• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Ekologi dan Kesehatan

Kesehatan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan erat pula hubungannya dengan taraf sosial ekonomi. Karenanya, untuk dapat mengelola kualitas lingkungan ataupun kesehatan masyarakat perlu dihayati hubungan lingkungan dengan manusia, yaitu ekologi manusia.

Kemampuan manusia untuk mengubah atau memodifikasi kualitas lingkungnya tergantung sekali pada taraf sosial budaya. Masyarakat yang primitif hanya mampu membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat tersebut. Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya

dapat mengubah lingkungan hidup sampai ke taraf yang irreversibel. Gunung-

gunung dapat dibelah atau dipotong sesuai dengan keperluannya. Hutan dapat diubah menjadi kota dalam waktu yang singkat.

Pemanfaatan sumberdaya alam menurut Sugandhi dan Hakim (2007) dalam memodifikasi lingkungan hidup dengan tujuan memperbaiki nasib manusia tidak selalu berhasil dengan baik bila tidak diperhatikan proses-proses yang terjadi di dalam ekosistem yang mengikuti perubahan-perubahan tersebut. Apabila modifikasi lingkungan dilakukan sedemikian rupa sehingga alam tidak dapat lagi mempertahankan keseimbangannya, maka akan terjadi hal-hal yang merugikan manusia sendiri. Karena manusia selain mendayagunakan unsur-unsur dari alam,

manusia juga membuang kembali segala sesuatu yang tidak dipergunakan kembali ke alam biasanya disebut dengan limbah, tindakan ini akan berakibat buruk bagi manusia apabila jumlah buangan sudah telalu banyak sehingga alam tidak dapat lagi membersihkan keseluruhannya. Dengan demikian, terjadi pengotoran lingkungan dan sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Sebagai akibatnya, manusia akan mengalami gangguan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut di atas, jelas bahwa kelangsungan hidup masyarakat sangat tergantung pada pengetahuan dan pengertian tentang proses-proses interaksi di dalam ekosistem (Slamet, 2007).

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada usaha pertambangan bijih besi PT Juya Aceh Mining, yang berlokasi di Desa Ie Mirah dan Pante Rakyat, Kecamatan Babah Rot Kabupaten Aceh Barat Daya Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Jarak dari ibukota propinsi (Banda Aceh) 412 km arah barat, dapat ditempuh dalam waktu 11-12 jam dengan transportasi darat. Secara geografis lokasi pertambangan

bijih besi ini terletak pada posisi 96048, 29’84” BT dan 30 47, 45’582”. LU.

Pengusahaan pertambangan berada dalam dua wilayah administrasi desa yaitu Desa Ie Mirah dan Desa Pante Rakyat. Desa Ie Mirah terbagi dalam empat dusun yaitu: Dusun Kuta Malaka, Dusun Kubang Gajah, Dusun Pancang Besi dan Dusun Seujahtra, dan memiliki berpenduduk sebanyak 1.579 jiwa. Sedangkan Desa Pante Rakyat terdiri atas sepuluh dusun yaitu dusun Pasar, Alue Pineung, Plak Mirah, Kampong Teungoeh, Lhoek Gayoe, Geunang Jaya, Alue Mentri, Blang Raja, Lhoek Meukek dan Dusun Alue Dawah, serta memiliki penduduk 6.728 jiwa. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2008 sampai dengan bulan Maret 2009.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini sepenuhnya dilakukan di Desa Ie Mirah dan Desa Pante Rakyat Kecamatan Babah Rot Kabupaten Aceh Barat Daya Propinsi NAD. Penelitian ini terkonsentrasi pada pencarian seberapa besar kehilangan fungsi ekonomi lingkungan yang ditimbulkan oleh pertambangan, menghitung perbedaan tingkat pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya kegiatan pertambangan dan mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap kegiatan pertambangan bijih besi PT Juya Aceh Mining.

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey yang merupakan kombinasi

dari “descriptive research” dan “problem solving research”. Menurut Ethridge

mengidentifikasi dan mendeskripsikan apa yang terjadi. Sementara itu penelitian

problem solving research, (penelitian pemecahan masalah) adalah penelitian yang dirancang untuk memecahkan masalah yang spesifik guna mengambil keputusan yang spesifik pula. Dengan penggunaan metode penelitian ini, maka hasil penelitian selain dapat dideskripsikan juga dapat diketemukan masalah yang penting, untuk selanjutnya ditentukan alternatif pemecahannya.

3.4. Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini pengambilan sampel terdiri dari dua desa yaitu Desa Ie Mirah dan Desa Pante Rakyat. Dari desa tersebut diambil 4 dusun yaitu: tiga dusun dari Desa Ie Mirah dipilih Dusun Kuta Malaka, Seujahtera dan Dusun Pancang Besi dan satu dusun dari Desa Pante Rakyat yaitu Dusun Alue Dawah.

Pemilihan tempat berdasarkan asumsi dimana dampak permasalahan seperti fasilitas, aktifitas, hilangnya sumber kehidupan, terjadinya pencemaran, tersedia lapangan kerja, peningkatan dan penurunan pendapatan/kapita, konflik dan lain sebagainya, selama proyek beroperasi, dampak paling utama akan dipikul oleh masyarakat Desa Ie Mirah dan Desa Pante Rakyat.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data atau informasi langsung dari masyarakat Desa Ie Mirah dan Desa Pante Rakyat yang berdomisili di sekitar pertambangan PT Juya Aceh Mining. Data primer ini diperoleh dari hasil wawancara dengan anggota masyarakat yang dipandu dengan kuisioner. Data primer ini mencakup komponen ekonomi, sosial dan lingkungan yang terkena dampak dari kegiatan proyek PT Juya Aceh Mining. Data ini berupa:

• Data tentang vegetasi dari ekosistem yang terdapat pada areal

pertambangan PT Juya Aceh Mining

• Data jumlah tenaga kerja yang memiliki kesempatan kerja di

pertambangan

• Data pendapatan masyarakat pada saat sebelum dan setelah adanya

• Persepsi masyarakat (sikap dan pandangan masyarakat) terhadap kegiatan pertambangan

Data sekunder, merupakan data/informasi yang sudah didokumentasikan baik berupa data statistik maupun hasil penelitian yang diperoleh dari dinas/instansi atau kelembagaan yang terkait dengan penelitian ini. Data ini berupa:

• Data luasan hutan dan pemanfaatannya

• Data tentang kekayaan keanekaragaman hayati yang terdapat pada hutan

konversi oleh PT Juya Aceh Mining

• Data harga dasar produk kehutanan dan pertanian

• Dokumen AMDAL PT Juya Aceh Mining

• Data luas areal yang dikonversi oleh PT Juya Aceh Mining

• Data demografi (kependudukan) yang berdomisili di sekitar tambang

• Data tingkat pendidikan dan pekerjaan

• Data jumlah KK, pekerjaan, dan pendidikan

3.6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui kehilangan fungsi ekonomi lingkungan diperoleh dari menghitung barang ekonomi yang hilang. Pengambilan data dilakukan pada seluruh areal pertambangan dengan merujuk pada dokumen AMDAL PT Juya Aceh Mining. Sedangkan data sosial, diperoleh melalui diskusi/wawancara secara mendalam dengan masyarakat yang dijadikan sampel, tokoh masyarakat, pihak perusahaan dan pemerintah diikuti dengan pengisian kuisioner.

Pemilihan responden berdasarkan pendapat Siegel (1997) yang menyatakan bahwa apabila subjeknya lebih dari 100, maka dapat diambil antara 10–15% atau 20–25% atau lebih. Dengan merujuk pendapat tersebut, maka responden pada penelitian ini adalah 91 orang yaitu (20% dari populasi), dari jumlah penduduk disetiap dusun dan dibagi dalam 4 kelompok berdasarkan dusun. Tiga dusun berada dalam administrasi Desa Ie Mirah yaitu Dusun Kuta Malaka, Seujahtera dan Dusun Pancang Besi, dan satu dusun berada dalam administrasi Desa Pante

Rakyat yaitu Dusun Alue Dawah. Data pendukung berupa telaah pustaka yang mencakup kajian konsep teoritis dan telaah hasil penelitian.

3.7. Analisis Data

3.7.1. Analisis Kehilangan Fungsi Ekonomi Lingkungan

Untuk mengetahui dampak pertambangan terhadap hilangnya barang lingkungan, analisis dilakukakan dengan kuantitatif dengan cara melakukan penghitungan Nilai Ekonomi Total (NET) terhadap vegatasi yang terdapat pada areal pertambangan PT Juya Aceh Mining. Dalam penelitian ini dilakukan dua tahap pendekatan Tietenberg (1992) yaitu (1) identifikasi manfaat dan fungsi- fungsi barang lingkungan (2) mengkuantifikasi segenap manfaat dan fungsi ke dalam nilai uang. Tahap identifikasi manfaat dan fungsi dari barang lingkungan yang diteliti diawali dengan studi pustaka mengenai nilai-nilai dari barang lingkungan (Yakin, 2004). Identifikasi ini meliputi manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

a. Manfaat langsung (Direct use value)

ML=∑ MLi

Diamana: ML : Total manfaat langsung

MLi : Manfaat langsung dari barang lingkungan ke-i

b. Manfaat tidak langsung (Indirect use value)

MTL=∑MTLi

Dimana : MTL : Total manfaat tidak langsung

MTL1: Manfaat tidak langsung dari barang lingkungan ke-i Selanjutnya Nilai Ekonomi Total dari barang lingkungan yang dikonversi pertambangan dapat diformulasikan sebagai berikut

NMT=ML+MTL

Dimana : NMT : Nilai manfaat total

ML : Total manfaat langsung

MT : Total manfaat tidak langsung

Setelah semua manfaat dan fungsi barang lingkungan yang diteliti berhasil diidentifikasikan, maka langkah selanjutnya adalah mengkuantifikasi manfaat dan

fungsi tersebut ke dalam nilai rupiah. Teknik kuantifikasi yang akan dipakai adalah penggunaan nilai pasar.

3.7.2. Analisis Pendapatan Rumah Tangga

Ada tidaknya perbedaan tingkat pendapatan rumah tangga masyarakat yang terkena dampak langsung dari kegiatan pertambangan di Desa Ie Mirah dan Desa Pante Rakyat, sesudah adanya kegiatan pertambangan, dianalisi dengan statistik deskriptif dengan menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi merupakan teknik meneliti yang menggunakan metode lebih dari satu secara independen, sehingga dapat diperoleh informasi yang mendekati kebenaran dari data yang dihimpun (Hadi, 2005). Adapun data yang digunakan berupa pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya pertambangan.

3.7.3. Analisis Persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat terhadap kegiatan pertambangan, dilihat dari sikap dan pandangan responden terhadap keberadaan PT Juya Aceh Mining atas dampak yang telah ditimbulkannya terhadap kehidupan mereka. Persepsi yang baik/positif menunjukkan bahwa masyarakat mendukung kegiatan pertambangan, sedangkan persepsi yang kurang baik/negatif menunjukkan kurangnya dukungan terhadap kegiatan pertambangan. Jadi persepsi ini didasari oleh manfaat yang masyarakat rasakan sebelum dan sesudah adanya kegiatan pertambangan, data ini disajikan secara deskriptif.

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Keadaan Umum dan Luas Daerah Penelitian

Kabupaten Aceh Barat Daya (ABDYA) terbagi menjadi 6 kecamatan dengan Blang Pidie sebagai ibu kota kabupaten. Pertanian dan perdagangan adalah pilar utama yang membangun struktur perekonomian Kabupaten Aceh Barat Daya. Pertanian di daerah ini mengandalkan tanaman pangan sebagai hasil utama yang berupa padi, kacang hijau, kacang tanah, ketela pohon, dan pisang. Seluruh komoditi ini akan dipacu produksi dan produktivitasnya untuk program agropolitan. Pada kelompok tanaman buah-buahan juga dikembangkan antara lain buah mangga, durian, kuini, dan rambutan. Di sektor perkebunan komoditas pala, kelapa sawit, dan karet juga diandalkan untuk pengembangan agropolitan. Pengembangan perikanan laut di daerah ini lebih dimungkinkan sebab lima kecamatan di ABDYA berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Secara umum setiap kecamatan di daerah ini telah memiliki peruntukan kegiatan ekonomi masing-masing sesuai dengan karakter daerah yang dimiliki. Blang Pidie menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan. Kecamatan Susoh menjadi sentral pengembangan sektor kelautan, Kecamatan Manggeng, Kuala Batee dan Babah Rot menjadi agropolitan.

Daerah penelitian merupakan salah satu kecamatan yang berada dalam Kabupaten Aceh Barat Daya yaitu Kecamatan Babah Rot. Secara administrasi daerah penelitian berada dalam dua desa, yaitu Desa Ie Mirah dan Desa Pante Rakyat. Luas Desa Ie Mirah 7.700 ha, dengan jumlah penduduk laki-laki 830 jiwa, wanita 746 jiwa dan terdiri dari 383 Kepala Keluarga (KK). Di bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues, sebelah selatan dengan samudra Hindia, sebelah timur dengan Desa Pante Rakyat, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gunung Samarinda.

Luas Desa Pante Rakyat 8.200 ha, dengan jumlah penduduk 3.205 jiwa laki- laki dan 3.525 jiwa wanita, terbagi dalam 1.514 KK. Desa ini di bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues, di sebelah selatan Samudra Hindia, sebelah timur berbatasan dengan Desa Pante Cermen, sebelah barat dengan Desa

Ie Mirah. Kedua desa tersebut terletak di dalam administrasi Kecamatan Babah Rot Kabupaten Aceh Barat Daya Propinsi NAD. (Tabel 1)

Tabel 1 Jumlah penduduk dan kepala keluarga

No Desa Jumlah KK

Penduduk Akhir Bulan Februari 2009 Laki-laki Perempuan L+P 1 Ie Mirah 340 829 750 1.605 2 Pante Rakyat 1.514 3.204 3.524 6.748 Jumlah 1.854 4.033 4.274 8.353

Sumber: Kantor Camat Kecamatan Babah Rot

Kecamatan Babah Rot berjarak 45 km dari ibukota Kabupaten Aceh Barat

Daya yaitu Blang Pidi. Secara geografis terletak pada posisi 960, 48 BT dan 30 47

LU.

\

Gambar 2 Peta lokasi penelitian KP PT Juya Aceh Mining (Sumber: Laporan studi

kelayakan PT Juya Aceh Mining) 4.2. Kondisi Iklim dan Curah Hujan

Tipe iklim daerah penelitian berdasarkan klasifikasi Oldeman (1980) termasuk kategori iklim A (hujan tropis). Bila dilihat dari nilai suhu udara rata-

bernilai di atas 60 mm (Tabel 2). Wilayah penelitian memiliki suhu udara rata-rata

25,6 0C dengan kisaran antara 22,4 0C sampai 31,1 0C.

Kelembaban nisbi udara yang relatif tinggi berkisar antara 79%, pada bulan Agustus hingga 89% pada bulan Januari. Evapotranspirasi potensial bulanan atau penguapan setiap bulan berkisar antara 3,0 mm, pada bulan Januari 4,5 mm, total penguapan setahun mencapai 23,8 mm. Curah hujan daerah penelitian sebesar 3.877 mm/tahun, termasuk kategori bulan basah, dengan distribusi bulanan terendah hujan 186 mm pada bulan Agustus hingga tertinggi 451 mm pada bulan Januari. Hujan total terbanyak 3.877 mm berakumulasi selama 132 hari. Hari hujan dengan hujan terendah pada bulan Juli dengan 13 hari dan tertinggi 28 hari pada bulan Januari. Hujan total dalam sehari sering terjadi pada bulan Januari yang mencapai 16 mm/hari.

Tabel 2 Data suhu, curah hujan dan kelembaban Kabupaten ABDYA

Bulan/Unsur Iklim Suhu 0C Min Suhu 0C Rata2 Suhu 0C Maks ETP (mm) RH (%) HH (hari) CH (mm) min CH (mm) rata2 CH (mm) maks Jan 22,6 25 29,3 3 89 28 297 451 629 Feb 22,6 25,2 30,1 3,4 88 24 73 342 538 Mar 22,8 25,6 31,1 3,7 86 25 98 368 741 Apr 22,9 26 31,4 3,7 86 24 245 430 596 Mei 22,6 25,8 31,3 3,4 85 20 209 371 518 Jun 22 25,6 31,2 3,4 83 15 51 274 470 Jul 21,5 25,6 31,7 3,8 81 14 24 217 366 Agt 21,7 25,7 32,2 4,3 79 12 10 186 431 Sep 22,2 25,9 32,3 4,5 81 15 45 234 445 Okt 22,6 25,9 31,7 4 84 21 36 329 573 Nov 22,7 25,7 30,9 3,8 86 25 181 415 709 Des 22,7 25,5 30,5 3,8 86 24 70 260 414 Rata2 22,4 25,6 31,1 3,7 84,5 21 112 323 536 Sumber: Dokumen Amdal PT Juya Aceh Mining

4.3. Kondisi Flora dan Fauna Daerah Penelitian a. Flora

Secara umum kondisi alam daerah penelitian dibagi atas tiga komposisi vegetasi.

1. Vegetasi hutan yang didominasi oleh Kuli minyak (Litsea glutinose), Medang

(Dehaosia sp), Tapu (Mancaraga tanarius), Pasang (Castanopsis argentea)

yang sering dijumpai pada hutan sekunder. Kehadiran kelompok tumbuhan seperti Tapu, Kapur dan Lara mengindikasikan bahwa kawasan tersebut merupakan kawasan hutan sudah pernah dieksploitasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa kawasan hutan sekunder tersebut merupakan areal bekas Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) PT ASDAL yang telah berakhir sekitar tahun 1998 yang lalu.

2. Vegetasi agroforestry. Daerah ini merupakan daerah yang telah berubah dari

hutan menjadi daerah yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat mencari nafkah dengan bercocok tanam. Hal ini terbukti dengan vegetasi yang

mendominasi kawasan ini antara lain: Pala (Myristica sp), Pinang (Areca

catechu), Kelapa sawit (Elaeis quineensis), Durian (Durio zebhatinus) yang kesemuanya merupakan tanaman yang dibudidayakan.

3. Vegetasi perkarangan. Tanaman yang mendominasi kawasan ini berupa jambu

air (Syzigium aquaticum), Pisang (Musa paradisiacal), Coklat (Theobroma cacao), Rambutan (Nephelium sp), Melinjo (Gnetum gnemon), Sirsak (Annona muriceta), Belimbing (Averhoa bilimbi), Pepaya (Carica papaya), Nangka

(Arthocarpus integra).

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pada kawasan eksploitasi bijih besi oleh PT Juya Aceh Mining tidak dijumpai hutan primer. Bila ditinjau dari fungsi hutan primer seperti pemelihara iklim, hidrologi, habitat satwa liar, pemelihara siklus biokimia, pemelihara kesuburan dan lainnya, maka fungsi- fungsi tersebut sudah menurun. Akan tetapi dari segi pendapatan masyarakat sebagai tempat berusaha dan secara ekonomi lingkungan vegetasi ini masih memiliki nilai.

b. Kondisi Fauna

Pada daerah penelitian ada beberapa jenis fauna yang dijumpai, yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam Mamalia, Reptilia dan Aves (Tabel 3).

4.4. Kondisi Alam, Topografi dan Hidrologi

Dilihat dari sejarah, kawasan penelitian yaitu Kecamatan Babah Rot, memiliki sejarah pahit dalam menerima hukum alam berupa banjir bandang yang terjadi pada tahun 2002 lalu, yang menelan korban jiwa dan harta benda.

Kejadian ini diprediksikan sebagai akibat dari hilangnya vegetasi hutan bagian hulu Kabupaten Aceh Barat Daya.

Tabel 3 Jenis fauna pada lokasi penelitian

Nama daerah Nama ilmiah Keterangan

Kelompok Mamalia

Kerbau Babalus bubalis Mamalia Peliharaan Babi Sus Scrofa Mamalia Liar Tupai Caloceorus notacus Mamalia Liar Kera ekor Panjang Macaca fascicularis Mamalia Liar Siamang Symphalangus sundactylus Mamalia Liar Kalong protopterus vampirus Mamalia Liar Musang Paradoxurus hemaproditus Mamalia Liar Kambing Capra sp Mamalia peliharaan Anjing Canis canis Mamalia peliharaan Kucing Felis domesticus Mamalia peliharaan Rusa Cervus sp Mamalia Liar Harimau Sumatara Panthera tigris sumatrae Mamalia Liar Kancil Malacocincla sp. Mamalia Liar Landak Hystrix brachyura Mamalia Liar

Kelompok Reptilia

Kadal Maboyya multifasciata Tidak dilindungi Biawak Varanus salvatorius Tidak dilindungi Tokek Gekko-gekko Tidak dilindungi Ular fiton Sanca molurus Tidak dilindungi Ular mati ekor Trimeresurus sp Tidak dilindungi

Kelompok Aves

Elang hitam Ictinaetus malayensis* Dilindungi burung Cekakak Halcyon chloris Tidak dilindungi Walet sarang putih Collocalia fuchipaga Tidak dilindungi Kentul Kerbau Bubulkus ibis Tidak dilindungi Tekukur Streptopelia chinensis Tidak dilindungi Punai kecil Treron olax Tidak dilindungi Burung Cabee Dicaeum trochileum Tidak dilindungi Alap-alap api Falco moluccencis* Dilindungi Layang-layang batu Hirundo taitica Tidak dilindungi Kirik-kirik laut Merops philippinus Tidak dilindungi Kicuit batu Motacilla cinerea Tidak dilindungi Kipasan Rhipidura javanica* Dilindungi Burung madu sepah raja Aethopyga siparaja Tidak dilindungi Burung madu kelapa Antreptes malacencis* Dilindungi Burung madu sriganti Nectarinia jugularis* Tidak dilindungi Burung kepodang Oriolus chinensis Tidak dilindungi Bondol haji Lonchura maja Tidak dilindungi Bondol taruk Lonchura molucca Tidak dilindungi Burung terucuk Pycnonotus goiavier Tidak dilindungi Burung geri kecil Aploinis minor Tidak dilindungi Jalak kerbau Acridotheres javanicus Tidak dilindungi Burung cinenen Orthotomus surtorius Tidak dilindungi Srigunting Dicrurus sp Dilindungi Perling kumbang Aplonis panayensis Tidak dilindungi Burung kucica Capsycus saularis Tidak dilindungi Sumber: LSM YLI dan dokumen AMDAL PT Juya Aceh Mining

Dua desa di Kecamatan Babah Rot yaitu Desa Ie Mirah dan Pante Rakyat yang dijadikan sampel penelitian, merupakan daerah yang rawan bencana banjir. Pada Desa Ie Mirah banjir terjadi hampir setiap tahun, menurut hasil pengamatan dan wawancara dengan penduduk yang sudah 30 tahun tinggal di desa tersebut serta dinas kehutanan, banjir ini terjadi karena curah hujan yang tinggi, topografi hulu yang terjal dan berbatu, kondisi hutan bukan primer dan ketidakmampuan sungai Ie Mirah menampung air. Alasan lain adalah daerah serapan berupa lahan gambut di hilir telah dikonversi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Kondisi lain juga dapat dilihat dari tipe rumah panggung yang dibangun oleh masyarakat setempat untuk mengantisipasi banjir yang tiap tahun kerap terjadi, (Gambar 3). Rutinitas banjir telah terjadi sejak 30 tahun sebagai dampak dari meluapnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Ie Mirah yang merupakan anak DAS utama Krueng Babah Rot.

Wilayah penelitian termasuk ke dalam DAS Krung Babah Rot dengan beberapa sub DAS yang terdapat di kawasan pertambangan bijih besi PT Juya Aceh Mining, salah satunya adalah sub DAS Krung Ie Mirah. Air permukaan di lokasi penelitian berkualitas baik, yaitu jernih, tidak berwarna dan tidak berbau, jaringan sungai umumnya rapat dan berair hanya pada musim penghujan. Muka air sungai cepat naik manakala hujan turun dan cepat surut setelah beberapa saat hujan berhenti. Masyarakat di wilayah ini menggunakan air sungai dan air pegunungan yang ditampung untuk keperluan hidup sehari-hari mulai dari keperluan MCK sampai konsumsi.

Topografi daerah penelitian terdiri dari bentang alam dataran dan perbukitan, kecuraman terdiri atas ringan, sedang hingga berat. Karakteristik topografi sebagian besar berupa perbukitan, hanya sebagian kecil bertopografi datar. Daerah perbukitan menempati bagian timur, tengah dan selatan, disusun oleh rangkaian perbukitan yang memanjang searah dengan sumbu Pulau Sumatra, yaitu berarah barat laut-tenggara dengan elevasi tinggi 500 meter di atas permukaan laut. Sedangkan topografi dataran hanya terletak di bagian utara.

Gambar 3 Tipe dan kondisi rumah masyarakat daerah penelitian

4.5. Ketergantungan Masyarakat terhadap Air Bersih

Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia maupun mahluk hidup lainnya yang ada di muka bumi. Sejalan dengan pertambahan dan perkembangan penduduk serta industri, maka kebutuhan terhadap air bersih semakin meningkat pula. Pertumbuhan penduduk dan aktivitas pembangunan yang tinggi, serta adanya eksploitasi sumberdaya alam secara intensif dan berlebihan, memberikan peringatan kepada kita untuk menyusun suatu strategi yang lebih baik dalam mengelola sumberdaya alam air. Sebagai wilayah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi mencapai 3.877 mm/tahun hingga terkadang di berbagai wilayah mengalami banjir, seperti halnya salah satu desa penelitian yaitu Desa Ie Mirah, yang hampir setiap tahun mengalami banjir. Namun demikian pada daerah penelitian ketersedian air bersih terbatas, hal ini terbukti dari ketergantungan masyarakat pada air sungai dan air pegunungan untuk penggunaan seluruh kebutuhan hidup.

Air yang dipergunakan oleh mayoritas masyarakat Desa Ie Mirah saat ini bersumber dari air pegunungan yang dialirkan melalui pipa ke tempat penampungan (Gambar 4). Tempat penampungan berada tepat di tengah-tengah Desa Ie Mirah. Dari hasil wawancara yang dilakukan, sumber air tersebut berasal dari kawasan pengunungan dalam kawasan eksploitasi bijih besi PT Juya Aceh Mining. Hingga penelitian dilakukan belum diketemukan masalah ketidak

tersediaan air baik secara kualitas maupun kuantitas dalam penampungan di Desa Ie Mirah tersebut.

Gambar 4 Tempat penampungan air di Desa Ie Mirah

4.6. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

Mayoritas penduduk Desa Ie Mirah dan Pante Rakyat adalah suku Aneuk Jamee. Suku ini terdapat dibeberapa tempat di bagian pesisir barat-selatan Nanggroe Aceh Darussalam. Dari segi bahasa, dialek mereka masih merupakan dialek Minang Kabau dan menurut cerita, mereka memang berasal dari Ranah

Dokumen terkait