• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3. Pembayaran Elektronik (Electronic Payment System)

2.1.5 Sistem Pembayaran dan Kebijakan Moneter

Awalnya sistem pembayaran dianggap tidak punya keterkaitan dengan hal lain sehingga kerap diabaikan. Akan tetapi sejalan dengan berjalannya waktu, kian disadari betapa sistem pembayaran mempunyai peran instrumental sebagai infrastruktur pendukung pengendalian moneter. Penyelenggaraan sistem pembayaran mempunyai keterkaitan yang sangat erat baik dengan aktivitas perbankan maupun dengan stabilitas moneter. Oleh karena itu pembuatan arsitektur sistem pembayaran perlu disinergikan dengan kepentingan untuk senantiasa meningkatkan pelayanan jasa perbankan dan upaya menjaga stabilitas moneter.Adanya keterkaitan yang sangat erat ini melatarbelakangi pemikiran mengapa fungsi penyelenggaraan dan pengawasan sistem pembayaran di masukkan sebagai salah satu fungsi pokok bank Indonesia, selain di bidang moneter dan pengawasan bank. Ketiga fungsi bank sentral tersebut merupakan pilar-pilar utama untuk menjamin terciptanya stabilitas keuangan dalam perekonomian.

Keterkaitan Dengan Bidang Moneter

Keterkaitan langsung antara sistem pembayaran dan pengendalian kebijakan moneter adalah karena pelaksanaan sistem pembayaran dapat berpengaruh terhadap penggunaan uang di masyarakat. Transaksi pembayaran di antara pelaku ekonomi modern sering kali menggunakan dana di rekening

bank. Hasil dari proses kliring dan settlement, yaitu rekening satu pihak bertambah atas beban rekening pihak lain.

Dengan demikian,sistem pembayaran adalah penghubung akttivitas ekonomi dan uang. Efisiensi penggunaan uang sangat tergantung dari efisiensi sistem pembayaran. Sebagai contoh,time lag yang terjadi antara intruksi di lakukan dan penyelesaian pembayaran sangat bervariasi, dan berpengaruh terhadap saldo rekening di bank serta kemampuan pelaku untuk melakukan transaksi lainnya. Pengaruh saldo rekening akibat dari time lag di kenal sebagai float, yang merupakan faktor penting dalam keseimbangan money supply dan demand.

Pengembangan sistem pembayaran senantiasa di arahkan untuk terselenggaranya suatu sistem pembayaran yang efisien,cepat, dan aman. Hal ini bukan hanya sangat penting bagi pelayanan jasa perbankan untuk memenuhi tuntutan pengguna jasa perbankan yang semakin dinamis tetapi juga sangat penting dalam menunjang sistem pengaturan dan pengawasan bank serta bagi implementasi kebijakan moneter yang efektif dan efisien. Sistem pembayaran yang efisien, cepat dan aman merupakan tulang punggung (back bone)tercapainya suatu operasi moneter yang efektif dan efisien.

Dalam pengendalian moneter tidak langsung seperti diterapkan di kebanyakan Negara dewasa ini termasuk Indonesia sejak 1983,proses transmisi kebijakan sepenuhnya terjadi melalui dunia perbankan.kegagalan

sistem setelmen antar bank secara langsung akan berdampak pada tidak tercapainya target target moneter dalam jangka pendek. Injeksi atau kontraksi uang melalui operasi pasar terbuka tidak akan efektif kalau terjadi kegagalan dalam transaksi pembayaran sentelmen antar bank. Uang akan berhenti mengalir dari satu pelaku ekonomi ke pelaku lainnya.

Kegagalan setelmen yang bersifat sementara, dengan berbagai alasan, bagaimana pun akan memberikan gejolak pada kondisi moneter karena akan terjadi gap liquiditas di pasar uang, pihak yang defisit tidak dapat ditutupi oleh pihak yang surplus. Kegagalan setelmen yang berjangka lama dampaknya tentu akan semakin serius yang pada gilirannya dapat menyebabkan terhentinya proses intermediasi perbankan dan lumpuhnya operasi moneter.

Dewasa ini, masalah masalah setelmen seperti ini sudah dapat diatasi dengan adanya inovasi teknologi informasi yang menyediakan infrastruktur pendukung bagi terlaksananya suatu sistem pembayaran yang efisien,tepat,dan murah. Desain dari blue print sistem pembayaran nasional yang di buat tahun 1996 telah memerhatikan berbagai kepentingan di atas termasuk mengantisipasi perkembangan teknologi informasi. Akan tetapi mengingat perkembangan teknologi informasi yang sedemikian cepat dewasa ini,desain dari blue print SPN memerlukan penyesuaian dari waktu ke waktu.

Berkaitan dengan fungsi bank sentral dalam mengendalikan kebijaksanaan moneter, perhatian utama bank sentral adalah pelaksanaan setelmen di bank sentral,karena setelmen merupakan muara seluruh transaksi keuangan. Melalui same day settlement bank- bank dapat dapat memperkirakan kebutuhan liquiditasnya dengan cepat, demikian pula dengan bank sentral dapat mengetahui money supply dan demand yang sebenarnya.

Pengoperasian transfer uang antar bank secara otomasi, khususnya yang berjumlah besar(automated large value interbank funds transfer) merupakan komponen infrastruktur penting dalam pasar keuangan yang modern. Fungsi utamanya adalah mempercepat komunikasi,pemrosesan, dan pelaksanaan sistem setelmen pembayaran.

Dari sudut pandang makroekonomi,automated large value interbank

funds transfer dapat menjembatani kebutuhan pasar uang dan secara

keseluruhan mempengaruhi kondisi moneter di suatu Negara. Karena melalui otomasi transfer dana antar bank dalam jumlah besar(automated large value interbank transfer system) informasi mengenai kondisi moneter Negara dapat di ketahui secara akurat. Selain itu, penerapan kebijaksanaan moneter di suatu tempat dengan cepat akan memengaruhi daerah lain.

Dari sudut pandang mikroekonomi penerapan automated large value

interbank transfer system akan meningkatkan kemampuan liquiditas bagi

ketergantungan bank bank terhadap bank sentral, dan meningkatkan penerapan reserve requirement yang berorientasi pada pasar.

Selain itu, pasar uang antar bank yang liquid dapat meningkatkan fleksibilitas penerapan kebijaksanaan moneter bank sentral. Kondisi pasar uang yang liquid memungkinkan bank sentral dapat menerapkan kebijaksanaan moneter secara langsung dan akurat, selain itu memungkinkan bank- bank dengan cepat menyesuaikan posisi reserve requirementnya.

Di samping itu, baru di sadari pula bahwa sistem pembayaran itu sendiri mengandung resiko instabilitas. Ini kalau tidak di pahami,dan karena itu tidak di handle dengan benar, akan mengakibatkan instabilitas yang lain. Resiko- resiko yang terkandung di dalam setiap sistem pembayaran terutama sitem yang menghandle pembayaran pembayaran antar bank yang bernilai besar-besar, cukup ragam, mulai dari resiko liquiditas dan resiko kredit sampai resiko hukum dan resiko reputasi. Yang paling di takuti adalah resiko sistemik(systemic risk). Kalau yang terakhir ini terjadi maka ia bisa menumbangkan atau paling tidak menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap para playernya dan bahkan bisa mengakibatkan kerugian besar bagi penyelenggra sistem itu sendiri.

Dokumen terkait