• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI UNIT PENANGKAPAN PUKAT CINCIN DI PPP LAMPULO

2 PRODUKTIVITAS UNIT PENANGKAPAN PUKAT CINCIN DI PPP LAMPULO

4 EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI UNIT PENANGKAPAN PUKAT CINCIN DI PPP LAMPULO

Pendahuluan

Setiap bidang usaha pada dasarnya ditujukan untuk mendapatkan hasil yang optimal, para nelayan akan selalu berusaha untuk meningkatkan hasil tangkapan dengan tujuan untuk memperbesar pendapatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Satria (2009), nelayan sebagai usahawan harus pandai memanfaatkan segala faktor-faktor yang berhubungan dengan penangkapan ikan yang ada dan juga memilih diantara berbagai alternatif dalam kegiatan ekonomi. Usaha pengembangan penangkapan dapat ditempuh dengan program intensifikasi di bidang perikanan. Intensifikasi penangkapan secara umum dapat diartikan sebagai usaha penggunaan lebih banyak faktor yang mempengaruhi penangkapan seperti kinerja awak kapal serta optimalisasi alat tangkap dan kapasitas mesin terhadap proses penangkapan untuk mencapai hasil tangkapan yang lebih besar.

Operasi penangkapan dengan menggunakan alat tangkap pukat cincin merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari penggunaan faktor produksi yang mempengaruhi produksi yang diperolah. Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi satu atau lebih output (produk). Menurut Joesron dan Fathorozi (2003) produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Input dari usaha penangkapan pukat cincin yang berkembang di PPP Lampulo sangat dipengaruhi oleh variabel- variabel faktor produksi yang mendukung operasi penangkapan. Variabel-variabel tersebut diantaranya ukuran kapal, daya mesin kapal, panjang jaring pukat cincin, tinggi jaring pukat cincin, jumlah awak kapal, BBM, jumlah lampu, jumlah es, air tawar dan perbekalan.

Penggunaan variabel faktor produksi yang efektif dan efisien diharapkan akan dapat meningkatkan produksi perikanan tangkap. Pengertian efisiensi itu sendiri dalam suatu usaha merupakan perbandingan jumlah sumberdaya yang digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Apabila suatu proses produksi dengan jumlah input tertentu masih mempunyai peluang untuk memberi hasil yang lebih tinggi dengan cara yang lain, maka proses produksi tersebut tidak efisien dan sebaliknya apabila dalam suatu proses produksi tersebut tidak mempunyai peluang untuk memberikan hasil yang lebih tinggi dengan cara lain, maka proses produksi tersebut efisien secara ekonomis (Soeharjo 1982).

Berdasarkan survei ke lapangan, unit penangkapan pukat cincin harian yang berbasis di PPP Lampulo memiliki variabel produksi yang berbeda satu sama lain. Hal ini terlihat dari beragamnya biaya operasional yang dikeluarkan dalam setiap trip penangkapan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis faktor produksi yang berperan terhadap produksi dan hubungannya terhadap produksi unit penangkapan pukat cincin yang berbasis di PPP Lampulo, serta menganalisis efisiensi dari penggunaan faktor produksi unit penangkapan pukat cincin baik ditinjau dari efisiensi teknis maupun ekonomi.

Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo Kota Banda Aceh. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Februari 2013.

Bahan dan Alat Penelitian

Objek penelitian ini adalah unit penangkapan pukat cincin harian yang berbasis di PPP Lampulo. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat dokumentasi berupa kamera, alat tulis, kuesioner dan data sheet. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa faktor-faktor produksi unit penangkapan pukat cincin yaitu ukuran kapal, daya mesin kapal, panjang jaring, tinggi jaring, jumlah awak kapal, BBM, jumlah lampu, jumlah es, jumlah air tawar dan biaya perbekalan yang digunakan setiap satu trip melaut pada unit penangkapan pukat cincin harian selama bulan penelitian berlangsung. Data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait dalam penelitian yaitu UPTD Lampulo dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh.

Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan sampling jenuh yaitu seluruh populasi dijadikan sampel (Sugiyono 2007). Sampel yang diambil berupa data unit penangkapan pukat cincin harian sebanyak 54 unit yang berbasis di PPP Lampulo selama penelitian. Metode pengumpulan data adalah dengan sensus, artinya mengumpulkan data dengan cara mencatat seluruh elemen yang menjadi objek penelitian.

Batasan Variabel

Untuk menghindari salah pengertian, maka variabel-variabel yang dianalisis perlu diberikan batasan sebagai berikut :

a. Hasil tangkapan (Y), adalah besarnya hasil dari usaha penangkapan yang diperoleh nelayan berupa ikan (kg).

b. Ukuran kapal (X1), adalah bobot kapal kotor yang dinyatakan dalam Gross

Tonage (GT).

c. Daya mesin kapal (X2), adalah besarnya tenaga/kekuatan mesin (motor)

kapal yang digunakan dikapal dengan fungsi sebagai penggerak kapal, dinyatakan dalam Horse Power (HP).

d. Panjang jaring pukat cincin (X3), adalah panjang net (jaring), dihitung dari

ujung jaring sebelah kiri sampai ujung jaring sebelah kanan, tidak termasuk panjang tali pelampung utama. Satuan pengukurannya adalah meter (m). e. Tinggi jaring pukat cincin (X4), adalah panjang jaring yang dihitung dari

ujung jaring atas sampai ujung jaring bawah, dinyatakan dalam meter (m). f. Jumlah Awak Kapal (X5), adalah nelayan pekerja dengan tingkat tanggung

g. BBM (X6), adalah jumlah bahan bakar yang digunakan oleh nelayan pukat

cincin untuk melaut, dinyatakan dalam (liter).

h. Jumlah Lampu (X7), adalah jumlah lampu yang digunakan untuk

mengumpulkan ikan di sekitar daerah penangkapan, dinyatakan dalam (unit).

i. Jumlah Es (X8), adalah jumlah es yang digunakan dalam penanganan hasil

tangkapan di atas kapal, dinyatakan dalam (balok).

j. Air Tawar (X9), adalah jumlah air bersih yang digunakan oleh para nelayan

dalam sekali trip melaut, dinyatakan dalam (liter).

k. Perbekalan (X10), adalah jumlah perbekalan yang dibawa nelayan selama

berada di laut (per trip) meliputi bekal untuk makan/konsumsi seperti beras, sayuran, lauk pauk dan lainnya, dinyatakan dalam (Rupiah).

Analisis Faktor Produksi

Analisis faktor produksi adalah analisis yang menjelaskan hubungan antara produksi dengan faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya. Menurut Soekartawi (1986), untuk mengamati pengaruh beberapa faktor produksi tertentu terhadap output secara keseluruhan dalam keadaan sebenarnya adalah tidak mungkin. Oleh karena itu hubungan antara faktor produksi dengan output perlu disederhanakan dalam bentuk suatu model.

Hubungan kuantitatif antara faktor-faktor produksi dengan produksi dapat dihitung berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas. Model Cobb- Douglas/Logaritma adalah sebagai berikut (Soekartawi 1994):

= 1 1

2 2… � �… … � ��

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut di atas, maka diubah menjadi bentuk linier sebagai berikut:

�� =�� 0+ 1�� 1+ 2�� 2+⋯+ �� + ���

Dimana: Y = Produksi

X1 ... Xn = Faktor Produksi

a0 = Titikpotong (intercept)

b1 s/d bn = Koefisien regresi dari parameter penduga

e = Galat

Selanjutnya dilakukan pengujian secara statistik terhadap fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut. Pengujian-pengujian yang dilakukan dalam hal ini adalah pengujian model penduga dan pengujian terhadap parameter regresi.

1. Pengujian terhadap model penduga

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter dan fungsi produksi serta untuk menguji pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3,…, X10) secara serempak/simultan terhadap

variabel terikat (Y). Uji statistik yang digunakan adalah uji F dengan rumus sebagai berikut (Sudjana 2002) :

F = ) 1 /( /  k n Jk k Jk res reg

Dimana : Jkreg = Jumlah kuadrat regresi

res

Jk = Jumlah kuadrat residual eror k = Jumlah variabel bebas n = Jumlah Sampel

Dengan kaedah keputusan :

Bila Fhitung < FTabel(α = 0.05) atau Sig < (α = 0.05), maka tolak Ha

Bila Fhitung > FTabel(α = 0.05) atau Sig > (α = 0.05), maka terima Ha

Dimana hipotesis :

H0 : ai = o ; Variabel bebas (X1, X2, X3,…, X10) berpengaruh tidak nyata terhadap

variabel terikat Y

Ha : ai ≠ o ; Variabel bebas (X1, X2, X3,…, X10) berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat Y

Selanjutnya untuk memperhitungkan pengujian, dihitung besarnya koefisien determinasi (R2). Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh keragaman produksi dapat diterangkan oleh variabel penjelas yang terpilih. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut (Sudjana 2002) :

R2 =

2 ) ( Yi reg JK

Dimana : R2 = Koefisien Determinasi

JK(reg) = Jumlah Kuadrat untuk Regresi ∑Yi2 = Jumlah Kuadrat Total

2. Pengujian untuk masing-masing parameter

Tujuannya adalah untuk menguji pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3,…,

X10) secara individu/parsial terhadap variabel terikat (Y). Uji statistik yang

digunakan adalah Uji t dengan rumus sebagai berikut (Sudjana 2002) : thitung =

i i Sa a

Dimana : ai = Koefisien Regresi Variabel Xi(i = 1, 2, 3,…, 10)

Sai = Standar Error Variabel Xi(i = 1, 2, 3,…, 10)

Dengan kaedah keputusan sebagai berikut :

Bila thitung < tTabel atau P-value (α = 0.05), maka tolak Ha

Bila thitung > tTabel atau P-value (α = 0.05), maka terima Ha

Dimana hipotesis :

Ho : ai = o, Variabel bebas (X1, X2, X3,…, X10) berpengaruh tidak nyata

terhadap variabel terikat Y

Ha : ai ≠ o, Variabel bebas (X1, X2, X3,…, X10) berpengaruh nyata

terhadap variabel terikat

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program spss 16.0 dengan metode pembuatan model regresi yaitu metode backward, penggunaan metode ini dikarenakan dalam proses pembentukan modelnya telah mempertimbangkan semua kriteria signifikansi model, meliputi: uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

Analisis Efisiensi Teknis dan Efisiensi Ekonomi

Koefisien-koefisien regresi b1, b2, ... bn dari fungsi produksi Cobb-Douglas

merupakan elastisitas produksi dari variabel input. Besarnya elastisitas produksi (Ep) dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis dari penggunaan input variabel. Tingkat efisiensi teknis dalam penggunaan input tercapai bila Ep = 1, jika nilai Ep < 1 maka penggunaan input tersebut tidak efisien dan jika nilai Ep > 1 maka penggunaan input tersebut tidak efisien. Persamaan elastisitas produksi dapat dirumuskan sebagai berikut:

��= �

� � × �

Dimana : Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan hasil produksi ΔXi = perubahan faktor produksi ke-i

Y = hasil produksi

Xi = jumlah faktor produksi ke-i

Efisiensi ekonomi dapat tercapai jika dapat memaksimumkan keuntungan yaitu menyamakan produk marjinal setiap faktor produksi dengan harganya (Soekartawi 1994). Menurut Nicholson (1995) efisiensi ekonomi tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marginal masing-masing input dengan harga inputnya = 1. Persamaan elastisitas produksi dapat dirumuskan sebagai berikut: × ×� = Px NPMxi = b×Y×Py X BKMxi = Px NPMxi / BKMxi = 1 Dimana:

Px = Harga faktor produksi atau biaya korbanan marginal xi (BKM xi)

Py = Harga produksi

Y = Produksi

X = Jumlah faktor produksi X b = elastisitas produksi

Dalam banyak hal kenyataan NPMxi/ BKMxi tidak selalu sama dengan 1,

yang sering terjadi adalah sebagai berikut (Soekartawi 1994):

a. NPMxi/ BKMxi > 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk

mencapai efisien input X perlu ditambah.

b. NPMxi/ BKMxi < 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk

mencapai efisien, maka penggunaan input X perlu dikurangi.

Hasil Penelitian Analisis Faktor Produksi

Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan pukat cincin sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi usaha perikanan, pada penelitian ini ada 10 variabel yang diteliti untuk melihat signifikansi penggunaannya pada operasi penangkapan ikan. Kesepuluh variabel tersebut yaitu; ukuran kapal (X1), dimana ukuran kapal

pukat cincin harian yang berbasis di PPP lampulo berkisar 13-30 GT dengan daya mesin kapal (X2) 100-180 HP, dimensi jaringnya memiliki panjang (X3) berkisar

700-1300 m dan tinggi (X4) berkisar 45-72 m, serta alat bantu penangkapan

berupa lampu (X7) berkisar 7-20 unit. Jumlah awak kapal (X5) dalam sekali trip

melaut berkisar 10-21 orang dengan penggunaan BBM (X6) berkisar 150-400 L,

perbekalan berkisar Rp400 000-Rp780 000. Hasil pengolahan data regresi linier berganda dengan menggunakan program spss 16.0 dan metode pembuatan model regresi yaitu metode backward menghasilkan output yang hanya menyisakan prediktor yang signifikan saja, dimana dari 10 variabel hanya menyisakan 5 varibel yang signifikan saja.

Nilai koefisien determinasi (R2) untuk model fungsi produksi unit penangkapan pukat cincin harian di PPP Lampulo sebesar 0.727, yang berarti bahwa persentasi sumbangan pengaruh variabel bebas dari daya mesin kapal (X2),

tinggi jaring (X4), jumlah awak kapal (X5), jumlah lampu (X7), dan biaya

perbekalan (X10) sebesar 72.7 persen dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor

lain yang tidak terdapat pada penelitian ini. Faktor lain tersebut misalnya faktor lingkungan atau kondisi daerah penangkapan seperti cuaca, musim penangkapan, keadaan sumberdaya dan keadaan perairan.

Tabel 4.1 Analisis ragam faktor produksi unit penangkapan pukat cincin di PPP Lampulo

Sumber Db Jumlah Kuadrat Rata-rata

Kuadrat Fhit Ftabel P

Regresi 5 2.480 0.496 13.523 2.055 0.000

Residu 48 0.930 0.019

Total 53 3.409

Berdasarkan Tabel 4.1, nilai Fhit (13.523) lebih besar dari nilai Ftab(2.055)

pada tingkat kepercayaan 95 persen, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh bersama-sama faktor produksi (yang diilustrasikan dalam model) bersifat signifikan terhadap naik turunnya hasil tangkapan pukat cincin.

Selanjutnya untuk analisis secara parsial, maka uji t digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel faktor produksi terhadap hasil tangkapan (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Nilai koefisien regresi (bi) dan uji t faktor produksi unit penangkapan

pukat cincin di PPP Lampulo Sumber Koefisien regresi Standar error coef thit P Variabel -18.875 3.826 -4.933 0.000 LnX2 -0.432 0.146 -2.967 0.005 LnX4 0.467 0.162 2.882 0.006 LnX5 -1.116 0.315 -3.537 0.001 LnX7 -0.148 0.064 -2.304 0.026 LnX10 2.181 0.348 6.270 0.000 Keterangan: ttabel (0.05) = 2.009

Uji statistik dengan uji t-student untuk mengetahui hubungan masing- masing faktor produksi dengan hasil tangkapan. Hasil pengujian secara parsial ini memperlihatkan bahwa variabel daya mesin kapal (X2), tinggi jaring pukat cincin

(X4), jumlah awak kapal (X5), jumlah lampu (X7) dan biaya perbekalan (X10)

yang memberikan pengaruh nyata secara langsung terhadap hasil tangkapan pukat cincinpada tingkat kepercayaan 95 persen.

Berdasarkan Tabel 5.2 Nilai koefisien regresi (bi) dan uji t fungsi produksi

unit penangkapan pukat cincin maka dapat disusun model pengaruh faktor produksi terhadap hasil tangkapan nelayan pukat cincin dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

LnY = -18.875 – 0.432 LnX2 + 0.467 LnX4 – 1.116 LnX5 – 0.148 LnX7 + 2.181 LnX10

(R2 = 0.727)

Pada model tersebut terlihat bahwa variabel tinggi jaring (X4) dan biaya

perbekalan (X10) memiliki koefisien regresi yang positif terhadap hasil tangkapan

nelayan pukat cincin harian. Sedangkan tiga variabel lainnya menghasilkan koefisien regresi yang negatif, yaitu variabel daya mesin kapal (X2), jumlah awak

kapal (X5) dan jumlah lampu (X7). Nilai positif pada koefisien regresi

menunjukkan setiap perubahan 1 satuan dari variabel X akan menaikkan nilai Y sebesar b1, sedangkan nilai negatif berpengaruh secara berlawanan terhadap Y

dimana setiap kenaikan 1 satuan dari variabel X nilai Y akan turun sebesar b1.

Efisiensi Teknis dan Ekonomi

Koefisien regresi ( b1, b2, ... bn) dari fungsi produksi Cobb-Douglas

merupakan elastisitas produksi (Ep) yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi teknis variabel input. Dimana tingkat efisiensi teknis dalam penggunaan input tercapai bila Ep = 1.

Tabel 4.3 Efisiensi teknis unit penangkapan pukat cincin di PPP Lampulo

No Variabel Rata-rata Ep

1 Daya mesin kapal 128 HP -0.432

2 Tinggi jaring pukat cincin 62 m 0.467

3 Jumlah Awak Kapal 17 orang -1.116

4 Jumlah Lampu 14 unit -0.148

5 Perbekalan 626 666 Rupiah 2.181

Nilai Return to Scale (RTS) = -0.432 + 0.467 – 0.116 – 0.148 + 2.181 = 0.952

Return to Scale (RTS) perlu diketahui untuk melihat apakah kegiatan dari suatu usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah increasing, constant, atau

decreasing retrun to scale. Nilai RTS pada usaha penangkapan pukat cincin di PPP Lampulo yaitu 0.952, hal ini menunjukkan bahwa proses produksi perikanan pukat cincin harian di PPP Lampulo pada bulan Januari-Februari 2013 berada pada keadaan decreasing return to scale yang berarti bahwa proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksinya. Jika terjadi penambahan faktor produksi maka produksi yang diperoleh tidak akan

meningkat, dengan kata lain telah terjadi penggunaan faktor produksi yang berlebih pada proses penangkapan ikan oleh armada penangkapan pukat cincin harian di PPP Lampulo.

Tujuan akhir dari suatu proses produksi yang diusahakan oleh nelayan tidak

hanya ingin mencapai tingkat produksi yang setinggi-tingginya, namun yang lebih utama adalah memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan, pelaku usaha harus mampu memenuhi syarat keharusan dan syarat kecukupan (Doll dan Orazem 1987). Pemenuhan dua syarat tersebut ditandai oleh tercapainya suatu persamaan, dimana Nilai Produk Marginal akan sama dengan Biaya Korbanan Marginal atau rasio antara NPM dan BKM sama dengan satu. Oleh karena itu BKM sama dengan harga dari masing-masing faktor produksi itu sendiri. Untuk menghitung NPM diperlukan besaran Produk Marginal, karena NPM merupakan hasil kali Harga Produk (Py) dengan Produk Marginal (PM). Biaya Korbanan Marginal adalah tambahan biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan penggunan faktor-faktor produksi satu saatuan. Untuk melihat tingkat efisiensi ekonomis dari penggunaan faktor-faktor produksi dapat dilihat dari rasio NPM dengan BKM per periode produksi (Tabel 4.4). Pada Tabel 4.4 dapat dilihat kondisi efiisiensi produksi unit penangkapan pukat cincin di PPP Lampulo, dimana produksi rata-rata sebesar 716 kilogram per periode produksi dan harga hasil tangkapan adalah Rp35 000,- per kilogram.

Tabel 4.4 Rasio NPM dan BKM dari produksi unit penangkapan pukat cincin di PPP Lampulo

Faktor Produksi NPM BKM NPM/BKM

Daya mesin kapal -72869.78 30 000 000 -2.819 x 10-03

Tinggi jaring pukat cincin 183099.68 238 000 000 7.931 x 10-04

Jumlah Awak Kapal - 1207302.35 1 500 000 - 1.09

Jumlah Lampu - 329.36 1 800 000 - 0.147

Perbekalan 84.86 750 000 1.162 x 10-04

Pembahasan

Berdasarkan model regresi pada persamaan fungsi produksi Cobb Douglas, besaran koefisien regresi merupakan elastisitas produksi dari variabel-variabel tersebut. Variabel yang nilai koefisiennya bernilai positif menunjukkan hubungan yang searah antara produksi dengan penggunaan faktor produksi. Koefisien regresi variabel faktor produksi (Xi) yang memiliki nilai posistif tentunya dengan

penambahan 1 satuan dari variabel faktor produksi (Xi) akan meningkatkan hasil

tangkapan sebesar koefisien regresi variabel faktor produksi tersebut.

Secara serempak kelima variabel faktor produksi berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan, hal ini terlihat dari nilai Fhit yang diperoleh lebih besar

daripada nilai Ftab. Jumlah hasil tangkapan yang diperoleh tidak lepas dari

keterkaitan seluruh variabel faktor produksi pada saat melakukan pengoperasian penangkapan.

Dalam penelitian ini koefisien variabel tinggi jaring (X4) dan biaya

perbekalan (X10) memberikan tanda positif. Hal ini dapat diartikan bahwa

penambahan faktor-faktor produksi tersebut akan mampu meningkatkan produksi yang dihasilkan. Dengan kata lain peningkatan penggunaan tinggi jaring pukat cincin dengan memperhatikan perilaku dari ikan yang menjadi target penangkapan dan kondisi perairan akan meningkatkan hasil tangkapan. Minimum lebar dari jaring dimaksudkan untuk mengikuti kedalaman renang dari gerombolan ikan tersebut (Sudirman dan Mallawa 2004). Variabel biaya perbekalan (X10) juga

memberikan peningkatan produksi pukat cincin secara signifikan, dengan dijaminnya persediaan perbekalan tentunya akan memberikan dorongan yang lebih kepada nahkoda dan ABK nya untuk melakukan upaya penangkapan ikan. Berdasarkan hasil wawancara, nelayan menyatakan bahwa semakin terjaminnya semua kebutuhan yang diperlukan kinerja mereka akan lebih optimal sehingga banyak pemilik kapal yang memberikan bonus dan fasilitas yang baik agar mereka dapat bekerja dengan baik dan tidak berpindah ke pemilik kapal lainnya.

Tiga variabel lainnya menghasilkan koefisien regresi yang negatif, yaitu variabel daya mesin kapal (X2), jumlah awak kapal (X5) dan jumlah lampu (X7).

Hal ini diduga bahwa penggunaan dari faktor produksi tersebut dalam melakukan penangkapan ikan pada musim barat sudah berlebih, dimana penambahan faktor produksi dari ketiga variabel tersebut akan menurunkan produktivitas penangkapan. Angin kencang yang menyebabkan nelayan kesulitan dalam melakukan operasi penangkapan pada akhirnya berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang diperoleh nelayan sehingga penambahan dari variabel-variabel itu sendiri tidak akan meningkatkan produksi. Kekuatan mesin yang digunakan harus disesuaikan dengan ukuran kapalnya, penggunaan daya mesin kapal yang tidak sesuai dengan ukuran kapal akan menghambat laju gerak dari kapal itu sendiri. Daya mesin kapal yang digunakan nelayan pukat cincin harian di PPP Lampulo rata-rata 128 HP perlu disesuaikan kembali dengan ukuran kapalnya, hal ini terlihat dari koefisien faktor produksi daya mesin kapal yang bernilai negatif pada model fungsi produksi unit penangkapan pukat cincin di PPP Lampulo. Hubungan besarnya ukuran kapal tidak hanya berkaitan terhadap daya mesin kapal yang digunakan, akan tetapi juga terhadap kapasitas awak kapal yang ikut serta dalam setiap trip operasi penangkapan.

Penggunaan jumlah awak kapal setiap trip melaut pada operasi penangkapan pukat cincin di PPP Lampulo rata-rata berjumlah 17 orang. Penggunaan tenaga awak kapal diduga sudah optimal sehingga jika terjadi penambahan awak kapal pada operasi penangkapan tidak akan berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang diperoleh. Disini yang harus diperhatikan adalah kualitas dari masing-masing tenaga kerja (Sismadi 2006). Dalam memperoleh hasil tangkapan, nelayan pukat cincin menggunakan alat bantu penangkapan berupa lampu. Rata-rata penggunaan lampu pada setiap kapal pukat cincin sebanyak 14 lampu. Penggunaan alat bantu penangkapan ini diduga sudah berlebih sehingga apabila terjadi penambahan lampu sekalipun tidak akan berpengaruh terhadap penambahan jumlah hasil tangkapan. Hal yang harus diperhatikan disini adalah intensitas daya lampu yang digunakan, hal demikian diharapkan bahwa penggunaan jumlah lampu dengan daya lampu yang sesuai dapat meningkatkan fungsi lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan sehingga dapat berjalan dengan efektif.

Ditinjau dari segi efisiensi, berdasarkan Tabel 4.3 efisiensi teknis unit penangkapan pukat cincin di PPP Lampulo untuk faktor produksi daya mesin kapal, jumlah awak kapal dan jumlah lampu nilai elastisitas produksinya sudah negatif (Ep<0) yang menunjukkan penggunaan faktor produksi sudah tidak efisien. Hal ini berarti bahwa telah terjadi penggunaaan faktor produksi yang berlebih oleh kapal-kapal pukat cincin di PPP Lampulo dalam operasi penangkapannya pada musim barat. Penambahan dari penggunaan faktor produksi tersebut dapat mengakibatkan produksi total menurun, untuk mencapai efisiensi dari penggunaan faktor produksi tersebut maka perlu adanya pengurangan penggunaan dari faktor produksi daya mesin kapal, jumlah awak kapal, dan jumlah lampu sehingga dapat efisen dalam memperoleh hasil tangkapan. Pengurangan penggunaan daya mesin kapal yang digunakan dapat disesuaikan dengan ukuran kapalnya, begitu juga dengan jumlah awak kapal dan penggunaan alat bantu penangkapan berupa lampu dikarenakan pada musim barat hasil tangkapan yang diperoleh nelayan pukat cincin cenderung lebih sedikit daripada musim timur sehingga berpengaruh terhadap perolehan pendapatan nelayan, mengingat pendapatan nelayan sangat bergantung pada biaya operasional penangkapan dalam sekali trip melaut dan hasil tangkapan yang diperoleh.

Faktor produksi dari tinggi jaring pukat cincin berada pada tahap produksi rasional karena berada antara 0<Ep<1, yang artinya dengan penggunaan faktor produksi tinggi jaring sebesar rata-rata 62 m yang digunakan nelayan saat melakukan operasi penangkapan ikan pada musim barat sudah sesuai dan seimbang, sehingga dapat memperoleh hasil tangkapan yang maksimal tanpa

Dokumen terkait