Bab III. Tinjauan Umum tentang Otonomi Daerah di Indonesia
A. Manajemen Pemerintahan
A.2. Ekonomi
Setelah kota Depok berubah status menjadi kota Depok –yang
pemerintahannya telah terpisah dari kabupaten Bogor, maka pembangunan
perekonomian kota Depok mengalami perubahan yang signifikan, yaitu berupa
Kemajuan perekonomian kota Depok tidak hanya diyakini sebagai dampak
positif dari pemisahan kota administrasi pemerintahan dari kabupaten Bogor. Namun,
ini juga merupakan dampak dari regulasi yang tepat terhadap ketetapan mengenai
otonomi daerah sebagai suatu bentuk sistem pemerintahan yang harus diterapkan di
daerah-daerah. Dari sistem sentralisasi menjadi system disentralisasi.
Tabel 1. Table Perkembangan APBD 2000-2006
BAB IV
IMPLIKASI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA DEPOK TERHADAP KEMAJUAN PEMBANGUNAN
A. Manajemen Pemerintahan
Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan bab-bab sebelumnya,
kemajuan penbangunan secara signifikan di kota Depok tampak ketika Depok
mengalami perubahan status dari kota administratif (bagian dari kabupaten Bogor)
menjadi Kota Madya. Menggeliatnya pusat perbelanjaan dan bisnis sepanjang jalan
Margonda Raya (dari stasiun Depok lama – UI) adalah bukti riil dari perubahan
status.tersebut. Kendati tertalalu dini menjadikan gambaran di atas sebagai dasar bagi
penulis untuk menyatakan bahwa penerapan otonomi di Depok telah berjalan dengan
baik (untuk tidak menyatakan berhasil/sukses), tetapi cukup kiranya untuk di jadikan
bahan perbandingan bagaimana saat Depok menjadi daerah administratif dengan
status barunya yang kini disebut sebagai Kota Depok. Dari sinilah kemudian mungkin
bisa disepakati penilaian akan tingkat keberhasilan penerapan otonomi daerah di kota
Depok.
Secara fisik pembangunan Kota Depok terlihat jelas mengalami kemajuan.
Hal ini tidak lepas dari perubahan status yang di alami Depok dalam kerangka
kebijakan otonomi daerah nasional. Dengan adanya kebijakan perimbangan keuangan
daerah dan pusat yang di atur dalam UU No.33 Tahun 2004 memungkinkan bagi
Pemda setempat untuk mengambil kebijakan yang jitu dalam hal pembangunan. Dari
sinilah kemudian bisa dipahami kenapa Pemda Kota Depok yang saat itu di jabat
Badrul Kamal memfokuskan kebijakan pembangunan di daerah margonda. Selain
merupakan daerah pusat pemerintahan karena kantor walikota bearada di daerah
tersebut, kemudian akses masuk ke daerah margonda pun terbilang mudah karena
lokasinya yang sangat strategis dengan didukung pasilitas trasnportasi yang memadai.
Oleh karena itu amatlah bisa dipahami jika bermunculan dan menjamurnya
bangunan-bangunan komersil seperti pusat perbelanjaan modern, restaurant,
agen-agen maskapai penerbangan, bank, perumahan, hotel atau tempat penginapan
bahakan ruko-ruko. Hal ini terjadi lantaran daerah margonda dianggap
menguntungkan secara financial sehingga menarik minat investor local maupun luar
untuk menginves modalnya di Depok. Bagi Depok keadaan ini sangat membantu
untuk melancarkan agenda pembangunan yang sudah dicanangkan. Sebagai langkah
awal dalam kerangka penerapan hak otonomi yang dimiliki Depok nampaknya
kebijakan tersebut amatlah tepat. Gam baran yang terjadi diatas merupakan bukti
bahwa Depok telah menjalankan statusnya yang baru dengan baik karena mengalami
kemajuan dalam pembangunan.
Dengan dibangunnya kantor DPRD Kota Depok di daerah Kota
Kembang-Sukmajaya dan didirikannya lembaga peradilan tingkat kota seta beberapa
infrastruktur kota lainnya yang masih berkaitan dengan penunjang keberhasilan
jalannya pemerintahan daerah, seolah-olah Depok mau menunjukan sudah sebarapa
Rampungnya proyek pembangunan RSUD Depok di Sawangan yang saat ini tinggal
menunggu proses peresmian saja merupakan bukti keseriusan Pemda Depok dalam
membangun dan memajukan daerahnya .
Saat ini hampir bisa dibilang seluruh wilayah yang ada di Depok sudah
tersentuh jalur dan sarana transportasi yang memadai. Angkutan Kota atau yang
lazim disebut angkot saat ini sudah semakin banyak. Sebagai contoh di daerah
kecamatan Sawangan yang dulunya belum ada rute/trayek angkutan umum (angkot)
kini sudah ada, sebut saja di sini trayek angkot D.25, D.28, D. 21 dan D. 27 yang
secara berurutan masing-masing menghubungkan wilayah; Pasir putih-Sawangan-BSI
Duren Mekar (D.25), Ciputat-Citayam (D.28), Bedahan-Arko Parung (D.21), dan
Pengasinan Arko- Kamp.Kebon, Pndk. Cabe (D.27). Disamping itu di lakukan
pengaspalan jalan serta betonisasi untuk mendukung jalur transportasi di wilayah
Depok yang tentunya berdampak pada aspek ekonomis dalam pembangunan Depok.
Kebijakan untuk mengembangkan daerah pusat pembangunan dengan
ditetapkannya Kec. Sawangan sebagai alternatif setelah sekian lama fokus di wilayah
jalan Margonda mengindikasikan bahwa Pemda Depok ingin melakukan pemerataan
pembangunan keseluruh wilayah yang termasuk dalam kekuasaan pemerintahan
Depok. Secara perlahan namun pasti sepertinya langkah tersebut membuahkan hasil.
Dengan memfokuskan wilayah Sawangan sebagai daerah permukiman ternyata
disambut baik oleh kalangan investor. Sebagai bukti disini bisa disebutkan beberapa
nama komplek perumahan yang ada di Sawangan, seperti; Telaga Golf (TG) dan
Telaga Jambu di kelurahan Sawangan, Riveria di Bedahan, Bukit Sawangan Permai
Otonomi daerah merupakan awal kemandirian daerah dalam membangun
daerahnya. Karena di dalam otonomi daerah setiap wilayah kabupaten dan kota dapat
menyusun dan menetapkan Anggaran dan Pendapatan Daerah (APBD) secara mandiri
tanpa campur tangan dari pemerintahan yang secara struktural berada di atasnya.
Depok sebagai kota yang belum lama lahir mendapatkan keuntungan yang
luar biasa dari konsekuensi lahirnya otonomi daerah, karena dengan otonomi daerah,
kota Depok menjadi kota yang dapat merencanakan, mengatur, dan mengadakan
pembangunan di kota Depok, dan dengan demikian segala hal mengenai
pembangunan yang tengah berlangsung di kota Depok dapat dikontrol dan diawasi
lebih mudah dan terarah.
A.1 Kemasyarakatan
Setelah Depok menjadi kota yang memiliki pemerintahan sendiri, maka
pembangunan fisik menjadi prioritas, hal ini dapat dilihat dengan terdapatnya RSUD
(Rumah Sakit Umum Daerah) Kota Depok, dibangunnya Fly Over di jalan Nusantara
kota Depok untuk menghindari macet kendaraan yang akan melalui jalan yang
melalui rel kereta.
Hal tersebut di atas merupakan sebagian dari bukti yang dapat dilihat secara
jelas pada pembangunan secara fisik di kota Depok. Kota Depok merupakan daerah
penyanggah ibu kota yang harus mendapatkan perhatian dengan baik dari pemerintah
pusat. Dilihat dari aspek pertahanan dan keamanan ibu kota, maka perhatian berupa
pembangunan fisik sebagai bentuk dari penopang perekonomian kota Depok
diberbagai bentuknya yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, dan didukung
sepenuhnya oleh pemerintahan daerah.
Pembangunan fisik sangat penting sebagai penopang pembangunan di bidang
lainnya untuk mencapai tujuan negara, yaitu mewujudkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Tujuan Negara
merupakan awal dimana negara memposisikan diri tidak hanya sebagai otoritas
tertinggi yang dapat mengikat warga negaranya dalam mencapai cita-cita bangsa dan
Negara. Namun jauh dari itu, negara sebagai identitas rakyat yang berada di
dalamnya dapat memberikan yang terbaik untuk kemajuan negara dan
mensejahterakan rakyatnya secara bersamaan.
Setiap sektor fisik maupun nonfisik yang akan dicapai pada tujuan
pembangunan, tidak terlepas dari dukungan pembangunan fisik di suatu daerah,
begitupun pada kota Depok. Sebagai kota yang baru berkembang, Depok masih harus
berbenah diri, dengan dibangunnya berbagai sarana fisik yang dapat menunjang
berbagai sector pembangunan. Oleh karena itu, Prasarana fisik yang telah dan akan
dibangun semaksimal mungkin untuk tidak terlepas dari landasan yang dapat
menopang kehidupan masyarakat Depok.
Pembangunan mental spiritual harus seimbang dengan pembangunan fisik.
Untuk itu semua, pemerintah kota Depok telah melakukan berbagai pendekatan.
Seperti dibangunnya masjid “Baitul Kamal” yang terdapat di kompleks perkantoran
pemda Depok, secara simbolis pembangunan masjid tersebut merupakan kemajuan
yang menarik dan signifikan dalam menjalankan keseimbangan antara nilai-nilai yang
kaitannya dengan pembangunan mental spiritual adalah pemerintah kota Depok
kerap melakukan “safari Ramadhan” pada setiap bulan suci Ramadhan, yaitu dengan
berkunjung ke masjid-masjid untuk melakukan sholat tarawih secara berjamaah,
dengan harapan ada hubungan yang harmonis antara pemerintah dengan rakyat.
Pembangunan mental spiritual sangat penting untuk membina karakter dan
sisi spiritual masyarakat kota Depok. Karena perilaku seseorang sangat dipengaruhi
oleh nilai-nilai yang tertanam di dalam jiwanya. Oleh karena itu, kota Depok
merupakan kota yang berwawasan lingkungan hidup dan mengedepankan nilai-nilai
religi sebagai kota niaga dan pendidikan, hal ini yang menjadi visi kota Depok dalam
membangun kota Depok sebagai kota penyanggah ibu kota.
Di sisi lain, pemerintah kota Depok sering kali mengadakan acara dzikir
bersama di masjid Baitul Kamal dan sholat subuh berjamaah dengan kepala daerah
kota Depok. Hal ini setidaknya mencerminkan nilai-nilai spiritual yang diterapkan
sebagai bagian yang tidak bias dipisahkan dari kota Depok.
A.2 Ekonomi
Setelah kota Depok berubah status menjadi kota Depok –yang
pemerintahannya telah terpisah dari kabupaten Bogor, maka pembangunan
perekonomian kota Depok mengalami perubahan yang signifikan, yaitu berupa
kemajuan perekonomian kota Depok.
Kemajuan perekonomian kota Depok tidak hanya diyakini sebagai dampak
positif dari pemisahan kota administrasi pemerintahan dari kabupaten Bogor. Namun,
otonomi daerah sebagai suatu bentuk sistem pemerintahan yang harus diterapkan di
Tabel 1. Table Perkembangan APBD 2000-2006 Tahun 2000 sebesar Rp 13.297.480 Tahun 2001 sebesar Rp 26.664.120 Tahun 2002 sebesar Rp 34.501.620 Tahun 2003 sebesar Rp 42.581.480 Tahun 2004 sebesar Rp 54.567.010 Tahun 2005 sebesar Rp 64.060.869 Tahun 2006 sebesar Rp.68.631.174
Table di atas menjelaskan perkembangan APBD Depok 2000-2006
menunjukkan angka kenaikan setiap tahunnya ini menjelaskan bahwa sektor ekonomi
Depok selalu menunjukkan angka-angka positif yang berdampak terhadap
perkembangan positif APBD Depok.
0.00 10,000.00 20,000.00 30,000.00 40,000.00 50,000.00 60,000.00 70,000.00 PA D (Juta) PAD (Juta) 13,297.48 26,664.12 34,501.62 42,581.48 54,567.01 64,060.87 68,631.17 1 2 3 4 5 6 7
Di bawah ini adalah APBD Depok tahun 2006 yang bisa dijadikan sebagai
APBD TAHUN 2006
NO URAIAN JUMLAH
1 PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli Daerah 68.631.174.736,00
1.2 Dana Perimbangan 520.303.329.045,00
1.3 Lain-lain Pendapatan Yang Sah 3.000.000.000,00
Jumlah Pendapatan 591.934.503.781,00
2. BELANJA
2.1 Belanja Aparatur 187.399.370.468,20
2.2 Belanja Pelayanan Publik 487.503.066.197,77
Jumlah Belanja 674.902.436.665,97 SURPLUS/(DEFISIT) (82.967.932.884,97) 3. PEMBIAYAAN 3.1 Penerimaan Daerah 97.885.102.084,97 3.2 Pengeluaran Daerah 14.917.169.200,00 Jumlah Pembiayaan 82.967.932.884,97
Lebih jauh di sini bisa dijelaskan bahwa PDRB per kapita pada tahun 2005
atas dasar harga konstan berkisar Rp 4.740.868,66. Laju Perubahan Ekonomi (LPE)
Pertumbuhan perekonomian di suatu daerah sangat berkaitan erat dengan
pembangunan infrastruktur yang berada di daerah tersebut, karena dengan demikian,
memanfaatkan fasilitas yang telah dibuat untuk memenuhi kehidupan warga
masyarakat Depok.
Wilayah kota Depok yang secara geografis sangat strategis, menempatkan
kota Depok sebagai kota yang menjadi pilihan dalam berinvestasi dalam berbagai
sektor perekonomian. Di sisi lain, Depok sebagai wilayah perkotaan merupakan salah
satu hal penentu dalam mengubah pola hidup masyarakat dari sistem agraris menuju
masyarakat industri, atau yang lebih sederhana mendorong masyarakat kota Depok
untuk bergerak diberbagai sektor perekonomian seperti Usaha Kecil dan Menengah
(UKM). Ini merupakan konsekuensi logis dari dampak pembangunan. Namun yang
terpenting adalah tingkat kesejahteraan penduduk semakin meningkat, karena peluang
untuk bergerak dalam bidang perekonomian semakin besar.