• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Dukungan Sosial

2.3.1. Pengertian Dukungan Sosial

Menurut Ristianti, A. (2009) yang mengutip pendapat Sarafino, dalam menggambarkan dukungan sosial sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain maupun kelompok.

Menurut Ristianti, A. (2009) yang mengutip pendapat Taylor, S.E. (1999) mengemukakan bahwa dukungan sosial sebagai informasi dari orang lain yang menunjukan bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama.

2.3.2. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial

Menurut Orford (1992) yang mengutip pendapat para ahli (Tolsdorf; Leavy), dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk dukungan sosial, yaitu:

a. Dukungan emosional (emotional support)

Dinyatakan dalam bentuk bantuan yang memberikan dorongan untuk memberikan kehangatan dan kasih sayang, memberikan perhatian, percaya

b. Dukungan penghargaan (esteem support)

Dukungan penghargaan dapat diberikan melalui penghargaan atau penilaian yang positif kepada individu, dorongan maju dan semangat atau persetujuan mengenai ide atau pendapat individu serta melakukan perbandingan secara positif terhadap orang lain.

c. Dukungan instrumental (instrumental support)

Mencakup bantuan langsung, seperti memberikan pinjaman uang atau menolong dengan melakukan suatu pekerjaan guna menyelesaikan tugas-tugas individu.

d. Dukungan informasi (informational support)

Memberikan informasi, nasehat, sugesti ataupun umpan balik mengenai apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang lain yang membutuhkan.

e. Dukungan jaringan sosial (companionship support)

Jenis dukungan ini diberikan dengan cara membuat kondisi agar seseorang menjadi bagian dari suatu kelompok yang memiliki persamaan minat dan aktivitas sosial. Dukungan jaringan sosial juga disebut sebagai dukungan persahabatan yang merupakan suatu interaksi sosial yang positif dengan orang lain, yang memungkinkan individu dapat menghabiskan waktu dengan individu lain dalam suatu aktivitas sosial maupun hiburan.

2.3.3. Sumber Dukungan Sosial

Menurut Ristianti, A. (2009) yang mengutip pendapat Goetlieb, B. H. (1983) ada dua macam hubungan dukungan sosial, yaitu hubungan professional yakni bersumber dari orangorang yang ahli di bidangnya, seperti konselor, psikiater, psikolog, dokter maupun pengacara, serta hubungan non professional, yakni bersumber dari orang-orang terdekat seperti teman, keluarga maupun relasi.

Menurut Ristianti, A. (2009) yang mengutip pendapat Goetlieb, B. H. (1983) dapat disimpulkan bahwa beberapa sumber yang dapat memberikan dukungan sosial antara lain : keluarga, teman dan tetangga serta guru di sekolah.

2.3.4. Faktor-faktor Terbentuknya Dukungan Sosial

Menurut Ristianti, A. (2009) yang mengutip pendapat Hobfoll, S. E. (1986) dapat disimpulkan bahwa sedikitnya ada tiga faktor penting yang mendorong seseorang untuk memberikan dukungan yang positif, diantaranya:

a. Empati, yaitu turut merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan mengantisipasi emosi dan memotivasi tingkah laku untuk mengurangi kesusahan dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.

b. Norma dan nilai sosial, yang berguna untuk membimbing individu untuk menjalankan kewajiban dalam kehidupan.

b. Pertukaran sosial, yaitu hubungan timbal balik perilaku sosial antara cinta, pelayanan, informasi. Keseimbangan dalam pertukaran akan menghasilkan hubungan interpersonal yang memuaskan. Pengalaman akan pertukaran secara

timbal balik ini membuat individu lebih percaya bahwa orang lain akan menyediakan bantuan.

2.3.5. Manfaat Dukungan Sosial

Menurut Oktarina, H. (2002) yang mengutip pendapat Johnson dan Johnson, dukungan sosial dapat memberikan individu dukungan emosi, instrumental, penilaian positif dan informasi yang bermanfaat bagi individu dalam :

a. Meningkatkan produktifitas bila dihubungkan dengan pekerjaan.

b. Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan menyediakan rasa memiliki, memperjelas identitas diri, menambah harga diri, serta mengurangi stres.

c. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik.

d. Pengelolaan terhadap stress dengan menyediakan pelayanan, perawatan, sumber-sumber informasi dan umpan balik yang dibutuhkan untuk menghadapi stresdan tekanan.

2.3.6. Dukungan Sosial dari Orang Tua

Menurut Oktarina, H. (2002) yang mengutip pendapat Setiyanto, bahwa dalam mendidik dan membina, orang tua hendaknya bertindak bijaksana, menyediakan hati dan pikiran untuk anak-anaknya, namun terkadang kurang memperhatikan aspirasi remaja, kecendrungan orang tua memaksakan kehendaknya, cenderung memerintah anak-anak untuk memenuhi keinginan orangtua. Remaja umumnya mendambakan orangtua sebagai figur yang mampu mendengarkan aspirasi mereka, keluhan-keluhan,

dan perasaan-perasaan mereka, sehingga terkadang terdapat pembatas antara remaja dan orangtua dalam berkomunikasi, bahkan bisa menjadi konflik pada diri remaja.

Dalam proses rehabilitasi, orang tua menjadi pihak yang pertama memberi dukungan, dengan menunjukkan perhatian, ikut mendengar keluhan yang dirasakan anak, mengikuti perkembangan proses rehabilitasi, menyediakan dana sesuai dengan kebutuhan anak, menghargai usaha anak, memuji, memberi nasehat, dan lainnya (Amriel, 2008).

2.3.7. Dukungan Sosial dari Teman Sebaya

Perkembangan kemampuan intelektual mendorong para remaja berani membangun diskusi tentang ide atau gagasan bersama kelompoknya. Kemampuan berdiskusi merupakan penuntun para remaja untuk mengidentifikasi perbedaan pendapat, menguji argumentasi, dan menegaskan alasan sebuah tindakan. Mereka mengembangkan kemampuan untuk membentuk kelompok teman sebaya (peer group) atau kelompok-kelompok kecil yang sifatnya lebih tertutup (cligue) (Surbakti, 2008).

Menurut Ristianti, A., (2009) yang mengutip pendapat Cairns, R. B. (1988), dapat disimpulkan bahwa remaja menerima dukungan sosial dari kelompok teman sebaya. Oleh karena itu, remaja berusaha menggabungkan diri dengan teman-teman sebayanya. Hal ini dilakukan remaja dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan dari kelompok teman sebayanya. Melalui berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu, remaja dapat mengubah

kebiasan-kebiasan hidupnya dan dapat mencoba berbagai hal yang baru serta saling mendukung satu sama lain.

Pada upaya rehabilitasi, metode Long-term residential treatment, dalam praktiknya, pengguna narkoba yang mengikuti program akan dimasukkan kedalam serangkaian aktivitas selama enam hingga dua belas bulan, program ini difokuskan pada mensosialisasikan kembali si pecandu (resosialisasi), serta melibatkan seluruh anggota komunitas yang ada sebagai unsur aktif dalam proses penyembuhan (Hawari, 2002).

Dalam proses rehabilitasi, peran teman sebaya selalu ada dalam setiap kegiatan, contoh, saat orientasi dan pengenalan program, outbond, bimbingan fisik (olah raga, pemeriksaan kesehatan), bimbingan mental psikologi, agama dan kecerdasan, bimbingan sosial, terapi kelompok, kesenian, karya wisata, dan lainnya (Kementrian Sosial RI, 2010).

Dokumen terkait