• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.7. Dramaturgi Pengusaha Warung Internet

Dalam hal ini Dramaturgi ialah keadaan individu dapat menampilkan suatu pertunjukan bagi orang lain, tetapi kesan pelaku terhadap pertunjukan tersebut dapat berbeda-beda. Seseorang dapat bertindak atau menampilkan sesuatu yang diperlihatkannya, tapi belum tentu perilaku sehari-harinya sama seperti apa yang diperlihatkannya.

Daftar Unit Komputer

Lantai Ruko No Dinding Kiri Dinding Kanan Total

1 8 Unit 8 Unit 16 Unit

2 12 Unit 12 Unit 24 Unit

3 5 Unit VIP 5 Unit VIP 10 Unit VIP

Pernyataan paling terkenal Goffman tentang teori dramaturgis dalam bukunya berjudul Presentation of Self in Everyday Life, yang diterbitkan tahun 1959. Istilah Dramaturgi dimana kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.

Dramaturgi yang dilakukan pengusaha adalah pengusaha melakukan renovasi tertutup pada lantai 3 rukonya hingga menjadi beberapa ruangan VIP yang tidak diketahui masyarakat sekitar dan para pesaing internet lain yang juga berada disekitar usahanya. Bila tampak dari luar warung internet tidak terlihat seperti pengusaha telah menyediakan ruangan VIP, namun ketika didalam warung internet pengunjung akan diberikan penawaran dan akses menuju ruangan VIP tanpa ada batasan usia dan kapasitas orang bila didalam ruangan VIP tersebut. Pengusaha tidak mengelak bahwa ruangan VIP nya dijadikan tempat pasangan untuk melakukan asusila, akan tetapi pengusaha akan besikap keras bila terdapat pasangan yang sedang melakukan asusila didalamnya. Cepat atau lambat pengusaha menyadari bahwa masyarakat akan curiga dengan warung internetnya yang siang maupun malam pengunjungnya mayoritas kalangan pelajar yang berpasangan bahkan hingga kalangan dewasa yang berpasangan, namun pengusaha memiliki antisipasi tersendiri bila masyarakat mendatanginya dan memprotesnya, yaitu dengan menutup sementara ruangan VIP nya sampai keadaan masyarakat kondusif dan kemudian ruangan tersebut bisa kembali beroperasi. Seperti yang diungkapkan pemilik warung internet,

Yaitu W.K (Laki-laki, 37 tahun) :

“Kalau misalnya masyarakat curiga sama warnet ini ya ruangan VIP ku tutup, pura-pura gak tau aja sampai keadaan masyarakat tenang”.

Dari hasil wawancara mendalam dengan pengusaha warung internet dapat disimpulkan bahwa pengusaha membuka ruangan VIP untuk pelanggan yang berselera tinggi, namun sifat dan akal manusia sulit untuk diprediksi hal itu yang menjadi nilai buruk sang pengusaha untuk tabah menerima bahwa ruangan VIP nya kini menjadi tempat prostitusi. Akan tetapi pemilik juga merasa bahwa ruangan tersebut menjadi umpan bagi pengunjung terutama yang berpasangan untuk berkunjung kewarung internetnya dengan tujuan mendapat sebanyak-banyaknya keuntungan.

4.8. Persaingan

Pengertian persaingan adalah proses sosial yang melibatkan individu atau kelompok yang saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan dapat terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang terbatas atau sesuatu yang menajadi pusat perhatian umum. Persaingan berlangsung tanpa ancaman atau kekerasan. Persaingan yang wajar dengan mematuhi aturan main tertentu disebut persaingan sehat dan memberi dampak positif bagi pihak-pihak yang bersaing, yaitu adanya motivasi untuk lebih baik. Namun jika persaingan sudah tidak sehat, maka persaingan akan memberi dampak buruk bagi kedua belah pihak. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan tumbuhnya persaingan.

1. Adanya persamaan kepentingan dalam hal yang sama.

2. Adanya perselisihan paham yang mengusik harga diri seseorang.

3. Adanya perbedaan pendapat mengenai sesuatu hal yang bersifat prinsip. 4. Adanya perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat. 5. Adanya perbedaan kepentingan politik.

(http://temukanpengertian.blogspot.com/2013/09/pengertian-persaingan.html. diakses pada 14 Juli 2014, Pukul : 15.00 WIB).

Aturan hukum untuk persaingan usaha sesungguhnya telah lama ada. Dalam KUHP, misalnya, dalam Pasal 382. Pasal ini menyatakan,

“Barangsiapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas debit perdagangan atau perusahaan kepunyaan sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seorang tertentu diancam, jika karenanya dapat timbul kerugian bagi pesaing-pesaingnya atau pesaing-pesaing orang lain itu, karena persaingan curang, dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”

Di sini jelas bahwa hukum persaingan usaha tidak anti persaingan. Justru, hukum persaingan usaha mengoptimalkan kompetisi agar tidak ada penyalah gunaan posisi dominan oleh seorang atau sekelompok pelaku usaha terhadap pelaku usaha yang lain. KUHP tidak memberikan sistem pengaturan yang utuh tentang persaingan usaha karena dasar pendekatannya memang murni dari aspek hukum pidana semata. Pendekatan sistematis tentang hukum persaingan usaha baru diletakkan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. (http://business-law.binus.ac.id/2013/01/20/catatan-seputar-hukum-persaingan- usaha/.diakses pada 14 Juli 2014, Pukul : 16.00 WIB).

Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. (Pasal 1 Angka 6 UU Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat).

Dalam berbisnis tentu strategi sangat diperlukan, namun strategi tersebut tidak harus melanggar norma dan tidak memberikan cerminan buruk pemilik. Pengusaha bertindak bagaimana usahanya berjalan bagus dan dapat menghasilkan banyak uang

yaitu diantaranya melakukan strategi diluar akal sehat ( melakukan persaingan tidak sehat ) namun tetap pada kondisi tidak merugikan atau mematikan usahanya.

Fenomena yang terjadi ialah pengusaha melakukan renovasi tertutup pada usaha warung internetnya yaitu memiliki beberapa ruangan khusus ( VIP ) untuk pelanggan yang sangat mementingkan kenyamanan dan privasi yang tinggi, namun kenyataannya berbeda, ruangan tersebut beralih fungsi menjadi tempat pasangan melakukan asusila. Pengusaha tidak menutup mata dan telinga bahwa ruangan tersebut menjadi tempat pasangan melakukan asusila, namun pengusaha juga akan menindak keras bagi pelanggan yang kedapatan sedang melakukan asusila didalam ruangan yang menjadi andalannya tersebut.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Dari data penelitian yang diperoleh penulis dilapangan, dramaturgi yang dilakukan oleh pengusaha warung internet ialah penyediaan fasilitas yang tidak lazim bagi usaha warung internet pada umumnya. Apabila sekilas pandangan dari luar warung internet tersebut tidak ada yang berbeda dengan warung internet lainnya yang sering kita jumpai. Untuk menjalankan usahanya pemilik warung internet menyediakan ruangan VIP atau ruangan khusus di lantai tiga yang tidak tampak dari pandangan orang luar. Adapun fasilitas ruangan tersebut dirancang sedemikian rupa supaya para pengunjung atau pelanggan merasa nyaman dan betah untuk berlama- lama dalam ruangan tersebut. Pada ruangan khusus yang berada pada lantai tiga bangunan tersebut pengunjung disuguhi ruangan yang tertutup sehingga tidak terlihat oleh pengunjung lainnya, kemudian para pengunjung yang datang membawa pasangan juga diperbolehkan berada dalam satu ruangan tersebut. Dengan adanya suasana yang nyaman dan kondisi ruangan yang terbilang luas untuk pengguna warung internet, para pengunjung memanfaatkan ruangan tersebut untuk melakukan perbuatan asusila. Selain fasilitas ruangannya, setiap komputer dilengkapi dengan akses situs-situs porno dan file-file porno yang sengaja disimpan untuk memberikan pelayanan lebih kepada para pengunjung.

Para pengunjung warung internet ini adalah kebanyakan pelajar SMP dan SMA. Adanya dramaturgi pengusaha internet menjadikan tempat ini layaknya surga bagi para pengunjung yang ingin melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Strategi yang digunakan pengusaha ini berjalan dengan baik hingga saat ini dimana pemandangan masyarakat dari luar warung internet ramai dikunjungi para pelanggan hanya untuk

sekedar mengakses informasi dan bermain game saja layaknya warnet lainnya, namun pada kenyataannya warung internet ini ramai dikunjungi karena menyediakan fasilitas situs-situs porno, file porno yang tersimpan di setiap komputer yang ada di ruangan khusus, dan juga ruangan yang sering kali digunakan untuk berbuat hal-hal negatif seperti asusila dan kegiatan yang bersifat negatif lainnya.

5.2 Saran

Bagi para pemangku kepentingan baik itu pemerintah dan juga orang tua pada khususnya perlu melakukan pengawasan terhadap para anak agar tidak terjerumus dengan keadaan yang terjadi saat ini. Bagi pemerintah baik itu melalui dinas pendidikan, dinas sosial perlu melakukan tindakan preventif dengan mengusulkan adanya aturan bagi setiap pengusaha warung internet yaitu berupa batasan waktu beroperasi dan juga fasilitas yang tidak berlebihan sehingga kegunaan dari warung internet itu tidak menjadi tempat bagi para pelajar untuk berbuat hal-hal bersifat tidak baik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Dramaturgi Erving Goffman

Pernyataan paling terkenal Goffman tentang teori dramaturgis dalam bukunya berjudul Presentation of Self in Everyday Life, yang diterbitkan tahun 1959. Istilah Dramaturgi dimana kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.

Pada teori Dramaturgi terdapat “Front stage” (panggung depan) dan “Back Stage” (panggung belakang). Front Stage yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi pertunjukan. Front stage dibagi menjadi dua bagian, yaitu “Setting” pemandangan fisik yang harus selalu ada jika sang actor (Pemilik Warung Internet) memainkan perannya yaitu dengan berpakaian rapi dan mengunakan aksesoris mahal seperti jam tangan bermerek, kendaraan kelas premium, hingga menggunakan telepon selular keluaran terbaru, dan “Front Personal” yaitu berbagai macam perlengkapan (Alat Peraga) sebagai cerminan perasaan dari sang actor (Pemilik Warung Internet). Front personal masih terbagi menjadi dua bagian, yaitu “Penampilan” yang terdiri dari berbagai jenis barang yang digunakan mencerminkan status sosial sang aktor, lalu “Gaya” yang berarti mengenalkan peran seperti apa yang dimainkan aktor kedepannya. Back stage (panggung belakang) yaitu ruang dimana berjalan skenario pertunjukan oleh “tim” (masyarakat yang terdapat didalam warung internet lalu mengatur pementasan sang aktor (Pemilik Warung Internet).

Back stage adalah keadaan dimana seseorang berada di belakang panggung dengan kondisi tidak ada penonton, sehingga dapat dipastikan seseorang tersebut dapat

berperilaku bebas tanpa mempedulikan sikap/peran dalam sandiwara berikutnya. Seperti seorang pemilik warung internet atau karyawan Operator yang bertugas dengan ramah-tamah menyambut pelanggan dengan menawarkan jasa layanan internet yang bersifat positif, namun setelah pelanggan menyetujui untuk menggunakan layanan intenet tersebut, saat itulah pemilik warung internet atau karyawan Operator mulai menawarkan jasa layanan internet VIP yang diluar dari menu positif layanan warung internet yang sehat. Saat pemilik warung internet atau Operator yang bertugas menyambut pelanggan, merupakan saat Front Stage (Saatnya Pertunjukan). Tanggung jawabnya adalah memberikan layanan jasa intenet positif kepada seluruh pelanggan yang datang, seperti telah diskenario oleh dirinya sendiri. Saat pelanggan telah terbujuk untuk menggunakan jasa internet positif tersebut, saat itulah sang pemilik warung internet atau Operator yang bertugas mulai menawarkan fasilitas lainnya (fasilitas VIP). Oleh scenario yang terstruktur dengan baik, pemilik warung internet atau Operator kini dapat dengan mudah untuk memanipulasi perannya dalam menawarkan jasa layanan internet positif pada pelanggan selanjutnya.

Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi yang menggali segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan. Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi dari Diri Goffman adalah penerimaan penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk membawa

penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Dapat disimpulkan sebagai bentuk lain dari komunikasi, karena komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai tujuan.

Dalam komunikasi konvensional, manusia berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indera verbal dan non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi agar orang lain mengikuti kemauan kita. Maka dalam dramaturgi, yang diperhitungkan adalah konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan keuntungan sesuai yang kita mau. Dramatugi mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut.

Dalam teori Dramatugi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa berubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah teori Dramaturgi berperan, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam teori Dramaturgi, ”interaksi sosial” dimaknai sama dengan pertunjukan diatas panggung (teater). Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”. Dalam mencapai tujuannya, konsep Dramaturgi berfungsi menjadi bayangan manusia yang akan mengembangkan perilaku-perilaku untuk mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan.

Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas disebut dalam istilah “impression management”. Menurut Goffman, dua bidang penampilan perlu dibedakan yaitu panggung depan (front region) panggung belakang (front back). Panggung depan adalah “bagian penampilan individu yang secara teratur berfungsi di dalam mode yang umum dan tetap untuk mendefenisikan situasi bagi mereka yang menyaksikan penampilan itu” (Goffman: 1995:22). Goffman menilai bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (“front stage”) dan di belakang panggung (“back stage”) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil (lihat unsur- unsur tersebut pada impression management di atas).

Sebelum berinteraksi dengan orang lain, seseorang pasti akan mempersiapkan perannya, atau kesan yang ingin ditangkap oleh lawan interaksinya. Kondisi ini sama dengan apa yang dunia teater katakan sebagai “breaking character”. Penggunaan konsep dramaturgi dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan. Masyarakat yang tinggal dalam komunitas heterogen perkotaan,

menciptakan panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas mampu bertahan hidup dengan keheterogenannya. Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya. Apa yang dilakukan masyarakat melalui konsep permainan peran adalah realitas yang terjadi secara alamiah dan berkembang sesuai perubahan yang berlangsung dalam diri mereka. Permainan peran, akan berubah sesuai kondisi dan waktu keberlangsungnya. Banyak pula faktor yang berpengaruh dalam permainan peran ini, terutama aspek sosial psikologis yang melingkupinya.

Dramarturgi hanya dapat berlaku di institusi “total”. Institusi total adalah institusi yang memiliki karakter dihambakan oleh sebagian kehidupan atau keseluruhan kehidupan dari individual yang terkait dengan institusi tersebut, dimana individu ini berlaku sebagai sub-ordinat yang mana sangat tergantung kepada organisasi dan orang yang berwenang atasnya. Goffman (1961:238) mendefinisikan institusi total sebagai “tempat tinggal dan kerja di mana sejumlah besar individu, yang untuk waktu cukup lama terlepas dari masyarakat luas, bersama-sama terlibat dan berperan di mana kehidupan diatur secara formal”. Ciri-ciri institusi total antara lain dikendalikan oleh kekuasan (hegemoni) dan memiliki hierarki yang jelas. Contohnya, sekolah asrama yang masih menganut paham pengajaran kuno (disiplin tinggi), kamp konsentrasi (barak militer), institusi pendidikan, penjara, pusat rehabilitasi (termasuk didalamnya rumah sakit jiwa), biara, institusi pemerintah, dan lainnya. Dramaturgi dianggap dapat berperan baik pada instansi-instansi yang menuntut pengabdian tinggi dan tidak menghendaki adanya “pemberontakan”, karena di dalam institusi-institusi ini peran- peran sosial akan lebih mudah untuk diidentifikasi.

Erving Goffman mengungkapkan teori Presentation of Self atau disebut juga sebagai Dramaturgi. Konsep dramaturgi menurut Erving Goffman adalah, memandang kehidupan sosial merupakan seperti pertunjukan drama pentas. Dengan kata lain, Goffman menggambarkan peranan orang-orang yang berinteraksi dan berhubungan dengan realitas sosial yang dihadapinya melalui panggung sandiwara dengan menggunakan skrip (jalan cerita) yang telah ditentukan.

Erving Goffman menilai, dalam situasi sosial, seluruh aktivitas dari partisipan tertentu adalah suatu penampilan (performance), sedangkan orang lain yang terlibat dalam situasi sosial disebut sebagai pengamat atau partisipan lainnya. Individu dapat menampilkan suatu pertunjukan bagi orang lain, tetapi kesan pelaku terhadap pertunjukan tersebut dapat berbeda-beda. Jadi seseorang dapat bertindak atau menampilkan sesuatu yang diperlihatkannya, tapi belum tentu perilaku sehari-harinya tidak sama seperti apa yang diperlihatkannya. Goffman membagi panggung depan (front stage) ini menjadi dua bagian yaitu, front pribadi (personal front) dan setting front pribadi. Personal front mencakup bahasa verbal dan bahasa tubuh pelaku. Misalnya, berbicara dengan sopan, pengucapan istilah-istilah asing, berbicara dengan intonasi tertentu, bentuk tubuh, ekspresi wajah, pakaian, dan sebagainya. Sedangkan setting front pribadi seperti alat-alat yang dianggap sebagai perlengkapan yang dibawa pelaku ke dalam penampilannya. Seperti seorang dokter mengenakan jas dokter dan stetoskop.

Erving Goffman menilai, dalam dramaturgi perlu dibedakan antara panggung depan (front stage) dengan panggung belakang (back stage). Panggung depan adalah bagian penampilan individu yang secara teratur berfungsi sebagai cara untuk tampil didepan umum sebagai sosok yang ideal. Sedangkan panggung belakang adalah bagian penampilan individu yang tidak sepenuhnya dapat dilihat, hal ini dapat memungkinkan

bahwa tradisi dan karakter pelaku sangat berbeda dengan apa yang dipentaskan. Dalam teori Dramatugi menjelaskan bahwa identitas manusia itu tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Goffman membuat kategori stigma, yaitu orang yang direndahkan (stigma diskredit) dan orang yang dapat direndahkan (discreditable stigma). Orang yang direndahkan adalah orang yang memiliki kekurangan yang dapat dilihat dengan kasat mata, misalnya seperti orang cacat fisik, dan orang buta. Sedangkan orang yang dapat direndahkan adalah orang yang memiliki aib yang tidak dapat dilihat secara langsung, misalnya seperti orang yang suka sesama jenis.

Analisis framing merupakan situasi yang dibentuk sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi yang mengatur peristiwa-peristiwa seperti peristiwa sosial, dan keterlibatan subyektif kita di dalamnya. Dengan arti, kita belajar memaknai suatu peristiwa tertentu dan realitas sosial sesuai dengan pengalaman yang telah kita miliki dalam suatu organisasi sosial masyarakat yang kemudian menjadi tindakan kita.

Dramaturgi merupakan pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama dalam sebuah pentas. Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.

Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi dari Diri – Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang memang

ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari komunikasi. Karena komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai tujuan. Bila dalam komunikasi konvensional manusia berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indera verbal dan non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mengikuti kemauan kita. Maka dalam dramaturgi, yang diperhitungkan adalah konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan keuntungan sesuai yang dikehendaki. Dramatugi mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran merupakan salah satu

Dokumen terkait