• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Subagyo (2004: 226) menyatakan data adalah dasar untuk memecahkan masalah penelitian. Data harus dikumpulkan dengan cara dan alat tertentu serta mengikuti prosedur tertentu. Metode pengumpulan data adalah suatu teknik atau langkah-langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan suatu data atau bukti sebagai pendukung hipotesis dari penelitian yang selanjutnya diolah untuk menguji kebenaran dari teori yang ditentukan sebelumnya.

Mengacu pada hal tersebut, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

92 1. Observasi dan Test

Sutrisno (1986) dalam Sugiyono (2011: 203) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah roses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Sebelum melakukan observasi, peneliti harus membuat acuannya terlebih dahulu yang selanjutnya disebut sebagai catatan atau pedoman observasi mengenai hal-hal yang perlu diamati sesuai dengan tujuan penelitian. Secara sederhana pedoman observasi harus paling tidak menentukan objek yang akan diobservasi, permasalahan yang akan digali, dan kebutuhan. Setelah rumusan tersusun berikutnya adalah bagaimana proses melaksanakan observasi dan pencatatan.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan sebuah observasi dilapangan untuk mengumpulkan data awal yang berupa jadwal pembelajaran di kelas dan mengetahui kondisi peserta didik dilapangan, selain itu juga peneliti ingin mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas. Dalam kegiatan ini, peneliti sekaligus menentukan kelompok yang akan diteliti, dimana pada peserta didik kelas X Multimedia 1 ditentukan sebagai kelompok kontrol (K) dan kelas X Multimedia 2 sebagai kelompok eksperimen (E)

Sedangkan yang dimaksud dengan test menurut Arikunto (2002: 198) menjelaskan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengumpulkan keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Dalam penelitian ini, peniliti akan mengadakan pretes dan postes yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan dari kedua kelompok tersebut, baik kelompok yang diberikan perlakuan maupun tidak diberi perlakuan. Pretest diberikan kepada kedua kelompok untuk mengetahui kemampuan awal objek yang akan diteliti, sedangkan postest dilakukan untuk mengetahui kemampuan kedua kelompok setelah adanya perlakuan.

Metode pengumpulan data dengan menggunakan Test digunakan untuk mengetahui perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah diberikan pretest dan postest. Adapun tes yang digunakan berupa tes objektif berbentuk optional atau pilihan ganda, hal ini dikarenakan tes tersebut memiliki sifat cakupan yang luas dan terarah, memiliki sifat objektif, serta memudahkan dalam melakukan koreksi hasil test.

2. Angket/Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono: 2011).

94 Dalam hal ini angket minat belajar diberikan sebanyak dua kali sebelum dan sesudah perlakuan kepada peserta didik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh implementasi Learning Management System Efront pada minat belajar mata pelajaran pemrograman web kelas X Multimedia di SMK Negeri 8 Semarang. Angket minat yang diberikan diawal penelitian berguna untuk menggali data berupa minat awal sebelum diberi perlakuan kepada kedua kelompok. Sedangkan angket minat akhir diberikan untuk mengetahui seberapa besar minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran setelah diberi perlakuan.

Selain itu angket evaluasi media juga diberikan kepada pengguna (guru dan peserta didik) serta ahli media untuk mengetahui karakteristik program aplikasi yang dibutuhkan agar sesuai dengan kebutuhan entitas dan untuk perbaikan pengembangan program lebih lanjut apabila dibutuhkan.

3. Dokumentasi

Menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (2004: 161) mendefinisikan dokumen ialah setiap bahan tertulis maupun film. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian langsung dilapangan. Adapun dokumentasi yang dikumpulan berupa data peserta didik dan guru, perangkat pembelajaran mata pelajaran pemrograman web kelas X Multimedia, materi

pembelajaran, gambaran ketika proses pemebalajaran di kelas, saat pembelajaran menggunakan Learning Management System Efront, dan screenshoot dari antarmuka (User Interface) Learning Management System Efront serta untuk memperoleh daftar nama peserta didik dan profil sekolah.

3.6 Matching

Pada penelitian ini, peneliti memaparkan kondisi awal peserta didik dari umur peserta didik dan persentase jumlah jenis kelamin peserta. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bahwa sampel yang digunakan benar-benar representatif. Untuk itu maka dilakukan matching antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen melalui data umur peserta didik dan jumlah jenis kelamin peserta didik. Perhitungan penelitian menggunakan program SPSS 21 dengan Uji Pearson Chi Square.

3.7 Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 146) Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya cermat sehingga lebih mudah diolah.

3.7.1 Penyusunan Instrumen

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengadaan instrumen penelitian melalui beberapa tahap. Prosedur yang ditempuh adalah perencanaan, penulisan butir soal, penyuntingan, uji-coba, penganalisaan hasil, dan mengadakan revisi (Arikunto, 2006: 166). Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam membuat instrumen dalam penelitian ini yaitu peneliti menyusun kisi-kisi instrumen, yang selanjutnya dari kisi-kisi dikembangkan menjadi sebuah instrumen awal berupa draft instrumen, kemudian kisi-kisi dan draft instrumen

96 dikonsultasikan terlebih dahulu untuk memeriksa kelayakannya, hasil konsultasi tersebut akan dilakukan pembenahan apabila diperlukan, dan tahap terakhir adalah melakukan uji coba pada subjek penelitian. Adapun alur pembuatan instrumen yang peneliti lakukan sebagai berikut:

Gambar 3.5. Alur Pembuatan Instrumen Penelitian

Setelah mengetahui alur pembuatan instrumen, maka tahapan selanjutnya adalah mengimplementasikannya dalam bentuk penyusunan instrumen untuk penelitian yang akan dilakukan. Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel-variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan dan

TEORI KISI-KISI INSTRUMEN DRAFT INSTRUMEN INSTRUMEN VALIDASI

UJI COBA REVISI INSTRUMEN JADI

INSTRUMEN AKHIR T AH AP 1 T AH AP 2 T AH AP 3

pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen” (Sugiyono, 2010: 149).

Untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid.

3.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Tujuan utama dalam sebuah penelitian adalah untuk mendapatkan data yang valid atau benar-benar sesuai dengan kenyataan yang diharapan. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Selain itu kondisi objek yang diteliti dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data juga mempengaruhi valid atau tidaknya hasil penelitian.

Maka dari itu, peneliti harus mampu mengendalikan objek yang diteliti dan meningkatkan kemampuan dan menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti. Menurut Azwar (2005: 6) mengemukakan suatu alat ukur dapat dikatakan valid apabila alat ukur tersebut mempunyai ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsi ukurnya dan memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

98

3.7.2.1 Validitas

Valid berarti instrumen tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012: 173). Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Apabila data yang didapatkan valid maka dapat dikatakan bahwa data tersebut memiliki validitas yang tinggi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas butir soal, karena peneliti ingin mengetahui valid atau tidaknya instrumen berdasar pada kevalidan setiap butir soal sehingga instrumen tersebut dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam bentuk pengujian tes belajar yang mengukur aspek-aspek kognitif yang berhubungan dengan minat dan hasil belajar peserta didik. Untuk menguji validitas dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi product moment dengan bantuan aplikasi Microsoft Office Excel 2013.

= �Σ �Σ− Σ − Σ�Σ − ΣΣ

Gambar 3.6. Rumus Korelasi Product Moment Keterangan:

= Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y � = Banyaknya subjek

∑ = Jumlah skor tiap butir soal

∑ = Jumlah skor total yang benar dari tiap subjek ∑ = Jumlah kuadrat skor tiap butir soal

∑ = Jumlah perkalian skor tiap butir soal dan skor total yang benar dari tiap subjek.

Kemudian hasil r dibandingkan dengan rtabel product moment dengan

=5%. Jika r > rTabel maka soal dikatakan valid (Arikunto, 2005:72). Kriteria valid tidaknya soal tes dapat dianalisis dengan cara membandingkan rxy dengan rtabel. Jika rxy > rTabel, maka butir soal dikatakan valid.

3.7.2.3 Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi suatu instrumen, artinya apabila instrumen digunakan berkali-kali untuk mengukur suatu objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2006:178). Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan (Sugiyono, 2012: 174).

Dalam penelitian ini, untuk menguji reliabilitas instrumen butir soal menggunakan pengujian reliabilitas intrumen secara internal. Secara internal reliabilitas intrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Dalam hal ini, peneliti menggunakan teknik internal consistency dimana pengujian dilakukan dengan mencobakan instrumen sekali saja, kemudia data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu juga. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.

100 Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha (George and Mallery, 1995), dengan kriteria sebagai berikut:

α ≤ 0,7 : Tidak dapat diterima 0,7 < α ≤ 0,8 : Dapat diterima 0,8 < α ≤ 0,9 : Reliabilitas bagus α > 0,9 : Reliabilitas memuaskan

Menurut George dan Mallery (1995), nilai alpha melebihi 0.7 menunjukkan bahwa instrument kajian boleh diterima dan pakai serta tidak perlu diperbaiki.

Setelah data terkumpul, maka peneliti menganalisis data tersebut dengan bantuan program SPSS 21 For Windows untuk kemudian dideskripsikan atau dipaparkan hasilnya.

3.7.2.4 Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Besarnya indeks kesukaran antara 0.00 sampai dengan 1.0 (Arikunto, 2002: 208). Untuk mencari indeks kesukaran dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:

Gambar 3.7. Rumus Indeks Kesukaran

Keterangan:

IK = P (proporsi) = Indeks kesukaran.

JBA = Jumlah peserta didik yang menjawab benar pada butir soal kelompok atas.

JBB = Jumlah peserta didik yang menjawab benar pada butir soal pada kelompok bawah.

JSA = Banyaknya peserta didik pada kelompok atas. JSB = Banyaknya peserta didik pada kelompok bawah.

Menurut Arikunto (2002: 210) indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:

Soal dengan P = 0.00 – 0.30 adalah soal sukar. Soal dengan P = 0.31 – 0.70 adalah soal sedang. Soal dengan P = 0.71 – 1.00 adalah soal mudah.

3.7.2.4 Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik kurang pandai (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2002: 211). Indeks diskriminasi ini berkisar antara 0.00 sampai 1.00. Untuk menghitung daya pembeda dari alat yang diukur, maka digunakan rumus sebagai berikut:

Gambar 3.8. Rumus Daya Pembeda

Keterangan:

DP = Daya pembeda soal.

102 JBA = Jumlah peserta didik yang menjawab benar pada butir soal pada

kelompok atas.

JBB = Jumlah peserta didik yang menjawab benar pada butir soal pada kelompok bawah.

JSA = Banyaknya peserta didik pada kelompok atas.

Klasifikasi daya pembeda (Arikunto, 2002: 218) D = 0.00 – 0.20 = Jelek

D = 0.20 – 0.40 = Cukup D = 0.40 – 0.70 = Baik D = 0.70 – 1.00 = Baik sekali

D = Negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang.