• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Penilaian Non Detrimental Finding Penyu Belimbing .1Biologi, Distribusi, Migrasi dan Karakteristik

5.2.2 Ekologi dan Reproduksi

Penyu tergolong kedalam kelompok reptil, dan secara fisiologis memiliki ketergantungan terhadap faktor lingkungan. Ketergantungan terhadap lingkungan mempengaruhi semua fase hidup dari penyu mulai dari fase perkawinan, peneluran, sukses penetasan telur sampai fase pertumbuhan (Ackerman 1997). Faktor lingkungan yang memiliki keterkaitan nyata adalah suhu sebagai penentu seksualitas dari tukik (Mrosovsky 1996 in Ackerman 1997). Penyu belimbing memiliki masa hidup panjang dan melalui beberapa fase atau siklus hidup yang sulit. Penyu yang berumur muda sekitar 20 - 50 tahun akan mengawali dengan proses pemijahan kemudian melakukan fase migrasi untuk prose perkawinan dengan penyu jantan. Setelah kawin, penyu akan kembali ke daerah peneluran dan kawin dengan waktu yang dibutuhkan adalah 2 tahun.

Penyu belimbing memiliki laju reproduksi tinggi ditunjukan dengan jumlah telur yang dihasilkan oleh satu induk penyu betina selama musim peneluran (Tabel 19). Estimasi dalam satu musim peneluran induk bisa memiliki periode bertelur 3 - 4 kali, maka rata rata telur yang dihasilkan oleh satu induk dalam 1 musim peneluran rata-rata berkisar antara 231 – 360 butir. Kondisi ini berbanding terbalik dengan persentasi penetasan dan jumlah tukik yang berhasil hidup hingga mencapai dewasa. Sebagaimana diketahui bahwa penyu belimbing memiliki laju rekruitmen yang rendah meskipun laju reproduksinya tinggi. Hal ini tentunya berdampak terhadap jumlah populasi muda yang dihasilkan. Secara ekologis penyu memiliki karakteristik habitat sebagaimana ditampilkan pada Tabel 19.

Tabel 19. Karakteristik habitat peneluran penyu belimbing Rata-rata

Stdv (kisaran) Produksi Telur

Ekologi Habitat Peneluran Tipe Habitat Suhu Pasir (C) Potensial Air (Kpad) Tekstur pasir ( m) Kedalaman Rata-rata sarang (cm) 77.04±16.79 (41-116)

Pasir 25-34 - Partikel halus

<500 m

-500 m)

83

Sukses penetasan telur penyu belimbing pada sarang insitu di Jamursba Medi dan Wermon mengalami penurunan setiap musimnya. Penurunan populasi tukik terindikasikan dengan rendah persentasi sukses penetasan pada plot pengamatan dikedua pantai (Tabel 20). Penurunan sukses penetasan pada musim 2005/06 dan 2006/07 menyebabkan dilakukannya relokasi terhadap sarang yang berada dibawah batas pasang terendah. Pemilihan sarang disebabkan adanya abrasi sarang yang terjadi pada sarang yang letaknya dibawah batas pasang terendah karena mengalami abrasi akibat ombak pasang surut sehingga gagal menetas. Relokasi tersebut berhasil karena persentasi sukses penetasan mencapai 50% (Tapilatu et al. 2007)

Tabel 20. Persentasi sukses penetasan telur penyu belimbing pada pantai Jamursba Medi dan Wermon.

Tahun Jamursba Sarang insitu Plot Sarang insitu luar plot Sarang doom Medi (%) Wermon Jamursba Medi Wermon Jamursba Medi mon Wer

Rata (sd)

Kisaran (n) Kisaran (n) Rata (sd) Kisaran (n) Rata (sd) Kisaran (n) Rata (sd) Kisaran (n) Rata (sd) Rata (sd) Kisar an (n) 2005-2006 25.5±32 0–85 (48) 47.1±23.6 3.8–100 (52) - - - - 2006-2007 - - - - - - 2007-2008 40.7± 6.6 0–98.8 (112) - - - - - 2008-2009 - - - - - - 2009-2010 44.47± 9.35 0–98.9 (52) 11.95±22.68 0–57.44 (8) 46.08±15.03 0-96.88 (70) 43.24±16.74 0-87.21 (15) 42.94±18.7 1 0-93.41 (6) - 2010-2011 - 57.55±8.98 51.22-63.89 (2) 67.65±33 35–96.43 (10) 73.23±25.07 20.21-97.33 (24) 78.51±18.1 44.2-3.5 (5) 69.39 ±17.8 0 44.2-93.1 (6) 2011-2012 - - - - - - 5.2.3 Migrasi

Penyu belimbing ditemukan diseluruh perairan di dunia karena memiliki pergerakan luas mencakup perairan nasional sampai perairan regional antara negara dan samudra. Pergerakan ini menyebabkan sulitnya perlindungan dan pendeteksian populasi genetik terhadap spesies tersebut (Dutton and Squires

84

2008). Penelitian genetik tentang populasi penyu belimbing oleh Dutton et al. (1999, 2007) menemukan ada tiga populasi berbeda yaitu (1) populasi di Pasifik Timur yang melakukan persarangan di pantai Meksiko dan Costarica, (2) populasi di Pasifik Barat yang melakukan peneluran di Papua Barat Indonesia (PBI), PNG, Kepulauan Salomon dan Vanuatu dan (3) populasi di Malaysia. Dari ketiga populasi ini yang mengalami penurunan paling drastis adalah populasi di Pasifik Barat dan Malaysia. Indikasi utama penurunan populasi disebabkan oleh aktivitas sosial antropogenik yaitu pemanfaatan langsung seperti ekploitasi telur dan daging serta pemanfaatan tak langsung seperti tangkapan sampingan dari perikanan skala besar (komersil) (Chan and Liew 1996).

Pola pergerakan penyu saat ini sudah diketahui dengan adanya pemansangan transmiter untuk melacak arah migrasi. Sebagaimana diketahui musim peneluran di Pasifik Timur berlangsung pada musim dingin (winter) dari bulan desember sampai maret, dengan pergerakan setelah bertelur (postnesting) dari lokasi peneluran di Meksiko dan Costarica menuju perairan pelagik dibagian timur Pasifik Selatan (Eckert dan Sarti 1997 in Benson et al 2007). Populasi di Pasifik Barat terjadi sepanjang tahun baik musim panas dibelahan bumi utara (July-Agustus) dan musim panas dibelahan bumi selatan (Desember-Februari) dengan membentuk beragam metapopulasi yang tersebar dan melakukan peneluran dibeberapa pantai dan pulau di Pasifik Barat. Hasil analisis genetik dan studi telemetri menunjukkan populasi penyu belimbing Pasifik Barat mengunjungi beberapa perairan bagian timur dan tengah di Utara Pasifik, perairan bagian barat di Selatan Pasifik, Laut Cina Selatan dan Laut Jepang (Dutton et al. 2000, 2007).

Pemantauan satelit telemetri juga menunjukkan bahwa penyu belimbing selesai bertelur akan melakukan pergerakan yang terkonsentrasi pada perairan dekat dengan pantai peneluran. Penyu belimbing yang melakukan peneluran di Papua Barat Indonesia (PBI) (boreal summer) akan melakukan pergerakan menuju ke barat laut semenanjung Kepala Burung dan Kepulauan Raja Ampat dengan menempuh jarak 170 – 315 km dari lokasi peneluran (Benson et al. 2011). Selanjutnya pada musim austral summer melakukan pergerakan menuju perairan timur laut semenanjung Kepala Burung dan Teluk Cendrawasih dengan jarak yang ditempuh 120 - 300 km dari pantai peneluran (Gambar 20). Berbeda dengan

85

penyu belimbing yang melakukan peneluran di PNG hanya melakukan pergerakan ke Teluk Huon dengan jarak tempuh 140 - 300 km dari pantai peneluran. Sementara untuk penyu belimbing yang bertelur di Kepulauan Salomon (SI) terkonsentrasi di Kepulauan Santa Isabel dan Kepulauan Malaita dengan jarak yang ditempuh 200 - 400 km dari pantai peneluran (Gambar 20).

Migrasi populasi penyu belimbing Jamursba Medi dan Wermon terbagi menjadi dua pola berbeda berdasarkan musim peneluran. Penyu belimbing yang bertelur pada musim boreal summer, diketahui yang dipasangkan trasmiter sebanyak tiga puluh tujuh individu (Gambar 20) melakukan pergerakan awalnya kearah timur laut menuju utara Pasifik. Selanjutnya dari dua puluh tiga individu, enam belas individu mencapai perairan dingin di Utara Pasifik sementara enam individu lainnya menuju ke Region Kuroshio Extention. Lima individu melakukan pergerakan melalui Trans Pasifik antara Pasifik Barat dan Pantai Barat Amerika utara. Ada tujuh individu yang memiliki jalur yang pendek dan bergerak menuju ke utara Pasifik (Benson et al. 2011)

Pola kedua yang paling sering ditemukan (N=13 individu) terlihat melakukan migrasi ke arah barat Laut Cina Selatan berdekatan dengan Borneo Malaysia dan Kepulauan Palau Filipina. Migrasi ke Laut Cina Selatan biasanya melewati perairan Laut Sulawesih dan Sulu meskipun ada dua individu yang melalui Selat Luzon antara Taiwan dan Filipina, sementara satu individu menuju ke laut Jepang (Benson et al. 2011).

Perbedaan pola migrasi menyebabkan perbedaan musim peneluran pada populasi Pasifik Barat sehingga membentuk sub populasi atau yang dikenal metapopulasi. Metapopulasi yang tergambar pada populasi penyu belimbing adalah adanya perbedaan musim peneluran yang terjadi di PNG, Kepulauan Salomon dan Papua Indonesia. Metapopulasi adalah sejumlah populasi yang membentuk suatu mosaik yang dinamis dan saling berhubungan melalui peristiwa migrasi maupun penyebaran pasif (Primark et al. 2007).

Gambar 20. Pola migrasi 126 ekor penyu belimbing pada periode internesting (Benson at al. 2011). Tanda lingkaran : batasan area migrasi, tanda kotak: batasan saat transit, merah: boreal summer, biru: austral summer. PBI : Papua Indonesia, PNG, SI (Salomon Island), CCA (Central California) (Benson et al. 2011)