• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Makro Ekonomi

Faktor makro ekonomi merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti tingkat bunga domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, kurs valuta asing, dan lain-lain (Samsul, 2006:200). Menurut Utami dan Rahayu (2003), ada 7 indikator makro ekonomi yang mempengaruhi perubahan harga saham, yaitu GDP (Gross Domestic Product), inflasi, tingkat pengangguran, suku bunga, nilai tukar, transaksi berjalan, dan defisit anggaran. Namun, indikator makro ekonomi yang dinilai relevan dalam penelitian ini adalah inflasi, suku bunga, dan nilai tukar.

2.2.1 Inflasi

2.2.1.1 Pengertian Inflasi

Inflasi terjadi ketika tingkat harga umum naik. Tingkat inflasi adalah persentase perubahan pada indeks harga dari satu periode ke periode berikutnya (Samuelson dan Nordhaus, 2004:406). Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produk, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan.

Inflasi yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, karena harga-harga barang kebutuhan meningkat, sedangkan pendapatan masyarakat tetap. Penurunan ini akan menyebabkan penurunan pada penjualan perusahaan dan kemudian akan mempengaruhi dari segi laba yang akan dihasilkan oleh perusahaan sehingga peningkatan inflasi akan mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Oleh karena itu, pada saat inflasi meningkat, investor akan menarik dana yang diberikan kepada perusahaan sehingga mengakibatkan harga saham perusahaan di Bursa Efek menjadi turun (Tandelilin, 2010:212).

2.2.1.2 Tiga Ketegangan Inflasi

Seperti halnya penyakit, inflasi menunjukkan berbagai tingkat kepelikan. Penting untuk mengklasifikannya kedalam tiga kategori (Samuelson,2004:385):

Inflasi rendah dicirikan oleh harga yang naik perlahan-lahan dan dapat diramalkan. Tingkat inflasi ini dapat didefinisikan sebagai tingkat inflasi tahunan dengan digit tunggal.

2. Inflasi yang Melambung

Inflasi yang melambung adalah inflasi dalam cakupan ganda atau triple misalnya, 20, 100, 200 % per tahun. Pada kondisi ini, uang kehilangan nilainya dengan sangat cepat, sehingga orang-orang hanya memegang jumlah uang yang sangat minim yang dibutuhkan untuk transaksi sehari-hari. Pasar financial bertambah buruk saat modal terbang ke luar negeri. Orang-orang menimbun barang, membeli rumah, dan tidak akan meminjamkan uang dengan suku bunga nominal yang rendah.

3. Hiperinflasi

Hiperinflasi adalah jenis inflasi yang mematikan. Tidak ada hal bagus yang dapat dikatakan tentang sebuah perekonomian pasar dimana harga-harga meningkat jutaan bahkan miliar persen per tahun. Dampak hiperinflasi adalah harga-harga menjadi kacau-balau dan produksi menjadi tidak terorganisasi.

2.2.1.3 Sumber dan Sebab Awal Inflasi

Beberapa penyebab awal terjadinya inflasi adalah sebagai berikut (Samuelson dan Nordhaus, 2004:391-392):

a. Inflasi Tarikan Permintaan (demand pull inflation)

Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi ketika permintaan keseluruhan naik lebih cepat daripada potensi ekonomi produktif, menarik harga naik pada keseimbangan permintaan dan penawaran keseluruhan.

b. Inflasi Dorongan Biaya (Cost Push Inflation)

Inflasi Dorongan Biaya (Cost Push Inflation) adalah inflasi yang terjadi dikarenakan naiknya biaya selama periode pengangguran yang tinggi dan pengencangan pemanfaatan sumber daya.

2.2.1.4 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Inflasi yakni terjadinya kenaikan harga yang meluas di seluruh sistem perekonomian sehingga sesuai apabila untuk mengukur inflasi adalah dengan mengukur kenaikan harga, yakni Indeks Harga Konsumen (IHK). Pengertian Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah ukuran harga produk-produk tertentu yang dibeli oleh konsumen yang tinggal di wilayah perkotaan. Dengan menggunakan IHK, inflasi dapat diperoleh melalui perbandingan perubahan indeks harga dengan indeks harga awal (Grifin dan Ebert, 2007:36).

2.2.2. Suku Bunga

2.2.2.1 Pengertian Suku Bunga

Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus membayar kesempatan untuk meminjam uang (Samuelson dan Nordhaus, 2004:190).

Suku bunga digunakan sebagai ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menggunakan dana dari pemilik modal, yang disebut dengan bunga pinjaman. Peningkatan suku bunga menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan

ataupun deposito sehingga menyebabkan kinerja pasar modal menjadi lesuh dan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan. Penurunan harga saham juga mengakibatkan penurunan pada nilai perusahaan.

Kenaikan tingkat bunga juga akan ditanggung oleh investor, yaitu berupa kenaikan biaya bunga bagi perusahaan. Pada umumnya, masyarakat tidak mau menanggung risiko untuk melakukan investasi dengan biaya yang tinggi, akibatnya investasi menjadi tidak berkembang. Perusahaan banyak mengalami kesulitan untuk mempertahankan hidupnya dan ini menyebabkan kinerja perusahaan menurun. Menurunnya kinerja perusahaan dapat berakibat pada penurunan harga saham, yang berarti nilai perusahaan juga akan menurun (Tandelilin, 2010:213-214).

2.2.2.2 Fungsi Suku Bunga

Adapun fungsi suku bunga adalah sebagai berikut (Sunariyah, 2004:81):

1. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah akan memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

2. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

3. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Itu artinya pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.

2.2.2.3 Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (Bank Indonesia, 2012). Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

2.2.3 Nilai Tukar

2.2.3.1 Pengertian Nilai Tukar

Nilai tukar adalah harga satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan (Samuelson dan Nordhaus, 2004:305). Melemahnya nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menimbulkan biaya impor yang lebih besar. Terlebih bagi perusahaan yang berada di bidang manufaktur, yang mana bahan baku untuk produksi diperoleh melalui impor. Peningkatan biaya impor akan menyebabkan pembengkakan biaya produksi. Apabila pembengkakan biaya ini tidak segera diatasi maka pendapatan perusahaan akan menjadi turun, yang akan berpengaruh juga pada laba

perusahaan. Penurunan laba akan menjadi sinyal negatif oleh investor dan mampu membuat harga saham menjadi turun (Tandelilin, 2010:214).

2.2.3.2 Jenis-jenis Nilai Tukar

Nilai tukar dibedakan menjadi dua jenis (Keown, et al, 2000:885): 1. Kurs Jual (selling rate)

Asked rate (kurs yang diminta) adalah kurs yang “diminta” bank atau pedagang

valuta asing untuk dibayar oleh konsumen dalam mata uang domestik untuk mata uang asing saat bank menjual dan konsumen yang membeli. Kurs yang diminta dikenal juga kurs jual (selling rate).

2. Kurs Beli (buying rate)

Bid rate (kurs yang ditawarkan) adalah kurs dimana bank membeli mata uang asing dari konsumen dengan membayar dalam mata uang domestik. Kurs yang ditawarkan dikenal juga dengan kurs beli (buying rate).

2.2.3.3 Sistem Nilai Tukar

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004:312-319) terdapat tiga sistem nilai tukar, yaitu :

a. Sistem Nilai Tukar tetap

Dalam sistem ini, setiap Negara menetapkan nilai mata uangnya dalam jumlah emas yang tetap, sehingga membentuk nilai tukar tetap diantara Negara-negara berdasarkan standar emas.

b. Sistem Nilai Tukar Fleksibel

Pada sistem nilai tukar fleksibel, pemerintah berada di luar sistem. Dengan demikian, pasar valuta asing dapat menentukan nilai tukar. Nilai tukar akan ditentukan oleh permintaan dan penawaran.

c. Sistem Nilai Tukar Terkendali

Nilai tukar ditetapkan oleh kekuatan pasar namun, pemerintah membeli atau menjual mata uang atau mengubah penawaran uang untuk mempengaruhi nilai tukar.

2.3 Kinerja Keuangan

Dokumen terkait