• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Produksi, Akses, dan Kualitas Konsumsi Pangan

Dalam dokumen BESERTA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (Halaman 109-112)

PENINGKATAN PRODUKSI, AKSES, DAN

KUALITAS KONSUMSI PANGAN

Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar utama bagi manusia. Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Pangan harus senantiasa tersedia secara cukup, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta tidak

pembiayaan pembangunan infrastruktur di luar APBN, yang melibatkan pihak swasta, dan menggunakan dana APBN sebagai katalis.

Selanjutnya, untuk mendorong perkembangan UMKM, selain

perpajakan khusus berupa tarif PPh final UMKM sebesar 0,5 persen, Pemerintah juga memberikan fasilitas kredit usaha rakyat melalui pemberian subsidi bunga sehingga bunga kredit UMKM menjadi flat tujuh persen, dan penyaluran dana bergulir untuk peningkatan akses dan penguatan modal bagi UMKM sehingga jumlah UMKM yang mendapatkan akses KUR sampai dengan Semester I tahun 2018 mencapai 11,8 juta dan pada tahun 2019 diharapkan terus meningkat. Selain itu, Pemerintah juga akan memberikan penyaluran dana bergulir melalui PIP kepada pelaku usaha ultra mikro, termasuk usaha rintisan dan Pada sisi lain, untuk menjaga daya beli masyarakat dari tekanan inflasi, maka alokasi barang dan jasa, khususnya pangan, melalui peningkatan kapasitas produksi nasional dan efisiensi di sepanjang rantai pasokan. Perbaikan dan perluasan infrastruktur pertanian seperti waduk, embung, jaringan irigasi terus dilanjutkan. Selain itu, upaya peningkatan efisiensi rantai pasokan dilakukan melalui perbaikan infrastruktur dan jalur logistik, serta melanjutkan upaya perbaikan perekonomian secara struktural dan kelembagaan.

Reformasi fiskal dan struktural telah mengembalikan Indonesia ke peringkat layak investasi ( ) dari seluruh lembaga rating internasional. Selanjutnya, peringkat kemudahan berinvestasi ( ) juga meningkat tajam, yaitu naik 48 peringkat dalam tiga tahun terakhir dan Logistic Performance Index

dilanjutkan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi perekonomian nasional, menarik investor, dan mendorong pertumbuhan.

Adapun arah kebijakan dan langkah-langkah yang akan ditempuh Pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi ekonomi pada tahun 2019 antara lain: (1) mendukung ketahanan pangan melalui peningkatan produksi pangan dan pembangunan sarana dan prasana pertanian; (2) mendukung ketahanan energi melalui program energi terbarukan dan konservasi energi; serta pemenuhan kebutuhan energi; (3) mendukung pembangunan sarana dan prasarana transportasi darat, laut, udara, dan inter-moda; (4) mendukung pengembangan telekomunikasi dan informatika; dan (5) meningkatkan akses permodalan dan daya saing UMKM serta koperasi.

Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2019 melalui alokasi anggaran fungsi ekonomi diantaranya yaitu: (1) pembangunan jalur kereta api sepanjang 394,8 km’sp; (2) pembangunan jalan baru sepanjang 774,4 km; (3) pembangunan 48 bendungan baru dan 114 unit embung baru; (4) pembangunan dan rehabilitasi 37.177,0 m jembatan baru; (6) pembangunan 52 lokasi pelabuhan laut, terselenggaranya angkutan laut perintis sebanyak 113 trayek; (7) pembangunan 4 bandara baru; (8) pembangunan 42.796 ha irigasi dan rehabilitasi 127.582 ha jaringan irigasi; (9) 57 kabupaten/kota terhubung backbone fiber optic palapa ring, 1400 lokasi akses internet, dan 5000 desa

PENINGKATAN PRODUKSI, AKSES, DAN

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Untuk mencapai semua itu, perlu diselenggarakan suatu sistem pangan yang memberikan pelindungan, baik bagi pihak yang

memproduksi maupun yang mengonsumsi pangan.

Menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan, kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas

pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan

yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Kebijakan kedaulatan pangan di dalam RPJMN 2015 – 2019 antara lain diarahkan pada pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian

pangan dengan peningkatan produksi pangan pokok dan mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan.

Setidaknya ada tiga komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi ketahanan pangan, yaitu: (1) Kecukupan dan stabilitas ketersediaan pangan; (2) Aksesibilitas dan keterjangkauan terhadap pangan; serta (3) Kualitas keamanan pangan. Dalam Global Food Security Index (GFS) yang dirilis tiap tahun oleh The Economist Inteligence Unit (EIU) menunjukkan ketahanan pangan Indonesia terus membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dari 113 negara yang dikaji, pada tahun 2017 Indonesia menempati rangking ke-69 dengan skor 51,3 dan naik 0,2 poin dibanding pada tahun 2016 yang menempati posisi 71 dengan skor 51,1. Pada aspek ketersediaan, posisi Indonesia naik dari 66 pada tahun 2016 menjadi 64 pada tahun 2017 dengan skor naik 0,1 poin (dari 54,3 menjadi 54,4). Pada aspek keterjangkauan terhadap pangan, posisi Indonesia naik dari 70 pada tahun 2016 menjadi 68 pada tahun 2017 dengan skor naik 0,5 poin (dari 50,3 menjadi 50,8). Sedangkan pada aspek kualitas dan keamanan pangan posisi Indonesia juga menunjukkan peningkatan dari 87 pada tahun 2016 menjadi posisi 86 pada tahun 2017 walaupun tidak terjadi perbaikan skor, yaitu tetap 44,1. Saat ini Indonesia memiliki ketahanan pangan yang cukup baik berada di atas Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Filipina.

Dari sisi penganggaran, mulai tahun 2018, pemerintah telah melaksanakan kebijakan realokasi subsidi benih ke dalam program bantuan benih pada Kementerian Pertanian untuk meningkatkan efektivitas anggaran. Sementara itu, sejak tahun 2017, sebagian subsidi pangan direalokasi ke dalam Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) melalui Kementerian Sosial dengan target 1,4 juta KPM untuk 44 kota, sedangkan sekitar 14,3 juta RTS masih menerima subsidi dalam bentuk Rastra. Memasuki tahun 2018, BPNT diperluas cakupannya kepada 10 juta KPM untuk seluruh kota di Indonesia sementara 5,6 juta KPM lainnya masih menerima dalam bentuk bansos Rastra. Transformasi dari Rastra menjadi BPNT tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas

dan ketepatan sasaran subsidi pangan sehingga masyarakat penerima mendapatkan manfaat

yang maksimal.

Dalam tahun 2019, Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan program/kegiatan di bidang kedaulatan pangan sebesar Rp96,2 triliun dalam APBN tahun 2019, di mana sebesar Rp56,8 triliun dialokasikan melalui belanja K/L, Rp34,5 triliun dialokasikan melalui belanja non K/L, dan Rp4,9 triliun dialokasikan melalui transfer ke daerah.

Pencapaian prioritas bidang kedaulatan pangan, utamanya dilakukan oleh Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian Sosial, dengan dukungan dari instansi terkait lainnya. Alokasi Kementerian Pertanian pada tahun 2019 sebesar Rp21,7 triliun secara penuh diarahkan untuk mewujudkan peningkatan produksi serta akses terhadap pangan, antara lain melalui pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi tersier serta upaya untuk meningkatkan produktivitas terutama untuk bahan pangan pokok. Alokasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar Rp11,5 triliun, diarahkan terutama untuk membangun/meningkatkan jaringan irigasi untuk pertanian. Alokasi pada Kementerian Kelautan dan Perikanan sebesar Rp2,8 triliun diarahkan antara lain untuk meningkatkan produksi baik perikanan tangkap, perikanan budi daya, serta produk perikanan lainnya. Sedangkan alokasi pada Kementerian Sosial sebesar Rp20,8 triliun

Untuk alokasi melalui belanja non K/L, dukungan pencapaian prioritas kedaulatan pangan antara lain melalui: (1) subsidi pupuk dengan total volume 9.550 ton, dan (2) belanja lain-lain yang diarahkan antara lain untuk penyediaan cadangan beras pemerintah (CBP) dan cadangan stabilisasi harga pangan guna mengantisipasi peningkatan harga pangan yang berpotensi meningkatkan beban hidup masyarakat, terutama masyarakat miskin. Sedangkan alokasi transfer ke daerah melalui mekanisme DAK bidang irigasi yang diarahkan antara lain untuk rehabilitasi/ peningkatan/pembangunan jaringan irigasi dan bidang pertanian yang diarahkan antara lain untuk pembangunan/rehabilitasi/renovasi UPTD/Balai Diklat Pertanian, dan penyediaan sarana pendukung. Adapun rincian anggaran kedaulatan pangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

2018

APBN APBN I. Kementerian Negara/Lembaga 59,3 56,8

1. Kementerian Pertanian 23,8 21,7

2. Kementerian Kelautan Perikanan 4,3 2,8 3. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 10,3 11,5

4. Kementerian Sosial 20,8 20,8 II. Non K/L 33,5 34,5 1. Subsidi 28,5 29,5 a.l Subsidi Pupuk 28,5 29,5 2. Belanja Lain-lain 5,0 5,0 III. Transfer ke Daerah (DAK) 5,9 4,9 1. DAK Irigasi 4,2 3,0 2. DAK Pertanian 1,7 1,9

98,7

96,2

Sumber: Kementerian Keuangan

Uraian

2019

Total

ANGGARAN KEDAULATAN PANGAN (triliun rupiah)

Adapun sasaran utama pembangunan di bidang kedaulatan pangan pada tahun 2019 antara lain adalah produksi bahan pangan utama berdasarkan RKP 2019, antara lain: padi 82,0 juta ton, jagung 24,1 juta ton, kedelai 2,6 juta ton, daging sapi 0,8 juta ton, ikan 18,8 juta ton, dan garam 4,5 juta ton. Selain itu, beberapa output strategis di bidang kedaulatan pangan antara lain: rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi tersier untuk 134.075 ha areal sawah, cetak sawah 12 ribu ha, pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi primer dan sekunder seluas 170,4 ribu ha, optimasi lahan 35.586 ha, dan sistem perizinan pusat-daerah yang terintegrasi di 34 propinsi.

Fungsi Perlindungan Lingkungan Hidup

Sebagai salah satu proyek prioritas nasional, fungsi perlindungan lingkungan hidup terus mendapatkan perhatian dari Pemerintah baik dari sisi anggaran maupun pelaksanaannya. Hal tersebut sejalan dengan upaya Pemerintah untuk terus meningkatkan kewaspadaan dalam mencegah terjadinya bencana alam dan menjaga kelestarian hutan. Dalam APBN tahun 2019, alokasi anggaran fungsi perlindungan lingkungan hidup direncanakan sebesar Rp17.764,1 miliar. Alokasi anggaran tersebut akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan beberapa program utama pada fungsi perlindungan lingkungan hidup, utamanya rehabilitasi hutan dan lahan, antara lain: (1) Program Pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Hutan Lindung; (2) Program Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); dan (3) Program Pengendalian Perubahan Iklim. Upaya rehabilitasi hutan dan

0 5 10 15 20 2018 Outlook 2019 APBN GRAFIK II.4.5

FUNGSI PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP, 2018-2019

lahan menjadi faktor utama, yang antara lain berfungsi sebagai upaya melakukan mitigasi berbagai dampak buruk dari kerusakan lahan. Selain itu, juga akan dilaksanakan; (1) Program Pengelolaan Ruang Laut; (2) Program Penyelenggaraan Informasi Geospasial; dan (3) Program Pengelolaan Pertanahan Daerah.

Arah kebijakan dan langkah-langkah yang ditempuh Pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi perlindungan lingkungan hidup pada tahun 2019 antara lain: (1) pengukuhan dan penatagunaan kawasan hutan; (2) penyiapan kawasan perhutanan sosial; (3) bina usaha perhutanan sosial dan hutan adat; (4) penyelenggaraan rehabilitasi dan reklamasi hutan, rehabilitasi lahan, perencanaan DAS, serta pengendalian kerusakan perairan darat; (5) penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan; (6) pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3); dan (7) pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

Sasaran umum pembangunan yang diharapkan dapat dicapai dari fungsi perlindungan lingkungan hidup pada tahun 2019, diantaranya: (1) kawasan hutan yang dilepaskan untuk Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) seluas 340.039 hektar; (2) luas hutan yang dikelola masyarakat dalam bentuk Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), dan Kemitraan Kehutanan seluas 1 juta hektar; (3) jumlah kelompok usaha perhutanan sosial sebanyak 1.500 kelompok; (4) rehabilitasi hutan dan lahan kritis secara vegetatif seluas 206 ribu hektar; (5) tersedianya bibit berkualitas dan bibit produktif sebanyak 47,5 juta batang; (6) data kinerja DAS dari 34 Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung (BPDASHL); (7) rehabilitasi hutan mangrove seluas 1.000 hektar; (8) penyediaan sarana pengendalian kerusakan perairan darat sebanyak 500 unit; (9) rehabilitasi hutan dan lahan kritis secara sipil teknis sejumlah 3.000 unit; (10) pengamanan kolaboratif Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) bersama masyarakat oleh 196 KPH; (11) penyediaan benih berkualitas dan materi genetik unggul seluas 10.580 hektar; (12) penghapusan penggunaan merkuri pada 6 lokasi; (13) patroli terpadu pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) wilayah Sumatra dan Kalimantan di 698 desa; (14) patroli terpadu pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Papua di 48 desa; (15) peningkatan peran serta Masyarakat Peduli Api (MPA) di 45 desa; (16) 100 pulau kecil yang divalidasi pembakuan namanya; (17) peta morfometri bentang lahan skala 1:50.000 sebanyak 414 nomor lembar peta (NLP); dan (18) peta dasar pertanahan seluas 3.051.000 ha.

Selain itu, Pemerintah juga memperkuat Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial (RAPS)

sebagai bentuk penataan aset produktif dan keberpihakan terhadap para petani dan rakyat

kecil dengan target 9,0 juta sertifikat pada tahun 2019.

Dalam dokumen BESERTA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (Halaman 109-112)