II. PEMBATALAN PEMAKAIAN AMBULANCE
3. DSS + PERDARAHAN MASIF
Yang disebut masif : 1. Melena
2. Hematemesis 3. Epitaksis profue
Beri trombosit susp → sesuai formula 13
Hb < 10 gr% → beri PRC
Bila diberi W.Blood → perhitungkan dengan volume cairan yang sudah masuk DIC Bila : CT/BT PT/PTT Fibrinogen FDP TT
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (DENGUE)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Dimintakan wholw blood + trombosit atau PCT + trombosit pada kesempatan pertama
BB x 3 unit 13
Contoh :
DBD gr II BB 20 kg → kebutuhan cairan 135 cc/kg BB 135 x 20 = tetes/menit (makro)
96
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (ASMA DAN STATUS ASMA TIKUS)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
PENGERTIAN Asma adalah suatu penyakit obstruktif jalan nafas yang merata (difus) dan reversibel
TUJUAN KEBIJAKAN
PROSEDUR Patofisiologi:
Cara perhitungan kecepatan tetesan
= jumlah cairan yang diperlukan x BB x 15 tetes/menit (makro) 96
= jumlah cairan yang diperlukan x BB x 15 tetes/menit (makro) 24 60
Obstruksi jalan nafas pada asma disebabkan oleh sembab mukosa sekresi berlebihan dan spasmus otot polos.
Gejala klinis:
Batuk,bersin, hidung buntu → batuk hebat, sesak, suara mengi (wheezing) Bila serangan hebat : gelisah, tersusuk, bekeringat mungkin sianosis
Dada mengembang, hiperinflasi, ekspirasi memanjang, otot-otot interkostal, supraklavikuler dan sternokleido
Perkusi : hipersonor
Auskultasi : suara mengi, ronki kering musikal, ronki basah sedang, X-foto dada : atelektasis tersebar :“hyperaerated“
Diagnosis Banding:
Infeksi virus atau bakteri, berupa bronkitis, bronkiolitis dan bronkopneumoni. Benda asing jalan nafas
Komplikasi: 1. Atelektasis 2. Pneumotoraks
3. Emfisema mesiastinalis / kutis 4. Kejang-kejang karena anoksia 5. Gagal nafas
Penatalaksanaan:
1. Serangan asma angkut:
a. Adrenalin 0.1-0.2 ml larutan 1:1000 subkutan
Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai 3 kali
b. Dianjurkan / disertai salah satu obat tersebut dibawah ini (per oral) a. * Efedrin : 0.5-1 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam
* Salbutamol : 0.1-0.15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam * terbutalin : 0.075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (ASMA DAN STATUS ASMA TIKUS)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
PROSEDUR b. * Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
* teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
c. Prednison: 0.5-2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat) 2. Penatalaksanaan Status Asma Tikus (anak)
a. Bila dengan cara pengobatan di atas belum ada perbaikan penderita perlu rawat inap
b. Perhatikan : * sianosis
pulpus paradoksus
keadaan mental
c. Periksa : * LED, Hb, Lekosit, hitung kenis
EKG
X-foto dada
d. Beri zat asma dengan „nose prong“ 2-3 L/menit e. Cairan
f. Aminofilin : 4-5 mg/kg/dosis, iv selama 20 menit tiap 6 jam Hidrokortison : 4-10 mg/kg/dosis, iv tiap 4-6 jam
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (CEDERA KEPALA)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes. PENGERTIAN
TUJUAN KEBIJAKAN
PROSEDUR
Berat ringannya cedera kepala dibagi berdasarkan skala koma Glasgow (SKG) SKG 13-15 = cedera kepala ringan
SKG 9-12 = cedera kepala sedang SKG 3- 8 = cedera kepala berat
Semua pasien cedera kepala yang datang ke Gawat Darurat dalam keadaan sadar diobservasi ± 2 jam. Bila tidak ada pingsan, muntah atau pusing pasien dipulangkan dan diberi pesan-pesan yaitu : bila pasien mengantuk / tidur, sakit kepala hebat, muntah > 4x, kejang, lumpuh tangan / kaki, penglihatan terganggu, harus datang ke Gawat Darurat secepat mungkin untuk tindakan selanjutnya.
Pasien cedera kepala yang tidak sadar, dirawat. Pasien dengan tingkat kesadaran (SKG) 13-15 dirawat di IRNA dan SKG kurang dari 13 dirawat di ICU semua pasien yang dirawat ini diobservasi tingkat kesadarannya, besar pupil dan tanda-tanda vital lainnya. Bila memburuk dan atau perlu diambil tindakan operasi secepatnya yaitu dikonsultasikan ke dokter spesialis bedah umum (di Balikpapan belum ada tenaga dokter spesialis bedah saraf)
Pemeliharaan:
Lakukan pemeriksaan umum / tanda-tanda vital, jelas dikepala atau ditempat lain, tingkat kesadaran dan pemeriksaan neurologis lainnya.
Diagnosis:
CKR, CKS, CKB, Cedera Kepala terbuka Penanganan :
1. Pasang infuse Ringer Laktat 2. Antibiotika sesuai indikasi 3. Nootropik sesuai indikasi 4. Foto kepala AP/L jelas 5. Laboratorium (DL)
6. Obat-obata lain sesuai indikasi
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU (CEDERA KEPALA)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
CEDERA KEPALA
TENTANG PENYAKIT MENULAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Bila penderita rawat jalan, dokter UGD memberi informasi pada keluarga atau penderita tentang cara penularan dan bagaimana mencegah menularnya penyakit tersebut.
2. Bagi penderita yang rawat inap, pasien ditempatkan diruang khusus (isolasi)
OBSERVASI 2 JAM BEDAH ICU OBSERVASI SKG PUPIL TANDA-TANDA VITAL IRNA PINGSAN (+) SAKIT KEPALA MUNTAH
BERAT SKG 3-8 SEDANG SKG 9-12 RINGAN SKG 13-15 RAWAT PESAN : TIDUR / NGANTUK
SAKIT KEPALA HEBAT
MUNTAH > 4X KEJANG LUMPUH TANGAN / KAKI PENGLIHATAN - TERGANGGU TIDAK PINGSAN TIDAK MUNTAH TIDAK PUSING PULANG DENGAN PESAN TINDAKAN (+) OPERASI
sesuai dengan penyakitnya.
3. Pada beberapa penyakit menular (misal DHF, Morbili) semua kasus diinformasikan dicatatan medik untuk dilaporkan ke DKK
4. Untuk mencegah tertular penyakit, semua petugas dianjurkan melaksanakan usaha preventif sesuai dengan jenis dan cara penularan tersebut.
PENDERITA DENGAN KASUS KRIMINAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Penderita datang dalam keadaan sadar
a.Penderita datang ke UGD diantar oleh keluarga
Diterima sesuai prosedur baru, dengan melakukan anamnase secara lengkap dari keluarga maupun penderita
Penderita ditolong sesuai kasusnya
Jika sudah ditolong penderita boleh pulang, sesudah administrasi selesai
Penderita diizinkan pulang
Jika penderita dirawat, akan diproses sesuai dengan penderita yang dirawat b. Penderita datang ke UGD, diantar oleh petugas kepolisian atau penolong
Penderita diterima sesuai denga proses penderita baru, dengan mengadakan anamnase sebisanya kepada penderita maupun pengantar
Penderita ditolong sesuai kasusnya, sampai memungkinkan untuk berobat jalan atau harus dirawat, diurus sesuai prosedur oleh polisi atau penolong yang akan menangani prosedur tersebut.
2. Penderita datang dalam keadaan tidak sadar
a. Penderita datang ke UGD diantar oleh keluarga
Penderita diterima sesuai prosedur penderita baru, dengan melakukan anamnase selengkap-lengkapnya kepada keluarga
Penderita ditolong sesuai kasusnya sampai keadaan penderita stabil
Memanggil perawat pengawas dan satpam untuk mengawasi disekitar atau di dalam UGD, untuk menghindari terjadinya keributan dan jika di pandang perlu minta satpam menghubungi pos polisi terdekat.
Setelah penderita stabil dan memerlukan perawatan dipindahkan keruangan
Keluarga menyelesaikan administrasi
b. Penderita diantar oleh oleh petugas kepolosian atau penolong
Penderita ditolong sesuai dengan kasus penderita baru, dengan melakukan anamnase seperlunya kepada petugas /penolong
Penderita ditolong sesuai dengan kasusnya sampai keadaan umumnya stabil
Jika dibawa petugas kepolisian penderita siap / layak dirujuk akan dibawa ke RSU dr. Kanujoso
Administrasi diselesaikan petugas kebersihan / diserahkan menjadi tanggungan dinas sosial
TENTANG PENDERITA TIDAK DIKENAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Untuk sementara penderita (korban) diberi identitas Tn/Ny/Sdr/Sdri/An X 2. Petugas Rumah Sakit RESTU IBU (dokter atau paramedis) terus berusaha
mencari identitas penerita atau korban baik dengan menanyakan pada pengantar atau orang-orang yang menemukan maupun dengan bantuan polisi 3. Selama waktu tersebut segala tindakan dan obat-obatan ditanggung Rumah
Sakit sesuai kemampuan yang ada. Bila pasien KLL dengan fraktur terbuka, setelah di gips sementara, pasien kita rujuk ke Rumah Sakit Umum Dr. Kanujoso Djatiwibowo balikpapan
4. Jika sampai meninggal dunia, identitas belum ditemukan pihak Rumah sakit akan melapor ke Dinas sosial yang selanjutnya kita serahkan ke Dinas sosial
dan diketahui oleh polisi.
TENTANG KASUS PEMERKOSAAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Setiap permintaan pemeriksaan dengan kasus pemerkosaan harus ada permintaan VER (Visum Et Repertum) dari polisi yang berwenang
2. Untuk pasien dengan kasus pemerkosaan dilakukan:
Pemeriksaan luar dilakukan oleh dokter jaga UGD
Pemeriksaan dalam harus dilakukan oleh dokter obsygn
Dan bila pagi dokter obsgyn tidak ada ditempat, pasien dialih rawatkan ke RSU Dr.Kanujoso Djatiwibowo untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya
3. Hasil pemeriksaan VER dibuat dan ditandatangani oleh dokter obsgyn dan dokter jaga UGD kemudian diberikan kepada petugas yang berkepentingan
PENYIKSAAN ANAK (CHILD ABUSE)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
Semua anak yang berumur dibawah 12 tahun, bila dicurigai ada penyiksaan maka dapat dilakukan pemeriksaan oleh Dokter jaga bila perlu dikonsultasikan ke dokter bedah dan diberikan tindakan yang diperlukan, kemudian memberitahukan kebagian KIE.
Bagian KIE akan memanggil pekerja sosial yang dikenal / untuk pendekatan kepada orang tua dengan korban.
VISUM ET REPERTUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Permintaan visum yang dilayani hanya dari POLRI / Polisi Militer dengan membawa surat permintaan visum yang ditanda tangani oleh polisi dengan pangkat sekurang-kurangnya pembantu letnan
2. Surat permintaan visum harus diantar oleh petugas berseragam dinas
3. Surat permintaan visum yang diantar penderita atau bukan petugas yang tidak dilayani.
4. Permintaan visum secara lisan oleh petugas POLRI / Polisi mIliter berseragam dinas yang membawa korban dapat dilayani dengan catatn bahwa surat permintaan visum menyusul paling lambat 2x24 jam setelah korban diantar ke IRD
5. Permintaan visum oleh polri / polisi militer untuk sesuatu kasus paling lambat 2 x 24 jamsetelah korban dibawa ke IRD, bila waktu lewat 2 x 24 jam baru ada permintaan visum, hasil pemeriksaan terhadap korban disesuaikan dengan keadaan korban pada saat / tanggal permintaan visum.
6. Surat permintaan visum diterima oleh petugas IRD untuk selanjutnya dokter jaga akan melaksanakan pemeriksaan sesuai permintaan visum
7. Surat visum ditanda tangani oleh Dokter jaga yang telah melaksanakan permintaan visum tersebut.
KEGAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Dokter jaga ruangan bertanggung jawab terhadap seluruh ruangan rawat inap di Rumah Sakit “RESTU IBU“ termasuk ICU
2. Dokter jaga ruangan hanya mengawasi, pasien yang sedang dirawat inap dan tidak melakukan visite.
3. Melakukan tindakan medik dalam pertolongan darurat
4. Memberikan terapi simpotomik sementara sebelum dilaporkan kepada Dokter Spesialis yang merawat
5. Dokter jaga ruangan tidak dibenarkan mengganti terapi Dokter Spesialis yang merawat
6. Bila dipandang perlu, memberikan informasi data dan keadaan pasien kepada dokter spesialis, atau pihak keluarga sebatas tidak bertentangan dengan dokter spesialis yang merawat
7. Menulis resep, bekerja sama dengan perawat ruangan dalam memberi instruksi penanganan medis
8. Membuat permintaan yang diperlukan atas persetujuan dokter spesialis yang merawat
9. Dokter jaga ruangan yang berhalangan dapat mencari pengganti sendiri serta melaporkannya ke kepala bidang medis
10. Membuat laporan atas pasien baru atau pasien-pasien yang memerlukan perhatian khusus.
PENANGANAN KERACUNAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes. Perawatan Umum
a. Resusitasi (1.2.3)
1. Air way = Jalan nafas
Usahakan jalan nafas tetap terbuka
Bila perlu gunakan Oropharingeal Air Way dan Suction 2. Breathing (Pernafasan)
Jaga agar penderita dapat dan terus bernafas dengan baik Bila perlu gunakan AmbuBag, Respirator, Mouth to Mouth 3. Circulation (Peredaran Darah)
Pertahan tensi, nadi tetap baik
Bila perlu pasang infuse RL, Nacl 0.9%, Dextrose 5% b. Eliminasi
1. Emesis merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang masih sadar
2. Katarsis, dengan laksan, bila diduga racun telah sampai di usus
3. Kumbah lambung, pada penderita yang keadaannya mulai menurun atau tidak koperatif
4. Forced diurisis, bila diduga racun telah sampai didarah dan dapat dikeluarkan melalui ginjal. Emesis, katarsis, dan kumbah lambung tidak boleh dikerjakan apabila:
Keracunan lebih dari 6 jam
Bahan korosif, misalnya minyak tanah atau bensin
Koma derajat sedang dan berat c. Supportive
Perhatikan (perhitungkan) keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa, kalori. d. Antidotum
Misal : Sulphat Atropin untuk keracunan insektisida, fosfat organik atau Malorphine untuk keracunan Morphin.
PENANGANAN KERACUNAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes. Perawatan Khusus
a. Keracunan Insektisida Fosfat Organik / Baygon 1. Infuse Dextrose 5% isap-isap lendir, O2 bila perlu
2. 2,5 mg bolus IV, diteruskan ½-1 mg setiap 5-10-15 menit, tergantung beratnya keracunan.
3. Kumbah lambung se efektif mungkin, katarsis, keramas rambut dengan sabun, mandikan seluruh tubuh + sabun, ganti pakaian baru.
4. Diberikan dengan monitor pupil, sampai tercapai Atropinisasi mata, mulut kering, muka merah, pupil dilatasi, jantung berdebar-debar, suhu meningkat, gelisah
5. Setelah Atropinisasi tercapai:
Dijarangkan dengan dosis maintenance ½-1 mg setiap 1-2-4-6 jam
Pemberian SA dihentikan minimal 2x24 jam b. Keracunan Sedativa, Hypnotika, Analgetika
1. Sadar : emesis, pemberian Norit dan MGSO4, bila ragu-ragu observasi 6-24 jam
2. Koma derajat I-II, kumbah lambung lalu diurisis paksa selama 12 jam, bila ada keraguan penyebab keracunannya, caranya:
Berikan 1 amp Calcium Gluconat IV
Infuse Dextrose 5% + 10 MIKcl 15% / 12 jam
Furosemide 1 amp IV / 6 jam
Untuk keracunan salicilat dan phenobarbital dapat ditambahkan 10 MCQ Nabic untuk tiap ml Dextrose 5%
3. Koma derajat III-IV : kumbah lambung dengan pipa berbalon, lalu diurisis paksa
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
4. Bila Timbul gejala Ekstrapiramidal dapat diberikan Delladryl 50-100 mg I.M 5. Pada penderita gelisah / konvulsi, diberikan Diazepam 5-10 mg I.V atau
Luminal 50-100 mg I.M
c. Keracunan Pestisida (DDT, Endrin, Racun Tikus) 1. Infsue Dextrose 5% O2 bila perlu
2. Emesis. Katarsis, Kumbah lambung bila penderita sadar atau samnolen 3. Diazepam 5-100 mg bila gelisah / kejang
4. Terapi Supportif
5. Furosemida 40 mg IV, bila diurisis menurun
d. Keracunan bahan korosif (air accu, asam keras, soda kausatik) 1. Jangan lakukan Emesis, Katarsis, Kumbah Lambung
2. Penderita disuruh minum air / susu sebanyak mungkin walaupun penderita muntah, pemberian diteruskan.
3. Infuse Dextrose 5% RL atau tranfusi bila ada perdarahan 4. Asam kuat (H2SO4, Hcl) berikan susu tiap 1 jam 100-200 ml
5. Basa kuat (HAOH,KOH) berikan air buah atau Hcl encer (Yulapium) 2 liter, untuk setiap gram sekali yang diminum
6. Corticostiroid, Dexamethason 4x2 amp LV 7. Antibiotika
8. Konsul THT
9. Bila lesi cukup luas, pasangNGT, MLP e. Keracunan antiseptik luar ( luysol, creolin)
1. Penderita disuruh minum air hangat sebanyak mungkin
2. Bila keadaan menurun, kumbah lambung dengan NGT ukuran kecil 3. Antasida
PENANGANAN KERACUNAN
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
f. Keracunan jengkol
1. Bila ringan berikan minum banyak, Nabic
2. Keracunan berat, pasang infuse, Chateter, Nabic 1.5% g. Keracunan singkong ( ketela pohon)
1. Emesis, kumbah lambung, Laxan dengan sulfa Magnesium 30 g
2. Natrium Tiosulfat 10% 10cc IV perlahan-lahan 10 menit dan Natrium Nitrat 3% 10 cc
h. Keracunan jamur
1. Infuse Dextrose 10% 2. Emesis, Kataris
3. SA 0.5-1 mg IV dapat diulang tiap 30 menit 4. Therapi Supportif – Symtomatis
i. Keracunan alkohol
1. Emesis, Kumbah Lambung 2. Infsue Dextrose 5%
j. Keracunan gas CO2
1. Berikan pernafasan denga O2 murni tekanan tinggi 2. Cegah edema otak
k. Keracunan Heroin, Morphin, Codein
1. Malorphin 0.1-1 mg IV tiap 5 menit (Maksimal 40 mg dalam 4 jam)
TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DENGAN PERUSAHAAN
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Pasien yang datang dengan menunjukan a. ARS dari Telkom, AEA, Petrosea, dll b. Foto copy kartu berobat dari Dusit
c. Dengan mencocokan nama nomor badge di buku PLN Pikitring yang ada di UGD Rumah Sakit “RESTU IBU“ untuk pasien dari PLN Pikitring
2. Untuk pasien dari PLN Pikitring Petrosea dan Gatari dicatat dibuku sendiri 3. Selanjutnya pasien dilayani seperti pasien umum
TENTANG ASURANSI KESEHATAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.
1. Pasien yang datang dengan menunjukan kartu : a. Askes Gold (Askes sukarela)
b. Asuransi INC Insurance c. Asuransi Lippo Life d. Asuransi AEA
2. Untuk keperluan obat oral, obat injeksi dan cairan infuse ditulis pada resep Askes sedangkan asuransi perusahaan ditulis diresep RS“RESTU IBU“
3. Untuk obat dan alat habis pakai tidak diresepkan dan ditagihkan oleh pihak Rumah Sakit.
4. Pasien hanya dilayani untuk rawat inap dan Gawat Darurat
5. Pasien berobat diluar jam kerja sore hari maka akan dilayani di poliklinik sore UGD sebagai kasus emergency dengan mendapatkan resep untuk 1 (satu) hari
TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG DOKTER JAGA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
Direktur RS RESTU IBU dr. B. Syahrial S.,M.Kes.