• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak PPI sangat strategis untuk penangkapan.

PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

5. Letak PPI sangat strategis untuk penangkapan.

Kelemahan (W) 1. Harga tuna dimonopoli oleh pengambek; 2. Tidak adanya sistem pelelangan ikan di TPI;

3. Produksi tuna banyak yang berkualitas rendah dan tidak layak tangkap;

4. Ikatan yang sangat kuat antara pengambek dan nelayan; 5. Fasilitas darmaga dan cold storage tidak memadai; 6. SDM nelayan kurang;

7. Belum ada dukungan pemerintah terhadap industri pengolahan.

Peluang (O)

1. Masih terbuka pangsa pasar tuna; 2. Ada jaminan pasar tuna dari pengambek; 3. Adanya kerjasama pengambek dengan

industri pengolahan diluar daerah.; 4. Akses transportasi darat baik.

Strategi SO:

1. Membuat kebijakan pembangunan perikanan pancing yang saling bersinergi antara pihak terkait mulai dari produksi hingga pengolahan. 2. Lebih meningkatkan sarana, prasarana serta infrastruktur agar ikan dapat dipasarkan dengan baik.

Strategi WO:

1. Peningkatan mutu/kualitas tuna dengan membangun cold storage dan pelatihan bagi nelayan mengenai cara penanganan hasil tangkapan (W3, W6);

2. Melaksanakan kegiatan perikanan bertanggung jawab (W4, W6, O5);

3. Pengaktifan kembali fungsi TPI secara konsisten agar ikan dapat dilelang (W1, W2, W4)

Ancaman (T)

1. Overfishing penangkapan tuna;

2. Konflik pemanfaatan wilayah perairan dan sumberdaya;

3. Persaingan pasar yang semakin ketat; 4. Perkembangan teknologi yang kurang

maju;

5. Harga jual ikan tuna sangat rendah.

Strategi ST:

1. Pengawasan daerah fishingground (T1, T2, S2,3); 2. Membangun industri perikanan dengan

peralatan pendukung yang lebih maju untuk memanfaatkan produksi tuna seperti pengalengan, pengasapan agar tuna tetap dapat diproduksi dan bernilai ekonomi. (S1, T3);

Strategi WT:

1. Mengoptimalkan POKMASWAS(T2, W3) 2. Pembatasan kuota penangkapan tuna (W3, T1)

3. Mengambil alih fungsi pengambek ke TPI dengan aturan penegakan hukum yang jelas(W1,2,4)

Eksternal

Internal

Sumber: Pengamatan di lapangan

Pembahasan

SWOT menghasilkan kombinasi dari empat strategi. Strategi SO menghasilkan sasaran strategi untuk (1) membuat kebijakan pembangunan perikanan tuna yang saling bersinergi antara pihak terkait mulai dari produksi hingga pengolahan. Kebijakan yang ada harus dilakukan pengawasan secara intensif, penyuluhan mengenai perikanan bertanggung jawab untuk kelestarian sumberdaya perikanan, (2) lebih meningkatkan sarana, prasarana serta infrastruktur agar ikan dapat dipasarkan dengan baik. infrastrktur terkait akses transportasi sudah cukup baik namun perlu ditingkatkan lagi agar lebih baik.

Strategi ST menghasilkan sasaran strategi (1) peningkatan pengawasan daerah fishing ground akibat maraknya kegiatan IUU fishing serta meminimalisir persaingan yang semakin tinggi antar nelayan di kawasan fishing ground. Pengawasan daerah fishing ground dan penyelesaian konflik/persaingan dapat melibatkan masyarakat dengan membentuk kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) jika kelompok tersebut bersedia menjalankan tugas dan fungsinya, (2) pengembangan perikanan industri dengan peralatan pendukung yang lebih maju untuk memanfaatkan produksi tuna dengam menerapkan sistem manajemen mutu, agar dapat bersaing dalam promosi produk tuna seperti pengalengan, pengasapan agar tuna tetap dapat diproduksi dan bernilai ekonomi. Menerapkan usaha teknologi pengolahan tuna dengan adanya alokasi bantuan dana dari APBD, seperti pengalengan, pengasapan agar tuna yang berkualitas rendah tetap dapat diproduksi dan bernilai ekonomi.

Strategi WO menghasilkan sasaran strategis berupa (1) penyediaan cold storage untuk menjaga mutu/kesegaran tuna dan pelatihan masyarakat nelayan dalam menangani hasil tangkapan, (2) melaksanakan kegiatan perikanan bertanggung jawab, seperti: Pengaturan alokasi unit penangkapan ikan yang optimal sehingga dapat memenuhi tujuan/sasaran yang diharapkan, (3) Pengaktifan kembali fungsi TPI secara konsisten agar ikan dapat dilelang. Penyediaan cold storage akan membantu menampung hasil tangkapan ikan, terutama pada musim puncak. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan harga jual ikan tuna sehingga tidak terjual dengan harga yang sangat murah karena kondisinya yang telah rusak. Melaksanakan kegiatan perikanan yang bertanggung jawab bertujuan agar sumberdaya dan ekologi tuna tetap terjaga. Pemberian pelatihan kepada nelayan dalam menangani ikan tuna yang didaratkan agar kualitas dapat terjaga. Pendidikan yang kepada masyarakat nelayan, merupakan hal yang paling penting untuk memberikan pola berpikir serta wawasan yang luas, sehingga tidak hanya terpaku pada konsep mencari uang dengan menjadi nelayan. Rendahnya pendidikan nelayan pada umumnya dan karakter sifat/kepribadian yang keras serta susah diatur menjadi kendala bagi pemerintah dalam menjalankan program-program untuk memajukan kesejahteraan masyarakat pesisir. oleh karena itu, dukungan pemerintah terhadap pendidikan di masyarakat pesisir harus tetap dijalankan.

Strategi WT menghasilkan sasaran strategis berupa: (1) mengoptimalkan POKMASWAS; (2) pembatasan kuota penangkapan tuna; (3) mengambil alih fungsi pengambek ke TPI dengan aturan penegakan hukum yang jelas. Strategi pengoptimalan POKMASWAS diharapkan dapat mengatur pembatasan kuota penangkapan dan pengawasan penangkapan ikan untuk menjaga kelestarian

sumberdaya. POKMASWAS juga dapat dibentuk dengan memberdayakan kelompok masyarakat nelayan. Fungsi dan peran kelompok nelayan ini nantinya dapat mengoptimalkan kapasitas nelayan dalam menentukan harga jual ikan dan sistem bagi hasil yang adil. Selain itu, pengambil alihan fungsi pengambek ke TPI juga diharapkan dapat menjaga posisi tawar nelayan dalam menentukan harga jual ikan tuna. Dengan adanya harga tawar ikan yang cukup tinggi, maka praktek bisnis monopoli tidak dapat dilakukan oleh pihak tertentu.

Hasil analisis SWOT perikanan pancing di Puger menunjukkan kondisi yang sangat rendah baik internal maupun eksternalnya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa penentuan strategi prioritas yang tepat untuk dilakukan adalah strategi WT (Weakness-Threats). Adapun strategi tersebut berupa pengoptimalan POKMASWAS, pembatasan kuota penangkapan tuna, dan pengambil alihan fungsi pengambek ke TPI dengan aturan penegakan hukum yang jelas.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis SWOT yang diterapkan, maka terlihat bahwa masih banyak kelemahan yang dimiliki oleh perikanan pancing di Puger sedangkan peluang yang mungkin dapat dimanfaatkan masih sedikit. Hal ini dapat dipengaruhi karena kondisi PPI Puger yang merupakan pelabuhan berskala kecil sehingga penerapan pengembangan perikanannya juga belum optimal. Permasalahan mendasar yang dapat menghambat pembangunan perikanan pancing di Puger ini adalah: (1) adanya eksploitasi terhadap sumberdaya ikan tuna; (2) Konflik sosial nelayan akibat sumberdaya dan lainnya; (3) Masih adanya monopoli yang dilakukan oleh pengambek terhadap nelayan. Dalam pengembangan perikanan pancing tuna, alternatif strategi perlu dirumuskan untuk mengatasi permasalahan yang terdapat pada sistem perikanan ini. Adapun alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah pengoptimalan POKMASWAS, pembatasan kuota penangkapan tuna, dan pengambil alihan fungsi pengambek ke TPI dengan aturan penegakan hukum yang jelas.

6

PEMBAHASAN UMUM

Kondisi Perairan Puger terletak pada Perairan Selatan Jawa dan merupakan wilayah yang masih mengalami tingkat eksploitasi sumberdaya yang terus meningkat terutama ikan tuna. Hal ini terlihat dari tingkat produktivitas yang cenderung meningkat. Penggunaan armada pancing dengan alat bantu rumpon masih menjadi trend operasi penangkapan di Perairan Puger. Kegiatan tersebut dianggap masih memberikan keuntungan sebab hasil tangkapannya merupakan ikan ekonomis penting. Keberadaan daerah fishing ground yang mudah ditemukan dan tidak memerlukan bahan bakar yang besar juga menjadi kelebihan pada kegiatan penangkapan armada ini. Adanya permintaan tuna yang cukup tinggi juga menjadi alasan pemilik kapal untuk terus menambah jumlah armada kapalnya. Oleh karena itu perkembangan jumlah armada pancing menunjukkan

peningkatan tiap tahunnya. Namun, peningkatan penangkapan menggunakan armada pancing dengan rumpon ini memberikan dampak negatif bagi keberlanjutan ekologi, ekonomi, dan lingkungan sosial. Hal ini dapat terlihat dari hasil tangkapan ikan tuna yang dibawa oleh nelayan. Ikan tuna yang didaratkan hampir sebagian besar berukuran kecil (tidak sesuai kriteria layak tangkap. Jika kegiatan ini terus dilakukan tanpa adanya pengawasan dari pemerintah, maka dikhawatirkan stok ikan tuna di Perairan Puger juga akan menurun.

Penggunaan armada pancing dengan rumpon di Perairan Puger termasuk kedalam perikanan skala kecil sehingga penangkapan ikan tuna yang dilakukan di Puger hanya berada di wilayah pesisir perairan. Hal ini disebabkan karena kemampuan kapal tidak memenuhi untuk penangkapan ikan di wilayah laut lepas. Hal tersebut mempengaruhi hasil tangkapan nelayan sebab ikan tuna yang berukuran kecil cenderung berada pada perairan pesisir. Penggunaan alat tangkap yang tidak dapat menjangkau habitat ikan tuna dewasa juga merupakan faktor yang mempengaruhi ukuran hasil tangkapan yang diperoleh. Habitat ikan tuna dewasa berada pada kedalaman lebih dari 50 m.

Jika dinilai berdasarkan hasil tangkapan yang didaratkan nelayan pancing, ikan tuna masih memiliki kualitas yang rendah. Kondisi ini diakibatkan karena kurangnya sistem penanganan ikan yang dapat menjaga kualitas mutu ikan tersebut. Adanya kontaminasi silang, benturan terhadap ikan dari benda lain, dan terkena sinar matahari langsung merupakan hal yang paling sering terlihat di PPI Puger saat ikan didaratkan. Selain itu, kondisi ini juga diperkuat oleh kurangnya fasilitas di Pelabuhan untuk menyediakan sarana dan prasaran yang mampu menjaga kondisi ikan, seperti cold storage. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan berdampak pada harga ikan tuna di Puger yang tidak mampu bersaing dengan pasar lokal di luar daerah.

Berlebihnya unit penangkapan pancing sekitar rumpon juga berdampak pada kehidupan/lingkungan sosial. Adanya perebutan sumberdaya ikan, penggunaan alat bantu rumpon, serta perebutan dana bantuan dari pemerintah merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap timbulnya konflik sosial nelayan di Puger. Konflik yang ada di Puger dapat berupa konflik ringan yang hanya membutuhkan musyawarah antar kelompok nelayan sebagai alternatif penyelesaiannya. Namun ada juga konflik yang sudah menjadi masalah serius sehingga dibutuhkan pendekatan secara hukum untuk menyelesaikannya.

Sumberdaya tuna yang dieksploitasi secara berlebihan akan berdampak negatif pada keberlanjutan perikanan tuna tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan konsep pembangunan perikanan berkelanjutan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pembangunan perikanan berkelanjutan tidak hanya dipandang dari segi keuntungan ekonomi saja tanpa memandang dampak yang ditimbulkan dalam jangka panjang. Kegiatan perikanan berkelanjutan juga harus memperhatikan aspek ekologi dan sosial. Keuntungan ekonomi, keuntungan ekologi, dan keuntungan sosial masyarakat harus saling bersinergi dan tidak boleh lepas dari konsep perikanan berkelanjutan.

Berdasarkan aspek ekonomi, pembangunan perikanan harus mengutamakan peningkatan kesejahteraan nelayan. Kesejahteraan nelayan dapat dicapai jika adanya posisi tawar yang tinggi kepada nelayan dalam penjualan hasil tangkapan. Selain dengan adanya POKMASWAS dan TPI, peningkatan posisi tawar nelayan dalam menjual ikan tuna juga dapat dilakukan dengan mengaktifkan koperasi.

Koperasi dapat berfungsi sebagai wadah nelayan dalam menentukan harga ikan tuna yang cukup tinggi. Jika fungsi koperasi kuat, maka dapat mengajukan diri pada pemerintah agar terjadi proses penjualan ikan secara adil seperti pelelangan. Koperasi dapat juga berfungsi sebagai simpan pinjam kebutuhan nelayan sehingga nelayan tidak hanya tergantung kepada pengambek. Ketergantungan ini nantinya akan membuat nelayan sulit lepas dari pengambek.

Pembangunan perikanan pancing dilakukan dengan merumuskan strategi pengembangan yang dapat dilakukan pada perikanan pancing ini. Berdasarkan analisis SWOT yang diterapkan, maka terlihat bahwa masih banyak kelemahan yang dimiliki oleh perikanan pancing di Puger sedangkan peluang yang mungkin dapat dimanfaatkan masih sedikit. Hal ini dapat dipengaruhi karena kondisi PPI Puger yang merupakan pelabuhan berskala kecil sehingga penerapan pengembangan perikanannya juga belum optimal. Kegiatan ekonomi perikanan di Puger pada umumnya berada di daerah pedesaan yang kurang berkembang dan tidak adanya dukungan sarana, prasarana, fasilitas pelabuhan dan pelayanan umum yang memadai. Kualitas sumberdaya manusia di daerah Puger juga relatif rendah. Kawasan Puger lebih banyak berperan sebagai penyedia bahan baku dibandingkan dengan mengelola produk perikanan agar menjadi nilai tambah, sedangkan nilai tambah produknya lebih banyak dinikmati di luar daerah Puger.

7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Hasil evaluasi penggunaan pancing tuna di Perairan Puger, diperoleh bahwa produktivitas rata-rata armada pancing dalam lima tahun terakhir sebesar 1436.7 kg/unit. Komposisi hasil tangkapan yang didaratkan berada pada selang panjang antara 40 sampai 49 cm. Nilai organoleptik tuna didominasi pada skala 6. Serta konflik yang terjadi terdiri atas latent conflict (ABK dan TPI), felt conflict (antar nelayan rumpon dan nelayan dengan pemerintah), manifest conflict (nelayan rumpon dengan nelayan lain).

2) Strategi prioritas yang tepat adalah strategi WT (Weakness-Threats) dengan kondisi internal dan eksternalnya yang lemah. Strategi tersebut berupa pengoptimalan POKMASWAS, pembatasan kuota penangkapan tuna, dan pengambil alihan fungsi pengambek ke TPI dengan aturan penegakan hukum yang jelas.

7.2 Saran

Saran yang dapat diberikan penulis adalah:

1) Membatasi penggunaan pancing layangan (kedalaman yang rendah) atau menggantikannya dengan pancing dirigen yang terfokus pada kedalaman dibawah 100 meter dan menggunakan alternatif jaring insang untuk menangkap umpan hidup;

2) Menerapkan peraturan dengan membatasi penangkapan tuna dengan ukuran yang sesuai (layak) dan pengaturan jarak antar rumpon. Hal yang perlu

Dokumen terkait