• Tidak ada hasil yang ditemukan

a Pemberat atraktor Semen cor bertulang 16 buah Menenggelamkan atraktor b Jangkar besi 1 buah Penahan atraktor dari arus

HASIL DAN PEMBAHASAN A Keadaan Umum Wilayah Penelitian

F. Tingkah Laku dalam Pelekatan Telur

Keadaan lingkungan laut sangat berpengaruh kepada pemijahan, sehingga bila kondisi lingkungan laut belum sesuai, maka masa pemijahan dapat ditunda hingga benar-benar sesuai.

Respon cumi-cumi terhadap atraktor yang terpasang diperairan adalah keinginan untuk mengetahui benda tersebut. Cumi-cumi sebelum melekatkan telurnya di atraktor (tempat yang baru) terlebih dahulu mengadakan survey tempat, belum ditemukan data detail berapa hari cumi-cumi datang kembali melekatkan telurnya setelah

melakukan survey. Informasi yang didapatkan dari penelitian ini mengatakan 3 - 14 hari (n = 3) setelah survey lokasi baru.

Cumi-cumi didalam melakukan survey tempat pelekatan telur dilakukan secara berkelompok (lebih dari 1 pasang). Pada penelitian ini ditemukan sampai 4 pasang cumi-cumi. Kedatangan cumi-cumi yang kedua kalinya langsung menuju atraktor cumi-cumi searah arus laut, ada juga yang berputar 90 dan 360 derajat (Gambar 19 A), Kemudian berhenti sejenak, lalu cumi-cumi betina diiringi cumi-cumi jantan bergerak maju memeriksa media/substrat dimana telurnya akan dilekatkan, kemudian mundur lagi selang beberapa detik kemudian maju lagi untuk melekatkan telurnya yang diiringi oleh cumi-cumi jantan yang selalu mendampinginya (Gambar 19 B). Keadaan seperti ini berlangsung selama 15 menit kemudian cumi-cumi tersebut pergi meninggalkan atraktor.

Keterangan Gambar :

A – A’ :Pergerakan cumi-cumi jantan (maju mundur) pada saat mendampingi cumi-cumi betina penempelkan telurnya B – B’ : Pergerakan cumi-cumi betina (maju mundur) pada saat

penempelan telur

Gambar 19. Tingkah Laku Cumi-cumi Sebelum Pelekatan Telur (A), Tingkah Laku Cumi-cumi pada Saat akan Melekatkan Telurnya (B)

Proses pelekatan telur cumi-cumi untuk pertama kalinya pada media pelekatan telur itu didahului dengan proses identifikasi media pelekatan telur dengan cara penglihatan kemudian dilanjutkan dengan perabaan dengan menggunakan tentakel oleh induk betina. Dari hasil respon penglihatan dan rabaan itu kemudian cumi-cumi mengambil tindakan untuk melekatkan telurnya pada media pelekatan telur yang dipilihnya.

1. Durasi/Periode Waktu Pelekatan Telur

Periode waktu pelekatan telur diperkirakan pada subuh hari menjelang pagi atau sebelum jam tujuh pagi. Pada waktu tersebut sering ditemukan pasangan cumi-cumi berada dekat dengan atraktor cumi-cumi. Cumi-cumi di dalam melekatkan

telur dilakukan sekitar pukul 06.00 – 07.00 am atau lebih spesifik pada pukul 06.35 - 06.55 am, n = 3 (Gambar 20) dan dilakukan secara perpasangan dan dalam kelompok kecil, ditemukan sampai 4 pasangan sedangkan pada sore hari tidak ditemukan pasangan cumi-cumi. Keberadaan cumi-cumi disekitar atraktor hingga menjelang siang hari dan pada sore hari cumi-cumi cenderung berada pada daerah terumbu karang sebelah Utara lokasi penelitian yang merupakan daerah aktivitas penangkapan cumi- cumi. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 21. Hanlon (2004), mengatakan bahwa aktivitas penempelan telur cumi-cumi pada susbtrat terjadi pada siang hari dan tidak menemukan pada malam hari. Hal senada yang ditemukan oleh Tallo (2006), bahwa

telur cumi-cumi menempel pada atraktor cumi-

cumi pada periode pengangkatan atraktor pada waktu

menjelang pagi.

: Waktu Pengambilan Data

: Waktu Cumi-cumi Berada di Atraktor Keterangan Gambar :

Gambar 20. Durasi Waktu Pelekatan Telur

Gambar 21. Distribusi dan Aktivitas Cumi-cumi di Daerah Pemijahan

2. Waktu dan Frekuensi Pelekatan Telur.

Waktu pelekatan telur pada penelitian ini pertama kali ditemukan didalam atraktor pada hari ke 35 (22 Nopember 2012) setelah penanaman atraktor, yaitu sebanyak 2 koloni telur dan terakhir pada hari ke 60 (17 Desember 2012) yaitu sebanyak 3 koloni telur. Waktu pelekatan telur dapat dilihat pada Tabel 4. Tallo (2006), menemukan telur pada atraktor di minggu ke 2 setelah

diturunkan pada bulan Agustus-September. Aras (2008),

menemukan telur cumi-cumi di atraktor pada bulan Agustus pada Mencari makan

Pemijahan

Kolom perairan

kedalaman 5 - 7 meter. Di perairan Pulau Bangka cumi-cumi menempelkan telurnya di atraktor yang ditanam pada bulan Oktober - Desember pada kedalaman 3 - 7 meter. Selanjutnya, Hatfield dkk (2002), mengemukakan bahwa cumi-cumi bertelur sepanjang tahun dengan musim puncak yang bervariasi sesuai dengan geografis daerah tersebut.

Frekuensi pelekatan telur dalam atraktor cumi-cumi pada penelitian ini belum ditemukan data yang pasti, akan tetapi data penelitian mengatakan tiap 1 - 12 hari. Rataan frekuensi setiap kali penempelan telur yang terjadi di dalam atraktor cumi-cumi adalah 6,25 hari n = 4, sedangkan rataan frekuensi setiap kali pelekatan telur di dalam dan diluar atraktor adalah 4 hari, modus adalah 3 hari dimana n = 7. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4. Pelekatan telur pada substrat, cumi-cumi melakukannya berulang- ulang kali dengan interval waktu 10 – 30 detik selama kurang lebih 15 menit (n = 3). Jantzen (2003), menemukan interval waktu 20 detik. Danakusumah et al. (1995) menemukan cumi-cumi memijah dua sampai tiga kali sebelum mati, dengan selang waktu 3 – 4 hari antara pemijahan yang pertama dan berikutnya. Di Jepang, Segawa et al.

(1993b) memperoleh cumi-cumi betina yang meletakkan telurnya sebanyak empat kali setelah terjadi sekali kopulasi. Bahkan Wada dan Kobayasbi (1995) dalam Syarifuddin (2002), menemukan seekor cumi- cumi betina yang dipelihara dengan seekor cumi-cumi jantan memijah sebanyak 11 kali dalam interval waktu 1 - 9 hari.

Tabel 4. Frekuensi Pelekatan Telur Cumi-cumi Hari

ke Frekuensi Uraian

32 - Temuan pertama kali telur diranting

kayu

35 3 Temuan pertama kali telur didalam

atraktor

38 3 Menanam ranting kayu seputar

atraktor

41 3 Temuan Telur pada ranting kayu yang

ditanam dihari ke 38

42 1 Temuan telur di dalam atraktor

43 1 Temuan telur di dalam atraktor

48 5 Temuan telur di dalam atraktor

60 12 Temuan telur di dalam atraktor

3. Posisi Pelekatan Telur dalam Atraktor Cumi-cumi

Posisi pelekatan telur cumi-cumi pada media pelekatan telur yaitu diletakkan tergantung pada bagian atas media pelekatan telur dibawah penutup atraktor pada posisi agak ke dalam, (Gambar 22)

Gambar 22. Telur yang Menempel pada Substrat Tali (Gambar atas), Ilustrasi Posisi Telur pada Substrat Tali (Gambar Bawah)

sehingga dengan demikian dapat diasumsikan bahwa cumi-cumi senang melekatkan telurnnya pada tempat-tempat yang agak gelap dan terlindungi. Tallo (2006), menemukan telur cumi-cumi menempel pada daerah-daerah yang agak gelap atau tersamar dan terlindung. Sebanyak 13 helai susbtrat yang dipilih oleh cumi-cumi melekatkan telurnya, dan tidak merata pada setiap susbtrat. Posisi

pelekatan, jumlah polong dan volume koloni pada substrat dapat dilihat pada Gambar 23.

Keterangan Gambar :

Angka dalam lingkaran 1-32 = Nomor substrat Tanda panah = Menunjukkan urutan nomor substrat Angka dalam kurva :

Gambar 23. Jumlah Polong dan Volume Koloni Telur Cumi-cumi pada Setiap Substrat.

Penetasan telur di atraktor cumi-cumi pada saat penelitian tidak ditemukan hingga dihari yang ke 60, sehingga ada beberapa sampel telur yang diambil untuk melengkapi informasi penelitian. 7 polong telur yang diambil terdiri dari 5 polong berisi 3 kapsul telur, 1 polong berisi 2 kapsul dan 1 polong berisi 1 kapsul jumlah total 15 kapsul telur. Beberapa polong telur ini ditempatkan pada tabung transparan pada kedalaman 67 cm. Diameter tabung 10 cm, tinggi air dalam tabung adalah 81 cm dan diaerasi terus menerus selama 24 jam bersama ikan hias laut ikan badut (anemon fish)

Amphiprion ocellaris. Kapsul telur yang diambil dari atraktor cumi- cumi ini ditempelkan pada hari ke 48 (5 Desember 2012) atau telah berumur 14 hari dengan ukuran polong 64 mm berdiameter 13 mm. Panjang kapsul telur adalah 22 mm. Telur menetas pada tanggal 2 Januari 2013 jam 19.20 dihari yang ke 28. Panjang rata-rata larva cumi-cumi berumur 10 menit adalah 7,7 mm (n =7) dan yang berumur 1 hari adalah 9,7 mm (diukur dari luar tabung) n = 3.

Telur cumi-cumi yang menjadi sampel mempunyai panjang polong 64 mm dan panjang kapsul 22 mm berdiameter 13 mm dan menetas di aquarium di hari yang ke 28 – 31 sebanyak 7 kapsul (47%) dari 15 polong telur yang menjadi sampel. Ukuran telur dan larva dapat dilihat pada Gambar 24 dan 25. Tallo (2006), mengatakan bahwa telur cumi- cumi yang di inkubasi menetas di hari yang ke 28 – 30, telur yang telah menetas tampak berlubang dan mengempes. Rendahnya daya tetas ini mungkin diakibatkan oleh sangat sederhananya perlakuan dalam

penetasan. Aquarium hanya diaerasi 24 jam dan tidak ada lagi perlakuan lain. Salinitas

Gambar 24. Penampang Telur Umur 10 Menit (A), Penampang Telur Umur 14 hari.(B).

A

B Penampang Telur Umur 10 Menit

Gambar 25. Ukuran Larva Cumi-cumi Berumur 10 Menit.

dan temperature tidak dikontrol karena faktor keterbatasan padahal, salinitas dan temperature air selama penetasan akan berpengaruh terhadap perkembangan embrio di dalam telur

sehingga akan mempengaruhi keberhasilan penetasan. Pada

beberapa spesies cumi-cumi, pengaruhnya berupa semakin lamanya waktu penetasan, Takdir (2004).

Telur cumi-cumi yang menetas menjadi larva memiliki organ-organ yang telah berkembang dan dapat digunakan secara aktif untuk mencari makanan, bersembunyi dan melarikan diri. Larva cumi-cumi yang menetas hanya sempat hidup 1 – 72 jam. Kematian larva kemungkinan besar karena kehabisan makanan atau dimangsa oleh ikan badut besar yang dipelihara bersama. Panjang rata-rata larva cumi-cumi berumur 10 menit adalah 7,7 mm dimana (n =7) dan yang berumur 1 hari adalah 9,7 mm (diukur dari luar tabung) n = 3. Syarifuddin (2002), memperoleh panjang rata-rata larva cumi-cumi adalah 5,3 - 6,2 mm dan Segawa (1987), juga

memperoleh panjang larva cumi-cumi 5 - 7 mm dalam Syarifuddin (2002). Adanya perbedaan panjang larva cumi-cumi kemungkinan besar disebabkan oleh cara pengukuran panjang larva yang tidak tepat yaitu larva hanya diukur dari luar tabung pengamatan.

BAB V.

Dokumen terkait