• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Kredit

4. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)

Kredit bermasalah merupakan kredit yang telah diberikan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah.35

Adapun penilaian atas penggolongan kredit baik kredit tidak bermasalah, maupun bermasalah tersebut dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif, dimana penilaian secara kuantitatif dilihat dari kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran angsuran kredit, baik angsuran pokok pinjaman dan/atau bunga, sedangkan penilaian secara kualitatif dapat dilihat dari prospek usaha dan kondisi keuangan debitur.36 Disisi lain kredit bermasalah akan mengakibatkan kerugian pada bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan, maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima, artinya bank kehilangan kesempatan mendapat bunga, yang berakibat pada penurunan pendapatan secara total.37 Setiap kredit dapat dikatakan menjadi kredit bermasalah diukur dari tingkat kolektibilitasnya yang merupakan persentase jumlah kredit bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit yang dikeluarkan bank.38

Dengan demikian kredit bermasalah (non performing loan) merupakan risiko yang timbul dari kegiatan kredit dimana debitur

35 Ismail, Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi, 125. 36 Ismail, 125.

37 Ismail, 125.

38Rini Saputri, “Analisis Penyelesaian Kredit Bermasalah PD. BPR Sarimadu Cabang Pekan Baru”, Jom FISIP 2, no. 2 (2015): 3.

tidak mampu memenuhi kewajiabannya dalam membayar angsuran maupun bunga kredit sesuai jumlah dan waktu yang sudah disepakati. Dimana kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian dan dapat membahayakan kesehatan bank karena meningkatnya tingkat NPL pada suatu bank.

b. Faktor-faktor Penyebab Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah dapat timbul karena berbagai macam sebab yang dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu :

1) Faktor Intern Bank

Penyebab intern bank pertama atas terjadinya kredit bermasalah adalah penyelenggaraan analisis kredit yang kurang sempurna. Hal itu disebabkan karena account officer dan credit analyst yang ditugaskan untuk melakukan tugas itu kurang mampu.

Faktor kedua adalah pimpinan bank terlalu agresif menyalurkan kredit. Hal tersebut antara lain disebabkan karena mereka berhasil mengumpulkan deposito dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu singkat akhirnya beban biaya deposito terlalu besar dan untuk menutupi beban tersebut maka pihak bank berusaha keras untuk menyalurkan kredit untuk mendapatkan bunga sebanyak dan secepat mungkin. Sehingga strategi seperti itu dapat menurunkan ketajaman analisis kredit sehingga permintaan kredit dengan mutu kurang memadaipun diluluskan.

Faktor ketiga adalah lemahnya sistem pemantauan mutu kredit dan kredibilitas debitur. Karena hal tersebut, pimpinan bank tidak mampu mengawasi secara sempurna penggunaan kredit oleh debitur serta perkembangan kinerja usaha bisnis dan keuangan mereka. Bank baru dapat mengindikasi kinerja debitur menurun, setelah mereka menunggak pembayaran bunga dan/atau pelunasan kredit yang jatuh tempo.

Faktor keempat adalah campur tangan para pemegang saham yang berlebihan dalam proses pengambilan keputusan pemberian kredit. Hal itu dapat menyebabkan pimpinan bank menyimpang dari

kebijaksanaan penyaluran kredit yang telah digariskan bank.

Faktor kelima adalah pemberian kredit tambahan tanpa analisis kredit yang tajam dan tambahan jaminan kredit.

2) Ketidak Layakan Debitur

Kredit bank dapat diberikan kepada debitur perorangan dan debitur badan usaha. Sumber pembayaran bunga dan pelunasan kredit kebanyakan debitur adalah penghasilan tetap mereka. Oleh karena itu apabila penghasilan tetap mereka terganggu biasanya pembayaran kredit mereka juga terganggu. Penyebab kredit perorangan bermasalah lainnya adalah debitur mengalami sakit berat, kecelakaan, bercerai atau meninggal dunia.

Selain itu ada faktor lain seperti, adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan, karena kurang berpengalaman dalam bidang usaha yang mereka tangani. 3) Faktor Ekstern Bank

Banyak faktor ektern mempunyai pengaruh besar terhadap kelancaran kegiatan usaha perusahaan. Apabila pengaruh tersebut negatif sifatnya, profitibilitas dan likuiditas keuangan, maupun kemampuan mereka membayar pinjaman dapat terganggu.

Faktor pertama yang dapat mengganggu kelancaran usaha adalah penurunan kondisi ekonomi moneter negara atau sektor usaha. Bagi banyak perusahaan dampak langsung memburuknya kondisi ekonomi moneter negara adalah menurunnya hasil penjualan barang atau jasa yang mereka hasilkan.

Faktor kedua yang dapat mempengaruhi kemampuan debitur melunasi pinjaman adalah bencana alam (kebakaran,banjir, gempa bumi, dan sebagainya), yang merusak atau memusnahkan fasilitas produksi yang mereka miliki yang dapat mengganggu kelangsungan produksi dan pemasaran.

Faktor ketiga adalah peraturan pemerintah, contoh peraturan pemerintah Indonesia pada masa orde baru yang memperbolehkan kapal-kapal asing menyinggahi banyak pelabuhan di dalam negeri, telah menimbulkan persaingan berat bagi perusahaan pelayaran nasional (terlebih yang lemah kondisinya).

Faktor keempat yang mempengaruhi kemampuan debitur membayar bunga dan mengembalikan kredit adalah melemahnya kurs nilai mata uang nasional terhadap mata uang asing. Hal tersebut dapat menyebabkan beban

bunga dan pembayaran kembali kredit meningkat sampai di luar batas debitur untuk memikulnya. 39

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa terjadinya kredit bermasalah dapat disebabakan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal yang disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan pihak bank atau kreditur itu sendiri yang akhirnya memicu terjadinya kredit bermasalah. Selain itu, ketidak layakan debitur juga menjadi penyebab terjadinya kredit bermasalah, karena kesalahan yang dilakukan debitur dalam mengelola usahanya dapat mengakibatkan usahanya menjadi menurun yang dampaknya akan membuat debitur kesulitan melunasi kewajibannya. Begitupun faktor ekternal bank yang apabila terjadi maka dapat mempengaruhi kelancaran kredit debitur dalam melunasi kewajibannya yang akhirnya akan menyebabkan kredit menjadi bermasalah.

c. Dampak Kredit Bermasalah

Terjadinya kredit bermasalah juga dapat berdampak negatif terhadap Bank atau Lembaga Keuangan, diantaranya :

1) Laba/Rugi bank menurun, penurunan laba tersebut diakibatkan adanya penurunan pendapatan bunga kredit.

2) Bad Debt Ratio menjadi lebih besar, artinya rasio aktiva produktif menjadi lebih rendah.

3) Biaya pencadangan penghapusan kredit meningkat, bank perlu membentuk pencadangan atas kredit bermasalah yang lebih besar, dan biaya pencadangan tersebut akan berpengaruh pada penurunan keuntungan bank.

4) Return On Asset (ROA) maupun Return On Equity (ROE) menurun, penurunan laba akan memiliki dampak pada penurunan ROA, karena return turun, maka ROA dan ROE akan menurun.40

39 Siswanto Sutojo, Strategi Manajemen Kredit Bank Umum (Jakarta: Damar Mulia Pustaka, 2000), 186–189.

Dapat dipahami bahwa dampak dari kredit bermasalah (NPL) yang terjadi diperbankan menyebabkan kerugian bagi bank tersebut, karena perputaran kas dalam operasional bank akan terhambat, hal tersebut dikarenakan persedian kas bank menurun seiring meningkatnya NPL, yang akan mempengaruhi likuiditas bank. Selain itu, hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikan sehingga mengurangi perolehan laba, yang mempengaruhi profitabilitas atau rentabilitas bank. Kemudian biaya PPAP juga akan meningkat yang kemudian akan mempengaruhi pendapatan dan mengurangi besaran modal bank. Sehingga dari beberapa hal di atas, masalah kredit bermasalah pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan bank yang semakin menurun dan akan mempengaruhi operasional bank jika tidak dilakukan penyelamatan kredit bermasalah secara tepat dan cepat.

Dokumen terkait