• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Efektivitas Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Sebagai Strategi

Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan restrukturisasi kredit sebagai strategi penurunanan kredit bermasalah di Bank BRI Unit Poncowati, maka

peneliti melakukan wawancara terhadap karyawan Bank BRI Unit Poncowati guna menggali informasi mengenai penelitian.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bagian marketing atau Mantri Bank BRI Unit Poncowati, kredit bermasalah yang terjadi di Bank BRI Unit Poncowati disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya penurunan omset usaha yang dialami oleh debitur khusus kredit modal kerja atau usaha yang digunakan untuk menjalankan usaha dagang yang mengambil jangka waktu angsuran bulanan, gagal panen karena iklim atau kurangnya kepengurusan bagi debitur yang menggunakan dana kredit dibidang pertanian, nasabah mengalami kesulitan yang tidak terduga seperti apabila nasabah seorang karyawan, nasabah di phk (dipecat dari perusahaan tempat bekerja), ketidak layakan debitur atau bad character, serta musibah dan permasalahan keluarga yang dialami debitur seperti kebakaran, perceraian, atau meninggal, serta kejadian-kejadian yang tidak disengaja juga menjadi penyebab debitur mengalami permasalahan pembayaran angsuran yang mengakibatkan angsuran kredit menunggak sehingga menjadi kredit bermasalah.69 Adapaun debitur yang mengalami kredit bermasalah kebanyakan adalah debitur yang mengambil kredit dengan angsuran bulanan, dikarenakan kemampuan debitur dalam membayar angsurannya ditentukan dan tergantung pada pendapatan perbulan, jika pada bulan tertentu mereka mengalami penurunan maka secara tidak langsung akan mengakibatkan terlambat membayar angsurannya.

69 Hasil Wawancara Peneliti dengan Desmalia, Mantri (Marketing dan Analisis Mikro), Wawancara pada 15 Oktober 2019.

Penjelasan mengenai dampak kredit bermasalah yang dialami oleh bank juga dipaparkan oleh Mantri Bank BRI Unit Poncowati, diantaranya kinerja Bank BRI Unit Poncowati menjadi kurang maksimal, karena menimbulkan beberapa kerugian bank seperti tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan dengan tepat waktu serta tertundanya pendapatan bunga yang seharusnya dapat menjadi profit bank, yang akhirnya akan berakibat pada menurunnya pendapatan bank secara total. Kemudian permasalahan tersebut juga berakibat pada meningkatnya Non Performing Loan (NPL) yang dapat mempengaruhi kesehatan bank jika tidak ditangani secara cepat dan tepat dan juga meningkatnya biaya Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP).70

Dalam penanganan kredit bermasalah, Bank BRI Unit Poncowati mengambil langkah penyelesaian kredit bermasalah dengan restrukturisasi kredit untuk menurunkan tingkat NPL atau kredit bermasalah yang terjadi.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Unit BRI Unit Poncowati, penanganan kredit bermasalah terhadap debitur bermasalah dilakukan pada saat debitur mulai memasuki Kolektibilitas 2 atau golongan Dalam Perhatian Khusus (DPK) yaitu debitur yang terlambat bayar sampai kurun waktu 31-90 hari. Maka penanganan yang dilakukan adalah, pertama pihak bank akan menghubungi dan melakukan penagihan secara intensif baik secara langsung atau tidak langsung, kemudian pejabat kredit juga memberikan surat tagihan dalam bentuk Laporan Kunjungan Nasabah (LKN) yang berisi data-data mengenai kewajiban yang harus diselesaikan oleh

70 Hasil Wawancara Peneliti dengan Desmalia, Mantri (Marketing dan Analisis Mikro), Wawancara pada 15 Oktober 2019.

debitur. Jika setelah itu debitur belum melunasi tagihannya, maka selanjutnya Mantri akan mengunjungi debitur untuk melakukan pendekatan guna mengetahui penyebab debitur menunggak. Dalam kesempatan ini Mantri akan menawarkan penyelamatan kredit dengan restrukturisasi kredit dengan syarat debitur memiliki iktikad baik dan memiliki prospek usaha yang masih baik. Umumnya restrukturisasi kredit yang ditawarkan adalah dengan Reschedulling (penjadwalan kembali) yaitu dengan penambahan jangka waktu pelunasan serta memperkecil besaran angsuran yang disesuaikan dengan kemampuan debitur setelah di restrukturisasi. Akan tetapi jika debitur sudah memasuki Kol 3 (91-180 hari) sampai Kol 4 (181-270 hari) maka pihak bank sudah tidak memungkinkan memberikan penawaran restrukturisasi kredit dengan Reschedulling (penjadwalan kembali), hal ini dikarenakan berdasarkan peraturan perbankan jika restrukturisasi kredit berjalan sesuai kesepakatan maka hanya dapat menaikkan kolektibilitas debitur satu tingkat di atas kolektibilitas sebelumnya, misalnya debitur Kol 2 dilakukan restrukturisasi kredit dan berhasil maka akan menjadi Kol 1 (Lancar), sehingga menurut pihak bank hal tersebut menjadi tidak efektif dan efesien jika diterapkan kepada nasabah yang memasuki Kol 3 sampai Kol 5. Ketika debitur masuk Kol 3 maka akan diberikan surat teguran atau Surat Peringatan I, II, dan III secara berkala. Selama masih belum ada pelunasan tuggakan maka pihak bank dalam hal ini pejabat kredit harus tetap berkunjung ke tempat usaha debitur serta memberikan peringatan kepada debitur untuk segera melunasi kewajibannya sebelum diberikan surat tagihan berikutnya. Namun, apabila

setelah diberi Surat Peringatan III tetap belum ada pelunasan, maka pihak bank akan memeriksa berkas debitur untuk melakukan restrukturisasi kredit dengan eksekusi jaminan atau penyelamatan kredit melalui jalur hukum, baik melalui Gugatan Sederhana (GS) atau melalui Lelang Jaminan yang dimiliki debitur. Untuk melakukan Gugatan sederhana harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi syarat GS, yaitu agunan atau jaminan debitur belum diikat dengan Hak Tanggungan (HT), jaminan debitur atas nama pribadi dan sudah diberikan peringatan I, II, dan III. Sedangkan Lelang Jaminan dilakukan ketika agunan debitur sudah diikat Hak Tanggungan. Kemudian sebelum melakukan Lelang pihak bank juga harus memprhatikan sisa pinjaman setiap debitur, misal sisa pinjaman debitur hanya tersisa Rp 5.000.000,- maka hal tersebut tidak perlu dilakukan Lelang Jaminan, hal tersebut menjadi tidak efektif karena pelaksanaan lelang akan mengeluarkan biaya yang ditanggung oleh bank. Cara lain adalah dengan menjual jaminan di bawah tangan atau tidak melalui lelang, biasanya debitur dan bank sepakat untuk menjual jaminan debitur secara bersama untuk dapat menutupi tunggakan debitur. Kemudin ketika kualitas kredit debitur memasuki Kol 5 ( >270 hari) atau sudah menjadi kredit macet yang artinya sudah tidak bisa dilakukan penyelamatan kredit baik dengan restrukturisasi kredit melalui rechedulling (penjadwalan kembali) atau restrukturisasi kredit melalui eksekusi jaminan dengan cara Gugatan Sederhana dan Lelang Jaminan, maka pihak bank akan memasukkan debitur ke Daftar Hitam (DH) atau balcklist untuk menghentikan bunga berjalan dan mengklasifikasikan sebagai kredit macet. Mantri selanjutnya akan melaporkan

debitur DH kepada Kepala Unit , debitur yang sudah masuk DH maka jaminannya akan ditahan. Jaminan dapat diambil kembali jika debitur sudah melakukan pelunasan pinjaman dan bunga beserta denda-denda yang mengikuti pinjaman. Adapun debitur yang sudah masuk ke DH maka tidak akan diberikan pinjaman kembali apabila sewaktu-waktu mengajukan pinjaman. Adapun jika berkas debitur sudah masuk DH maka kerugian akan ditanggung bank yang mana bank harus mengeluarkan biaya PPAP sebesar 100% dari total kredit macet tersebut.71

Penjelasan terkait mekanisme penyelamatan kredit bermasalah yang dilakukan oleh bank juga disampaikan oleh Kepala Unit Bank BRI Unit Poncowati, restrukturisasi kredit akan ditawarkan kepada nasabah yang memiliki iktikat baik untuk melakukan pembayaran kewajibannya dari kualitas kredit debitur memasuki Kol 2, hal ini dilakukan untuk meminimalisir biaya PPAP dan mengantisipasi semakin parahnya kredit bermasalah yang terjadi agar kulaitas kredit bank tidak semakin menurun. Restrukturisasi kredit memiliki 3 metode, yaitu reshedulling, reconditioning, dan restructuring (R3), namun di Bank BRI Unit Poncowati biasanya hanya menyarankan dengan cara reschedulling (penjadwalan kembali) seperti, penambahan jangka waktu, atau mengubah jadwal pelunasan angsuran karena cara ini yang paling meminimalisir pembengkakan biaya dan kerugian. Jadi, pihak bank akan melakukan penilaian kembali kelayakan dan kemampuan debitur bermasalah yang akan dianalisis kembali menggunakan prinsip penilaian kredit 5C dan 7P

71 Hasil Wawancara Peneliti dengan Bapak Edwin Wijaya, Kepala Unit Bank BRI Unit Poncowati,Wawancara pada 28 April 2020.

untuk menentukan kembali besaran angsuran serta jangka waktu pelunasan pinjaman. Selain itu juga dapat dilakukan dengan Gugatan Sederhana dan Lelang Jaminan72

Selain itu prosedur pelaksanaan restrukturisasi kredit juga dijelaskan oleh Kepala Unit Bank BRI Unit Poncowati, dalam menjalankan restrukturisasi kredit terdapat beberapa langkah-langkah yang dilakukan oleh pihak bank kepada debitur kredit bermasalah, pertama adalah prakarsa restrukturisasi kredit, dalam tahap ini pihak bank atau Mantri harus melihat kondisi kredit berada di kolektibilitas berapa dengan tunggakan berapa besar, selain itu Mantri harus memeriksa kembali berkas agunan dan melakukan penilaian kembali terhadap kondisi akhir nilai agunan dan melihat kondisi harta atau aset yang dijaminkan tersebut. Kedua, Mantri juga harus memberikan Surat Teguran berdasarkan klasifikasi tunggakan kredit kepada debitur terkait, hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan bahwa debitur tersebut menunggak, dan diminta untuk melakukan pelunasan, adapun surat teguran disampaikan bersamaan dengan melakukan pendekatan terhadap debitur dilapangan. Ketiga, setelah Mantri mengetahui penyebab debitur menunggak dan kondisi debitur, maka Mantri akan menawarkan restrukturisasi kredit sesuai dengan kebijakan internal bank. Setelah penawaran restrukturisasi kredit disetujui oleh debitur, maka debitur mengajukan permohonan restrukturisasi, kemudian Mantri membuat Laporan Kunjungan Nasabah (LKN), dan membuat Berita Acara Negosiasi (BAN).

72 Hasil Wawancara Peneliti dengan Bapak Edwin Wijaya, Kepala Unit Bank BRI Unit Poncowati,Wawancara pada 28 April 2020.

Keempat, Mantri melakukan analsis dan evaluasi kembali terhadap usaha debitur dan kemapuan membayar debitur dengan prinsip 5C dan 7P sesuai kebijakan internal bank, kemudian didokumentasikan secara lengkap dan jelas. Kelima, putusan restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh pihak bank, dalam hal ini dilakukan oleh pejabat pemutus kredit dengan kewenangan setingkat lebih tinggi dari pejabat pemutus pada saat pemberian kredit terakhir sebelum restrukturisasi kredit. Keenam, pengawasan atau monitoring pihak bank terhadap debitur secara berkala untuk memantau kesanggupan debitur dan perkembangan usaha debitur dalam memastikan berjalannya restrukturisasi kredit dengan baik.73

Penanganan kredit bermasalah selanjutnya jika dengan penanganan penyelamatan kredit tersebut masih belum menemukan titik terang maka pihak Bank BRI Unit Poncowati akan melakukan penyelamatan kredit dengan Gugatan Sederhana (GS) yang merupakan penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur hukum. Penyelesaian Gugatan Sederana ini adalah tata cara pemeriksaan dipersidangan terhadap gugatan perdata yang diselesaikan dengan tata cara dan pembuktian yang sederhana, artinya GS ini dilakukan untuk menagih hutang yang telah diberikan kepada debitur dengan cara bank harus memenangkan gugatan dan keputusan metode pelunasan debitur kepada bank akan diputuskan oleh hakim pengadilan, apakah dengan uang pribadi dengan kurun waktu tertentu atau sebagainya. Adapun dalam pelaksanaan GS hanya ada satu penggugat dan tergugat tidak boleh lebih kecuali memiliki

73 Hasil Wawancara Peneliti dengan Bapak Edwin Wijaya, Kepala Unit Bank BRI Unit Poncowati,Wawancara pada 28 April 2020.

kepentingn hukum yang sama. Dan penyelesaian gugatan dilakukan paling lama 25 hari sejak hari pertama persidangan. Jalan ini ditempuh oleh Bank BRI Unit Poncowati sebagai alternatif penyelesaian kredit bermasalah karena Gugatan Sederhana ini menjadi suatu terobosan dibidang hukum dalam mendapatkan pemasukan atau recovery kredit dalam jangka waktu relatif singkat dibanding dengan upaya gugatan jasa melalui peradilan.74 Selanjutnya dengan cara Lelang Jaminan debitur yang akan dilakukan jika jaminan debitur sudah diikat oleh Hak Tanggungan, adapun keputusan dari lelang ini tergantung pada nilai pengikat jaminan tersebut, yang akan menjadi nilai pembuka lelang. Lelang Jaminan berbeda dengan GS, karena mekanisme lelang terbilang lebih rumit dari GS.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Mantri Bank BRI Unit Poncowati, tidak semua debitur bermasalah dapat perlakuan yang sama dalam penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah hal tersebut dilihat dari faktor penyebab terjadinya kredit bermasalah, seperti halnya kredit bermasalah terjadi karena ketidaklayakan debitur atau karakter debitur yang buruk akan berbeda dengan kredit bermasalah yang terjadi karena faktor eksternal seperti musibah dan lainnya. Maka dari itu, restrukturisasi kredit dapat dilaksanakan ketika debitur memang benar-benar sedang mengalami kesulitan usaha yang berdampak pada tunggakan, kemudian usaha debitur masih memiliki prospek

74 Hasil Wawancara Peneliti dengan Bapak Edwin Wijaya, Kepala Unit Bank BRI Unit Poncowati,Wawancara pada 28 April 2020.

usaha yang baik dan yang terpenting debitur harus benar-benar memiliki iktikad baik untuk melunasi kewajibannya.75

Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil olah data peneliti dengan Mantri dan Kepala Unit Bank BRI Unit Poncowati, dapat dilihat terjadi penurunan tingkat NPL dari tahun 2016-2019 sebagai berikut :

Gambar 4.2

Sumber : Data Persentase tingkat NPL BRI Unit Poncowati 2016-2019 Dimana pada tahun 2016 persentase NPL mencapai 2,59% kemudian di tahun 2017 mengalami penurunan NPL menjadi 2,07%, artinya terjadi penurunan sebanyak 0,52% meskipun jumlah debitur NPL meningkat dari 40 debitur menjadi 45 debitur atau terjadi peningkatan sebanyak 5 debitur bermasalah. Mengapa tingkat persentase NPL menurun tetapi jumlah debitur NPL meningkat, hal tersebut karena diimbangi dengan semakin meningkatnya total pinjaman yang dapat disalurkan oleh Bank BRI Unit Poncowati, yakni dari Rp 33,67 M (dibulatkan) pada tahun 2016 menjadi Rp 34,81 M (dibulatkan) pada 2017.

75 Hasil Wawancara Peneliti dengan Desmalia, Mantri (Marketing dan Analisis Mikro), Wawancara pada 15 Oktober 2019.

2.59% 2.07% 1.88% 1.54% 0% 1% 2% 3% 4% 5% 2016 2017 2018 2019

Persentase Tingkat Non Performing Loan (NPL)

Selanjutnya pada tahun 2018 terjadi penurunan tingkat NPL dari 2,07% menjadi 1,88% dan jumlah debitur NPL juga turun dari 45 debitur menjadi 38 debitur, yang artinya mengalami penurunan sebesar 0,71% dan terjadi penurunan sebanyak 7 debitur NPL. Hal tersebut karena pada tahun 2018 pelaksanaan restrukturisasi kredit sudah mulai berjalan dengan efektif, adapun total pinjaman yang disalurkan oleh bank juga meningkat menjadi Rp 34,89 M (dibulatkan). Kemudian pada tahun 2019, tingkat NPL semakin menurun yaitu dari 1,88% menjadi 1,54% dan jumlah debitur NPL juga turun dari 38 debitur menjadi 28 debitur, yang artinya mengalami penurunan sebanyak 0,34%, dan terjadi penurunan sebanyak 10 debitur NPL. Pada tahun 2019 total pinjaman meningkat signifikan menjadi Rp 40,87 M (dibulatkan) sehingga dapat mempengaruhi turunnya tingkat NPL bank, diimbangi dengan pelaksanaan restrukturisasi kredit dan Gugatan Sederhana yang semakin menekankan pada turunnya jumlah debitur bermasalah menjadi semakin efektifnya strategi restrukturisasi kredit dalam menurunkan tingkat NPL bank.76

Penjelasan terkait penurunan tingkat NPL tersebut juga diperkuat dengan pemaparan yang diberikan oleh Kepala Unit Bank BRI Unit Poncowati, yaitu terjadinya penurunan tingkat NPL dari tahun 2016 sampai dengan 2019 adalah karena pihak bank melakukan penagihan yang efektif dan sesuai dengan peraturan internal bank, semua diupayakan oleh pihak bank agar jalannya restrukturisasi kredit menjadi strategi dalam menurunkan tingkat kredit bermasalah di Bank BRI Unit Poncowati berjalan sesuai tujuan bank.

76 Berdasarkan Data yang Diperoleh dan Hasil Olah Data Peneliti dengan Bapak Edwin Wijaya dan Bapak Hari Oktario, selaku Kepala Unit dan Mantri Bank BRI Unit Poncowati, pada 28 April 2020.

Kemudian hal tersebut juga didukung karena debitur masih memiliki iktikad baik untuk melakukan restrukturisasi kredit, sehingga semua hal tersebut dapat berdampak pada semakin menurunnya tingkat NPL atau kredit bermasalah di Bank BRI Unit Poncowati. Dan dengan data tersebut dapat dikatakan bahwa pelaksanaan restrukturisasi kredit di Bank BRI Unit Poncowati dapat dikatakan efektif dalam menurunkan tingkat kredit bermasalah atau NPL, meskipun NPL di Bank BRI Unit Poncowati masih terbilang tinggi mengingat Bank BRI merupakan Bank milik pemerintah atau BUMN sehingga jumlah nasabah debitur yang banyak mengakibatkan risiko kredit bermasalah semakin tinggi pula, tetapi setidaknya masih dapat diturunkan dan di tekan menggunakan strategi restrukturisasi kredit dan selalu diimbangi dengan meningkatnya total pinjaman yang diberikan oleh bank.77

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Mantri Bank BRI Unit Poncowati, debitur NPL akan diberikan solusi terbaik untuk mengatasi masalah usahanya atau keadaan finansialnya selama debitur memiliki iktikad baik dan terbuka kepada pihak bank. Salah satunya yaitu diberikan keringanan dengan melakukan restrukturisasi kredit maka debitur mendapat keringanan seperti tambahan jangka waktu pelunasan dan jumlah angsuran disesuaikan dengan kemampuan finansial debitur yang diharapkan kedua belah pihak sama-sama tidak ada yang dirugikan. Namun, jika upaya penyelamatan kredit bermasalah dengan restrukturisasi kredit tidak berjalan lancar, maka untuk menyelesaikan masalah kredit bermasalah dan kredit macet adalah dengan

77 Hasil Wawancara Peneliti dengan Bapak Edwin Wijaya, Kepala Unit Bank BRI Unit Poncowati,Wawancara pada 28 April 2020.

eksekusi barang jaminan milik nasabah. Penyelesain dengan cara tersebut dinilai cukup efektif untuk mengembalikan modal bank yang telah disalurkan kepada debitur sebelumnya, karena eksekusi jaminan merupakan opsi terakhir dalam penanganan kredit bermasalah agar kualitas kredit bank tidak semakin merosot. Hanya saja cara ini cukup menyita waktu, tenaga, dan biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak bank dalam penanganannya.78

Adapun dalam pelaksanaan penanganan kredit bermasalah terdapat beberapa kendala yang dihadapi pihak Bank BRI Unit Poncowati yang dijelaskan oleh Mantri Bank BRI Unit Poncowati, seperti sikap debitur yang sudah tidak kooperatif, debitur sulit dihubungi, pendekatan sulit dilakukan dan selalu menghindar sampai akhirnya kualitas kredit menjadi Kol 5, serta tidak adanya transparasi atau keterbukaan terhadap kondisi yang dialami sehingga menyulitkan pihak bank dalam menentukan solusi penanganan kredit bermasalah. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pihak bank untuk dapat mencari solusi terbaik sebelum melakukan langkah penyelesain kredit bermasalah dengan cara mengeksekusi barang jaminanan milik debitur. Kendala lain adalah ketika penanganan kredit bermasalah sudah melalui jalur hukum atau pengadilan maka akan lebih banyak menyita waktu, tenaga dan biaya dari pihak bank sehingga akan mengganggu kegiatan operasional bank lainnya, termasuk pelayanan pada nasabah yang lainnya.79

78 Hasil Wawancara Peneliti dengan Desmalia, Mantri (Marketing dan Analisis Mikro), Wawancara pada 15 Oktober 2019.

79 Hasil Wawancara Peneliti dengan Hari Oktario, Mantri (Marketing dan Analisis Mikro), Wawancara pada 28 April 2020.

Dari beberapa uraian hasil wawancara penenliti dengan karyawan Bank BRI Unit Poncowati, pelaksanaan restrukturisasi kredit dilakukan melalui evaluasi dan analisis ulang, yang hasilnya akan dipahami dan dimusyawarahkan untuk mengambil tindakan yang tepat oleh pihak bank untuk debitur. Adapun tahapan yang dilakukan pihak bank dalam menangani kredit bermasalah atau NPL yaitu dengan pendekatan persuasif yang sifatnya menghimbau, mengajak dan meminta kepada debitur yeng lebih menekankan pada hubungan baik antara pihak bank dengan debitur dalam pelaksanaannya, kemudian dengan pendekatan tegas yang dilakukan pihak bank ketika segala upaya persuasif dinilai kurang tepat dan efektif.

C. Analisis Efektivitas Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Sebagai Strategi

Dokumen terkait