• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Jalan Tol di Indonesia Indonesia

5.3.6 Dummy Kebijakan

Undang-undang No 38 Tahun 2004 merupakan undang-undang tentang jalan dan di dalamnya termasuk jalan tol. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai jalan tol adalah pembentukan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) sebagai perpanjangan tangan pemerintah untuk mengatur, mengawasi, serta mengevaluasi pembangunan jalan tol di Indonesia. Berdirinya BPJT berarti

berkurangnya peran Jasa Marga sebagai regulator karena sudah diambil alih oleh BPJT.

Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa dummy kebijakan ini secara positif mempengaruhi panjang jalan tol. Penelitian ini menunjukkan bahwa jika kebijakan ini diterapkan terjadi penambahan panjang jalan tol sebesar 0.1353 persen lebih tinggi dibandingkan jika kebijakan ini belum diterapkan yaitu sebelum tahun 2005. Pemisahan peran regulator sekaligus operator yang sebelumnya dipegang oleh Jasa Marga merupakan salah satu usaha pemerintah dalam rangka percepatan pembangunan jalan tol di Indonesia. Kebijakan ini membuat Jasa Marga selaku operator jalan tol harus melalui prosedur yang berlaku jika ingin berinvestasi dalam membangun jalan tol.

Kebijakan ini juga bertujuan agar minat investor semakin tinggi untuk berinvestasi dalam pembangunan jalan tol. Sebelumnya, investor harus bersaing dengan Jasa Marga yang juga berperan sebagai regulator sehingga kemungkinan bagi pihak swasta untuk berpartisipasi dalam pembangunan jalan tol kecil. Namun sekarang BPJT yang memegang peranan sebagai regulator

Fungsi Jasa Marga sebagai regulator yang tercantum dalam undang-undang No 13 Tahun 1980 terlihat kurang berfungsi dan menimbulkan konflik kepentingan sehingga banyak merugikan Jasa Marga. Selain itu Jasa Marga jika dilihat dari perspektif bisnis akan cenderung lebih banyak berpihak kepada fungsinya sebagai operator dan pengusaha jalan tol. Hal ini sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian BUMN yang tertuang dalam UU No 19/2003 tentang BUMN, dimana PT Jasa Marga adalah Badan Usaha Milik Negara yang harus

semaksimal mungkin memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan Negara pada khususnya serta mengejar keuntungan.

5.4 Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan jalan tol di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu PDB/kapita, tenaga kerja, dana pemerintah, investasi swasta, kendaraan bermotor roda empat dan lebih, serta kebijakan pemerintah melalui pemisahan fungsi operator dan regulator pada Jasa Marga.

PDB/kapita merupakan faktor yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perkembangan jalan tol di Indonesia. Hal ini didukung oleh studi Copo et.al (2005) melalui studinya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan jalan tol di Filiphina. Studi ini menunjukkan bahwa PDB/kapita berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pembangunan jalan di Filiphina. Peningkatan PDB/kapita sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan panjang jalan tol sebesar 0.0046861 km

Selain itu, Queiroz dan Gautam (1992) juga melakukan investigasi mengenai keterkaitan antara PDB per Kapita dan besarannya dengan infrastruktur. Cara yang digunakan adalah dengan mengadopsi pengalaman dari beberapa negara dan perbandingan langsung melalui pendapatan antar negara dengan memilih variabel yang sesuai.

Hasil studi menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur jalan/kapita dalam suatu negara berpendapatan tinggi, lebih besar dibandingkan dengan negara berpendapatan sedang. Misalnya, rata-rata kepadatan jalan aspal (km/juta penduduk) sebesar 170 pada negara berpendapatan rendah. Sedangkan pada negara berpendapatan sedang rata-rata kepadatan jalan aspalnya sebesar 1660. Perbedaan besarnya rata-rata kepadatan jalan aspal negara berpendapatan rendah dengan negara berpendapatan tinggi mencapai lima kali.

Sedangkan Bappenas (2003) melalui studi Perkembangan Lembaga Keuangan dan Investasi Infrastruktur yang bertujuan untuk memperkirakan kebutuhan infrastuktur karena adanya perubahan struktur perekonomian dan peningkatan pendapatan masyarakat Indonesia dalam periode 2005-2009 menunjukkan bahwa peningkatan PDB/kapita sebesar satu satuan akan meningkatkan panjang jalan sebesar 0.508 km/1000 penduduk.

Selain itu World Bank (1994) melalui studinya menggambarkan bahwa keberadaan infrastruktur yang baik akan meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya produksi. Dalam studinya, World Bank belum bisa menemukan hubungan yang tepat antara ketersediaan infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi. Namun hasil studi menunjukkan bahwa peningkatan ketersediaan kapasitas infrastruktur sebesar satu persen terkait dengan peningkatan PDB/kapita sebesar satu persen. Hasil penelitian dan studi lainnya menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara peningkatan PDB/kapita dengan pertumbuhan infrastruktur termasuk jalan tol.

Variabel lain yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perkembangan jalan tol di Indonesia adalah jumlah tenaga kerja. Semakin tinggi jumlah tenaga kerja semakin cepat pula perkembangan jalan tol di Indonesia. Kondisi ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Copo et.al (2005) yang menjelaskan bahwa jumlah tenaga kerja berpengaruh secara positif dan nyata dalam pembangunan jalan nasional di Filiphina. Hal ini diakibatkan adanya mobilitas tenaga kerja dari wilayah pinggiran ke wilayah pusat. Dengan menggunakan panel data diketahui bahwa pertambahan jumlah tenaga kerja sebanyak satu orang akan meningkatkan panjang jalan nasional di Filiphina sebesar 0.0559 km.

Di Indonesia hal ini biasa terjadi di kota-kota besar seperti kota Jakarta. Data tahun 1998/1999 mencatat bahwa pada jam-jam puncak setidaknya terdapat lebih dari 40.000 kendaraan yang melintas di berbagai ruas jalan di Jakarta. Selain itu, besarnya mobilitas penduduk ke tempat kerja menuju Jakarta yang berasal dari Bodetabek dan dalam Jakarta sendiri mencapai angka 62,5 persen Pola pergerakan seperti ini mengakibatkan terbentuknya suatu pola ulang alik atau commuter antara DKI Jakarta dan Bodetabek. Faktor utama penyebab kemacetan tersebut adalah adanya kebangkitan penduduk di wilayah Botabek ke wilayah DKI Jakarta. Pelebaran jalan dan pembangunan jalan tol merupakan salah satu usaha untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di DKI Jakarta.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dana pemerintah merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh secara positif terhadap pembangunan jalan tol di Indonesia. Hasi ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Copo et.al

yang menyatakan bahwa peningkatan dana pemerintah sebesar satu satuan akan meningkatkan panjang jalan di Filiphina sebesar 0.00000353 km.

Laporan World Bank menunjukkan bahwa proporsi besarnya anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur di negara berkembang berkisar antara 2 persen-8persen dengan rata-rata sekitar 4 persen dari PDB. Kemudian untuk rasio investasi pemerintah di bidang infrastruktur terhadap PDB pada periode 2005-2009 diasumsikan konstan sebesar 2,33 persen tiap tahunnya. Sedangkan berdasarkan data historis proporsi besarnya anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur periode 1990/1991-2002 berkisar 1,4 persen-2,5 persen dari PDB.

Pembiayaan infrastruktur termasuk pembangunan jalan tol dari PDB cenderung menurun dari tahun ke tahun. Sehingga menyebabkan keterlambatan Indonesia dalam pembangunan infrastruktur. Hasil studi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FE-UI) tentang Roadmap Pembangunan Infrastruktur Indonesia; Dampak Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi, menunjukkan bahwa jika diperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,93 persen, maka akan terjadi kenaikan persentase stok jalan sebesar 14 persen atau sepanjang 21.205 kilometer maka pemerintah harus menyediakan biaya mencapai Rp 29,7 triliun.

Studi tersebut menunjukkan bahwa percepatan pembangunan jalan harus didukung oleh dana pemerintah yang besar. Namun dengan keterbatasan dana yang dimiliki apakah pemerintah sanggup memenuhi kebutuhan dana tersebut. Sehingga kontribusi swasta dalam pembangunan jalan tol melalui tender-tender

yang diadakan oleh pemerintah sangat penting demi kelangsungan pembangunan nasional.

Oleh karena itu investasi swasta khususnya di bidang jalan tol pun berpengaruh terhadap perkembangan jalan tol di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investasi swasta berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perkembangan jalan tol di Indonesia. Studi World Bank (2004) juga menyatakan bahwa pembangunan jalan tol sangat penting dalam pembangunan wilayah namun ketersediaan dana membuat pembangunan jalan tol terhambat. Keadaan ini bisa diatasi dengan adanya kerjasama antara pemerintah dan swasta. Mexico membangun 4000 km jalan tol dengan mengeluarkan biaya sebesar US$ 10 miliar sedangkan Malaysia membangun North South Toll Motorway sebesar US$23 miliar melalui kerangka public private project.

Hal ini sejalan dengan studi Copo et.al (2005) yang menunjukkan bahwa investasi swasta berpengaruh secara positif dan nyata terhadap pembangunan jalan nasional di Filiphina. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya lapangan kerja akibat peningkatan investasi swasta di Filiphina. Sehingga aktivitas ekonomi semakin tinggi begitu juga dengan mobilitas tenaga kerja. Selain itu kebutuhan dana untuk pembangunan jalan terpenuhi sehingga pembangunan jalan dapat dilakukan. Akibatnya terjadi peningkatan pembangunan jalan sebesar 0.0031376 persen untuk peningkatan investasi swasta sebesar 1 persen.

Selain itu studi Bappenas (2003) menjelaskan adanya hubungan positif dan pengaruh nyata antara ketersediaan investasi infrastruktur tahun lalu dengan ketersediaan infrastruktur untuk periode 2005-2009. Peningkatan ketersediaan

investasi infrastruktur tahun sebelumnya sebesar satu satuan akan meningkatkan panjang jalan sebesar 0.500 km/ 1000 penduduk. Melalui studi ini bisa diketahui kebutuhan investasi untuk menyediakan infrastruktur adalah dengan proyeksi peningkatan kebutuhan ketersediaan infrastruktur dikali dengan biaya satuan investasi untuk masing-masing sektor infrastruktur. Kesimpulannya, infrastruktur jalan termasuk di dalamnya jalan tol dibutuhkan investasi sebesar Rp 177,1 triliyun untuk pembangunan jalan sepanjang 93,7 ribu km.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap perkembangan jalan tol di Indonesia dalam penelitian ini adalah jumlah kendaraan bermotor roda empat dan lebih. Hasil penelitian ini sejalan dengan studi Copo et.al juga bahwa jumlah kendaraan bermotor berpengaruh secara positif dan nyata terhadap pembangunan jalan nasional di wilayah Filiphina. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebanyak satu satuan akan meningkatkan panjang jalan sebesar 0.0023569 km. Pembangunan jalan dilakukan akibat dari kepadatan kendaraan di jalan sehingga diperlukan tambahan panjang jalan tol untuk mengatasi kemacetan.

Dokumen terkait