• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI ANTAR ORGANISASI BERBASIS ALIANSI PADA KONSORSIUM

KOMUNIKASI ALIANSI Y 1.1 Kualitas informas

Y1.2Kuantitas informasi Y1.3Kepuasan dalam proses

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif. Data primer dikumpulkan dari individu peserta konsorsium dengan menggunakan kuesioner untuk melihat hubungan yang terjadi di konsorsium anggrek. Data sekunder berupa laporan-laporan konsorsium anggrek, informasi industri anggrek dan buku- buku serta jurnal-jurnal penelitian tentang komunikasi antar organisasi.

Konsorsium Florikultura yang dikelola Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian, cq. Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura terdiri dari konsorsium Anggrek, konsorsium Bunga dan Daun Potong, konsorsium Melati dan konsorsium Taman dan Tanaman Pot. Lokasi penelitian ditentukan dan dibatasi di wilayah peserta konsorsium Anggrek mengingat keterbatasan waktu dan dana, yaitu wilayah DKI Jakarta, Kota Bandung, Kabupaten Cianjur, DI Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Pemilihan konsorsium anggrek didasarkan pada pertimbangan bahwa: (1) anggrek merupakan tanaman yang mempunyai kontribusi nomor empat terbesar terhadap total produksi tanaman hias Indonesia, (2) anggrek mempunyai peluang ekspor yang cukup besar, (3) konsorsium anggrek relatif lebih berkembang dibandingkan konsorsium tanaman hias lainnya dan (4) sudah terdapat kegiatan nyata yang diselenggarakan oleh konsorsium anggrek.

Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, yaitu November 2012 sampai Maret 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta konsorsium anggrek yaitu 28 peserta yang tersebar di 8 kota/kabupaten yaitu Jakarta, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bandung, Kabupaten Cianjur, DI Yogyakarta, Kota Malang dan Kab. Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan sensus dan sampel sebagai sumber informasi diambil dari seluruh populasi. Unit analisis yang diteliti adalah individu.

Untuk keperluan pengumpulan data kuantitatif digunakan kuesioner untuk memperoleh data primer. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk:

(1) memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan (2)

memperoleh informasi dengan validitas dan reabilitas setinggi mungkin. Pertanyaan dalam kuesioner disusun dengan pertanyaan yang langsung berkaitan dengan tujuan dan hipotesis penelitian ini.

Format pertanyaan dalam skala rasio, nominal dan skala ordinal

(Oppenheim, 1992). Skala rasio digunakan untuk pertanyaan tentang waktu keikutsertaan dalam aliansi (0,1,2,3 tahun). Skala nominal digunakan untuk pertanyaan tentang aspek pekerjaan yang digeluti. Skala ordinal dengan kategori respon yang disusun dalam bentuk matriks dan terdiri dari empat pilihan jawaban contohnya yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Penilaian atau skor setiap respon jawaban responden adalah empat untuk pilihan jawaban selalu, tiga untuk pilihan jawaban sering, dua untuk pilihan jawaban kadang-kadang dan satu untuk pilihan jawaban tidak pernah.

Kuesioner terdiri dari beberapa bagian, yang pertama karakteristik barang konektif dan komunal, kedua karakteristik individu wakil aliansi, ketiga proses jaringan aksi sosial dan aksi kolektif dan keempat efektivitas komunikasi aliansi.

Validitas dalam penelitian ini dilakukan dalam dua bentuk, yaitu validitas isi dan validitas konstruk. Pengukuran validitas instrumen untuk data diarahkan ke validitas isi (Matindas, 2011). Untuk mencapai validitas instrumen, maka langkah

yang biasa dilakukan adalah: (1) Menyesuaikan pertanyaan dengan pernyataan dari peubah-peubah yang digunakan. (2) Menyesuaikan isi pertanyaan dengan kondisi responden. (3) Mempertimbangkan konsep dan teori yang mendukung serta kenyataan empiris dari hasil penelitian sebelumnya. (4) Mempertimbangkan saran para ahli/pakar terutama Komisi Pembimbing.

Validitas konstruk digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam kuesioner atau skala, apakah item-item pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam mengukur apa yang ingin diukur, atau bisa melakukan penilaian langsung dengan metode korelasi Pearson (Priyatno, 2002).

Berdasarkan uji validitas konstruk dengan menggunakan SPSS Versi 19 yang disajikan pada Tabel 18, diketahui bahwa instrumen penelitian tersebut valid, dengan koefisien validitas peubah antara 0.401-0.955 artinya lebih besar dari pada r tabel = 0.374 untuk n=28 uji 2 sisi pada taraf signifikansi 0.05.

Tabel 18 Hasil uji validitas instrumen

Peubah (rs) Kisaran nilai validitas

(rs)

Keterangan

Tingkat ketersediaan sarana dan prasarana pendukung (X1.1)

0.465 – 0.785 valid

Kualitas informasi (Y1.1) 0.690 – 0.955 valid

Kuantitas informasi (Y1.2) 0.401 – 0.781 valid

Kepuasan dalam proses komunikasi (Y1.3) 0.434 – 0.827 valid

rs: koefisien korelasirank Spearman

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahu inkonsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang (Priyatno 2002). Metode uji reliabilitas Croncbach’s Alpha digunakan pada skor berbentuk skala atau rentang. Menurut Sekaran (1992), reliabilitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik, sedangkan 0.7 dapat diterima dan diatas 0.8 adalah baik.

Berdasarkan hasil analisis reliabilitas instrument dengan menggunakan SPSS 19, diketahui bahwa instrumen reliabel. Hal ini ditunjukkan dengan nilai reliabilitas yang berkisar antara 0.783 – 0.964, disajikan pada Tabel 19, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa instrumen penelitian reliabel.

Tabel 19 Hasil uji reliabilitas instrumen

Peubah (rs) Kisaran nilai reliabilitas

(Croncbach’s Alpha)

Keterangan

Tingkat ketersediaan sarana dan prasarana pendukung (X1.1)

0.783 reliabel

Kualitas informasi (Y1.1) 0.964 reliabel

Kuantitas informasi (Y1.2) 0.842 reliabel

Kepuasan dalam proses komunikasi (Y1.3) 0.864 reliabel

Data yang dikumpulkan diolah dengan:

Statistik korelasi rank Spearman. Korelasi ini (Umar, 2005) mengasumsikan

bahwa data terdiri dari pasangan-pasangan hasil pengamatan numerik atau

nonnumerik. Rumus korelasi rank Spearman digunakan untuk menganalisis

n di2 rs= 1-i=1

N2-N

Di mana:

rs= koefisien korelasirankSpearman

n = banyaknya pasangan data

d= jumlah selisih antara peringkat bagi xi dan yi 1 dan 6 = bilangan konstanta

N= jumlah pasang antar peubah

Definisi Kategori dan Operasionalisasi Peubah

Konseptualisasi dan definisi operasional bagi peubah dan indikator dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

(1) Karakteristik barang konektif dan komunal (X1) adalah ciri-ciri atau

sifat-sifat yang melekat pada barang konektif dan komunal yang diduga berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi. Konektivitas adalah kemampuan untuk menjangkau anggota aliansi. Komunalitas adalah kemampuan untuk berbagi informasi dalam database. Karakteristik barang konektif dan komunal terdiri dari tiga indikator yaitu: tingkat ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, macam media komunikasi dan frekuensi penggunaan media komunikasi. Indikator- indikator ini dituangkan dalam sejumlah parameter disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran karakteristik barang konektif dan komunal

Indikator Definisi operasional Parameter pengukuran Kategori pengukuran X1.1 tingkat ketersediaan sarana dan prasarana pendukung

Ketersediaan sarana dan prasaranan pendukung adalah ketersediaan infrastruktur, jaringan, alat/bahan pendukung komunikasi langsung seperti

internet,softwaredan

hardwarelainnya yang membuat terjalinnya komunikasi.

Diukur berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung komuniasi antar anggota aliansi

1. tidak tersedia 2. tidak cukup 3. cukup X1.2 macam media komunikasi

Macam media komunikasi adalah bentuk media komunikasi seperti surat, sms, telepon, e-mail, fax, tatap muka, pertemuan,

maililing listyang membuat terjalinya komunikasi

Diukur berdasarkan jumlah media yang digunakan untuk berkomunikasi 1. 1 media 2. 2 media 3. 3 media 4. 4 media dst. X1.3 frekuensi penggunaan media komunikasi

Frekuensi penggunaan media komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah penggunaan media oleh individu dalam aliansi dalam satuan waktu

Diukur berdasarkan jumlah penggunaan media komunikasi dalam setahun Jumlah skor total penggunaan semua media dalam 1 tahun

(2) Karakteristik individu wakil aliansi (X2) adalah ciri-ciri atau sifat-sifat

yang melekat pada peserta aliansi yang secara aktual dan potensial mewakili organisasinya. Karakteristik peserta aliansi terdiri dari lima indikator yaitu:

tingkat ketertarikan, pendidikan formal, pendidikan non formal, macam pengetahuan dan macam korbanan yang dikontribusikan. Indikator-indikator ini dituangkan dalam sejumlah parameter disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran karakteristik individu wakil aliansi

Indikator Definisi operasional Parameter pengukuran

Kategori pengukuran X2.1 tingkat

ketertarikan

Tingkat ketertarikan adalah kepentingan atau keinginan yang ingin dicapai.

Dihitung berdasarkan skor: 1. ketertarikan karena kinerja Jumlah total skor 2. ketertarikan karena ingin memperoleh informasi 3. ketertarikan karena ingin berbagi informasi

X2.2 pendidikan

formal

Tingkat pendidikan formal adalah jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah ditempuh.

Dihitung berdasarkan tingkat pendidikan formal terakhir 1. tidak sekolah 2. lulus SD 3. lulus SMP 4. lulus SMA 5. Lulus D1 6. Lulus D2 7. Lulus D3 8. Lulus S1 9. Lulus S2 10. Lulus S3 X2.3 Pendidikan non formal

pendidikan non formal dalam penelitian ini adalah pelatihan dalam bidang agribisnis anggrek yang pernah diikuti.

Dihitung

berdasarkan jumlah pelatihan agribisnis yang pernah diikuti

Jumlah total skor X2.4 Macam pengetahuan yang dikontribusi kan

Macam pengetahuan yang dikontribusikan dalam penelitian ini adalah pengetahuan dalam bidang agribisnis anggrek yang dapat dibagikan kepada sesama anggota aliansi. Dihitung berdasarkan data, informasi dan pengetahuan yang diberikan dalam agribisnis anggrek Jumlah total skor X2.5 Macam korbanan yang dikontribusi kan

Macam korbanan yang dikontribusikan dalam penelitian ini adalah biaya, keahlian penggunaan alat, tenaga dan waktu yang

dikeluarkan oleh anggota untuk berkomunikasi dengan sesama anggota aliansi

Diukur berdasarkan biaya yang dikeluar- kan berdasarkan kepemilikan, peng- gunaan media dan biaya akses; keah- lian penggunaan alat komunikasi; waktu yang diberikan untuk berkomunikasi 1. sangat rendah 2. rendah 3. sedang 4. tinggi 5. sangat tinggi

(3) Proses aksi kolektif dan jaringan sosial (X3) adalah derajat saling

ketergantungan yang terjadi diantara para peserta aliansi dalam bentuk pengambilan keputusan dan jaringan komunikasi yang menghubungkan peserta aliansi. Proses aksi kolektif dan jaringan sosial terdiri dari lima indikator yaitu: proses aksi kolektif, densitas jaringan komunikasi, sentralitas lokal jaringan komunikasi, sentralitas global jaringan komunikasi dan sentralitas antara jaringan komunikasi. Indikator-indikator ini dituangkan dalam sejumlah parameter disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran proses aksi kolektif dan jaringan sosial

Indikator Definisi operasional Parameter pengukuran

Kategori pengukuran X3.1 aksi kolektif Aksi kolektif adalah derajat

saling ketergantungan yang terjadi diantara para peserta aliansi dalam bentuk pengambilan keputusan Diukur berdasarkan skor: 1. partisipasi 2. pengambilan keputusan 3. dukungan atas keputusan yang diambil 4. keluaran Tingkat partisipasi: 1. tidak 2. ya, pasif 3. ya, aktif Pengambilan keputusan: 1. sekelompok orang elit 2. perwakilan kelompok 3. voting 4. musyawarah dan mufakat Dukungan: 1. tidak 2. ya Keluaran: 1. laporan 2. buku 3. kegiatan X3.2 Densitas jaringan komunikasi

Densitas jaringan komunikasi adalah jumlah hubungan komunikasi yang ada dibagi dengan jumlah kemungkinan hubungan komunikasi dalam jaringan yang secara langsung terhubungkan Diukur berdasarkan jumlah ikatan dibagi dengan jumlah pasangan yang mungkin persentase

X3.3 Sentralitas lokal Sentralitas lokal adalah jumlah

hubungan langsung yang terjalin dari seorang individu dalam jaringan aliansi

Diukur berdasarkan jumlah node yang berhubungan langsung

Jumlah node

X3.4 Sentralitas global Sentralitas global adalah

pendekatan yang dipakai untuk melihat jumlah jarak individu ke semua individu dalam jaringan aliansi

Diukur berdasarkan jumlah jarak ke semua node

Lanjutan Tabel 22

Indikator Definisi operasional Parameter pengukuran

Kategori pengukuran X3.5 Sentralitas antara Sentralitas antara adalah suatu

pendekatan yang dipakai untuk melihat agen yang berperan sebagai perantara bagi agen-agen lainya dalam jaringan komunikasi Diukur berdasarkan persentase jumlah node-node yang bergantung kepada suatu node untuk membuat koneksi dengan node lainnya dalam jaringan

Persentase

(4) Efektivitas komunikasi aliansi (Y1) adalah keluaran yang diharapkan

dari aliansi meliputi kualitas informasi, kuantitas informasi dan kepuasan dalam proses komunikasi. Indikator-indikator ini dituangkan dalam sejumlah parameter disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran efektivitas komunikasi aliansi

Indikator Definisi operasional Parameter pengukuran

Kategori pengukuran Y1.1 Kualitas

informasi

Kualitas informasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas materi informasi yang meliputi kesesuaian terhadap kebutuhan, informasi jelas, mudah dimengerti, mudah diaplikasikan, bermanfaat, memberikan jalan keluar, akurat, tepat waktu.

Diukur berdasarkan persepsi anggota tentang mutu informasi yang diperoleh

1 poin = tidak tahu/ tidak ikut

2 poin = menjawab salah satu: sesuai

kebutuhan/tepat isi/tepat waktu

4 poin = menjawab 2 dari 3 hal: sesuai kebutuhan/tepat isi/tepat waktu

6 poin = menjawab 3 dari 3 hal: sesuai kebutuhan/tepat isi/tepat waktu

Y1.2 Kuantitas

informasi

Kuantitas informasi dalam penelitian ini adalah persepsi anggota aliansi mengenai jumlah berbagai informasi dalam aliansi yang diterima dan diharapkan mereka dari berbagai sumber atau berkaitan dengan kecukupan informasi, kekurangan informasi dan kelebihan informasi Diukur berdasarkan persepsi tentang jumlah informasi, ide, tanggapan yang diterima anggota

1. tidak tahu/ tidak ikut 2. tidak memenuhi 3. sedikit memenuhi 4. cukup memenuhi 5. memenuhi 6. sangat memenuhi

Lanjutan Tabel 23

Indikator Definisi operasional Parameter pengukuran Kategori pengukuran Y1.3 Kepuasan dalam proses komunikasi

Kepuasan dalam proses komunikasi adalah persepsi anggota aliansi mengenai kepuasan dalam partisipasi, kemudahan komunikasi dan berbagi ide dalam proses diskusi yang terjadi Diukur berdasarkan persepsi anggota terhadap proses diskusi dalam pertemuan dan mailing list

1. tidak tahu/ tidak ikut 2. sangat tidak puas 3. tidak puas 4. cukup puas 5. puas 6. sangat puas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menguji hubungan antara karakteristik barang konektif dan komunal, karakteristik peserta aliansi dan jaringan aksi sosial dan aksi kolektif dengan efektivitas komunikasi aliansi pada konsorsium anggrek. Uji yang

digunakan adalah uji korelasi rank Spearman. Penggunaan uji korelasi rank

Spearman disebabkan jumlah responden kurang dari 30 responden yaitu sebanyak 28 responden dan peubah karakteristik barang konektif dan komunal, karakteristik peserta aliansi dan proses jaringan aksi kolektif merupakan data ordinal sementara proses jaringan aksi sosial merupakan data rasio. Adapun peubah karakteristik barang konektif dan komunal yang diuji adalah tingkat ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, macam dan frekuensi penggunaan media komunikasi. Peubah yang diuji pada karakteristik peserta aliansi adalah tingkat ketertarikan, tingkat pendidikan formal dan non formal, macam pengetahuan dan korbanan yang dikontribusikan. Peubah yang diuji pada proses jaringan aksi sosial dan aksi kolektif adalah proses aksi kolektif, densitas, sentralitas lokal, sentralitas global dan sentralitas antara. Pada peubah efektivitas komunikasi aliansi yang diuji adalah kualitas informasi, kuantitas informasi dan kepuasan dalam proses.

Analisis Hubungan antara Barang Konektif dan Komunal dengan Efektivitas Komunikasi

Penelitian ini menguji bagaimana hubungan antara karakteristik barang konektif dan komunal dengan efektivitas komunikasi aliansi kualitas informasi, kuantitas informasi dan kepuasan dalam proses (Tabel 24).

Tabel 24 Nilai hubungan karakteristik barang konektif dan komunal dengan

efektivitas komunikasi aliansi

Karakteristik Barang Konektif dan Komunal

Efektivitas Komunikasi Aliansi (rs)

Kualitas Informasi Kuantitas Informasi Kepuasan dalam Proses

Tingkat ketersediaan sarana dan prasarana pendukung

0.304 0.190 0.154

Macam media komunikasi 0.234 0.455* 0.503**

Frekuensi penggunaan media komunikasi

0.290 0.474* 0.466*

Keterangan: *berhubungan nyata pada p<0.05 rs: koefisien korelasirank Spearman

Berdasarkan Tabel 24 hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan

terdapat hubungan antara macam media komunikasi dengan efektivitas

komunikasi. Macam media komunikasi memiliki hubungan yang nyata positif dengan kuantitas informasi pada p <0.05 dan berhubungan nyata positif dengan kepuasan dalam proses pada p <0.01. Hal ini berarti bahwa semakin banyak macam media komunikasi akan meningkatkan kuantitas informasi dan kepuasan dalam proses.

Semakin banyak macam media informasi yang dipakai untuk mendukung komunikasi maka semakin banyak cara untuk menjalin komunikasi antara anggota aliansi. Semakin banyak alternatif media komunikasi yang digunakan anggota untuk mencari informasi dan berhubungan dengan anggota konsorsium lain maka semakin banyak informasi yang dapat digali oleh anggota konsorsium dan semakin puas terhadap proses komunikasi yang terjadi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dobos (1992) bahwa proses komunikasi dengan menggunakan berbagai media akan memberikan kepuasan karena keberagaman fungsi-fungsi yang dimiliki oleh media-media tersebut. Penggunaan media komunikasi berbasis komputer berdampak kepada efisiensi tugas (Comptonet al.1991).

Hasil uji korelasi rank Spearman juga menunjukkan terdapat hubungan

antara fekuensi media komunikasi dengan efektivitas komunikasi. Frekuensi media komunikasi memiliki hubungan nyata positif terhadap kuantitas informasi dan kepuasan dalam proses pada p <0.05. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi frekuensi penggunaan media komunikasi akan meningkatkan kuantitas informasi dan kepuasan dalam proses.

Semakin sering anggota aliansi berkontribusi dalam penggunaan media komunikasi dan terus menjalin komunikasi maka akan tercapai sosial konektivitas dan kepuasan dalam proses komunikasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mongeet al. (1998) dan Marwell dan Oliver (1993) bahwa sistem informasi dan komunikasi untuk memproduksi barang publik dalam aliansi dipengaruhi oleh konektivitas atau kemampuan untuk menjangkau anggota aliansi lainnya. Konektivitas sistem informasi (Child & Shumate 2007) akan meningkatkan efektivitas komunikasi. Penggunaan media disesuaikan dengan keperluan karena media memiliki kapasitas yang berbeda dalam menyelesaikan ketidakjelasan dan mengirimkan data (Daft & Lengel 1984; D’Urso & Rains 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota aliansi menggunakan berbagai media komunikasi. Sarana prasarana yang paling sering digunakan anggota aliansi adalah sarana dan prasarana untuk mengaksesmailing list dane-mailserta sarana prasarana untuk berkomunikasi via SMS. SMS dan e-mail merupakan media komunikasi yang banyak dipilih untuk berhubungan secara pribadi antara anggota

sedangkan mailing list sebagai salah satu sistem informasi dan komunikasi

kolaboratif yang dibangun aliansi untuk berbagi informasi antara sesama anggota konsorsium adalah media komunikasi yang paling banyak digunakan sebagai forum untuk mencari dan berbagi informasi.

Hasil penelitian Gallupe et al. (1992) dan Sarinastiti (2004) menunjukkan bahwa dukungan sistem kolaborasi akan meningkatkan kuantitas informasi. Mediated communication seperti conference call, mailing list dan e-mail akan meningkatkan jumlah ide dengan berkurangnya penghalang sosial dan dapat berfungsi sebagai media konsultasi antar sesama anggota. Walsham (2002)

menyatakan bahwa sistem berbasis komputer akan sangat mendukung proses komunikasi.

Analisis Hubungan Karakteristik Individu Wakil Aliansi dengan Efektivitas Komunikasi Aliansi

Penelitian ini melihat bagaimana hubungan antara karakteristik individu wakil aliansi dengan efektivitas komunikasi aliansi kualitas informasi, kuantitas informasi dan kepuasan dalam proses. Hasil uji korelasi rank Spearman terhadap peubah-peubah pada kedua karakteristik tersebut dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25 Hubungan karakteristik individu wakil aliansi dengan efektivitas

komunikasi aliansi

Karakteristik Individu Wakil Aliansi

Efektivitas Komunikasi Aliansi (rs)

Kualitas Informasi Kuantitas Informasi Kepuasan dalam Proses Tingkat ketertarikan 0.301 0.241 0.178

Tingkat pendidikan formal 0.114 0.071 0.095

Tingkat pendidikan non formal 0.254 0.404* 0.331 Macam pengetahuan yang dikontribusikan 0.192 0.425* 0.428* Macam korbanan yang dikontribusikan -0.098 0.102 0.228

Keterangan: *berhubungan nyata pada p<0,05 rs: koefisien korelasirank Spearman

Berdasarkan Tabel 25 hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan

terdapat hubungan antara tingkat pendidikan non formal dan macam pengetahuan

yang dikontribusikan dengan efektivitas komunikasi. Tingkat pendidikan non

formal memiliki hubungan nyata positif dengan kuantitas informasi pada p <0.05. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan non formal akan meningkatkan kuantitas informasi.

Semakin tinggi tingkat pendidikan non formal artinya semakin banyak pendidikan non formal berupa pelatihan-pelatihan yang terkait dengan agribisnis anggrek (pelatihan GAP/SOP, budidaya anggrek, manajemen agribisnis anggrek, cloning anggrek, sekolah lapang anggrek) yang telah dikuti oleh anggota aliansi maka akan semakin banyak informasi dan pengetahuan tentang agribisnis anggrek yang dikuasai oleh anggota aliansi dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi utuk dikontribusikan kepada anggota aliansi lainnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Baumann dan Bonner (2013) bahwa salah satu sumber daya kelompok yang paling berharga adalah keahlian anggotanya.

Macam pengetahuan yang dikontribusikan berhubungan nyata positif dengan kuantitas informasi dan kepuasan dalam proses pada p <0.05. Hal ini berarti bahwa semakin banyak macam pengetahuan yang dikontribusikan akan meningkatkan kuantitas informasi dan kepuasan dalam proses.

Semakin banyak data, informasi dan pengetahuan yang dapat anggota aliansi berikan dalam berbagai aspek dalam agribisnis anggrek (sistem

perbenihan, sarana prasaranan, teknologi, pemasaran, penguatan SDM,

kelembagaan, regulasi dan kebijakan, manajemen) maka akan semakin banyak informasi yang dapat diperoleh oleh anggota aliansi lainnya dalam agribisnis

anggrek. Semakin banyak macam pengetahuan yang dapat dikontribusikan dan dibahas dalam pertemuan dan proses diskusi di mailing list maka akan semakin banyak hal yang dapat didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahan masalahnya sehingga tercapai kepuasan anggota dalam proses komunikasi aliansi. Hal ini sejalan dengan pendapat Penley (1978) yang menyatakan bahwa kombinasi dari beragam sudut pandang dan beragam jenis pengetahuan akan mengarah pada solusi yang lebih baik untuk masalah yang kompleks. Minei dan Bisel (2013) berpendapat bahwa pengetahuan adalah kekuatan, semakin banyak pengetahuan yang bisa diakumulasikan semakin besar manfaat yang bisa diperoleh. Hal ini didukung oleh Tsai (2000) dengan pernyataannya bahwa sumber informasi atau pengetahuan adalah sumber penting bagi suksesnya organisasi. Hasil penelitian tentang berbagi informasi yang berhubungan positif untuk hubungan antara kuantitas informasi yang dikontribusikan dengan kepuasan anggota dalam proses komunikasi (Mohr & Spekman 1994).

Analisis Hubungan Proses Jaringan Aksi Sosial dan Aksi Kolektif dengan Efektivitas Komunikasi Aliansi

Penelitian ini melihat bagaimana hubungan antara proses jaringan aksi sosial dan kolektif dengan efektivitas komunikasi aliansi kualitas informasi, kuantitas informasi dan kepuasan dalam proses. Hasil uji korelasi rankSpearman terhadap peubah-peubah pada kedua karakteristik tersebut dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26 Hubungan proses jaringan aksi sosial dan aksi kolektif dengan

efektivitas komunikasi aliansi

Proses Jaringan Aksi Sosial dan Aksi Kolektif

Efektivitas Komunikasi Aliansi (rs)

Kualitas Informasi Kuantitas Informasi Kepuasan dalam Proses

Proses aksi kolektif 0.609** 0.729** 0.687**

Densitas -0.426* -0.511** -0.568**

Sentralitas lokal 0.572** 0.607** 0.626**

Sentralitas global -0.316 -0.221 -0.123

Sentralitas antara 0.493** 0.431* 0.453*

Keterangan: *berhubungan nyata pada p<0.05 rs: koefisien korelasi rank Spearman

**berhubungan nyata pada p<0.01

Proses aksi kolektif

Berdasarkan Tabel 26 hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan

terdapat hubungan antara proses aksi kolektif, densitas, sentralitas lokal dan sentralitas antara dengan efektivitas komunikasi. Proses aksi kolektif memiliki

hubungan nyata positif dengan kualitas informasi, kuantitas informasi dan

kepuasan pada proses pada p <0.01. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi proses aksi kolektif akan meningkatkan kualitas informasi, kuantitas informasi dan kepuasan dalam proses.

Semakin tinggi tingkat partisipasi (kehadiran dan sumbangan pemikiran)

Dokumen terkait