• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : EKSEKUSI OBJEK JAMINAN KREDIT BERDASARKAN

D. Eksekusi Jaminan Kredit Berdasarkan Grosse Akta Pengakuan

Dari sudut pandang perbankan, upaya yang ditempuh oleh bank apabila kredit yang diberikan tersebut mengalami masalah atau tergolong dalam kredit bermasalah,

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

maka dalam hal ini bank perlu melakukan penyelamatan (rescue) sehingga tidak menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan dengan memberikan keringanan jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar.108

a. Rescheduling (penjadwalan kembali), Memperpanjang jangka waktu

kredit sehingga debitur mempunyai waktu lebih longgar untuk mencari penyelesaiaan yang lebih menguntungkan, atau dengan cara memperpanjang jangka waktu angsuran sehingga angsuran menjadi lebih ringan sesuai dengan kemampuannya.

Upaya penyelesaian terhadap kredit bermasalah dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu negosiasi dan litigasi.

Penyelesaian melalui negosiasi, artinya kredit yang tadinya bermasalah atau macet diadakan kesepakatan baru sehingga terhindar dari masalah. Bentuk negosiasi penyelamatan kredit bermasalah dapat ditempuh sebagai berikut:

b. Reconditioning (mengubah persyaratan)

1) Kapitalisasi bunga yakni dengan cara bunga dijadikan hutang pokok

2) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu maksudnya

bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjaman tetap harus dibayar

3) Penurunan suku bunga agar meringankan beban debitur.

Misalnya: bunga pertahun 18% di turunkan menjadi 16% pertahun dan tergantung pertimbangan bank bersangkutan. Akibatnya berpengaruh kepada jumlah angsuran semakin mengecil sehingga meringankan debitur

4) Pembebasan bunga diberikan kepada debitur yang tidak mampu lagi membayar kredit, akan tetapi wajib bagi debitur membayar pokok pinjaman sampai lunas.

c. Restructuring (penataan kembali)

Tindakan menambah fasilitas kredit bagi debitur atau dengan cara menambah equity (modal sendiri) yaitu dengan menyetor fresh money,

108

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

akan tetapi ini biasanya gagal karena banyak pemilik perusahaan yang tidak mampu.

Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan khusus, yakni Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/150/KEP/DIR tanggal 12 Nopember 1998 yakni upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya ini dilakukan melalui tindakan sebagai berikut:

1) Penurunan suku bunga kredit

2) Pengurangan tunggakan bunga kredit 3) Pengurangan tunggakan pokok kredit 4) Perpanjangan jangka waktu kredit 5) Penambahan fasilitas kredit

6) Pengambilalihan asset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku 7) Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan

debitur.

Restrukturisasi kredit hanya dapat dilakukan terhadap debitur yang masih memiliki prospek usaha yang baik dan pada saat itu diperkirakan akan mengalami kesulitan melakukan pembayaran pokok dan bunga kredit. Setelah dilakukan upaya penyelamatan kredit dengan cara yang telah disebutkan di atas, ternyata tidak diperoleh hasil yang diharapkan, maka kreditur akan melakukan tindakan penagihan kepada debitur yang bersangkutan, baik secara tertulis maupun dengan kontak langsung dengan debitur.

Namun ada juga ditempuh penyelesaian di luar jalur hukum, penagihan kredit macet dengan menggunakan jasa debt collector, yaitu orang atau badan yang tidak berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1. Penyelesaian secara litigasi, penyelesaian kredit terhadap debitur seperti ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

a. Mengajukan gugatan ke pengadilan negeri sesuai dengan ketentuan hukum acara perdata, atau permohonan eksekusi grosse akta

b. Penyelesaian melalui panitia urusan piutang negara khusus bagi kredit yang menyangkut kekayaan negara109

Kemudahan pelaksanaan eksekusi dilakukan dengan mencantumkan irah-irah

“Demi Keadilan Berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa”.110

Dikatakan bermasalah apabila pada bulan yang bersangkutan, debitur tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar cicilan hutangnya pada bulan yang bersangkutan sehingga harus diingatkan oleh pihak bank selaku kreditur. Apabila pada bulan berikutnya tetap terjadi tunggakan, maka kreditur memberikan surat peringatan yang pertama (SP-1), dengan kata lain surat peringatan yang pertama ini diberikan apabila debitur selama dua bulan berturut-turut tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar cicilan. Selanjutnya jika pada bulan berikutnya juga tidak ada tanggapan dari debitur maka kreditur memberikan surat peringatan yang kedua (SP-2). Kemudian apabila tidak ada tanggapan juga maka diberikan surat peringatan yang ketiga (SP-3), tetap juga tidak ada tanggapan maka kreditur

Dengan title eksekutorial ini menimbulkan konsekuensi yuridis bahwa akta pengakuan hutang mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Selain melalui title eksekutorial, dapat juga dilakukan dengan cara melelang secara umum dan di bawah tangan.

109

Majalah, Lembaga Keuangan Bank, hal. 71-72 110

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

memberikan surat teguran (sommatie) yang dibuat oleh pengacara untuk selanjutnya dibawa ke pengadilan. Pada saat SP-1 diberikan biasanya pihak bank berusaha melakukan pendekatan, untuk mengetahui apa yang menyebabkan debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya dan akan diketahui bagaimana itikad debitur untuk melaksanakan kewajibannya. Yang terjadi selama ini adalah pinjaman yang bermasalah tidak pernah sampai ke pengadilan, Karena dengan adanya pendekatan yang dilakukan oleh pihak kreditur serta keterbukaan dari pihak debitur, maka biasanya dicari jalan keluar yang disepakati oleh kedua belah pihak. Misalnya dengan mengurangi atau bahkan menghapuskan beban bunga yang harus dibayar oleh debitur, ada juga yang diberikan perpanjangan waktu dalam pembayaran cicilan, selain itu ada juga dengan menjual benda yang dijadikan jaminan atas persetujuan kedua belah pihak. Mengenai eksekusi terhadap jaminan yang diikat dengan Akta Pengakuan Hutang tidak dapat dilakukan secara serta merta. Bank hanya dapat mengeksekusi objek jaminan yaitu apabila jaminan kredit tersebut diikat dengan Hak Tanggungan atau melalui Fidusia. Eksekusi dengan berdasarkan akta pengakuan hutang tidak dapat dilakukan karena harus melalui putusan pengadilan negeri. Akta pengakuan hutang hanya dipergunakan sebagai bukti berhutang dari debitur kepada kreditur.111

Dalam hal sebagai pejabat umum pembuat akta otentik, notaris tidak mempunyai tanggung jawab terhadap Akta Pengakuan Hutang yang dibuatnya dalam

111

Hasil wawancara dengan Bapak Ardiman Zebua Staf Legal PT. Bank Century, pada tanggal 5 Juni 2009

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

hal debitur wanprestasi. Notaris hanya sebatas membuat akta notaris tersebut sebagai pengikatan hutang antara kreditur dengan debitur.112

Dokumen terkait