• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi dan Sumber Daya Alam Ekonomi

KONDISI IKLIM KALSEL 1996-2005

2.2.3 Ekonomi dan Sumber Daya Alam Ekonomi

a. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada masa-masa kedepan diprediksikan akan cenderung terus meningkat. Hal ini disebabkan kondisi sosial politik yang makin kondusif bagi jalannya pemulihan ekonomi. Disamping itu, dengan banyaknya sumberdaya ekonomi potensial, kegiatan produksi dapat terus dikembangkan di sektor pertanian, sektor industri dan sektor pertambangan. Disamping itu jasa keuangan, transportasi, dan perdagangan akan berjalan seiring dengan kemajuan sektor-sektor utama tersebut. Bidang pariwisata khususnya menyangkut wisata agro dan alamiah akan berkembang sejalan dengan perubahan orientasi pengelolaan kedalam konsep pelestarian SDA. Subsektor kehutanan dan sektor pertambangan diprediksi akan sedikit melambat dalam beberapa waktu untuk memulihkan daya dukung alam. Setelah tercapai keseimbangan baru yang lebih sustainable dan tidak mengakibatkan kerugian lingkungan (pemanasan global, erosi, dll). Selanjutnya melalui pengembangan hutan tanaman, eksploitasi berjalan kembali secara hati-hati, sehingga pertumbuhan kedua sektor ini diprediksikan kembali akan mengalami peningkatan. Perkembangan subsektor perkebunan yang makin meningkat akan dilakukan dengan semakin hati-hati untuk menghindari resiko monokultur dan kerugian fungsi ekosistem. Namun semua hal ini hanya berlaku jika penegakan hukum dan peraturan berjalan konsekuen disertai komitmen luas semua pihak, dan kepemimpinan berpandangan jauh ke depan.

b. Secara struktural ekonomi Kalimantan Selatan akan makin mengalami peningkatan di

sektor pengolahan melalui bertumbuhnya agroindustri dan pengolahan mineral. Produksi sektor industri akan pulih kembali setelah lesunya perkayuan dengan digantikan olahan cpo, logam, dan energi. Peranan sektor industri kembali akan dominan diikuti pertanian, perdagangan, dan transportasi sejalan dengan basis dan daya saing ekonomi Kalimantan Selatan. Akan tetapi hal ini hanya akan tercapai jika diimbangi dengan peningkatan kemampuan tenaga kerja dengan penguasaan berbagai ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan.

c. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, angkatan kerja juga terus tumbuh, serta dengan berkembangnya ekonomi, maka penyerapan tenaga kerja diharapkan dapat mengejar pertumbuhan tersebut sehingga pada akhirnya akan menurunkan secara signifikan tingkat pengangguran. Tentunya hal ini dicapai melalui pengelolaan ekonomi berbasis lokal yang mensyaratkan pemberdayaan dan pemberian akses secara luas kepada masyarakat. Pemberdayaan ekonomi masyarakat secara tepat disertai kebijakan pelayanan umum dan penyediaan kebutuhan dasar secara terjangkau akan dapat membangun kemandirian masyarakat. Namun jika hal ini tidak berjalan, maka diperkirakan permasalahan pengangguran akan terus terjadi. Dengan demikian jumlah

penduduk miskin secara konsisten diperkirakan akan terus menurun sejalan dengan

penurunan jumlah pengangguran.

d. Unit usaha dan kegiatan industri yang selama ini terlihat cenderung menurun akan meningkat secara konsisten. Pada saat yang sama koperasi yang terlihat berkembang pesat akan semakin mendapat tempat dan mengalami perkembangan usaha dan pola yang semakin variatif. Sementara itu investasi melalui fasilitas PMA dan PMDN juga tidak ketinggalan. Jika selama ini perkembangan PMA kalah cepat dengan PMDN, diperkirakan pada masa akan datang PMA akan segera melampaui perkembangan PMDN, sehubungan dengan rencana tumbuhnya mega-mega proyek yang dibiayai lewat

2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah.

27

modal asing. Hal ini perlu dicermati dan dilaksanakan dengan skema yang penuh kehati-hatian agar tidak merugikan kepentingan daerah.

e. Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam 20 tahun kedepan diprediksikan akan terus mengalami peningkatan, seperti luas panen, produksi dan produktivitas tanaman padi akan memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,15%, 2,13% dan 1,44% untuk padi sawah, sedangkan untuk padi ladang masing-masing 0,49%, 1,02% dan 1,48%. Demikian juga hal nya dengan tanaman palawija dan hortikultura, semakin banyak menjadi bahan baku industri hilir sejalan perkembangan industri pakan ternak dan industri lainnya, termasuk untuk industri biofuel. Dengan tingkat pertumbuhan yang demikian, diprediksi bahwa PDRB dari subsektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura ini akan naik secara gradual dari 5,50% pada tahun 2006 menjadi 6,00% pada tahun 2025, dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 5,88%

f. Untuk komoditas perkebunan, diprediksi pada 20 tahun ke depan luas tanam dan

produksi tanaman karet akan memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,63% dan 2,65%. Sementara luas tanam dan produksi tanaman kelapa sawit akan memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 5,70% dan 10,73%. Kelapa sawit mempunyai peluang prosfektif kedepan sejalan dengan berkembangnya produk industri hilir yang bernilai tinggi, seperti Crude Palm Oil (CPO), minyak goreng, olein, strearin, gliserin, pakan ternak dan pupuk organik serta biofuel. Demikian pula untuk komoditas karet alam, trend permintaan dunia akan terus meningkat sebagai akibat dari meningkatnya harga dan semakin terbatasnya BBM. Dengan tingkat pertumbuhan yang demikian, diprediksi bahwa PDRB dari subsektor perkebunan ini akan naik secara gradual dari 6,00% pada tahun 2006 menjadi 7,00% pada tahun 2025, dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sekitar 6,70%

g. Pada subsektor peternakan diprediksikan pada periode 20 tahun ke depan, juga terus

mengalami peningkatan. Ternak sapi diprediksi akan memiliki rata-rata pertumbuhan populasi dan pemotongan sebesar 5,82% dan 3,96% pertahun, ternak ayam ras pedaging sebesar 4,55% dan 4,83%, dan ternak ayam ras petelur sebesar 5,57% dan 3,05%, ternak ayam buras sebesar 1,87% dan 0,58% per tahun, sedangkan ternak itik rata-rata sebesar 3,61% dan 2,05% per tahun. Pada sub sektor peternakan, potensi yang dapat dikembangkan adalah komoditas sapi, kerbau, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, ayam buras dan itik. Dengan tingkat pertumbuhan yang demikian, diprediksi bahwa PDRB dari subsektor peternakan ini akan naik secara gradual dari 6% pada tahun 2006 menjadi 9% pada tahun 2025, dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 7,5%.

h. Pada sub sektor perikanan, kalau dilihat dari kebutuhan konsumsi dan ekspor diprediksikan terus mengalami peningkatan, walaupun produksi ikan hasil tangkapan cenderung menurun dalam setiap tahunnya. Tetapi dengan dukungan potensi aktualnya dan selama masih ada ruang (space) untuk ikan hidup dan berkembang biak, berpeluang untuk dikembangkan, demikian pula halnya dengan perikanan budidaya. Apalagi kalau dilihat dari potensinya, dimana pemanfaatan perikanan tangkap di laut mencapai produksi 67% dari potensinya, ini berarti masih ada 23% yang belum termanfaatkan, sedangkan di perairan umum 55% dan masih ada 45% yang belum termanfaatkan. Peningkatan dimaksud terjadi dengan berkembangnya usaha bisnis perikanan subsistem hulu, subsistem usaha perikanan (on fish-farm), subsistem hilir (pengolahan, distribusi, pemasaran hasil) dan subsistem penunjangnya. Pengembangan sistem bisnis perikanan, akan terwujud dalam bentuk pusat-pusat pertumbuhan beserta jejaring bisnis perikanan yang terjalin secara sinergi, sesuai keunggulan masing-masing daerah. Pusat-pusat bisnis perikanan erat kaitannya dengan ekonomi lokal, regional dan nasional sehingga secara bertahap bisnis perikanan daerah yang bersangkutan makin terintegrasi dengan jejaring perekonomian global.

i. Pada sub sektor kehutanan, kalau dilihat dari kondisi perkembangan yang terjadi

sekarang, memang sedang mengalami penurunan, Berkaitan dengan hal tersebut, untuk masa 20 tahun kedepan sub sektor kehutanan, dapat mengalami peningkatan kembali, apabila kawasan berhutan yang ada sekarang dilaksanakan melalui pengelolaan hutan secara lestari (sustainable forest management) yang mendukung pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) tercapai. Selain itu untuk kawasan hutan yang sudah rusak, perlu dilaksanakan Rehabilitasi hutan dan lahan melalui hutan tanaman yang diharapkan dapat menekan laju deforestasi dan degradasi serta memberikan manfaat kepada seluruh stakeholders, menjamin keseimbangan sistem lingkungan dan tata air DAS, serta mendukung kelangsungan pembangunan kehutanan. Apabila diasumsikan kemampuan program GN-RHL oleh pemerintah sebesar 3% per tahun dari luasan kritis dan tidak ada penambahan lahan kritis, maka luasan lahan kritis tersebut baru akan selesai direhabilitasi setelah 33 tahun.

j. Pada sektor industri diprediksikan pada periode 20 tahun ke depan, juga terus

mengalami peningkatan. Industri di Kalimantan selatan diproyeksikan akan tumbuh dengan kisaran 9,00% - 11.00% dengan rata-rata 10,00% pertahun dan perdagangan tumbuh rata-rata 8,00%. Pada periode terakhir ini industri di Kalimantan Selatan akan semakin berkembang seiring dengan kesiapan industri nasional untuk memasuki pasar internasional secara mandiri dan berkelanjutan. Industri yang dikembangkan adalah industri yang berbasis sumberdaya alam yang tersedia, yaitu berupa industri berbasis pertanian dan pertambangan, yang diharapkan dapat berkembang secara bertahap dimulai dari industri yang mengolah bahan setengah jadi menjadi industri hilir yang merupakan produk akhir.

k. Untuk komoditas pertambangan, diarahkan pada pengelolaan seoptimal mungkin seluruh sumber kekayaan tambang, sebagaimana diketahui bahwa sumberdaya mineral dan batubara merupakan bahan galian yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources). Mengingat akan keterdapatannya tersebut, maka pengelolaannya oleh pemerintah mutlak dilakukan. Eksploitasi dan pemanfaatannya agar selalu memperhatikan aspek teknis, ekonomis, konservasi dan kelestarian lingkungan sesuai konsep Good Mining Practise (GMP). Pertumbuhan industri dalam negeri yang dihubungkan dengan bahan galian (tambang) dimasa yang akan datang pasti akan terus meningkat terutama kebutuhan yang berbasis energi (listrik), sehingga pembangunan pengelolaan sumberdaya mineral dan batubara yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat memeberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat serta dapat menjamin kesediaan pasokan untuk kebutuhan dalam negeri khususnya di Kalimantan Selatan.

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

• Sumber daya alam, khususnya SDA yang tidak bisa diperbaharui akan semakin berkurang karena cadangannya yang semakin menipis jauh sebelum masa konsesi berakhir. Hal ini akan menyebabkan krisis SDA dan lingkungan khususnya krisis air, energi, papan dan pangan yang berpengaruh pada sistem kehidupan di daerah dan nasional.

• Luasan Lahan Kritis akan semakin meningkat, karena eksploitasi sumberdaya alam dan kebakaran hutan dan lahan (sejak tahun 1996 – 2006 rata-rata kebakaran lahan seluas 3.867,21 ha; data diolah) yang eskalasinya terus meningkat setiap tahun. Hal ini dapat diindikasikan dengan terjadinya degradasi kualitas lingkungan, rawan erosi, kondisi lingkungan yang ekstrim pada musim yang berbeda (Umusim kemarauU : sumber-sumber mata air menjadi kering, sungai-sungai mengalami pendangkalan dan tidak berair; Umusim hujanU : rawan banjir). Pada sisi lain upaya-upaya pengendalian dan rehabilitasi lahan kritis dan kerusakan hutan juga belum menunjukan hasil yang optimal (sampai tahun 2007 baru 10% dari 560.000 luas lahan kritis)

2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah.

Dokumen terkait