• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3. Pembayaran Elektronik (Electronic Payment System)

2.1.4 Efisiensi Sistem Pembayaran

Kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran di arahkan untuk memastikan terselenggaranya sistem pembayaran yang efisien, cepat dan aman dan andal. Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam sistem pembayaran selama tahun 2011 adalah peningkatan keamanan, efisiensi, penguatan infrastruktur sistem pembayaran dan interkoneksi infrastruktur sistem pembayaran. Hal yang melatar belakangi kebijakan tersebut adalah semakin meningkatnya transaksi pembayaran yang dilakukan melalui sistem pembayaran, baik melalui sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement(BI-RTGS), Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia(SKNBI), maupun saluran pembayaran lain seperti kartu kredit,kartu ATM/Debet,Uang Elektronik, dan kegiatan usaha pengiriman uang(KUPU). Kebijakan dan pengembangan sistem yang di tempuh oleh Bank Indonesia selama tahun 2011 antara lain adalah (i) tahapan pengembangan Sistem BI-RTGS dan Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) Generasi II; (ii) penerapan multiple settlement pada Kliring kredit SKNBI;(iii) standardisasi Kartu ATM/Debet berbasis chip;(iv) penyempurnaan ketentuan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK); dan (v) peningkatan layanan pengelolaan rekening pemerintah.

Sistem pembayaran memiliki peran yang strategis untuk menciptakan stabilitas sistem keuangan dan mendukung pelaksanaan kebijakan moneter. Dalam kegiatan perekonomian,peran strategis sistem pembayaran terutama adalah menjamin terlaksananya berbagai transaksi pembayaran dari kegiatan ekonomi dan kegiatan lainnya yang dilakukan,baik oleh masyarakat maupun dunia usaha.

Kondisi perekonomian indonesia tahun 2011 yang tetap kondusif di tengah berlangsungnya ketidakpastian global menjadi faktor utama meningkatnya aktivitas sistem pembayaran pada tahun tersebut. Perkembangan transaksi sistem pembayaran yang semakin meningkat merupakan gambaran dari kondisi perekonomian indonesia yang mampu berkinerja lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai transaksi melalui sistem pembayaran selama tahun 2011 mencapai RP71,55 ribu triliun atau meningkat 23,21% dari nilai transaksi tahun 2010 yang tercatat sebesar RP58,07 ribu triliun. Sementara itu,dari sisi volume transaksi terjadi peningkatan sebesar 22,66% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Volume transaksi sepanjang tahun 2011 mencapai 2,63 milliar transaksi.

Kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran di arahkan untuk memastikan terselenggaranya sistem pembayaran yang efisien,cepat,aman, dan andal. Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam sistem pembayaran selama tahun 2011 adalah peningkatan keamanan, efisiensi,

penguatan infrastruktur sistem pembayaran dan interkoneksi infrastruktur sistem pembayaran.

Prinsip lainnya di dalam sistem pembayaran adalah peningkatan efisiensi. Arah dari prinsip ini adalah menuju efisiensi sistem pembayaran yang pada gilirannya harus dapat mendukung efisiensi perekonomian.

Efisiensi dapat di lihat dari berbagai hal. Terutama efisien dalam operasional yang menyangkut pemanfaatan waktu(efficient timely services). Sistem pembayaran harus dapat memastikan bahwa waktu dalam transaksi pembayaran dapat berjalan sangat efisien. Misalnya penerapan settlement dengan sistem RTGS yang mampu mentransmisikan transfer dana terkait kebijakan moneter secara cepat. Hal ini tentunya juga akan mengurangi lag dengan pengaruh kebijakan moneter yang telah di ambil.

Dalam konteks waktu tadi, tentu juga tidak bisa di lepaskan dari pemilihan jenis teknologi yang di gunakan. Oleh karena itu jenis teknologi yang di gunakan harus dapat mendukung efficient timely service. Pemilihan teknologi juga di maksudkan pada penyediaan. Sistem pembayaran yang murah dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan dapat di akses ke seluruh pelosok. Hal itu perlu di pastikan agar dapat mendorong perekonomian lebih efisien.

Walaupun keseragaman dan keselarasan teknologi diantara penyelenggara sistem pembayaran dan peserta merupakan hal yang sangat pokok dalam penerapan efisiensi, namun hal tersebut sangat sulit di lakukan

mengingat pemilihan teknologi antara satu institusi dengan institusi lain akan berbeda tergantung dengan kebutuhan masing- masing. Akan tetapi standarisasi massage format merupakan salah satu cara yang mungkin tepat untuk mengatasi kendala seperti tersebut diatas.

Sistem BI-RTGS hampir menyerupai sistem pembayaran internasional(SWIFT) dan tidak mengikuti standar lainnya seperti EDIFACT dengan alasan ekonomis dan effort yang besar, serta mengakomodasi kebutuhan informasi dan statistic bagi kepentingan Bank Indonesia. Namun demikian sistem BI-RTGS message format saat ini telah dapat mengakomodasi kebutuhan operasional efisiensi bank khususnya dalam hal interface dari bank ke bank baik sistem internal bank maupun sistem SWIFT.

Efisiensi juga dapat dilihat dari hal yang lebih teknis, misalnya implementasi teknologi tanpa kertas(paperless). Credit note dapat di proses secara paperless, sehingga nota kredit tersebut dapat di proses secara lebih efisien tabpa menggunakan kertas. Dengan demikian, efisiensi dapat di terapkan, dimana sistem kliring dengan menggunakan kertas hanya dilakukan untuk memproses warkat debet saja, sejauh nin warkat debet tidak mungkin untuk dilakukan secara paperless.

Sistem pembayaran yang efisien salah satunya dapat di wujudkan melalui pelayanan jasa sistem pembayaran secara nasional baik secara geografis maupun segmentasi dari pengguna, upaya untuk melakukan pelayanan jasa sistem pembayaran secara nasional dapat di wujudkan melalui

penerapan sistem RTGS yang memungkinkan bank- bank yang berada di daerah melakukan transaksi yang sama dengan bank- bank yang berada di perkotaan. Upaya lain adalah melalui pengembangan sistem kliring yang terintegrasi secara nasional, dalam implementasi di Indonesia dikenal dengan sistem kliring nasional Bank Indonesia(SKNBI).

Pengembangan sistem pembayaran nasional dalam rangka menunjang prinsip efisiensi di usahakan untuk memaksimalkan penggunaan dari infrastruktur sistem pembayaranbaik yang telah ada saat ini maupun yang akan di kembangkan. Sebagai contoh pengembangan interkoneksi jaringan ATM di antara beberapa provider di harapkan dapat, menekan biaya bagi bank-bank untuk menyediakan infrastruktur tambahan dan secara tidak langsung dapat meningkatkan jasa pelayanan perbankan kepada masyarakat.

Kurangnya koordinasi dan kerja sama di antara lembaga dalam sistem pembayaran nasional dapat berdampak terhadap ketidakefisienan. Terlebih di tengah persaingan bisnis perbankan dalam wujud jumlah cabang, fasilitas dan jasa-jasa perbankan yang di tawarkan kepada masyarakat maupun kalangan usahawan. Hal ini dapat diminimalkan melalui kerja sama pembentukan sepertiself regulated body yang menaungi seluruh penyelenggara pembayaran,sehingga biaya biaya yang timbul untuk kebutuhan suatu infrastruktur sistem pembayaran dapat di sharing secara merata untuk keuntungan bersama.

Dokumen terkait