• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 GAMBARAN UMUM KONSORSIUM ANGGREK DI INDONESIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Agribisnis Anggrek

Selama beberapa tahun telah berkembang sentra-sentra pertanaman anggrek di daerah yang memiliki kondisi agroklimat yang sesuai untuk pertumbuhan anggrek. Dalam beberapa tahun ini tanaman anggrek telah dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia yang memiliki agroklimat yang sesuai untuk pengembangan anggrek. Tumbuhnya sentra-sentra anggrek tersebut perlu didorong usahanya agar mampu memberi kontribusi yang signi kan terhadap pendapatan petani dan perekonomian nasional. Peningkatan kegiatan usaha anggrek dalam beberapa tahun ini ditandai dengan meningkatnya permintaan anggrek di pasar dalam negeri. Dalam rangka mengembangkan industri anggrek

maka kita perlu melihat kondisi penganggrekan nasional mulai dari sistem perbenihannya, infrastruktur, teknologi yang digunakan, kemampuan SDM anggrek, produk yang dihasilkan serta pemasarannya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui kondisi potensi awal penganggrekan nasional dimulai dari sistem perbenihan petani produksi, teknologi budidaya dan pasca panen serta pemasaran (DBPF 2012b).

Perbenihan

Kebutuhan benih anggrek Nasional (Tabel 3) selama ini masih sangat tergantung dengan benih impor (40% dipenuhi oleh benih hasil dalam negeri dan 60% berasal dari impor). Hal ini disebabkan sampai saat ini industri perbenihan anggrek belum berkembang seperti yang diharapkan yaitu dapat memproduksi benih dalam jumlah yang banyak dan seragam.Salah satu teknologi perbanyakan anggrek secara masal dan seragam adalah melalui teknik perbanyakan klonal (DBPF 2012b).

Tabel 3 Ketersediaan benih anggrek dalam negeri dan impor benih tanaman

anggrek (batang)

No. Tahun Ketersediaan Benih

Dalam Negeri (batang) Impor (batang) Total (batang)

1 2008 14 436 559 881 414 5 317 973

2 2009 15 198 840 1 651 030 16 849 770

3 2010 16 929 613 2 159 740 18 534 747

4 2011 16 349 400 3 213 957 16 695 750

* Sumber: DBPF 2012b

Pusat Perbenihan Anggrek Malang Raya (PPAMR) merupakan salah satu model industri perbenihan anggrek di Indonesia. Permasalahan yang dihadapai PPAMR di antaranya adalah perbanyakan melalui kloning baru berhasil pada tahap Plb, pada saat melakukan sub kultur masih mengalami kendala kontaminasi saat disubkultur, ketersediaan tanaman induk untuk dikloning, harga bahan kimia mahal dan keterbatasan SDM pada prosescloning(DBPF 2012b).

Beberapa laboratorium pemerintah maupun swasta juga telah melakukan perbanyakan klonal namun masih memerlukan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan benih klon. Laboratorium yang dikelola oleh swasta maupun pemerintah masih berjalan sendiri-sendiri belum terintegrasi, sehingga masalah dalam proses perbanyakan klonal belum dapat terpecahkan (DBPF 2012b).

Jika dilihat dari data statistik volume impor benih anggrek (Tabel 4) cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2008 sebanyak 881 414 batang, pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu sebesar 1 631 030 batang dan pada tahun 2010 rneningkat menjadi 2 152 740 benih dan tahun 2011 impor benih mengalami sedikit peningkatan menjadi 3 159 740 batang. Impor benih anggrek masih dilakukan mengingat ketersediaan benih dalam negeri masih terbatas dan belum dihasilkan dari perbanyakan klonal sehingga pertumbuhannya tidak seragam. Benih impor dibutuhkan untuk digunakan sebagai bahan indukan dalam persilangan dan untuk produksi (DBPF 2012b).

Tabel 4 Volume ekspor dan impor benih tanaman anggrek (batang)

No. Tahun Volume Impor

(batang) Volume Ekspor (batang) 1 2008 881 414 187 240 2 2009 1 651 030 437 700 3 2010 2 159 740 1 223 370 4 Sampai Maret 2011 3 213 957 90 000 * Sumber: DBPF 2012b

Volume ekspor benih anggrek (Tabel 4) cenderung ber uktuasi pada tahun 2008 ekspor sebanyak 187 240 batang, tahun 2009 meningkat menjadi 437 860 batang, tahun 2010 mengalami peningkatan cukup tajam yaitu 1 464 425 batang, dan tahun 2011 mengalami penurunan cukup tajam yaitu menjadi 259 350 batang (DBPF 2012b).

Potensi Produksi

Jenis tanaman hias yang datanya dapat dikumpulkan dari survei Pertanian sebanyak 12 (dua belas) jenis tanaman yaitu: Anggrek, Anthurium, Gladiol, Heliconia, Krisan, Mawar, Melati, Palem, Dracaena, Anyelir, Gerbera dan Sedap Malam. Data statistik tanaman hias dari tahun 2005 sampai 2009 (Direktorat Jenderal Hortikultura 2006, 2007, 2008, 2009, 2010) memperlihatkan bahwa untuk kelompok tanaman hias bunga potong dengan satuan produksinya tangkai, Anggrek merupakan tanaman yang mempunyai kontribusi nomor empat terbesar terhadap total produksi tanaman hias di Indonesia dengan produksi rata-rata selama lima tahun sebesar 12 ribu tangkai dan tingkat pertumbuhan sebesar 23.1%.

Produksi anggrek tahun 2006-2010 (Tabel 5) mengalami uktuasi tetapi cenderung mengalami kenaikan, pada tahun 2007 terjadi penurunan produksi hal

ini dikarenakan pada tahun 2007 terjadi booming atas tanaman anthurium

sehingga produksi anggrek mengalami penurunan (DBPF 2012b).

Tabel 5 Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman anggrek Tahun 2006- 2010

No. Tahun Luas Panen (m2) Produksi (Tangkai) Produktivitas (Tangkai/m2)

1. 2006 1 120 630 10 903 444 4.80 2. 2007 1 229 102 9 484 393 5.92 3. 2008 1 320 679 15 309 964 6.70 4. 2009 1 308 199 16 205 949 9.73 5. 2010 1 391 206 14 050 445 7.68 Total 6 369 816 65 954 195 * Sumber: DBPF 2012b

Pada tahun 2008 terjadi peningkatan produksi dimana peningkatan produksi tersebut terjadi akibat mulai terbentuknya sentra-sentra tanaman anggrek di luar wilayah Pulau Jawa karena adanya program pengembangan kawasan dari pemerintah. Di samping itu, mulai tertariknya masyarakat di luar Pulau Jawa untuk mengembangkan anggrek akibat permintaan yang terus meningkat sehingga mendorong pelaku usaha mengembangkan anggrek (DBPF 2012b).

Pada Tahun 2010 luas panen mengalami peningkatan tetapi produksi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Tahun 2009, hal ini dikarenakan

pada beberapa kawasan anggrek bunga potong terjadi penurunan produktivitas akibat benih yang digunakan sudah kurang baik yaitu menggunakan keiki untuk perbanyakannya dan perubahan iklim yang ekstrim menyebabkan produksi bunga anggrek menurun (DBPF 2012b).

Teknologi

Teknologi yang digunakan oleh petani saat ini belum sepenuhnya menggunakan teknologi maju berbasis GAP (Good Agricultural Practices) dan GHP (Good Handling Practices) produktivitasnya masih rendah, mutunya tidak sesuai dengan standar. Hal ini disebabkan kapabilitas petani dan petugas dalam teknologi budidaya dan pascapanen anggrek masih terbatas (DBPF 2012b).

Pasar Dalam Negeri

Konsumen pasar dalam negeri terdiri atas para penggemar dan pencinta anggrek, pedagang keliling tanaman anggrek, pedagang tanaman anggrek pada kios-kios di tempat-tempat tertentu, pusat pemasaran tanaman hias, hotel, pengusaha jasa pertamanan, orist dan toko bunga, katering serta dekorator. Jenis yang banyak diminati oleh konsumen untuk bunga potong adalah Dendrobium sonia, Sevin White, Golden Shower, Vanda Douglas dan James Storie. Untuk Dendrobium, konsumen dalam negeri umumnya masih rnenyukai bunga yang berwarna cerah dan bentuk bunga bulat, sedangkan untuk Phalaenopsis yang banyak disukai putih lidah merah, putih lidah kuning dan ungu (DBPF 2012b).

Pasar Luar Negeri

Ada beberapa negara tujuan ekspor tanaman anggrek Indonesia antara lain Jepang, Singapura, Taiwan, Korea, Belanda dan Amerika serta Saudi Arabia. Ekspor anggrek Indonesia dapat berupa benih, bunga potong dan tanaman dewasa atau tanaman berbunga. Adapun jenis anggrek yang diekspor antaraPhalaenopsis, Dendrobium, Anggrek spesies dalam bentuk benih (botolan dan seedling), tanaman pot dan bunga potong. Jumlah tanaman anggrek yang diekspor setiap tahunnya masih ber uktuatif (DBPF 2012b).

Perkembangan volume ekspor anggrek (Tabel 6) dari tahun 2007-2011 ber uktuasi, pada tahun 2007 sampai 2009 ekspor komoditi pertanian subsektor hortikultura untuk tanaman anggrek mengalami tingkat pertumbuhan negatif sebesar -58%, pada tahun 2009 terjadi peningkatan volume ekspor yang cukup tajam dibandingkan tahun 2008, namun pada tahun 2010 terjadi penurunan volume yang tajam dibandingkan tahun 2009, hal itu antara lain dikarenakan Jepang sebagai tujuan utama ekspor anggrek sedang tertimpa bencana, sehingga permintaan ekspor menurun drastis, kemudaian ekspor mulai dilakukan kembali pada tahun 2011 sebesar 1951 kg senilai 29868 US dollar (BPS 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012).

Tabel 6 Perkembangan volume ekspor anggrek tahun 2007-2011 No Komoditi Harmonized System (HS) Code Volume (kg) 2007 2008 2009 2010 2011*) 1 Orchid seedlings cuttings and slips, unrooted

0602101000 10 398 3 140 371 1 051

2 Orchid seedlings 0602902000 413 10 000 3 Orchids, fresh owers of

a kind suitable for bouquets/ ornamental purpose

0603130000 1 581 1 765 32 679 1 072 200

* Sumber: DBPF 2012b, data BPS diolah *) Januari - Oktober 2011

Perkembangan volume impor anggrek (Tabel 7) dari tahun 2007-2011 ber uktuasi tetapi cenderung mengalami penurunan. Sama halnya dengan volume nilai impor juga cenderung mengalami penurunan, namun pada tahun 2010 penurunan nilai impor cukup tajam karena terjadi penurunan nilai dolar.

Tabel 7 Perkembangan volume impor anggrek tahun 2007-2011

No Komoditi HS Code Volume (kg)

2007 2008 2009 2010 2011*)

1 Orchid seedlings slips, unrooted

0602902000 70 895 34 551 37 891 25 609 9 073 2 Orchids, fresh owers

of a kind suitable for bouquets/ ornemantal purpose

0603130000 177 100 26 452

3 Orchid cuttings 0602101000 1 617 1 192 1 005

Jumlah 72 689 34 651 64 343 26 801 10 078

* Sumber: DBPF 2012b, data BPS diolah *) Januari - Oktober 2011

Sumber Daya Manusia

Sejauh ini petugas lapang (Penyuluh Pertanian Lapang) yang menjadi ujung tombak pembinaan budidaya tanaman orikultura masih dominan berkompetensi pada tanaman pangan (padi dan palawija), sedangkan petugas yang berkeahlian hortikultura, khususnya orikultura, masih sangat langka. Hal ini disebabkan usaha pengembangan orikultura relatif baru dan lambat berkembang. Di samping itu pola pikir masyarakat yang masih mementingkan tanaman pangan sehingga keinginan untuk mempelajari orikultura masih kurang. Dengan kondisi ini menyebabkan transfer teknologi kepada petani menjadi lambat (DBPF 2011c).

Kelembagaan Usaha

Kelembagaan usaha tanaman anggrek belum terlihat eksistensinya dalam pengembangan usaha anggrek. Kelembagaan yang ada seperti Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) masih bersifat wadah untukhobbydan belum diarahkan sepenuhnya untuk bisnis dan asosiasi-asosiasi yang tumbuh di beberapa daerah seperti Asosiasi Petani Anggrek Indonesia (APAI), Orchids Society dan lain-lain masih belum mempunyai kesamaan dalam visi, misi untuk membangun agribisnis anggrek nasional, sehingga untuk membangun agribisnis anggrek nasional yang berdaya saing dibutuhkan penguatan kelembagaan melalui perubahan sistem

pengelolaan usaha ke arah pengembangan industri dengan memanfaatkan potensi nasional dan dukungan lembaga-lembaga terkait baik pemerintah maupun swasta. (DBPF 2011c).

Rantai Pasok Belum Terstruktur

Pelaku usaha anggrek sebagian besar masih bergerak pada skala kecil dan tidak fokus dalam pemilihan jenis maupun stadia tanamannya, hal ini menyebabkan usaha anggrek mengalami pasang surut dalam perkembangannya. Saiah satu kendala dalam usaha anggrek adalah untuk membudidayakan sampai memasarkan membutuhkan waktu yang cukup lama, dimana satu pelaku usaha anggrek berusaha mulai dari botolan-berbunga, kompot-berbunga atau dari seedling-berbunga harus menunggu cukup lama (5-18 bulan) untuk dapat menghasilkan tanaman dewasa (DBPF 2011c).

Regulasi belum Kondusif

Regulasi di tingkat pusat dan daerah belum kondusif sehingga menyebabkan

usaha anggrek mengalami kendala dengan banyaknya retribusi, sistem

perpajakan/pajak berlapis-Iapis yaitu diberlakukan oleh 2 instansi untuk komponen yang sama dan perijinan yang berbelit-belit. Kondisi ini menyebabkan industri anggrek berdaya saing rendah (DBPF 2011c).

Kondisi yang Diharapkan

Perbaikan pengelolaan anggrek dari skala kecil menjadi skala industri yang meliputi penataan sistem perbenihan, pengembangan sentra/kawasan, budidaya melalui penerapan teknologi inovatif skala industri, penguatan kelembagaan, peningkatan permodalan dan pengembangan pasar serta penataan rantai pasokan sangat diperlukan dewasa ini. Langkah perbaikan tersebut di bawah ini diharapkan mampu meningkatkan skala usaha anggrek nasional (DBPF 2011c).

Perbenihan

Dalam rangka pengembangan usaha anggrek yang berdaya saing beberapa hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: (1) menggunakan benih varietas dalam negeri yang berasal berasal dari: anggrek spesies bernilai ekonomi; hasil self selfing anggrek spesies Indonesia dan anggrek hibrida hasil silangan anggrek spesies dengan introduksi. (2) Para penyilang anggrek nasional diharapkan saling bersinergi dan membentuk wadah/forum untuk memprogramkan hibridasi, memprediksi dan menghasilkan varietas-varietas baru yang unik khas Indonesia disukai oleh konsumen dalam dan luar negeri. (3) Produsen benih lokal perlu didorong untuk menghasilkan benih perbanyakan klonal (DBPF 2011c).

Produksi

Peningkatan produksi anggrek dilakukan dengan pola pengembangan kawasan anggrek dan pengutuhan kawasan. Sasaran produksi anggrek untuk tahun 2012-2017 (DBPF 2011c) diperkirakan akan mengalami kenaikan sekitar 3.16% untuk tiap tahunnya dan untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan: (1) Ketersediaan benih unggulan dan bermutu melalui proses perbanyakan klonal.

(2) Pengembangan dan pengutuhan sentra tanaman anggrek. (3) Peningkatan produktivitas anggrek dari rata-rata 9 tangkai/tanaman menjadi 15 tangkai/ tanaman pada tahun 2017. (4) Penanganan pasca panen yang baik sehingga mengurangi kehilangan hasil pada saat distribusi.

Teknologi

Dalam upaya pengembangan industri anggrek yang berdaya saing dibutuhkan dukungan teknologi budidaya dan pasca panen yaitu melalui penerapan GAP dan GHP. Kegiatan penerapan GAP-SOP dan GHP-SOP melalui pendekatan Sekolah Lapang, merupakan suatu cara yang dilakukan agar petani anggrek mau menerapkannya. Ada tiga alasan utama perlunya penerapan GAP dan SOP dalam budidaya anggrek, yaitu: (1) mempertahankan produktivitas tetap tinggi, (2) menjaga kelestarian lingkungan, 3) mempertahankan keamanan dan keselamatan pekerja (DBPF 2011c).

Pemberdayaan Pasar Dalam Negeri dan Luar Negeri

Dalam rangka memasarkan anggrek di pasar dalam negeri dan luar negeri, perlu dilakukan market inteligent untuk mengetahui jenis, warna, dan bentuk anggrek yang disukai konsumen. Preferensi konsumen luar negeri umumnya berbeda dengan preferensi konsumen dalam negeri. Kegiatan market inteligent tidak hanya dapat dilakukan oleh Direktorat Pemasaran Domestik, Direktorat Jendral PPHP serta intansi terkait lainnya, tetapi dapat juga dilakukan oleh pihak swasta yang mempunyai kegiatan dibidang penganggrekan. Dengan adanya market inteligent anggrek, pemulia akan menghasilkan varietas-varietas baru yang disukai konsumen. (DBPF 2011a).

Kelembagaan

Pembinaan kelembagaan usaha perlu ditingkatkan secara berkelanjutan dalam upaya mendukung pengembangan industri tanaman anggrek yang tangguh melalui pemberdayaan kelembagaan sebagai berikut: (1) Kelompok tani yang sudah ada ditingkatkan menjadi gapoktan atau asosiasi atau koperasi, sehingga memiliki peran yang lebih banyak. (2) Terbentuknya konsorsium anggrek diharapkan dapat mencari solusi dalam mengatasi permasalahan anggrek dan dapat merancang pengembangan usaha anggrek di masa depan (DBPF 2011c).

Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pengembangan industri anggrek. Peningkatan pengetahuan serta keterampilan petugas baik di tingkat pusat maupun daerah dalam upaya pengembangan orikultura perlu dilakukan melalui kegiatan: pelatihan, magang dan studi banding. Melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas diharapkan transfer teknologi kepada petani menjadi lebih cepat, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pengelolaan orikultura, khususnya tanaman anggrek (DBPF 2011c).

Penataan Rantai Pasok

Pusat pemasaran anggrek, seperti Taman Anggrek Ragunan (TAR) dan Taman Anggrek Indonesia Permai (TAIP) di Jakarta merupakan pusat pasar anggrek yang dipasok dari pelaku usaha anggrek di wilayah Jakarta – Bogor – Depok – Tangerang – Bekasi (Jabodetabek). Jaringan pemasaran dari produsen anggrek di wilayah Jabodetabek meliputi daerah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi yang saat ini sedang mulai tumbuh sentra anggreknya. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Bali serta Nusa Tenggara Timur merupakan daerah

pengembangan anggrek, dimana sebagian besar benihnya berasal dari

penganggrek Jawa Timur dan Jawa Barat. Dengan demikian, daerah sentra anggrek tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia (DBPF 2011c).

Dalam rangka pemasaran anggrek perlu dikembangkan pola segmentasi usaha anggrek antar kelompok tani anggrek atau antar anggota kelompok tani anggrek. Hal ini dilakukan agar perputaran uang usaha anggrek berdasarkan segmen stadia tumbuh tanaman cepat laku terjual, mengingat pertumbuhan anggrek yang sangat lambat dan memerlukan waktu yang lama (DBPF 2011c).

Pola pemasaran segmentasi usaha anggrek adalah sebagai berikut: Pola 1 : botolan – kompot – jual ke pelaku usaha kompot

Pola 2 : botolan – kompot –seedling– jual ke pelaku usahaseedling Pola 3 : kompot –seedling– jual ke pelakuseedling

Pola 4 :seedling– remaja – jual ke pelaku usaha remaja Pola 5 :seedling– remaja – berbunga – jual ke konsumen Pola 6 : remaja – berbunga – jual ke konsumen

Regulasi dan Kebijakan

Penataan kebijakan dan regulasi (DBPF 2011c) diperlukan untuk

mendorong pengembangan industri tanaman anggrek yang berdaya saing. Beberapa kebijakan dan regulasi yang perlu dikoreksi di antaranya adalah: (1)

Pengurusan ijin ekspor (SIP). (2) Pengurusan dokumen karantina. (3)

Pembentukan lembaga penjamin transaksi perbankan yang berpihak kepada petani. (4) Pajak pertambahan nilai sangat memberatkan pengusaha tanaman hias. (5) Pengenaan retribusi oleh pemerintah daerah. (6) Peninjauan kembali Pajak ekspor impor tanaman hias yang memberatkan stakeholders. (7) Inisiasi sistem

insentif untuk menggalakkan ekspor tanaman hias ke luar negeri. (8)

Penyederhanaan CITES oleh otoritas manajemen (Departemen Kehutanan). (9) Penyederhanaan proses pengurusan chargo udara. (10) Sistem standarisasi mutu nasional yang bermanfaat sebagai penghalang masuknya produk tanaman anggrek. (11) Penerapan standarisasi mutu produk secara konsisten di dalam negeri. (12) Penyusunan kalender promosi yang terstruktur di dalam dan luar

negeri. (13) Peningkatan kerjasama antar lembaga (swasta, pemerintah

Konsorsium Anggrek

Latar Belakang dibentuknya Konsorsium Anggrek

Permasalahan industri anggrek nasional seperti skala usaha masih kecil, sentra produksi masih sedikit, ketersediaan benih terbatas, pengusaan teknologi budidaya dan pasca panen terbatas, kualitas dan kuantitas produksi rendah dan masih beragam, tidak punya produk unggulan, jaringan pasar kurang bagus, regulasi kurang mendukung, SDM kurang memadai, tidak ditunjang penelitian yang konstruktif, dan pelaku yang berjalan sendiri-sendiri membutuhkan kerjasama kolektif. Pengembangan Anggrek Indonesia harus direalisasikan dengan membangun aliansi berbagai pelaku usaha dan pelayanannya dalam meningkatkan kinerja usaha untuk meningkatkan produksi, mutu, nilai tambah dan daya saing tanaman anggrek produksi Indonesia.

Pada bulan November 2010 konsorsium anggrek dibentuk yang dipelopori oleh Direktorat Jenderal Hortikultura dan beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Brawijaya, Balai Penelitian Tanaman Hias Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian Jawa Timur, DPC PAI Malang, DPC PAI Jakarta dan Kelompok Tani Bumiaji Batu. Lembaga-lembaga ini sepakat untuk membentuk

konsorsium anggrek dengan nama Konsorsium Pengembangan Anggrek

Indonesia (dikutip dari AD/ART Konsorsium Anggrek).

Arti dan Kegiatan Konsorsium Anggrek

Konsorsium Pengembangan Anggrek Indonesia merupakan organisasi ilmiah, sosial-ekonomi serta lingkungan dan tidak berafiliasi dengan organisasi politik dan merupakan himpunan lembaga-lembaga yang melakukan kegiatan ilmiah, sosial-ekonomi serta lingkungan yang berkaitan dengan tanaman anggrek.

Kegiatan konsorsium anggrek yaitu:

1. Melakukan koordinasi dan kerjasama dalam kajian ilmiah, sosial-ekonomi dan lingkungan menyangkut tanaman anggrek di Indonesia untuk memacu

perkembangan pengetahuan yang factual dan up to date, yang dijabarkan

dalam suatu program kerja.

2. Melakukan kegiatan penyebaran informasi hasil penelitian dan hasil

terapannya melalui kegiatan pelatihan, magang, konsultasi, publikasi,

lokakarya dan seminar.

3. Memberikan masukan-masukan berupa konsep kebijakan kepada pemerintah untuk mendorong kesuksesan peningkatan produksi, mutu, nilai tambah dan daya saing tanaman anggrek Indonesia.

Keanggotaan

Anggota Konsorsium Pengembangan Anggrek Indonesia adalah lembaga atau institusi yang melakukan kegiatan ilmiah, sosial-ekonomi serta lingkungan yang berkaitan dengan tanaman anggrek, dan bukan perorangan. Keanggotaan Konsorsium Pengembangan Anggrek Indonesia terdiri atas anggota pendiri (founding member) dan anggota biasa (member). Anggota pendiri terdiri atas: Direktorat Tanaman Hias, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah Malang, Balai Penelitian Tanaman Hias, Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, DPC Perhimpunan Anggrek

Indonesia Cabang Malang, DPD Perhimpunan Anggrek Daerah Jakarta, dan anggota biasa terdiri atas lembaga atau institusi yang berminat dan mengajukan diri menjadi anggota Konsorsium Pengembangan Anggrek Indonesia.

Jumlah anggota konsorsium anggrek yang aktif didalam mengikuti pertemuan-pertemuan pada saat penelitian dilakukan adalah sebanyak 28 orang anggota (Tabel 8) terdiri dari 11 orang dari 4 lembaga pelayanan, 5 orang dari 4 lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang), 3 orang dari 3 lembaga pendidikan, 4 orang dari 4 asosiasi dan 5 orang dari 5 lembaga agribisnis. Anggota konsorsium berdasarkan pendidikan formal terakhir terdiri dari S3 15%, S2 14%, S1 43% dan D3 3%. Usia anggota konsorsium berkisar antara 28 sampai dengan 68 tahun dengan jenis kelamin 50% perempuan dan 50% laki-laki.

Tabel 8 Distribusi anggota konsorsium anggrek

No. Nama Organisasi Jumlah Anggota

(orang)

Kategori Organisasi 1. Dit. Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 8 Lembaga Pelayanan

2. Dit. Benih Hortikultura 1 Lembaga Pelayanan

3. Dit. Perlindungan Hortikultura 1 Lembaga Pelayanan

4. Diperta Jabar 1 Lembaga Pelayanan

5. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 1 Lembaga Litbang

6. PPB DKI (BBI DKI) 1 Lembaga Litbang

7. BALITHI 2 Lembaga Litbang

8. BB Penelitian Pertanian dan Pasca Panen 1 Lembaga Litbang

9. UI 1 Lembaga Pendidikan

10. UGM 1 Lembaga Pendidikan

11. UMM 1 Lembaga Pendidikan

12. PAI Malang Raya 1 Asosiasi

13. PAI DKI 1 Asosiasi

14. ASBINDO 1 Asosiasi

15. APAI 1 Asosiasi

16. Eka Karya Graha Flora 1 Lembaga Agribisnis

17. Simanis Orchid 1 Lembaga Agribisnis

18. Soerjanto Orchid 1 Lembaga Agribisnis

19. Centra Anggrek 1 Lembaga Agribisnis

20. Monfori Flora 1 Lembaga Agribisnis

Total 28

Jumlah anggota mailing list konsorsium anggrek pada saat penelitian dilakukan adalah sebanyak 53 orang (Tabel 9) terdiri dari 15 orang dari 4 lembaga pelayanan, 7 orang dari 5 lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang), 5 orang dari 5 lembaga pendidikan, 6 orang dari 4 asosiasi, 7 orang dari 6 lembaga agribisnis dan 13 orang dari lembaga lainnya.

Tabel 9 Distribusi anggotamailing listkonsorsium anggrek

SIMPULAN

1. Kondisi agribisnis anggrek saat ini yaitu a) kebutuhan benih anggrek masih tergantung dengan benih impor; b) produksi anggrek tahun 2006-2010 mengalami fluktuasi tetapi cenderung mengalami kenaikkan; c) teknologi GAP dan GHP belum sepenuhnya digunakan, produktivitas rendah dan mutu tidak sesuai standar; d) Konsumen pasar dalam negeri terdiri atas para penggemar dan pencinta anggrek, pedagang keliling, pusat pemasaran tanaman hias, hotel, pengusaha jasa pertamanan, orist dan toko bunga, katering serta dekorator dan beberapa negara tujuan ekspor antara lain jepang, Singapura, Taiwan, Korea, Belanda, Amerika dan Saudi Arabia; e) SDM petugas berkeahlian florikultura masih sedikit; f) kelembagaan usaha belum berkembang; f) rantai pasok belum terstruktur dan g) regulasi belum kondusif.

2. Konsorsium Pengembangan Anggrek Indonesia merupakan himpunan

lembaga-lembaga yang melakukan kegiatan ilmiah, sosial-ekonomi serta lingkungan yang berkaitan dengan tanaman anggrek. Kegiatan konsorsium anggrek yaitu: a) Melakukan koordinasi dan kerjasama dalam kajian ilmiah, sosial-ekonomi dan lingkungan untuk memacu perkembangan pengetahuan yang factual dan up to date, yang dijabarkan dalam suatu program kerja. b) Melakukan kegiatan penyebaran informasi hasil penelitian dan hasil

terapannya melalui kegiatan pelatihan, magang, konsultasi, publikasi,

lokakarya dan seminar. c) Memberikan masukan-masukan berupa konsep kebijakan kepada pemerintah untuk mendorong kesuksesan peningkatan produksi, mutu, nilai tambah dan daya saing tanaman anggrek Indonesia.

No. Nama Organisasi Jumlah Anggota

(orang)

Kategori Organisasi 1. Dit. Budidaya dan Pasca Panen Florikultura 10 Lembaga Pelayanan

2. Dit Benih Hortikultura 2 Lembaga Pelayanan

3. Distanbunhut Kab Malang 1 Lembaga Pelayanan

4. Dinas Pertanian Jawa Timur 2 Lembaga Pelayanan

5. BPSBTPH Jatim 1 lembaga Litbang

6. BALITHI 3 lembaga Litbang

7. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 1 Lembaga Litbang

8. PPB DKI (BBI DKI) 1 Lembaga Litbang

9. BB Penelitian Pertanian dan Pasca Panen 1 Lembaga Litbang

10. UNSRI 1 Lembaga Pendidikan

11. UI 1 Lembaga Pendidikan

12. UMM 1 Lembaga Pendidikan

13. UNPAD 1 Lembaga Pendidikan

14. UGM 1 Lembaga Pendidikan

15. PAI Malang Raya 1 Asosiasi

16. PAI DKI 3 Asosiasi

17. ASBINDO 1 Asosiasi

18. APAI 1 Asosiasi

19. Simanis Orchid 1 Lembaga Agribisnis

20. Centra Anggrek 1 Lembaga Agribisnis

21. Eka Karya Graha Flora 1 Lembaga Agribisnis

Dokumen terkait