• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Dukung Perairan Waduk Saguling Untuk Kegiatan Karamba Jaring Apung

Pendugaan daya dukung perairan pada penelitian ini menggunakan pendekatan fosfor yang didasarkan pada beban limbah fosfor baik yang berasal dari budidaya dalam karamba jaring apung maupun dari aktivitas non budidaya di Waduk Saguling. Pendugaan daya dukung bagi kegiatan karamba jaring apung ini berfungsi untuk menerapkan budidaya yang memperhatikan kapasitas asimilasi lingkungan perairan terhadap buangan limbah aktivitas budidaya.

Kegiatan budidaya karamba jaring apung di Waduk Saguling memiliki dua sisi yang harus diperhatikan, yang pertama sisi positif dari aktivitas karamba jaring apung yang dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar bahkan masyarakat di luar waduk Saguling sebagai penanam modal. Masyarakat Waduk Saguling selain sebagai pemilik budidaya karamba jaring apung, sebagian sebagai pekerja pada budidaya KJA sehingga aktivitas karamba jaring apung sangat membantu perekonomian masyarakat. Semakin bertambahnya unit karamba mengakibatkan munculnya sisi negatif dari

aktivitas KJA di Waduk Saguling karena aktivitas tersebut dapat menghasilkan limbah bahan organik akibat menumpuknya sisa pakan dan sisa metabolisme ikan di perairan.

Jumlah unit karamba jaring apung terus meningkat setiap tahunnya, tercatat pada

tahun 1991 jumlah KJA telah mencapai 1800 unit, kemudian terus mengalami kenaikan pada tahun 1993 sebanyak 4250 unit. Pada tahun 1999 jumlah KJA di Waduk Saguling mencapai 4425 unit. Setelah tahun 1999 penambahan unit KJA tidak begitu signifikan karena adanya pelarangan dan pembatasan jumlah KJA yang beroprasi di Waduk Saguling, akan tetapi kondisi tersebut tidak berlangsung lama, tercatat pada tahun 2006 jumlah unit KJA mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu sekitar 6351 unit. Data terakhir yang didapatkan adalah pada tahun 2008 sejumlah 7209 unit karamba jaring apung yang aktif di sekitar Waduk Saguling. Menurut hasil wawancara di Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Barat bagian Budidaya Perairan, didapatkan bahwa estimasi kenaikan jumlah karamba jaring apung pada tahun 2009 sekitar 8% dari tahun 2008.

Menurut Wardhana (2004), daya dukung alam dapat diartikan sebagai kemampuan alam atau ekosistem untuk mendukung kehidupan biota di dalamnya dan kehidupan manusia sebagai pengguna ekosistem. Beveridge (2004) mengatakan bahwa daya dukung lingkungan perairan bagi kegiatan budidaya perairan lebih menekankan pada bagaimana mewujudkan kegiatan produksi budidaya perairan yang berkelanjutan dengan menetapkan beberapa kriteria pembatas. Kegiatan budidaya yang berkelanjutan adalah kegiatan budidaya yang dapat mendukung faktor lingkungan sehingga kegiatan budidaya tersebut dapat dilakukan terus menerus. Permasalahan yang sering terjadi pada budidaya dalam karamba jaring apung adalah pemberian pakan dengan intensitas tinggi tanpa memperhitungkan atau mengikuti petunjuk teknis. Pemberian pakan dengan intensitas tinggi ini dilakukan oleh pembudidaya dengan tujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan ikan, faktanya bahwa pemberian pakan dengan intensitas tinggi tidak efektif karena banyak pakan yang akan terbuang atau tidak temakan oleh ikan sehingga akan menyumbang pertambahan bahan organik di perairan. Pakan yang dipergunakan oleh pembudidaya di waduk Saguling adalah pakan komersial yang sebagian besar menggunakan jenis turbo 88 dan shinta. Hasil analisis laboratorium yang dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

memperlihatkan bahwa pakan komersial tersebut memiliki kandungan fosfor sebesar 1,19 %. Data hasil wawancara terhadap pembudidaya mengenai sistem budidaya KJA di Waduk Saguling dan food convertion ratio (FCR) dapat dilihat dibawah ini:

Jumlah KJA aktif : 7209 unit

Jenis Ikan Budidaya : Pangasius sp (patin)

Siklus musim : 1 tahun 1 kali musim tanam

Padat Tebar : per petak (7x7x3m3

Organisme yang dibudidaya oleh pembudidaya KJA waduk Saguling secara

umum ada tiga jenis yaitu ikan patin (Pangasius sp), ikan mas (Ciprinus sp), dan ikan

nila (Oreochromis sp). Pada saat penelitian dilakukan, sebanyak 64 % petani budidaya

KJA membudidaya ikan jenis Pangasius sp dengan 1 kali siklus panen dalam 1 tahun. 36 % lainnya membudidaya ikan mas dan ikan nila dengan sistem jaring tunggal maupun lapis dengan 3 kali musim tanam dalam 1 tahun. Alasan petani budidaya KJA memilih membudidaya ikan patin bervariasi, akan tetapi secara umum ikan patin relatif lebih tahan penyakit dan dapat bertahan hidup dalam kondisi perairan Waduk Saguling ketika terkena masukan bahan pencemar dari pabrik di sekitar Sungai Citarum. Perhitungan FCR sebesar 1.76 : 1 dapat diartikan bahwa pada Waduk Saguling, dengan pemakaian 1.76 ton pakan dapat menghasilkan 1 ton ikan. Petani budidaya ikan KJA di Waduk Saguling menggunakan pakan untuk setiap jaring pertahun sebesar 4860 kg dengan

) = 32 – 97 kg

Rata-rata per petak = 78 kg

Intensitas pemberian : 3 kali perhari @ 2 – 6 kg

Pakan

Penggunaan pakan : Kisaran per musim : 540 – 2400 kg

Rata-rata pertahun : 4860 kg

(1 petak)

Produksi ikan : per musim tanam : 608 – 1940 kg

Rata-rata pertahun : 2760 kg

(1 petak)

FCR : 1 ton pakan yang dipakai : ton ikan yang dihasilkan

(W) : (T)

4860 kg pakan : 2760 kg ikan

karamba aktif sebanyak 7209 unit sehingga total dalam satu tahun Waduk Saguling memerlukan pakan sebanyak 35035 ton pertahun (4860 kg X 7209), dan bila yang terbuang sebanyak 20 % maka pakan buatan yang terbuang kedalam perairan sebesar 6807 ton pertahun.

Tabel 15. Hidromorfologi Waduk Saguling dan Perhitungan flushing rate

DMA Volume Tampungan

badan air (m3 Luas Badan Air (ha) ) Air Keluar (Qo) (m3 Flushin rate (p)* /hari) Rata-rata 639,51 707,52 4039 83,34 3,88

Sumber data: PT.Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Saguling *lampiran 13

Tabel 16. Pendugaan Daya Dukung Dengan Model Beban Limbah P

Parameter Nilai

Nilai rata-rata kandungan fosfat di permukaan perairan

0,081565 mg/l Maximum Acceptable Loading P

(Beveridge, 2004)

250 mg/m3

Kedalaman rata-rata badan air 17,5 m

Luas Tampungan badan air (ha) 4039 ha

Volume air keluar / Qo 83,34 m3/detik

Flushing Rate (p) 3,88

Volume Tampungan Badan Air (m3) 707,52 x 106

Total Acceptable Loading /TAL (g/tahun)

2185,64 x 106 g/tahun Daya dukung (ton/tahun)

Total Acceptable Production

12.460 ton/tahun (Lampiran 13)

Total Outflow atau volume air keluar pada Waduk Saguling menunjukkan nilai

yang menurun mulai pada bulan April dan terus menurun hingga pada bulan Agustus

sebesar 53,25 m3/detik sehingga akan berpengaruh pada flushing rate yang juga terus

menurun, perhitungan daya dukung ini dilakukan pada saat flushing rate di Waduk

Saguling mengalami penurunan yang disebabkan nilai outflow dan kapasitas tampung

badan air mengalami penurunan. Menggunakan perhitungan daya dukung model beban

limbah fosfor, maka didapatkan nilai total acceptable loading (TAL) sebesar 2185,64 x

106 g/tahun sehingga dapat diartikan bahwa kemampuan perairan Waduk Saguling dalam

menerima beban limbah fosfor maksimal adalah sebesar 2185,64 x 106 gram dalam satu

tahun. Menggunakan hasil analisa kandungan fosfor dalam pakan ikan sebesar 1,19 % sehingga didapatkan nilai fosfor yang terbuang dari ikan budidaya ke dalam perairan

(Penv) sebesar 17,54 kg dalam 1 ton produksi ikan (lampiran 13). Hasil akhir perhitungan daya dukung perairan ini adalah besarnya produksi budidaya ikan sistem intensif pada Waduk Saguling yang dianggap aman bagi perairan, yaitu sebesar 12.460 ton/tahun (lampiran 13).

Kondisi aktual Waduk Saguling saat ini memiliki jumlah unit KJA yang aktif beroprasi sebanyak 7209 unit dengan produksi rata-rata sebesar 2760 kg/tahun dalam satu petak sehingga produksi KJA aktual Waduk Saguling sebesar 19.896.840 kg/tahun atau 19.896 ton/tahun. Perbandingan antara hasil perhitungan daya dukung sebesar 12.460 ton / tahun dan kondisi aktual sebesar 19.896 ton / tahun menunjukkan bahwa produksi KJA di perairan Waduk Saguling telah melebihi daya dukungnya. Nilai daya dukung yang didapat terkait erat dengan 3 faktor, yaitu pertama adalah limbah fosfat yang masuk ke perairan baik dari aktivitas KJA maupun yang berasal dari masukan Sungai Citarum dalam jumlah yang tinggi yaitu 0,08165 mg/l (rata-rata) yang dapat mencapai 0,2639 mg/l pada stasiun 4 yang merupakan masukan air dari Sungai Citarum. Faktor kedua adalah rendahnya volume air (pada bulan pengamatan Juli dan Agustus sangat rendah dibandingkan bulan sebelumnya) sehingga dengan kecilnya volume air maka kualitas perairan akan lebih buruk dibandingkan dengan volme air yang lebih besar. Faktor ketiga adalah tingkat pencucian atau flushing rate yang kecil menyebabkan waktu tinggal air didalam suatu perairan lebih lama sedangkan penambahan limbah seperti fosfor terus bertambah. Estimasi daya dukung budidaya karamba jaring apung intensif menggunakan beban limbah fosfor menggunakan beberapa asumsi yaitu pengunaan variabel bagian fosfor yang tertahan dalam waktu lama di dalam sedimen (x) dengan nilai 0,5 dan batas maksimal limbah fosfor untuk ikan budidaya pada daerah tropis dan waduk dengan

peruntukan multifungsi sebesar 250 mg/m3

Jumlah unit KJA aktif yang aman bagi perairan Waduk Saguling dapat diestimasi melalui nilai daya dukung yang didapat sebelumnya dan kisaran produksi ikan yang didapat dari hasil wawancara. Kisaran produksi ikan para petani KJA Waduk Saguling sebesar 2760 kg / petak / tahun sehingga jika produksi aman sebesar 12.460 ton/tahun maka didapatkan hasil berupa jumlah unit maksimal yang aman bagi perairan sebesar 4514 unit KJA. Oleh karena itu, Jumlah unit KJA aktif aktual sebesar 7209 unit di Waduk Saguling telah melebihi daya dukung sehingga perlu adanya pengaturan dan

tindakan dari stakeholder waduk tersebut. Jumlah unit KJA di Waduk Saguling akan terus bertambah setiap tahunnya, dengan memperhatikan data yang didapat dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Barat, jumlah unit KJA di Waduk Saguling akan terus bertambah tiap tahunnya dengan estimasi rata-rata pertambahan unit KJA sebesar 0,62 % dari kondisi awal.