• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 PEMBAHASAN UMUM

EFEKTIVITAS KOMUNIKAS

konektif dan komunal yang meliputi macam media komunikasi dan frekuensi penggunaan media komunikasi berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi; dan proses aksi kolektif, densitas dan sentralitas yang dikontribusikan melalui barang konektif dan komunal yang meliputi macam media komunikasi dan

SUMBER DAYA INDIVIDU -Pendidikan nonformal - Macam pengetahuan SUMBER DAYA GRUP

-heterogenitas sumber daya

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI -kualitas informasi -jumlah informasi -Kepuasan PROSES -Aksi kolektif -Densitas -Sentralitas BARANG KONEKTIF DAN KOMUNAL

-Macam media komunikasi -Frekuensi penggunaan media

komunikasi

Keterangan

: tingkat kolektif : tingkat individu

frekuensi penggunaan media komunikasi berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi.

Konsorsium anggrek merupakan sistem terbuka di mana semua bagian dalam sistem saling berhubungan termasuk dengan lingkungannya. Secara alami hubungan ini bersifat interdependen karena semua bagian dalam sistem saling memberikan efek atau saling mempengaruhi.

Sumber Daya Individu

Karakteristik yang perlu dimiliki oleh peserta agar dapat berkontribusi yaitu memiliki minimal satu kompetensi teknis dalam bidang tugas di sektor agribisnis anggrek baik tingkat pendidikan formal dan atau non formal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal individu wakil aliansi sudah memadai yaitu minimal berpendidikan D3 (S3 15%, S2 14%, S1 43% dan D3 3%), dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan (pertanian, manajemen agribisnis, fisiologi tumbuhan, bioteknologi tumbuhan dan lain-lain) dan minimal pernah mengikuti satu pendidikan non formal bidang teknis (mengikuti 1-2 pelatihan 54%, mengikuti 3-4 pelatihan 29%, mengikuti 5-6 pelatihan 7% dan mengikuti 7- 8 pelatihan 11%). Peubah karakteristik individu yaitu macam pengetahuan yang dapat dikontribusikan berdasarkan hasil penelitian bervariasi dalam jumlah dan

bidang pengetahuan. Pada hasil penelitian proses interaksi komunikasi

menunjukkan sebagian besar komunikasi yang terjadi adalah untuk membahas berbagai permasalahan dalam tema tugas organisasi dan teknis (89,8%).

Karakteristik sumber daya yang kurang memadai seperti pada penelitian terdahulu (Alwi 2007; Marigun 2008) tidak ditemui pada penelitian ini karena berdasarkan pendidikan formal dan atau non formal dan macam pengetahuan yang dikontribusikan sudah memadai. Tingkat pendidikan yang tinggi, heterogenitas sumber daya dan macam pengetahuan yang memadai pada terbukti dapat meningkatkan efektivitas komunikasi pada konsorsium anggrek. Beragam jenis pengetahuan akan mengarah pada solusi yang lebih baik (Penley 1978), semakin banyak pengetahuan akan semakin besar manfaat yang diperoleh (Minei & Bisel 2013) dan kontribusi pengetahuan penting bagi suksesnya organisasi (Tsai 2000).

Sumber Daya Grup

Peserta konsorsium anggrek adalah individu yang mewakili lembaga- lembaga yang terkait dalam agribisnis anggrek. Masing-masing pemangku kepentingan dari lembaga-lembaga yang terkait dalam agribisnis anggrek memiliki fungsi yang setara dalam struktur dan proses interaksi komunikasi. Struktur komunikasi berupa jaringan komunikasi yang bersifat langsung dan mudah diakses serta peran masing-masing lembaga sebagai sumber informasi sesuai dengan tugas dan fungsi lembaga terkait. Keragaan proses interaksi komunikasi yang terjalin menunjukkan proses interaksi komunikasi berupa proses akomodasi komunikasi yang konvergen.

Pada penelitian terdahulu komunikasi eksternal lebih banyak dikaji antar pemerintah (Alwi 2007; Marigun 2008), pemerintah-perusahaan (Browning et al. 1995; Shrestha et al. 2008), antar perusahaan (Handoko 2008) dan pemerintah- perusahaan-akademisi (Amrantasi 2008). Pada penelitian ini komunikasi eksternal

dikaji pada beragam lembaga terkait. Beberapa lembaga atau stakeholders yang menjadi subsistem dari masing-masing pemangku kepentingan atau yang memiliki fungsi setara dalam sistem informasi dan komunikasi antarorganisasi berbasis aliansi konsorsium anggrek meliputi:

1) Lembaga pelayanan

2) Lembaga penelitian dan pengembangan 3) Lembaga pendidikan

4) Lembaga agribisnis 5) Asosiasi

Permasalahan struktur sektor agribisnis yang tersekat-sekat (Saragih 2001) dan sulitnya koordinasi antar lembaga (Browning et al. 1995; Alwi 2007; Marigun 2008) tidak ditemui pada struktur komunikasi jaringan komunikasi konsorsium anggrek. Jaringan komunikasi yang bersifat langsung tanpa bantuan perantara dan mudah diakses menggambarkan konektivitas yang kuat dan dapat menjadi wadah koordinasi yang baik.

Barang Konektif dan Komunal

Salah satu kendala koordinasi yang ditemui pada penelusuran penelitian terdahulu adalah ketersediaan barang konektif dan komunal yang mendukung sistem informasi kurang memadai (Alwi 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan dan kelayakan barang konektif dan komunal yang berupa sarana prasarana media komunikasi untuk mendukung komunikasi antar anggota konsorsium anggrek sudah memadai untuk sebagian besar barang konektif yaitu sarana prasana media komunikasi untuk berhubungan antar anggota kecuali sarana prasarana untuk mendukung pertemuan. Sarana prasarana pertemuan yang ada masih belum memadai karena masih ada anggota yang merasa belum puas dengan ketersediaan sarana prasarana pertemuan dan sarana prasarana pertemuan hanya dan masih difasilitasi oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

Hasil penelitian pada aspek penggunaan database mailing list sebagai media komunal masih rendah. Individu wakil aliansi yang berpartisipasi untuk

menyimpan berbagai informasi dalam database mailing list anggrek masih

sedikit, padahal hasil penelitian hubungan menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan media komunikasi berhubungan nyata dan positif dengan efektivitas komunikasi. Hal ini berarti bahwa peningkatan frekuensi penggunaan media komunal penting dalam meningkatkan efektivitas komunikasi.

Proses Aksi Kolektif dan Aksi Sosial

Komunikasi aksi kolektif konsorsium anggrek yang merupakan komunikasi interpersonal sudah dibangun dalam bentuk diskusi dalam suatu pertemuan kelompok regular (temu konsorsium dan temu integrasi anggrek) setiap tahun dan

irregular (seperti pertemuan road map anggrek, pertemuan pembahasan klonal

anggrek dan pertemuan pembahasan tentang anggrek spesies) yang difasilitasi oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, Ditjen Hortikultura serta diskusi dimailing listkonsorsium anggrek.

Akar permasalahan yang menghambat koordinasi salah satunya yaitu proses yang kurang memadai (Alwi 2007; Amrantasi 2008) tidak ditemui dalam

penelitian ini. Penelitian pada proses interaksi dalam mailing list konsorsium anggrek dan struktur komunikasi pada jaringan komunikasi konsorsium anggrek menunjukkan sudah terjadi aksi kolektif berupa akomodasi komunikasi konvergen dan aksi sosial berupa hubungan yang bersifat langsung dan mudah diakses. komunikasi konvergen atau interaktif dalam komunikasi interpersonal konsorsium anggrek untuk menciptakan komunikasi yang efektif yaitu melalui: (1) pendekatan interaktif dalam aspek tugas untuk mendapatkan akses terhadap semua jenis pengetahuan, pandangan, pengalaman, (2) pendekatan interaktif dalam aksi sosial untuk mendapatkan akses terhadap jaringan, sumber daya dan orang-orang yang relevan, (3) pendekatan interaktif dalam aspek emosional untuk menghasilkan kedekatan dan keterlibatan mental, emosional dan atau fisik dalam tingkat tertentu. Aksi sosial yang menciptakan komunikasi yang efektif berupa hubungan yang bersifat langsung dan memiliki akses tinggi terhadap jaringan, sumber daya dan orang-orang yang relevan serta kecepatan informasi antar anggota yang tinggi.

Penelitian ini telah menunjukkan bahwa komunikasi konvergen;

komunikasi berorientasi pada tugas; konektivitas yang kuat dan sumber informasi yang kredibel; jaringan yang bersifat langsung; peningkatan sumber daya individu melalui pendidikan nonformal dan macam pengetahuan; peningkatan penggunaan barang konektif dan komunal yang meliputi macam media komunikasi dan frekuensi penggunaan media komunikasi; heterogenitas sumber daya grup; dan peningkatan proses aksi kolektif, densitas dan sentralitas penting di dalam meningkatkan efektivitas komunikasi organisasi dalam konsorsium anggrek sebagai wadah koordinasi antar stakeholders dalam pengembangan florikultura anggrek nasional yang berdaya saing dan berkelanjutan. Dengan demikian sistem informasi dan komunikasi antar organisasi berbasis aliansi dapat menjadi model untuk mewujudkan kelembagaan yang kuat, efektif dan profesional.

Implikasi Teoritis

Kebaruan dalam penelitian ini adalah penggunaan teori dan metode yang bervariasi untuk mengukur efektivitas komunikasi dalam konteks komunikasi eksternal yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Dalam hal ini menggunakan teori tema perilaku individu dan tema operasional sistemik (Goldhaber & Barnet 1995). Teori-teori tersebut adalah:

1. Teori Analisis Proses Interaksi Robert Bales dalam Goldberg dan Larson (2006) (tema perilaku individu) yang lebih memusatkan pada proses interaksi komunikasi untuk mengukur efektivitas komunikasi individu anggota organisasi melalui hubungan antar manusia (komunikasi kelompok).

2. Teori Jaringan Komunikasi Rogers dan Kincaid (1981) dan aplikasi sistem informasi dan komunikasi antar organisasi untuk memproduksi barang publik Monge et al. (1998) yang dibangun berdasarkan teori barang publik Marwell

dan Oliver (tema operasional sistemik) yang memusatkan perhatian pada

pemahaman terhadap keseluruhan sumber daya yang meningkatkan efektivitas organisasi yang berhubungan dengan fenomena komunikasi.

Penggunaan teori yang bervariasi menyebabkan dibutuhkan metode dengan menggunakan analisis yang bervariasi pula. Analisis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis proses analisis interaksi Bales digunakan untuk mengidentifikasi proses interaksi komunikasi antara peserta mailing list konsorsium anggrek. Program Nvivo 2.0 digunakan untuk menghitung jumlah pesan dengan pengkategorian berdasarkan jenis isu dan tema.

2. Analisis jaringan komunikasi merupakan alat untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem. Program Ucinet 6 dipergunakan untuk menganalisis densitas dan sentralitas serta menggambarkan sosiogram jaringan berdasarkan bidang bahasan.

3. Analisis korelasi peubah-peubah yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi dengan menggunakan analisis Statistik korelasirankSpearman.

Dokumen terkait