• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan dan Pemerataan Akses dan Kualitas Layanan Kesehatan

Dalam dokumen BESERTA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (Halaman 116-120)

PEMBANGUNAN DAN PEMERATAAN AKSES DAN KUALITAS LAYANAN

KESEHATAN SERTA PERCEPATAN PENANGANAN STUNTING UNTUK

MENINGKATKAN KUALITAS SDM

Pembangunan bidang kesehatan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional dalam RPJMN tahun 2015 – 2019. Hal ini mengingat pentingnya kesehatan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat dan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan bangsa. Hal tersebut didukung oleh alokasi anggaran yang terus meningkat, dan sejak tahun 2016, Pemerintah mulai mengalokasikan anggaran bidang kesehatan sebesar 5 persen dari APBN, sejalan dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jumlah tersebut cenderung akan meningkat seiring dengan peningkatan volume APBN.

Di tengah peningkatan anggaran bidang kesehatan, berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh beberapa pihak disinyalir kualitas kesehatan di Indonesia masih relatif belum optimal, yang antara lain ditandai dengan: (1) masih belum optimalnya pemanfaatan anggaran kesehatan, dengan masih dominannya anggaran untuk kegiatan yang bersifat kuratif; (2) masih kurangnya fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan dibandingkan jumlah penduduk; (3) masih adanya ketidaktepatan sasaran program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), khususnya untuk masyarakat penerima bantuan iuran; (4) perlunya penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan Pengendalian Penyakit; dan (5) perlunya peningkatan sinergi antarprogram, serta antara Pusat dan daerah dalam rangka percepatan pembangunan di bidang kesehatan termasuk

upaya penanganan stunting.

Berdasarkan tantangan dan permasalahan tersebut, Pemerintah akan melakukan berbagai upaya perbaikan dalam meningkatkan kualitas belanja bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM. Berbagai langkah yang akan ditempuh Pemerintah, antara lain mencakup: (1) Pemerataan akses ke layanan kesehatan; (2) Penguatan program promotif dan preventif; (3) Peningkatan efektivitas program JKN; (4) Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan Pengendalian Penyakit; (5) meningkatkan sinergi antarprogram serta antarpusat dan daerah; dan (6) menurunkan tingkat stunting melalui bauran kebijakan berupa pemberian makanan tambahan (PMT) untuk 525,4 ribu ibu hamil kekurangan energi kronis (Bumil-KEK) dan 1,5 juta balita kurus, penanganan terpadu masalah gizi di 160 kabupaten/kota prioritas, serta perbaikan perilaku higienis bagi masyarakat miskin dan perluasan cakupan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) berkualitas pada 45 ribu desa.

Berkaitan dengan itu, sebagai salah satu sektor prioritas, Pemerintah akan fokus pada pencapaian berbagai sasaran bidang kesehatan melalui pelaksanaan arah kebijakan bidang kesehatan untuk mengakselerasi pemenuhan akses layanan kesehatan dan peningkatan gizi bagi masyarakat. Berbagai sasaran tersebut antara lain: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat yang tercermin dari penurunan angka kematian ibu melahirkan, angka kematian bayi dan prevalensi stunting bayi dibawah dua tahun; (2) meningkatnya pengendalian penyakit yang tercermin dari penurunan prevalensi tuberkulosis dan HIV; (3) meningkatnya perlindungan finansial yang tercermin dari peningkatan coverage penduduk yang menjadi peserta BPJS; serta (4) meningkatnya pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan yang tercermin dari peningkatan ketersediaan fasilitas layanan kesehatan di daerah.

Untuk mendukung berbagai upaya yang akan ditempuh Pemerintah tersebut, dalam APBN tahun 2019, Pemerintah tetap konsisten dalam pemenuhan anggaran kesehatan sebesar 5 persen dari total APBN. Alokasi anggaran kesehatan dalam APBN tahun 2019 direncanakan mencapai Rp123,1 triliun. Perkembangan alokasi anggaran kesehatan dalam tahun 2018 – 2019 disajikan dalam tabel di bawah ini.

2019 APBN APBN I. Anggaran Kesehatan melalui Belanja Pemerintah Pusat 81,5 89,8

A. Anggaran Kesehatan pada Kementerian Negara/Lembaga 70,6 69,1

a.l. 1. Kementerian Kesehatan 59,1 58,7

2. Badan POM 2,2 2,0 3. BKKBN 5,5 3,8

B. Anggaran Kesehatan pada BA BUN 10,9 20,6 II. Anggaran Kesehatan melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa 29,5 33,4

A. DAK Kesehatan dan Keluarga Berencana 18,0 19,9

B. BOK dan BOKB 10,4 12,2 C. Perkiraan Anggaran Kesehatan dari Dana Otsus Papua 1,2 1,3

Total Anggaran Kesehatan 111,0 123,1 Total Belanja Negara 2.220,7 2.461,1

Rasio Anggaran Kesehatan thd Belanja Negara (%) 5,0 5,0

Sumber : Kementerian Keuangan

PERKEMBANGAN ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN, 2017-2018

(triliun rupiah)

Komponen 2018

Alokasi anggaran kesehatan dalam APBN tahun 2019 tersebut diarahkan untuk: (1) percepatan peningkatan kepesertaan; (2) peningkatan akses dan kualitas layanan program JKN; (3)

mendorong supply side melalui sinkronisasi pemerintah pusat dan daerah; (4) mendorong

pola hidup sehat melalui Germas; (5) peningkatan nutrisi ibu hamil, menyusui dan balita, serta imunisasi; (6) percepatan penurunan stunting melalui skema Program for Result (PforR); dan (7) pemerataan akses layanan kesehatan melalui DAK Fisik dan pembangunan rumah sakit di daerah menggunakan skema KPBU.

Adapun target/sasaran anggaran kesehatan dalam APBN tahun 2019 antara lain sebagaimana tercermin pada tabel berikut.

No Uraian T arget/Sasaran

1 Jumlah penduduk yang menjadi peserta PBI melalui JKN/Kartu Indonesia Sehat (KIS)

96,8 juta jiwa

2 Prevalensi Stunting (pendek/sangat pendek) pada anak usia di bawah dua tahun

24,8 persen

3 Persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas 95 persen

4 Prevalensi Tuberkulosis per 100.000 penduduk 245

5 Sertifikasi obat dan makanan 7 4 ribu

6 Jumlah kabupaten dengan eleminasi malaria 300 kabupaten

7 Kepesertaan ber-KB melalui peningkatan akses dan

kualitas pelayanan KBKR 30 juta

Sumber : Kementerian Keuangan

TARGET/SASARAN ANGGARAN KESEHATAN APBN 2019

Percepatan Penanganan Stunting

Salah satu fokus Pemerintah yang terkait namun tidak terbatas pada bidang kesehatan tahun 2019 berupa percepatan penanganan stunting yang hingga saat ini masih relatif tinggi. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya (kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan awal kelahiran bayi, tetapi baru terlihat setelah anak berusia 2 tahun). Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi, antara lain: (1) praktik pengasuhan yang tidak baik terkait kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan setelah masa kehamilan; (2) terbatasnya layanan kesehatan

termasuk ante natal care, post natal, dan pembelajaran dini yang berkualitas; (3) kurangnya

akses pada makanan bergizi; dan (4) kurangnya akses air bersih dan sanitasi. Penurunan stunting tersebut merupakan langkah penguatan kualitas kesehatan untuk mendorong produktivitas SDM. Strategi kebijakan penanganan stunting dilakukan melalui dua jenis intervensi, yaitu intervensi

gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.

Intervensi gizi spesifik ditujukan untuk anak dalam 1000 hari pertama kehidupan, dalam bentuk antara lain: (1) pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil; (2) pemberian ASI hingga anak usia 23 bulan didampingi pemberian MPASI; serta (3) pemberian sumplemen tambahan untuk ibu menyusui dan anak usia 7-23 bulan. Intervensi gizi sensitif dilakukan melalui pembangunan di luar sektor kesehatan, dalam bentuk antara lain: (1) menyediakan dan memastikan akses pada air bersih dan sanitasi; (2) menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB); (3) menyediakan JKN, Jaminan Persalinan Universal (Jampersal), dan pemberian bantuan dan jaminan kesehatan bagi penerima bantuan iuran JKN untuk keluarga miskin; (4) memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pola pengasuhan, Pendidikan Anak Usia Dini Universal, edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja; dan (5) meningkatkan ketahanan pangan dan gizi. Pada tahun 2019, fokus intervensi penanganan stunting akan dilakukan pada 160 kabupaten/kota, perluasan dari tahun 2018 yang difokuskan di 100 kabupaten/kota.

Upaya penanganan stunting dilakukan oleh Pemerintah bekerja sama dengan swasta dan

masyarakat, yang masing-masing memiliki peran sebagai berikut: (1) Kementerian/Lembaga berperan dalam menetapkan kebijakan dan strategi nasional termasuk pendanaannya dalam APBN; (2) Pemerintah daerah berperan dalam menetapkan kebijakan dan strategi daerah, termasuk pendanaannya dalam APBD; (3) Pemerintah Desa mengalokasikan Dana Desa untuk pelaksanaan program, menjalin kemitraan dengan organisasi kemasyarakatan, tokoh agama, tokoh adat, serta bersama masyarakat melakukan perencanaan program penurunan stunting di tingkat desa; dan (4) swasta dan organisasi masyarakat sipil memberikan pendampingan pendanaan, teknis, dan barang kepada Pemerintah/pemerintah daerah, masyarakat, serta bersama Pemerintah memberikan pendampingan teknis kepada penyedia layanan di garis depan.

Penanganan stunting melibatkan beberapa Kementerian/Lembaga, melalui berbagai program/

kegiatan yang telah berjalan, seperti (1) Kementerian Kesehatan untuk program terkait gizi dan promosi kesehatan, (2) Kementerian Pertanian untuk pangan, (3) Kementerian PUPR untuk sanitasi dan air bersih, serta (4) beberapa K/L lainnya dengan program/kegiatan terkait pemberian edukasi, peningkatan gizi melalui bantuan pangan, dan lainnya. Sementara itu, intervensi Pemerintah untuk penanganan stunting melalui alokasi transfer ke daerah, yang mencakup DAK bidang kesehatan dan dana desa yang salah satu peruntukannya untuk perluasan sistem penyediaan air minum (SPAM) dan peningkatan akses pelayanan sanitasi yang layak dan berkelanjutan.

Fungsi Pariwisata

Dalam APBN tahun 2019, alokasi anggaran untuk fungsi pariwisata direncanakan sebesar Rp5.324,6 miliar. Jumlah tersebut menunjukkan penurunan terkait dengan tidak berlanjutnya beberapa event berskala internasional yang dilaksanakan pada tahun 2018.

Alokasi anggaran fungsi pariwisata digunakan untuk mendukung promosi dan pengembangan serta perbaikan destinasi pariwisata agar tren kunjungan wisatawan meningkat. Hingga bulan Juli tahun 2018 terdapat peningkatan sebesar 13,0 persen (8,0 juta) pada jumlah wisatawan mancanegara apabila dibandingkan pada periode yang sama pada tahun sebelumnya (9,0 juta). Tren positif tersebut akan terus dipertahankan oleh Pemerintah dalam rangka menjadikan sektor pariwisata sebagai penyumbang terbesar devisa di tahun 2019.

Pemerintah aktif mempromosikan Beyond Bali, yaitu 10 destinasi baru, pada dunia

internasional. Adapun 10 destinasi yang dikembangkan dan direvitalisasi oleh Pemerintah adalah Danau Toba di Sumatera Utara, Tanjung Kelayang di Kepulauan Bangka Belitung, Tanjung Lesung di Banten, Kepulauan Seribu di Jakarta, Borobudur di Jawa Tengah,

toko cinderamata dan UKM Center. Hal tersebut ditujukan untuk memberdayakan masyarakat sekitar destinasi wisata.

Arah kebijakan dan langkah- langkah yang ditempuh Pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi pariwisata pada tahun 2019 antara lain: (1) mengembangkan pemasaran pariwisata nasional

dengan mendatangkan sebanyak

mungkin wisatawan manca negara

dan mendorong peningkatan

wisatawan nusantara; (2) membangun destinasi pariwisata melalui peningkatan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdaya saing di dalam negeri dan di luar negeri; (3) membangun industri pariwisata dengan meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk/jasa pariwisata nasional di setiap destinasi pariwisata yang menjadi fokus pemasaran; dan (4) membangun kelembagaan pariwisata melalui pembangunan sumber daya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional.

Sasaran umum pembangunan yang diharapkan dapat dicapai dari fungsi pariwisata pada tahun 2019, diantaranya yaitu: (1) terlaksananya pengembangan pendidikan tinggi bidang pariwisata; (2) terlaksananya fasilitasi/dukungan perbaikan/peningkatan akses transportasi ke destinasi pariwisata pada 10 destinasi pariwisata prioritas; (3) terlaksananya peningkatan tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat; dan (4) terlaksananya pengembangan komunikasi pemasaran pariwisata dalam negeri ke mancanegara.

Fungsi Agama

Alokasi anggaran pada fungsi agama dalam APBN tahun 2019 sebesar Rp 10.143,0 miliar digunakan untuk mencapai sasaran, diantaranya yaitu: (1) meningkatnya pelayanan ibadah haji dalam negeri melalui revitalisasi dan pengembangan asrama haji; (2) meningkatnya kualitas pembinaan ibadah haji dan umrah melalui pembinaan petugas haji profesional; (3) penyediaan rumah ibadah agama Kristen yang bersih dan sehat sebanyak 1.091 unit; (4) rumah ibadah Katolik yang difasilitasi sebanyak 161 lokasi; (5) penyediaan rumah ibadah agama Hindu yang bersih dan sehat sebanyak 300 lokasi; dan (6) rumah ibadah Buddha yang mendapatkan bantuan rehabilitasi sebanyak 74 lokasi, yang mendapatkan bantuan proses persertifikatan sebanyak 100 lokasi, serta penyediaan rumah ibadah yang bersih dan sehat sebanyak 759 lokasi.

Dengan demikian arah kebijakan dan langkah-langkah yang akan ditempuh Pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi agama pada tahun 2019 antara lain: (1) meningkatkan pemahaman, pengamalan dan pengembangan nilai-nilai keagamaan; (2) meningkatkan harmoni sosial dan kerukunan umat beragama; (3) meningkatkan pelayanan kehidupan beragama; (4) meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan umrah; serta (5) meningkatkan tata-kelola pembangunan bidang agama. Kegiatan prioritas bidang agama tahun 2019 antara lain: dialog kerukunan internal umat beragama, pentashihan mushaf Al-Quran, peningkatan kualitas penyuluh

0 3 6 9 12 2018 Outlook 2019 APBN GRAFIK II.4.9 FUNGSI AGAMA, 2018-2019

Sumber : Kementerian Keuangan

0 2 4 6 8 2018 Outlook 2019 APBN GRAFIK II.4.8 FUNGSI PARIWISATA, 2018-2019

agama, bantuan lembaga keagamaan, penggandaan kitab suci dan buku agama, peningkatan sarpras pelayanan pencatatan nikah di balai nikah dan manasik haji, sertifikat tanah wakaf, revitalisasi dan pengembangan asrama haji, peningkatan kualitas petugas haji di dalam dan Arab Saudi.

Fungsi Pendidikan

Alokasi anggaran pada fungsi pendidikan dalam APBN tahun 2019 sebesar Rp 152.690,0 miliar. Alokasi anggaran pada fungsi pendidikan tersebut untuk mendorong investasi dan daya saing sumber daya manusia Indonesia dan mendukung upaya percepatan pertumbuhan pendidikan yang berkualitas serta mendukung revitalisasi pendidikan vokasi untuk peningkatan kualifikasi SDM sejalan dengan kebutuhan dunia industri, dan menjamin mutu ASN melalui pendidikan kedinasan.

Arah kebijakan dan langkah-langkah

yang akan ditempuh Pemerintah

dalam rangka melaksanakan fungsi

pendidikan pada tahun 2019 antara

lain: (1) refocusing anggaran pendidikan untuk peningkatan

kualitas dan akses yang merata dan berkeadilan; (2) meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekolah; (3) meningkatkan kualitas dan ketersediaan guru, antara lain melalui sistem monitoring dan

pengalokasian berbasis kinerja; (4) sinergi antarprogram di bidang pendidikan untuk mewujudkan sustainable education antara lain PKH, PIP, Bidikmisi, beasiswa LPDP; (5)

memperkuat pendidikan vokasi, antara lain melalui sinkronisasi kurikulum SMK (link and

match); (6) memperkuat sinergi antara Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah terutama

dalam peningkatan akses dan kualitas pendidikan; (7) mempersiapkan tenaga pendidik yang adaptif dan responsif terhadap perkembangan teknologi digital; dan (8) memperkuat peran LPDP sebagai SWF untuk mendorong perluasan program beasiswa afirmasi.

Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2019 melalui alokasi anggaran fungsi pendidikan diantaranya yaitu: (1) meningkatnya akses layanan pendidikan dasar, dengan indikator banyaknya jumlah siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah penerima bantuan PIP melalui KIP sebanyak 20,1 juta siswa; (2) tercapainya mahasiswa penerima bantuan Bidikmisi sebanyak 471,8 ribu mahasiswa; (3) bantuan operasional sekolah untuk 8,9 juta siswa; (4) meningkatnya kualitas pembelajaran melalui revitalisasi pendidikan tinggi vokasi pada 40 perguruan tinggi; dan (5) akreditasi BAN-PT pada 3.800 prodi/perguruan tinggi.

Dalam dokumen BESERTA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (Halaman 116-120)