LANDASAN TEORI
2.3 Ekektifitas Implementasi Learning Management System Efront Dalam Pembelajaran Pemrograman Web
2.3.1 Pengembangan Learning Management System (LMS)
LMS atau Learning Management System adalah aplikasi perangkat lunak yang dapat digunakan dalam administrasi, dokumentasi, pelacakan, pelaporan, dan penyampaian program pendidikan yang berbasis e-learning atau program pelatihan. Jay Kumar C dalam (Suyanto: 2005), mendefinisikan E-Learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau Internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa LMS atau Learning Management System merupakan sistem manajemen pembelajaran yang tidak hanya dapat digunakan untuk pengelolaan sistem pembelajaran secara formal atau di sektor tertentu saja. Pengembangan lebih lanjut dalam dunia pendidikan dapat diterapkan dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah, dimana
pengembangannya mengimplementasikan sistem pembelajaran konvensional kedalam bentuk pembelajaran dunia maya, hal ini pembelajaran yang menggunakan jaringan internet sebagai media penghubungnya dan Learning Management System sebagai kelas mayanya.
Dalam praktiknya, pembelajaran yang menggunakan dua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, berikut ini perbedaan dari metode pembelajaran antara kelas konvensional dan modern. Menurut Reza Syaeful (2007) dalam Budiarso (2008: 28), dijelaskan perbedaan pembelajaran E-Learning dengan metode pengajaran konvensional, berikut perbedaannya:
Tabel 2.1. Perbedaan E-Learning dengan Pembelajaran Konvensional
E-Learning Kelas Konvensional
Bergantung pada motivasi diri pelajar.
Pengajar memainkan peran dalam memotivasi dan membimbing pelajar. Tes dan ujian dilakukan sesuai
dengan kecepatan daya tangkap peserta didik.
Tes dan ujian dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan secara umum. Metode inovatif diperlukan untuk
mengadakan tes dan eksperiment.
Laboratorium tersedia daam melakukan kegiatan tes dan eksperimen praktik.
Durasi pembelajaran ditentukan oleh pelajar
Institusi memiliki kalender dan durasi tetap bagi tiap mata pelajaran.
Lebih sukses dalam jumlah pelajar yang mengikuti pembelajaran online.
Kegiatan belajar dibatasi pada mereka yang bersekolah di institsi tertentu.
Berdasar tabel di atas, dapat dijabarkan lebih lanjut mengenai dampak pengembangan Learning Management System dalam hal ini dapat dikatakan sebagai e-learning terhadap peserta didik di Sekolah, yaitu 1) peserta didik memiliki kesempatan untuk belajar secara mandiri tanpa adanya batasan ruang dan
26 waktu; 2) sumber belajar peserta didik tidak terbatas pada satu sumber saja, melainkan bisa didapat dari berbagai sumber yang berbeda; 3) peserta didik melalui kelas maya dengan leluasa dapat mengulang materi yang belum dipahaminya di dalam pembelajaran konvensional secara berkala; 4) peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar karena banyak inovasi yang dapat dilakukan di dalam kelas maya, tergantung bagaimana guru membuat inovasi dalam pembelajaran yang mampu membuat peserta didik menjadi tertarik terhadap materi yang diajarkannya; 5) kejenuhan pada metode pembelajaran konvensional dapat diatasi dengan adanya inovasi pembelajaran di kelas maya, dimana peserta didik merasa tertantang untuk melakukan sebuah pengalaman baru; dan 6) kegiatan peserta didik tidak dibatasi pada jumlah mata pelajaran tertentu seperti di kelas konvensional, jadi peserta didik dapat memilih pelajaran mana yang ingin dipelajari secara random atau acak.
Saat ini, banyak sekali Learning Management System yang berkembang dan beredar dipasaran, seperti: ATutor, Dokeos, dotLRN, Freestyle Learning, ILIAS, Moodle, OpenUSS, Sakai, Efront, dan masih banyak lagi. Dari kebanyakan Learning Management System yang ada, semuanya bersifat OpenSource artinya kode sumber pengembangannya dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai kebutuhan dari masing-masing instansi yang menggunakannya.
Selain itu masing-masing Learning Management System memiliki kelebihan dan kekurangannya, kelengkapan sistem manajemen administrasi, besar file master Learning Management System, kemampuan manajemen, dan lain-lain. Karakteristik yang berbeda tersebut dapat dijadikan sebagai suatu pilihan dalam pengembangan Learning Management System disetiap institusi. Semisal, suatu
universitas tertentu cenderung menggunakan Moodle sebagai LMS-nya untuk mengelola pembelajaran di kelasnya. Sedangkan sekolah, kebanyakan menggunakan Efront untuk memanajemen pembelajarannya dikarenakan Efront memiliki file size yang lebih kecil daripada Moodle dan tidak membutuhkan banyak resource server seperti bandwidth dan disk space.
2.3.2 Learning Management System (LSM) Efront
Learning Management System adalah aplikasi perangkat lunak yang dapat digunakan dalam administrasi, dokumentasi, pelacakan, pelaporan, dan penyampaian program pendidikan yang berbasis e-learning atau program pelatihan. Jay Kumar C dalam (Suyanto: 2005), mendefinisikan E-Learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau Internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
Rosenberg dalam (Suyanto: 2005) juga menekankan bahwa E-Learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Bahkan Onno W. Purbo menjelaskan bahwa istilah “E” atau singkatan dari elektronik dalam E-Learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet (Suyanto: 2005).
Efront merupakan suatu bentuk antarmuka pelatihan dan pembelajaran modern untuk membantu membentuk komunitas pembelajaran online dengan keuntungan kaya akan interaksi sosialnya. Efront dibuat dengan menu yang
28 menarik berupa ikon-ikon yang interaktif dan mudah untuk digunakan. Bentuk dari Learning Management System ini sudah mencakup banyak fitur seperti pembuatan konten pembelajaran, pembuatan form ujian, manajemen proyek, statistik penggunaan, dan banyak perangkat tambahan yang dapat digunakan untuk berkomunikasi, mendukung fitur pembayaran, ekstensi jejaring sosia, dan masih banyak lagi. Sistem manajemen pembelajaran ini sudah didukung SCORM 1.12 dan SCORM 2004. Efront juga didukun banyak bahasa yang dapat digunakan, bahkan menacapai 40 bahasa yang dapat dipilih.
Efront pada umumnya merupakan perpaduan dari sistem pembelajaran berbasis Open Source yang artinya sistem ini boleh dan dapat digunakan dan dikembangkan lebih luas lagi, dan sistem ini merupakan sebuah alternatif sistem manajemen pembelajaran dari MOODLE dan LMS lainnya.
2.3.3 Model Pembelajaran
Gunter et al (1990: 67) dalam Wayan (2007) mendefinisikan an instructional model is a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes. Joys & Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam Hamzah (2012) ada beberapa model pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan, antara lain: (1) Model Pembelajaran Sosial
Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) didalam lingkungan sosial dan memecahkan dilemma dalam bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan prilaku dirinyadan prilaku orang lain. (2) Model Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh adalah sekumpulan metode pengajaran di mana aktivitas pengajaran dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. (3) Model Pembelajaran Orang Dewasa (POD)
Strategi pembelajaran individu yang mengutamakan teknik menggali pengalaman para peserta didik melalui diskusi, simulasi, studi banding dan lain-lain.
(4) Model Pembelajaran Elaborasi
Model pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya.
(5) Model Pembelajaran Keterampilan
Teori belajar praktik sebenarnya tidak berbeda dengan teori belajar pada umumnya. Namun teori belajar praktik memiliki kekhususan karena dapat diukur melalui observasi. Dan konotasi belajar praktik adalah keterampilan.
Dalam skripsi ini, model pembelajaran yang dapat dikatikan dengan efektifitas implementasi Learning Management System Efront adalah model pembelajaran jarak jauh. Dimana pembelajaran jarak jauh ini juga dikenal pula dengan istilah e-learning. E-learning juda dapat diartikan sebagai metode
30 penyapaian pembelajaran yang menggunakan komputer atau barang elektronik lainnya dan dapat pula memanfaatkan internet serta pemrograman yang memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi dengan bahan-bahan pelajaran melalui media yang ada, seperti Learning Management System Efront.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk menciptakan pembelajaran yang fleksibel termasuk pembelajaran jarak jauh. Untuk bertatap muka dengan peserta didik memerlukan lingkungan kelas virtual yang dikembangkan dari peralatan pengembangan teknologi komunikasi berbasis web. Pembelajaran jarak jauh berbasis web seperti Learning Management System Efront adalah suatu pertemuan antara tiga perkembangan teknologi, yaitu: distance learning, computer-conveyed education, dan teknologi internet.
Dalam model pembalajaran ini peserta didik dan guru dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet tanpat dibatasi ruang dan waktu, selain itu peserta didik dapat belajar kembali dari materi yang telah disampaikan di kelas konvensional setiap saat dan dimana saja saat diperlukan, serta peserta didik dapat belajar dari sumber yang berbeda-beda.
2.3.4 E-Learning Untuk Pendidikan Khususnya Pendidikan Jarak Jauh
E-Learningterdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari “electronic” dan “Learning” yang berarti “pembelajaran”. Jadi e-learning merupakan pembelajaran yang menggunakan benda elektronik, khususnya perangkat komputer. Karena itu, e-learning sering disebut dengan pembelajaran online. Dalam berbagai literatur, e-learning didefinisikan sebagai berikut:
E-Learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone
bridging, audio, videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, ant the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses (Soekartawi, Haryono, dan Librero, 2002).
Dari kutipan tersebut dapat dijabarkan bahwa pembelajaran online merupakan pembelajaran yang pelaksanannya didukung oleh jasa teknologi seperti telephone, suara, video, transmisi satelit, dan komputer.
Dalam perkembangannya, komputer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran, karena itu dikenal dengan istilah computer-based learning (CBL) atau computer-asisted learning (CAL) (Siregar, 2004: 198). Maka setelah itu teknologi terus berkembang dan bisa dikelompokan menjadi dua, yaitu: 1) technology-based learning atau pembelajaran berbasis teknologi, pada TBL prinsipnya terdiri dari Audio Technology Information (radio, suara, pesan suara telephone) dan Video Technology Information (Rekaman video, video teks, pesan video). 2) Teknologi pembelajaran yang kedua yaitu Techonolgy web-based learning atau pembelajaran berbasis web, pada dasarnya Data Information Technlogies (misalnya: buletin, internet, telekonferen, email).
Dalam pembelajaran sehari-hari, maka yang sering dijumpai adalah kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video). Teknologi ini juga sering dipakai di pendidikan jarak jauh, dimaksudkan agar komunikasi antara peserta didik dengan guru terjadi dengan pemanfaatan perkembangan teknologi ini. Sehinga pembelajaran tetap dapat berjalan meski terbentang antara ruang dan waktu, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dimana saja dan kapan saja bahkan dengan sumber yang lebih luas.
32
2.3.5 Pengembangan Model Pembelajaran melalui Internet
2.3.5.1 Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Menurut Rihard Weiner dalam Udin Syaifudin (2009: 183) menjelaskan bahwa teknologi informasi adalah pemroses, pengolah, dan penyebaran data oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi. Teknologi informasi lebih kepada pengerjaan terhadap data. Teknologi informasi menitik beratkan perhatiannya kepada bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan komputer dan telekomunikasi.
Dalam konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkum semua aspek yang berhubungan dengan mesin komputer dan komunikasi serta teknik yang digunakan untuk menangkap, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menghantar, dan menyajikan suatu bentuk informasi yang besar. Komputer yang mengendalikan semua bentuk ide dan informasi memainkan peran yang sangat penting (Munir, 2004).
Pada awalnya teknologi informasi hanya berupa perangkat keras dan perangkat lunak yang dikolaborasikan untuk melaksanakan sejumlah tugas pemrosesan data. Namun seiring berkembangnya jaman, teknologi informasi juga digunakan sebagai teknik komunikasi dalam menyampaikan informasi. Dengan demikian segala bentuk teknologi yang diimplemenasikan untuk memproses dan mengirim informasi dalam bentuk elektronik, software penyaji data, peralatan komunikasi serta jaringan juga termasuk pada wilayah teknologi informasi.
Dalam pendidikan, teknologi informasi berkembang menjadi suatu inovasi pembelajaran yang disebut e-learning. Dimana dalam penggunaanya
memanfaatkan perangkat keras komputer dan jaringan untuk menyampaikan informasi serta digunakan untuk melakukan telekomunikasi dengan entitas lain. Sebut saja VLE atau Virtual Learning Environment, merupakan inovasi dalam pembelajaran dalam menciptakan kelas virtual sebagai sumplemen atau pelengkap praktik pembelajaran selain pembelajaran dalam kelas konvensional.
Dalam Udin Syaifudin (2009: 184) terdapat beberapa pandangan yang mengarah kepada definisi e-learning diantaranya:
(1) E-Learning adalah konvergensi antara belajar dan internet (Bank of America Securities).
(2) E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja, terutama dapat terjadi dalam teknologi internet, tetapi juga dapat terjadi dalam jalinan kerja satelit dan pemuasan digital untuk keperluan pembelajaran (Ellit Tronsen).
(3) E-Learning adalah penggunaan jalinan kerja teknologi untuk mendsain, mengirim, memilih, mengorganisir pembelajaran (Elliut Masie).
(4) E-Learning adalah pembelajaran yang dapat terjadi di Internet (Cisco System). (5) E-Learning adalah dinamika, beroperasi pada waktu yang nyata, kolaborasi,
individu, komperhensif (Greg Priest).
(6) E-Learning adalah pengiriman sesuatu melalui media elektronik termasuk internet, intranet, ekstranet, satelit broadcast, audio/video tape, televise interaktif, dan cd-rom (Cornelia Weagen).
(7) E-Learning adalah keseluruhan variasi internet dan teknologi web untuk membuat, mengirim, dan memfasiltasi pembelajaran (Robert Peterson dan Piper Jafary).
34 (8) E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja untuk pembelajaran di
manapun dan kapanpun (Arista Knowledge System).
Pada akhirnya Electronic Learning dapat didefinisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajaran peserta didik dengan sumber belajar (database, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktivitas dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung (Syncronous) maupun tidak langsung (Asyncronous).
2.3.5.2 Konsep Pembelajaran melalui Teknologi Informasi
Pemanfaatan internet sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran di sekolah tidaklah sesederhana dan semudah yang dibayangkan, karena banyak hal yang harus dipelajari, diperhatikan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh sebelum menerapkan. Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan peserta didik sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak peserta didik mengerjakan tugas-tugas dan membantu peserta didik dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas tersebut.
Menurut Boettcher dalam Udin Syaefudin (2009: 188) Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi,
dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari tiga model dasar dialog komunikasi, antara lain:
(1) Dialog/komunikasi antara guru dengan siswa.
(2) Dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber belajar. (3) Dialog/komunikasi diantara siswa.
Apabila ketiga aspek tersebut bisa diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal. Sebagaimana ditegaskan oleh Bottcher (1995), bahwa perancangan suatu pembelajaran dengan mengutamakan keseimbangan antara ketiga dialog komunikasi tersebut sangat penting pada lingkungan pembelajaran berbasis web.
Secara nyata internet memang bisa digunakan dalam pembelajaran di sekolah, karena memiliki karakteristik yang khas, yaitu: 1) sebagai media interpersonal dan juga sebagai media masa yang memungkinkan terjadinya komunikasi one-to-one maupun one-to-many, 2) memiliki sifat interaktif, dan 3) memungkinkan terjadinya komunikasi secara langsung maupun tidak langsung, sehingga memungkinkan terselenggaranya ketiga jenis dialog komunikasi yang merupakan syarat terselenggaranya suatu proses belajar mengajar.
2.3.5.3 Faktor Pendukung Pembelajaran melalui Teknologi Informasi
Sebagai dasar untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran di sekolah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan penanangan yang serius agar penyelenggaraan pemanfaatan internet terutama implementasi LMS Efront untuk pebelajaran bisa berhasil, yaitu:
36 (1) Faktor lingkungan yang meliputi institusi penyelenggara pendidikan dan
masyarakat.
Peranan institusi yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan komitmen, sangat menentukan terselenggaranya pemanfaatan internet untuk pendidikan dalam lingkungan sekolah. Institusi yang paling pertama yang dituntut untuk memiliki komitmen dalam pendayagunaan internet untuk pembelajaran tertentu saja adalah sekolah. Hal ini terutama berkaitan dengan penggunaan teknologi tinggi yang menyangkut keharusan menyediakan sejumlah dana untuk penyediaan peralatan seperti komputer, jaringan internet, biaya langganan ISP, perawatan, dan lain-lain. Pernanan institusi yang tak kalah pentingnya adalah dalam memberikan kesadaran baik terhadap guru maupun peserta didik tentang teknologi informasi dan komunikasi terutama potensi internet sebagai media pebelajaran. Kemudian dilanjutkan pemberian pengetahuan mengenai prosedur dan tata cara memanfaatkan internet, melalui berbagai kegiatan dan pelatihan yang terus menerus, sehingga secara tidak langsung akan tercipta lingkungan yang akrab teknologi.
(2) Peserta didik yang meliputi usia, latar belakang, budaya, penguasaan Bahasa, dan berbagai gaya belajarnya.
Pemahaman tentang audiens bisa didapat melalui analisis dengan menggunakan data demografi maupun psikografi, antara lain dengan menguji perbedaan-perbedaan karakteristik, sikap dan perilaku audiens. Pemilahan atau pengelompokan diperlukan dalam kaitannya untuk bisa membuat suatu pendekatan atau strategi pendayagunaan internet lebih tepat sasaran,
mengingat bahwa sasaran didik tersegmen dalam kelompok sekolah-sekolah yang berbeda. Pemahaman tentang perbedaan-perbedaan motif penggunaan internet berdasarkan aspek demografi dan psikografi tersebut, menjadi penting agar pengembangan program pendidikan dengan mendayagunakan internet bisa lebih menyentuh kondisi riil sasaran.
(3) Guru yang meliputi latar belakang, usia, gaya mengajar, pengalaman, dan personalitinya.
Peranan guru tak kalah menentukannya terhadap keberhasilan pemanfaatan internet di sekolah. Keberhasilan pembelajaran berbasis internet ini secara signifikan ditentukan oleh karakteristik guru-guru yang akan dilibatkan dalam pemanfaatan internet. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Guru perlu diberikan pemahaman berbagai keuntungan, termasuk kelebihan dan kelemahan penggunaan internet untuk pembelajaran, sehingga mereka memiliki motivasi dan komitmen yang cukup tinggi. b. Guru, baik nantinya dia akan berperan sebagai pengembang dan
pengguna maupun yang diproyeksikan sebagai pengelola sistem pembelajaran berbasis internet, harus dibekali dengan kesadaran, wawasan, pengetahuan, dan keterampilan tentang internet.
c. Guru yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran hendaknya memeiliki pengalaman dan kemampuan mengajar yang cukup.
38 d. Jumlah guru yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan dilakukan secara bertahap.
e. Guru harus memiliki komitmen dan keseriusan dalam menangani pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran.
f. Tetap menjaga gaya mengajar tiap-tiap guru. Karena hal itu akan dicerminkan dalam cara pembelajaran mereka kelak di sistem pembelajaran dengan internet.
(4) Faktor teknologi yang meliputi komputer, perangkat lunak, jaringan, koneksi internet, dan berbagai kemampuan yang dibutuhkan berkaitan dengan penerapan internet di lingkungan sekolah.
Terselengaranya kegiatan pembelajaran dengan dukungan internet, maka setelah ketiga unsur didepan dipenuhi dengan kondisi sebagaimana telah diuraikan, maka faktor teknologi merupakan suatu hal yang juga mutlak harus tersedia dan harus memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan, baik yang berkaitan dengan peralatan, infrastruktur, pengoperasian, dan perawatannya. Idealnya dalam pemanfaatan internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah komputer yang bisa mengakses internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah komputer yang bisa mengakses internet akan lebih baik lagi kalau komputer-komputer yang tersambung ke internet tersebut diletakkan di ruang khusus seperti ruang laboratorium komputer ataupun ruangan-ruangan lain yang dianggap strategis. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi guru dan peserta didik dalam mengakses internet.
2.3.5.4 Model-Model Pembelajaran Internet
Menurut Haughey (1998) dalam Udin Syaifudin (2009: 201) ada tiga bentuk sistem pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pengebangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet, yaitu: 1) Web Course, 2) Web Centric Course, dan 3) Web Enhance Course.
Pertama, Web Course. Adalah pembelajaran yang menggunakan internet untuk keperluan pembelajaran dikelas, dimana seluruh bagian dari bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Peserta didik dan guru sepenuhnya terpisah, namun bisa dilakukan setiap saat. Komunikasi lebih banyak dilakukan secara tidak langsung daripada secara langsung. Bentuk web course ini tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk keperluan pembelajaran maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses pembelajaran sepenuhnya menggunakan fasilitas internet seperti email, chat rooms, bulletin board, dan online conference. Selain itu, sistem ini biasanya dilengkapi dengan berbagai sumber belajar, baik yang dikembangkan sendiri, maupun dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan jalan membuat pranala (link) ke berbagai sumber belajar yang sudah tersedia pada internet, seperti database statistic berita dan informasi, e-book, perpustakaan elektronik, dan lain-lain.
Kedua, Web Centric Course. Sebagian bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian
40 konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka, walaupun dalam proses belajarnya sebagian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan prosentase proses pembelajaran melalui internet. Bentuk ini memberikan makna bahwa kegiatan belahar bergesar dari kegiatan dikelas menjadi kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui internet sama dengan bentuk web course, peserta didik dan guru sepenuhnya terpisah tetapi pada waktu-waktu tertentu peserta didik dan guru melakukan tatap muka, baik di sekolah maupun di tempat lain yang telah ditentukan seperti ruang perpustakaan, taman baca, laboratorium, ataupun di balai pertemuan. Ketiga, Web Enhance Course. Internet digunakan dalam pembelajaran untuk menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran untama adalah tatap muka di kelas. Peranan internet di sini adalah untuk menyediakan sumber-sumber belajar yang sangat kaya akan informasi dengan cara memberikan