• Tidak ada hasil yang ditemukan

a Pemberat atraktor Semen cor bertulang 16 buah Menenggelamkan atraktor b Jangkar besi 1 buah Penahan atraktor dari arus

HASIL DAN PEMBAHASAN A Keadaan Umum Wilayah Penelitian

E. Efektifitas Media Pelekatan Telur 1 Jumlah Koloni Telur

Jumlah koloni telur yang menempel pertama kali di dalam atraktor cumi-cumi ada 2 koloni masing-masing koloni berjumlah 67 dan 51 polong telur. Berikutnya berjumlah 4, 6, 1 dan 3 koloni.

Keterangan Gambar :

1 : Ikan Kepe-kepe, 2 : Ikan Pakol, 3 : Ikan Buntal, 4 : Ikan Kuniran, 5 : Ikan Krot-krot, 6 : Ikan Kakap, 7 : Ikan Jenggot Kuning, 8 : Ikan Kurisi, 9 : Ikan Balanak,10: Ikan Julung-julung,11 : Ikan ekor kuning

Gambar 17. Distribusi dan Kecenderungan Keberadaan Organisme yang berasosiasi pada Atraktor Cumi-cumi (A),Tampak

A

Beberapa Ikan-ikan Karang dan Ikan Kecil di sekitar Atraktor Cumi-cumi (B)

Jumlah koloni telur dapat dilihat pada Tabel 3 dan Lampiran 1. Pongsapan et al. (1995) dan Danakusumah et al. (1995) dalam Tallo (2006), masing-masing mengatakan bahwa jumlah telur yang dihasilkan dalam sekali memijah berkisar 78 - 408 polong telur dengan jumlah kapsul telur sebanyak 194 sampai 1350 butir dan jumlah polong telur cumi-cumi berkisar 380 - 551 dengan jumlah kapsul telur 700 - 2241 butir, setiap polong berisi 1 sampai 6 kapsul telur.

Tabel 3. Jumlah Koloni Telur dalam Atraktor Cumi-cumi.

Hari ke

Jumlah Koloni pada Material Pelekatan Telur Jumlah Polong

Plastik Papan Webbing Tali

35 0 0 0 2 118 42 0 0 0 4 4 43 0 0 0 6 254 48 0 0 0 1 35 60 0 0 0 3 155 Jumlah 0 0 0 16 566

Di Tanzania, Mhitu, et.al. (1995), menemukan 180 - 1180 kapsul telur dengan rata-rata 680 kapsul telur per individu dan di Australia, Jantzen, et.al. (2003), menemukan 218 - 1922 kapsul telur

dengan rata-rata 893,9 kapsul telur. Penelitian diperairan Pulau Bangka, setiap atraktor cumi-cumi rata-rata berisi 234 polong telur (820 kapsul telur http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul= Penelitian%20Rumpon%20Cumi%20Berhasil%20di%20Perairan%20 Tuing,%20Pulau%20Bangka&&nomorurut_artikel=599. Tingkat fekunditas cumi-cumi tergantung kepada bobot tubuh dan panjang mantelnya, Syarifuddin (2002).

Media/substrat pelekatan telur yang dipilih oleh cumi-cumi di dalam melekatkan telur di dalam atraktor cumi-cumi adalah substrat tali, sedangkan substrat plastik, substrat papan dan substrat lembaran jaring tidak ditemukan telur yang melekat pada substrat tersebut. Kemungkinan disebabkan oleh kekuatan lekatan telur pada ketiga substrat tersebut kurang kuat sehingga telur-telur yang sempat dilekatkan jatuh dan terbawa oleh arus sebelum dilkukan pengamatan atau kemungkinan memang cumi-cumi tidak memilihnya disebabkan ada substrat yang lain yang memang sangat disukainya yaitu substrat tali. Hal ini disebabkan karena kebiasaan cumi-cumi pada saat akan menempelkan telurnya yaitu berdasarkan penglihatan dan rabaan sang induk pada susbtrat. Substrat yang paling disukai cumi-cumi adalah substrat yang berbentuk batangan atau tangkai-tangkai ranting kayu dan substrat yang berbentuk pita, ke 4 type substrat yang terpasang di atraktor hanya substrat tali yang meyerupai batangan dan kelihatan seperti tangkai ranting karena

saling bertaut sehingga substrat ini dipilih oleh cumi-cumi untuk menempelkan telurnya. Substrat plastik menyerupai pita, akan tetapi kemungkinan dari segi ukuran atau permukaan yang licin sehingga tidak dipilih oleh cumi-cumi dan ada substrat yang lebih disukai. Substrat papan permukaan kasar akan tetapi tidak dipilih cumi-cumi, kemungkinan karena karena ukurannya yang agak besar dan adanya substrat yang lebih disukainya, sedangkan substrat lembaran jaring kelihatan seperti tangkai-tangkai akan tetapi kemungkinan diameter tali yang digunakan terlalu kecil sehingga tidak dipilih oleh cumi-cumi berkulit tebal ini dan kemungkinan juga disebabkan oleh karena ada substrat yang lain yang lebih disukainya. Kemungkinan lain adalah bahwa cumi-cumi tetap memilih type substrat lainnya, namun karena kekuatan lekatnya kurang, maka koloni-koloni telur tersebut terjatuh sebelum pengambilan data. Tulak (2000), mengemukakan bahwa substrat yang disukai cumi-cumi adalah sponge, bubu bambu, tali jangkar kapal, keramba jaring apung, kerangka besi, jaring nelayan, akan tetapi yang paling disukainya adalah yang menyerupai pita dan batang/ranting, bahan substrat tidak menjadi objek perhatian cumi-cumi, melainkan bentuk dan letak substrat. Letak substrat yang disukai cumi-cumi pada daerah yang agak remang-remang dan tersembunyi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kemungkinan ada unsur keterpaksaan sehingga cumi-cumi memilih apa saja sebagai tempat untuk menempelkan telurnya. Tallo (2006) dan Aras (2008)

menemukan cumi-cumi melekatkan telurnya pada atraktor cumi- cumi yang bersubstrat tali. Baskoro dkk (2011), membuat atraktor cumi-cumi dengan substrat pelekatan telur dari bahan tali rami.

Atraktor cumi-cumi yang dioperasikan di Pulau Bangka,

menggunakan substrat dari tali dan berhasil dengan baik. 2. Volume Koloni Telur pada Substrat.

Jumlah substrat tali yang terpasang di dalam atraktor 32 helai (Lampiran 5 B). Jumlah susbtrat yang ditempati cumi-cumi melekatkan telur 13 helai (46,6 %) dan ada 3 helai substrat yang dipilih cumi-cumi melekatkan telurnya sebanyak 2 kali pelekatan telur (2 koloni telur dalam 1 substrat) yaitu substrat nomor 14, 18 dan 19 yang masing-masing berisi 54 dan 35 koloni, 67 dan 39 koloni dan 60 dan 1 koloni telur. Substrat nomor 18 yang paling banyak berisi telur yaitu 106 polong telur (18,7 %) dari total jumlah polong telur.

3. Daya Tahan Koloni pada Substrat.

Telur cumi-cumi sirip besar berbentuk seperti kacang polong, berwarna putih dan transparan berlapis agar-agar yang melindungi telur. Satu koloni telur yang telah ditempelkan pada substrat kelihatan seperti satu tandang buah anggur. MacGinitie dan Nettie 1949 dalam Tulak (2000), menyatakan bahwa kapsul-kapsul tersebut pada saat dikeluarkan berukuran kecil dan kemudian mengembang

2-3 kali ukuran awalnya dengan menyerap air dan memberi rongga pada setiap telur.

Koloni telur cumi-cumi yang ditempelkan pada substrat tali mempunyai kekuatan lekat yang kuat. Namun beberapa jenis ikan yang membuat telur-telur itu terlepas dari koloninya. Ikan-ikan ini menggigit pangkal-pangkal telur (tudung telur) yang melekat pada substrat sampai terlepas (Gambar 17), ikan ini termasuk ikan-ikan karang dari jenis Bayeman ijo dan ikan Baluran (Gambar 18). Syarifuddin (2002), menjelaskan bahwa setelah telur-telur cumi-cumi dibuahi akan dikeluarkan satu per satu dalam kapsul-kapsul gelatin. Zat gelatin adalah zat yang melindungi telur dan tidak disukai oleh ikan. Alasan ikan-ikan ini menggigit pangkal-pangkal telur belum diketahui dengan pasti dan perlu penelitian lebih lanjut.

Gambar 18. Ikan Bayeman Ijo Thallasoma quenqeuvittatum dan IkanBaluran Cheilinus trilobatus (Lacepede, 1801) Daya tahan telur juga berpengaruh kepada pengangkatan atraktor di atas permukaan air laut, ini terbukti pada telur yang pertama kali dilekatkan, banyak yang terpisah dari koloninya setelah diturunkan kembali. Hal ini sangat memungkinkan karena pada saat pengangkatan atraktor kepermukaan, telur-telur tersebut bergerak kesana kemari sehingga daya lekatnya berkurang dan setelah diturunkan kembali polong-polong telur tersebut terangkat oleh tekanan air dan akhirnya terlepas dari koloninya.

Dokumen terkait