• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi Belanja Barang

Dalam dokumen BESERTA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (Halaman 125-128)

EFISIENSI BELANJA BARANG

Meskipun flat policy sudah diterapkan sejak tahun 2016, belanja barang (K/L dan non K/L) masih mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Rata-rata pertumbuhan belanja barang selama periode tahun 2014 – 2017 mencapai 18,2 persen per tahun. Belanja barang terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari sebesar Rp176,7 triliun pada LKPP tahun 2014, meningkat menjadi Rp291,5 triliun pada LKPP tahun 2017. Secara rata-rata, perbandingan belanja barang terhadap PDB selama periode tahun 2014 – 2017 adalah sebesar 2,0 persen terhadap PDB. Sementara itu, belanja barang dalam APBN 2018 dialokasikan sebesar Rp340,1 triliun (2,3

persen terhadap PDB), secara nominal lebih tinggi 16,7 persen dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2017. Lebih tingginya alokasi belanja barang dalam APBN 2018 terutama terjadi pada alokasi belanja barang nonoperasional, belanja perjalanan dinas, dan belanja barang untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda. Kenaikan pada belanja barang untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda merupakan hal yang positif, karena belanja barang untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda dan belanja pemeliharaan termasuk ke dalam belanja barang yang produktif.

Selanjutnya, untuk mendukung penguatan belanja yang lebih produktif, Pemerintah konsisten melakukan kebijakan efisiensi pada belanja barang dengan tetap memerhatikan terjaganya pencapaian target pembangunan dan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah

mengedepankan konsep value for money, sebagai bentuk tanggung jawab Pemerintah dalam

membelanjakan anggarannya. Melalui konsep tersebut diharapkan setiap belanja yang dilakukan akan menghasilkan output yang lebih baik dan masyarakat dapat lebih merasakan dampak positif dari belanja Pemerintah. Dengan upaya efisiensi belanja, diharapkan APBN sebagai instrumen fiskal dapat secara lebih optimal menstimulasi perekonomian meskipun di tengah keterbatasan ruang fiskal. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan penghematan atau efisiensi belanja untuk meningkatkan serta mempertajam prioritas pelaksanaan APBN, antara lain dengan diterbitkannya:

1. Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2014 tentang Langkah-Langkah Penghematan

dan Pemotongan Belanja K/L dalam rangka Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran (TA) 2014;

2. Inpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemanfaatan

Anggaran Belanja Perjalanan Dinas dan Meeting/Konsinyering K/L dalam Rangka Pelaksanaan APBN TA 2015;

3. Inpres Nomor 4 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja K/L dalam Rangka Pelaksanaan APBN TA 2016;

4. Inpres Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja K/L dalam

rangka Pelaksanaan APBN Perubahan TA 2016; dan

5. Inpres Nomor 4 Tahun 2017 tentang Efisiensi Belanja Barang K/L dalam Pelaksanaan APBN TA 2017.

Dalam melakukan efisiensi belanja, masing-masing K/L mengidentifikasi secara mandiri (self blocking) belanja barang yang akan dihemat dan tidak dicairkan angggarannya hingga akhir tahun. Adapun efisiensi belanja barang tersebut sebagian besar meliputi pejalanan dinas dan paket meeting, honorarium, dan nonoperasional lainnya. Dengan mekanisme self blocking oleh masing-masing K/L, maka upaya Pemerintah dalam melakukan efisiensi belanja barang tersebut tidak akan mengganggu aktivitas/kegiatan masing-masing K/L dalam pencapaian output nya

dan memberikan layanan kepada masyarakat.

Pada tahun 2019, Pemerintah akan melanjutkan kebijakan efisiensi khususnya pada belanja barang. Kebijakan efisiensi tersebut merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas belanja agar lebih efektif, efisien dan fokus pada pencapaian output. Sehubungan dengan hal tersebut maka Pemerintah akan melanjutkan flat policy pada alokasi belanja barang di tahun 2019, dengan

penerapan capping belanja barang. Dengan kebijakan tersebut, belanja barang pada tahun 2019

direncanakan dengan memerhatikan kinerja anggaran tahun 2017 serta tusi K/L dimaksud.

Penjelasan secara garis besar mengenai program-program pada 13 K/L tersebut mencakup program, kegiatan, output, dan target adalah sebagai berikut.

Bidang infrastruktur

Percepatan pembangunan infrastruktur menjadi elemen kunci dalam mendukung pembangunan Indonesia yang berkualitas. Oleh karena itu, kebijakan belanja K/L bidang infrastruktur tahun 2019 akan diarahkan antara lain untuk penyelesaian infrastruktur konektivitas dan peningkatan kapasitas produksi, pengembangan pembiayaan

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam APBN tahun 2019 ditetapkan sebesar Rp110.731,6 miliar. Anggaran tersebut akan digunakan untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang infrastruktur konektivitas, perumahan dan permukiman, dengan melaksanakan berbagai program antara lain: (1) program penyelenggaraan jalan; (2) program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman; (3) program pengelolaan sumber daya air; dan (4) program pengembangan perumahan.

Beberapa target output yang akan dicapai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat dalam tahun 2019 adalah sebagai berikut.

1. Program Penyelenggaraan Jalan dengan salah satu sasaran prioritas yaitu meningkatnya

konektivitas jalan nasional dan meningkatnya kemantapan jalan nasional dengan

output antara lain pembangunan jalan sepanjang 774,4 km serta pembangunan dan rehabilitasi jembatan sepanjang 32.177,0 m.

2. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman dengan salah

satu sasaran prioritas yaitu meningkatnya pelayanan infrastruktur permukiman yang layak huni dengan output pembangunan SPAM berbasis masyarakat 1.930 liter/detik, pembangunan SPAM di kawasan khusus 245 liter/detik, dan pengelolaan air limbah sebanyak 167.680 KK.

3. Program Pengelolaan Sumber Daya Air dengan salah satu sasaran prioritas yaitu

meningkatnya ketahanan sumber daya air dengan output antara lain pembangunan dan

rehabilitasi jaringan irigasi seluas 170.378 ha, pembangunan bendungan sebanyak 48 bendungan (40 lanjutan, 8 baru), dan rehabilitasi 26 embung.

4. Program Pengembangan Perumahan dengan salah satu sasaran prioritas yaitu

menurunnya kekurangan tempat tinggal (backlog) dan menurunnya rumah tidak

layak huni dengan output antara lain pembangunan rumah susun sebanyak 6.873 unit, pembangunan rumah khusus sebanyak 2.130 unit, pembangunan/peningkatan kualitas rumah swadaya sebanyak 206,5 ribu unit.

Selanjutnya, dalam APBN tahun 2019, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tidak hanya melaksanakan pembangunan infrastruktur konektivitas, tetapi juga akan melaksanakan sebagian pembangunan sarana dan prasarana pendidikan seperti perbaikan ruang kelas yang rusak, rehabilitasi sekolah rusak, penyelesaian pembangunan kampus mangkrak, rehabilitasi madrasah dan perguruan tinggi. Dengan demikian diharapkan penyediaan sarpras pendidikan dapat dipercepat dan kualitasnya dapat ditingkatkan. Disamping itu, dalam rangka pengembangan pembiayaan kreatif dan inovatif, beberapa proyek-proyek infrastruktur yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan dilakukan melalui skema KPBU-AP. Adapun proyek-proyek tersebut antara lain preservasi rehabilitasi jalan lintas timur Sumatera (Riau dan Sumsel) dan preservasi jalan Trans Papua (Ruas Wamena – Paro dan Ruas Paro - Mamugu).

Kegiatan prioritas dan output program-program pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, selebihnya dapat dilihat pada Matrik II.4.1.

Kementerian Perhubungan

Anggaran Kementerian Perhubungan dalam APBN tahun 2019 ditetapkan sebesar Rp41.554,9 miliar. Anggaran tersebut akan digunakan untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang infrastruktur konektivitas dengan melaksanakan berbagai program antara lain: (1) Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Darat; (2) Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut; (3) Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara; dan (4) Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi

Beberapa target output yang akan dicapai oleh Kementerian Perhubungan dalam tahun

2019 adalah sebagai berikut.

1. Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Darat dengan salah satu kegiatan prioritas yaitu pembangunan dan pengelolaan prasarana perhubungan darat

dengan output pembangunan dan pengelolaan dermaga penyeberangan sebanyak 19

dermaga dan pembangunan dan pengelolaan angkutan dan multimoda sebanyak 223

trayek.

2. Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut dengan kegiatan prioritas antara lain penyelenggaraan pelayanan angkutan barang tol laut sebanyak 25 trayek dan pembangunan fasilitas pelabuhan sebanyak 52 pelabuhan.

3. Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara dengan kegiatan prioritas antara lain pembangunan, rehabilitasi, pemeliharaan prasarana bandar udara

dengan output pembangunan bandara baru di 4 lokasi.

4. Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Perkeretaapian dengan kegiatan prioritas antara lain pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas pendukung kereta api

dengan output pembangunan jalur kereta api sebanyak 146,1 km’sp (tahap awal/badan

jalan), 248,7 km’sp (tahap penyelesaian), dan peningkatan jalur kereta api sebanyak 96,98 km’sp.

Selanjutnya, dalam rangka pengembangan pembiayaan kreatif dan inovatif, beberapa proyek- proyek infrastruktur yang dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan akan dilakukan melalui skema KPBU-AP. Adapun proyek-proyek tersebut antara lain pembangunan dan pengoperasian kereta api Makassar - Pare-Pare segmen B, C, D, dan F, dan pembangunan Balai Uji Kendaraan Bermotor Bekasi.

Kegiatan prioritas dan output program-program pada Kementerian Perhubungan selebihnya dapat dilihat pada Matrik II.4.1.

Dalam dokumen BESERTA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (Halaman 125-128)