BAB I PENDAHULUAN
D. Kerangka Teori
3. Teori Ekonomi Politik
.
Munculnya teori ekonomi dapat dilacak dari periode antara abad ke 14
dan ke 16, yang biasa disebut masa “transformasi besar” di Eropa Barat
sebagai implikasi dari sistem perdagangan yang secara perlahan menyisihkan
sistem ekonomi feodal pada abad pertengahan. Tumbuhnya pasar ekonomi
baru yang besar tersebut telah memunculkan peluang ekspresi bagi aspirasi-
aspirasi individu dan memperkuat jiwa kewirausahaan yang sebelumnya
ditekan oleh lembaga gereja, negara dan komunitas. Selanjutnya, pada abad
18 muncul abad pencerahaan yang marak di Perancis dengan para pelopornya
antara lain, Voltaire, Diderot, D’Alembert, dan Condilac29
Pusat gagasan dari pencerahan ide tersebut adalah adanya otonomi
individu dan eksplanasi kapasitas manusia. Para pemimpin dari aliran ini
mempercayai bahwa kekuatan akal akan dapat menyingkirkan manusia dari .
28Ibid. hal 38-40.
segala bentuk kesalahan. Ide dari abad pencerah inilah yang bertumpu kepada
ilmu pengetahuan masyarakat (science of society), yang sebetulnya menjadi
dasar ekonomi politik. Sedangkan istilah ekonomi politik sendiri pertama
sekali diperkenalkan oleh penulis Perancis, Antoyne de Montchetien (1575-
1621), dalam bukunya yang bertajuk Triatise on Political Economy.
Sedangkan dalam bahasa Inggris, penggunaan istilah ekonomi politik terjadi
pada tahun 1767 lewat publikasi Sir James Steuart (1712-1789) berjudul
Inequiry into the Principles of Political Economy30
Perdebatan antara para ahli ekonomi politik ini akhirnya memunculkan
banyak aliran dalam tradisi pemikiran ekonomi politik. Secara garis besar,
mazhab itu dapat dipecah dalam tiga kategori, yakni: pertama, aliran ekonomi
politik konservatif yang dimotori oleh Edmund Burke; kedua, aliran ekonomi .
Pada awal-awal masa itu, para ahli ekonomi politik mengembangkan
ide tentang keperluan negara untuk menstimulasi kegiatan ekonomi (bisnis).
Pasar dianggap masih belum berkembang pada saat itu, sehingga pemerintah
memiliki tanggung jawab untuk membuka wilayah baru perdagangan,
memberikan perlindungan (pelaku ekonomi) dari kompetisi, dan
menyediakan pengawasan untuk produk yang bermutu. Namun, akhir abad
18, pandangan itu ditentang karena dianggap pemerintah bukan lagi sebagai
agen yang baik untuk mengatur kegiatan ekonomi, tetapi justru sebagai badan
yang merintangi upaya untuk memperoleh kesejahteraan.
politik klasik yang dipelopori oleh Adam Smith, Thomas Malthus, David
Ricardo, Nassau Senior, dan Jean Baptiste Say; ketiga, aliran ekonomi politik
radikal yang dipropagandakan oleh William Godwin, Thomas Paine, Marquis
de Condorcet, dan Karl Marx31
Kembali keasal ilmu ekonomi, sebenarnya ilmu ekonomi eksis kedalam
ranah ilmu pengetahuan karena dipandang sebagai cabang ilmu sosialyang
bisa menerangkan dengan tepat problem manusia, yakni ketersediaan sumber
daya ekonomi yang terbatas. Implikasi dari keterbatasan sumber daya
berujung dalam dua hal: pertama, bagaimana mengalokasikan sumber daya
tersebut secara efisien sehingga bisa menghasilkan output yang maksimal;
kedua, menyusun formulasi kerjasama (cooperation) ataupun kompetisi
(competition) secara detail sehingga tidak terjadi konflik .
32
Bagi ahli ekonomi politik, problem serius dalam perekonomian tidak
semata kendala sumber-sumber internal (resource constraints), tetapi insentif.
Syarat sistem insentif bekerja adalah tersedianya informasi yang lengkap
sehingga dapat diakses oleh semua pelaku ekonomi. Informasi yang kurang
lengkap menyebabkan sistem insentif tidak pernah bekerja dengan sempurna.
Bagi scholars ekonomi politik, kegagalan terpenting mekanisme pasar adalah
ketidaksanggupannya memfasilitasi informasi yang lengkap. Dengan kata lain . Teori ekonomi
politik secara umum sebenarnya juga bekerja untuk mencapai dua tujuan
tersebut.
31Ibid. hal 39-40. 32Ibid. hal 42.
informasi yang selalu diberikan oleh pasar adalah selalu asimetris. Disinilah
teori ekonomi politik digunakan diantara kelangkaan informasi (di satu sisi)
dan kemampuan untuk mencari model kompensasi atas ketidaksempurnaan
pasar (di sisi lain).
Isu yang dibangun oleh teori ekonomi politik adalah bagaimana
pemerintah menyusun mekanisme yang memungkinkan seluruh partisipan di
pasar mau berbagi informasi. Inilah yang melatari terjadinya peristiwa
negosiasi. Dengan prinsip regulasi itu, yang sebetulnya sudah dikembangkan
oleh teori ekonomi kelembagaan, suatu tindakan dan keputusan ekonomi
diambil dengan mempertimbangkan kepentingan semua pihak sehingga
kemungkinan kerugian yang bakal diderita oleh salah satu partisipan dapat
dieliminir. Jika ini terjadi, maka prinsip efisiensi dan kerja sama atau
kompetisi dalam kegiatan ekonomi bisa dicapai.
a. Struktur ekonomi politik
Pendekatan ekonomi politik sendiri secara definitiv dimaknai sebagai
interelasi diantara aspek, proses, dan institusi politik dengan kegiatan
ekonomi (produksi, investasi, penciptaan harga, perdagangan, konsumsi dan
lain sebagainya), mengacu pada definisi tersebut, pendekatan ekonomi
polititk mengaitkan seluruh penyelenggaraan politik, baik yang menyangkut
aspek, proses, maupun kelembagaan dengan kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat maupun yang diintrodusir oleh pemerintah.
dianalisis dengan menggunakan setting sistem politik dimana kebijakan atau
peristiwa ekonomi tersebut terjadi33
Pendekatan ini melihat ekonomi sebagai cara untuk melakukan
tindakan, sedangkan politik menyediakan ruang bagi tindakan tersebut.
Pengertian ini sekaligus bermanfaat untuk mengakhiri keyakinan yang salah,
yang menyatakan bahwa pendekatan ekonomi politik berupaya untuk
mencampur analisis ekonomi dan politik untuk mengkaji suatu persoalan.
Antara analisis ekonomi dan politik tidak dapat dicampur karena keduanya
dalam banyak hal memiliki dasar yang berbeda .
34
.
Antara ilmu ekonomi dan ilmu politik memang berlainan dalam
pengertian diantara keduanya mempunyai alat analisis sendiri-sendiri yang
bahkan memiliki asumsi yang berlawanan. Dengan demikian, tidak mungkin
menggabungkan alat analisis ilmu ekonomi dan politik karena bisa
membingungkan. Antara ilmu ekonomi dan politik bisa disandingkan dengan
pertimbangan keduanya mempunyai proses yang sama. Setidaknya, keduanya
memiliki perhatian yang sama terhadap isu-isu mengorganisasi dan
mengkoordinasi kegiatan manusia, mengelola konflik, mengalokasikan beban
dan keuntungan, menyediakan kepuasan bagi kebutuhan dan keinginan
manusia.
33Ahmad Erani Yustika. 2009. Ekonomi: Politik Kajian Teoritis Analisis Empiris. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. hal. 25.