

cara bermonolog yang menarik, serta mementaskan karya seperti lenong. PW juga belajar tentang bagaimana mengatasi rasa jenuh, lelah dan memikat pembaca, peran intelektualitas dalam karya sastra maupun drama, peran tema dalam sebuah karangan, serta belajar menggunakan sebuah budaya sebagai

Dokumen terkait