Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
TESIS
Nama : ASIDO SIHOMBING
NIM : 077011005
Program Studi : Magister Kenotariatan
Judul : ANALISIS YURIDIS TERHADAP GROSSE AKTA
NOTARIS SEBAGAI PENGIKATAN JAMINAN
DIKAITKAN DENGAN KREDIT MACET
(Studi Di Kota Medan)
Komisi : 1. Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN
Pembimbing 2. Notaris Syahril Sofyan,SH, MKn 3. Notaris Syafnil Gani,SH,Mhum
Hari/Tanggal : Jum’at/ 14 Agustus 2009
Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Seminar Sekolah Pascasarjana USU
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
ANALISIS YURIDIS TERHADAP GROSSE AKTA NOTARIS
SEBAGAI PENGIKATAN JAMINAN DIKAITKAN
DENGAN KREDIT MACET
(STUDI DI KOTA MEDAN)
TESIS
Oleh :
ASIDO SIHOMBING
077011005/MKn
SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS TERHADAP GROSSE AKTA
NOTARIS SEBAGAI PENGIKATAN JAMINAN DIKAITKAN DENGAN KREDIT MACET
(Studi Di Kota Medan) Nama Mahasiswa : Asido Sihombing Nomor Pokok : 077011005
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui : Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH,MS, CN) Ketua
(Syahril Sofyan, SH, MKn) (Syafnil Gani, SH, M.Hum) Anggota Anggota
Ketua Program Studi
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Tanggal lulus : 14 Agustus 2009
Tanggal Lulus :
Telah Diuji Pada :
Hari/Tanggal :
Panitia Penguji Tesis
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum Syafruddin Hasibuan, SH, MH
ABSTRAK
Grosse akta sebagai salah satu akta notaris yang mempunyai sifat dan karakteristik yang khusus bila dibanding dengan akta otentik lainnya. Agar grosse akta bisa berfungsi sesuai dengan makna yang tercantum dalam undang-undang, maka perlu dicari format hukum yang menjembatani perbedaan penafsiran antara hakim dan notaris melalui penelaahan pada syarat-syarat grosse akta dan masalah eksekusi grosse akta yang dialami selama ini. Menurut Peraturan Jabatan Notaris (PJN) grosse merupakan salinan atau (secara pengecualian) kutipan, dengan memuat di atasnya (judul akta) kata-kata: "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dan dibawahnya dicantumkan kata-kata: "Diberikan sebagai grosse pertama" dengan menyebutkan nama dari orang, yang atas permintaannya grosse itu diberikan dan tanggal pemberiannya. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (UUJN), PJN dinyatakan secara tegas dicabut dan dinyatakan tidak lagi berlaku, sehingga arti dari grosse seperti tercantum dalam pasal 1 angka (11) UUJN adalah salah satu salinan akta untuk pengakuan hutang dengan kepala akta "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa", dimana salinan tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial.
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis maksudnya adalah suatu analisis data yang berdasarkan pada teori hukum yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data yang lain. Dilihat dari pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Kata Kunci : Grosse Akta Pengakuan Hutang, Notaris, Jaminan, Kredit Macet
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, maka tesis ini telah dapat
diselesaikan dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai
Pengikat Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi di Kota Medan)”.
Penulisan tesis ini merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam
menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Program Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan tesis ini telah banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih yang mendalam dan tulus penulis ucapkan
kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku
ketua komisi pembimbing serta Syahril Sofyan, SH, MKn dan Bapak Notaris Syafnil
Gani, SH, MHum, masing-masing selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah
memberikan pengarahan, nasehat serta bimbingan penelitian tesis ini.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada Ibu
Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum dan Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH
selaku dosen yang selama ini telah membimbing dan membina penulis dan pada
kesempatan ini dipercayakan menjadi dosen penguji sebagai panitia penguji tesis.
Selanjutnya ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
1. Bapak Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, Sp.A (K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister
Kenotariatan pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B, Msc, selaku Direktris Program Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi
Anwar, SH, CN, MHum selaku ketua dan Sekretaris Program Study Magister
Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan staf pengajar serta karyawan Program
Study Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
yang telah banyak membantu penulisan tesis ini dari awal hingga selesai.
5. Rekan-rekan tercinta di Sekolah Pascasarjana khususnya Program Magister
Kenotariatan Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan semangat,
dorongan serta bantuan pikiran untuk menyelesaikan penulisan tesis ini dalam
rangka menyelesaikan study.
Secara khusus, penulis menghaturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih
yang tidak terhingga kepada istri tercinta Ratna Gultom, untuk kesabaran dan
ketulusannya mendampingi penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan kepada kedua
orangtuaku yang tersayang Ayahanda Daulat Sihombing dan Ibunda Riaminson
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
serta adikku Tua Dionicius, yang dengan penuh pengorbanan, kesabaran, ketulusan
dan kasih sayang serta memberikan doa restu sehingga penulis dapat melanjutkan dan
menyelesaikan pendidikan di Program Study Magister Kenotariatan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, khususnya dalam bidang ilmu Kenotariatan. Penulis menyadari
tidak ada yang sempurna untuk ketidaksempurnaan itu penulis ucapkan maaf dan
untuk perhatian terhadap tesis ini penulis ucapkan terima kasih.
Medan, Juli 2009
Penulis
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 13
E. Keaslian Penulisan ... 13
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 16
1. Kerangka Teori ... 16
2. Konsepsi ... 27
G. Metode Penelitian ... 30
BAB II : EKSEKUSI OBJEK JAMINAN KREDIT BERDASARKAN GROSSE AKTA NOTARIS... 33
A. Perjanjian Kredit Dengan Jaminan ... 33
1. Perjanjian Pada Umumnya ... 33
2. Perjanjian Kredit Dengan Jaminan ... 44
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
C. Tinjauan Umum Tentang Eksekusi ……….……….…...…. 55
1. Pengertian Eksekusi ... 55
2. Jenis Eksekusi ... 59
D. Eksekusi Jaminan Kredit Berdasarkan Grosse Akta Pengakuan Hutang... 63
BAB III : PERLINDUNGAN TERHADAP KREDITUR DENGAN MEMAKAI GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG ... 68
A. Perlindungan Hukum Grosse Akta Kepada Kreditur ... 68
B. Upaya-upaya Kreditur Dalam Melindungi Kepentingannya ... 71
C. Kuasa Menjual ... 81
BAB IV: KEPASTIAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT MACET ... 85
A. Sejarah Grosse Akta ... 85
1. Pengertian Grosse Akta ... 87
2. Ciri-Ciri Grosse Akta ... 89
3. Bentuk Dan Syarat-Syarat Grosse Akta ... 91
4. Akta-Akta Yang Dapat Dikeluarkan Grossenya ... 95
4.1 Paradigma Lama Pengaturan Grosse Akta ... 95
4.2 Paradigma Baru Pengaturan Grosse Akta ... 101
B. Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Kredit ... 102
1. Kewenangan Notaris dalam Pembuatan Akta Otentik ... 102
2. Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akta Otentik Pemberian Kredit ... 108
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
C. Kepastian Hukum Terhadap Eksekusi Grosse Akta Pengakuan
Hutang... 112
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 114
A. Kesimpulan... 114
B. Saran... 115
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor perekonomian merupakan sektor yang cukup menjadi perhatian pada
saat sekarang ini. Untuk melaksanakan kegiatan perekonomian baik yang dilakukan
oleh perorangan maupun badan hukum, adakalanya diperlukan modal dalam jumlah
yang cukup besar. Dalam memenuhi unsur modal yang besar, maka orang atau badan
hukum dapat mengajukan permohonan pinjaman kepada bank untuk mendapatkan
sejumlah pinjaman modal atau yang disebut dengan kredit. Calon debitur akan
memberikan barang jaminan sebagai agunan. Barang yang dijadikan objek jaminan
atau agunan tersebut dapat berupa benda bergerak maupun yang tidak bergerak.
Keberadaan benda jaminan selalu menjadi kendala bagi pelaku usaha dalam
mengembangkan usahanya. Di sisi lain keberadaan jaminan juga merupakan suatu
keharusan yang wajib dipenuhi karena sudah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan, yaitu Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan.
Barang yang dijadikan objek jaminan dapat berupa benda bergerak maupun
yang tidak bergerak. Salah satu benda yang lazim dijadikan jaminan adalah tanah.
Pengaturan tentang jaminan berupa tanah, pemerintah telah mengaturnya dalam
Undang-Undang nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan sebagai ganti dari
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Lembaga Jaminan Hipotik, sedangkan untuk benda bergerak diatur dalam
Undang-Undang nomor 42 tahun 1999 tentang Fidusia.
Pemberian kredit oleh bank kepada debitor dilakukan melalui perjanjian
kredit. Perjanjian kredit bank ini terdiri atas kata “Perjanjian” dan “Kredit”. Pasal 1
angka 11 Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan
bahwa :
”kredit yang diberikan oleh bank adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Demi kepentingan kreditor yang mengadakan perutangan, undang-undang
memberikan jaminan yang tertuju terhadap semua kreditor dan mengenai harta benda
debitor. Baik mengenai benda bergerak maupun tidak bergerak, baik benda yang
sudah ada maupun yang akan ada, semua menjadi jaminan bagi seluruh utang debitor.
Jaminan yang diberikan bagi kepentingan semua kreditor dan menyangkut harta
kekayaan debitor dan sebagainya disebut jaminan umum. Artinya benda jaminan itu
tidak ditunjuk secara khusus dan tidak diperuntukkan kepada kreditor, sedang hasil
penjualan benda jaminan itu dibagi-bagi di antara para kreditor seimbang dengan
piutangnya masing-masing kecuali apabila diantara para kreditor itu ada alasan-alasan
yang sah untuk didahulukan.1
1
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan Di Indonesia-Pokok-Pokok Hukum
Jaminan dan Jaminan Perorangan, (Yogyakarta : Liberty, 2003), hal 44-45
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Dari perjanjian pinjam-meminjam tersebut munculah hubungan hukum2
Penyelesaian kredit macet ternyata merupakan masalah yang kompleks,
sehingga untuk penyelesaiannya pemerintah telah membentuk lembaga-lembaga
hukum yang nantinya diharapkan mampu untuk menangani masalah ini. Hal ini dapat
dilihat dari adanya peradilan, Arbitrase, maupun PUPN/BUPLN serta berdasarkan
Undang-Undang nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pemerintah juga telah
membentuk suatu badan penyehatan yang berfungsi untuk memberikan penyehatan yaitu
hubungan perutangan dimana ada kewajiban berprestasi dari debitor dan ada hak
mendapatkan prestasi dari kreditor. Hubungan hukum tersebut akan berjalan lancar
jika masing-masing pihak memenuhi kewajibannya sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Namun di dalam perjanjian pinjam-meminjam tersebut ada kalanya salah
satu pihak tidak memenuhi perjanjian sesuai dengan apa yang telah disepakati
bersama.
Akibat pemberian kredit yang hanya mengandalkan kuantitas dan
mengabaikan kualitas, adalah merupakan penyebab timbulnya kredit macet. Kredit
macet akan mengganggu kelancaran arus dana dan dapat membahayakan kesehatan
perbankan sekaligus akan mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional.
2
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
kepada perbankan apabila dalam penilaian Bank Indonesia terjadi kesulitan
perbankan.
Dituangkannya perjanjian ke dalam bentuk tertulis, maka masing-masing
pihak akan mendapat kepastian hukum terhadap perjanjian yang dibuatnya. Apabila
di dalam hubungan perutangan tersebut, debitor tidak memenuhi prestasi secara suka
rela, kreditor mempunyai hak untuk menuntut pemenuhan piutangnya bila hutang
tersebut sudah dapat ditagih, yaitu terhadap harta kekayaan debitor yang dipakai
sebagai jaminan. Hak pemenuhan dari kreditor itu dilakukan dengan cara menjual
benda-benda jaminan dari debitor, yang kemudian hasil dari penjualan tersebut
digunakan untuk memenuhi hutang debitor.3
Eksekusi grosse akta, merupakan salah satu bagian dari beberapa eksekusi
yang ada dalam Hukum Acara Perdata yang diatur dalam Pasal 224 HIR atau Pasal
Apabila nasabah debitor yang mengalami kredit macet tersebut masih
dimungkinkan untuk berprestasi lagi memenuhi kewajibannya, maka bank biasanya
melakukan penyelesaian secara baik, misalnya dengan melakukan penjadwalan
kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning) dan penataan kembali
(restructuring). Namun apabila nasabah debitor sudah tidak bisa diharapkan untuk
berprestasi lagi, maka jalur yang akan ditempuh adalah penyelesaian melalui hukum.
Beberapa perangkat hukum yang memberikan perlindungan bagi kreditor untuk
memperoleh uangnya antara lain melalui grosse akta.
3
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
258 RBg. Pasal 224 Reglemen Indonesia yang diperbaharui merupakan suatu pasal
yang dibuat oleh pembentuk undang-undang untuk memberi kemudahan kepada
kreditor dalam hal debitor melakukan wanprestasi. Dengan adanya pasal tersebut
maka kreditor dapat langsung mengeksekusi barang jaminan debitor tanpa harus ada
keputusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Adapun grosse akta yang
dapat dieksekusi secara langusung ditentukan secara limitatif oleh pembentuk
undang-undang yaitu hanya grosse akta pengakuan hutang dan grosse akta hipotik
saja.
Eksekusi grosse akta ini merupakan pengecualian dari prinsip eksekusi yang
menyatakan bahwa eksekusi hanya dapat dijalankan terhadap putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde). Dalam
Pasal 224 HIR/258 RBg memperkenankan eksekusi terhadap bentuk grosse akta yang
di dalamnya memuat kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA”, karena bentuk grosse akta tersebut
mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan hakim yang telah memperoleh
kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde).
Grosse akta sebagai salah satu akta notaris yang mempunyai sifat dan
karakteristik yang khusus bila dibanding dengan akta otentik lainnya. Agar grosse
akta bisa berfungsi sesuai dengan makna yang tercantum dalam undang-undang,
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
hakim dan notaris melalui penelaahan pada syarat-syarat grosse akta dan masalah
eksekusi grosse akta yang dialami selama ini.
Dalam hukum acara yang berlaku di Indonesia, grosse akta diatur dalam Pasal
224 HIR atau 258 RBg yang pada intinya pasal tersebut mengatur dua bentuk grosse
akta yaitu grosse akta pengakuan hutang (notarieele schuldbrieven, debenture,
acknowledgement of indebtedness) dan grosse akta hipotik (grosse akta van
hypotheek).
Isi dari pasal 224 HIR atau 258 RBg ini tidak secara jelas menerangkan secara
rinci mengenai pembuatan grosse akta pengakuan hutang dan grosse akta hipotik
(sekarang Hak Tanggungan). Dalam pasal tersebut hanya dijelaskan bahwa kedua
grosse akta tersebut bisa mempunyai kekuatan eksekutorial.
Kurangnya penjelasan mengenai isi dari Pasal 224 HIR/258 RBg akan
menimbulkan konsekwensi perbedaan penafsiran dalam menerapkan kedua grosse
akta tersebut dalam praktik. Hakim, pejabat yang bertanggung jawab terhadap
jalannya eksekusi permohonan grosse akta, menggunakan penafsiran sempit
sebagaimana telah ditafsirkan oleh Mahkamah Agung.
Namun notaris atau PPAT, sebagai pejabat yang berkepentingan dalam
pembuatan grosse akta, lebih suka menggunakan penafsiran yang luas, artinya
pembuatan grosse akta disamping tunduk kepada Pasal 224 HIR/258 RBg juga harus
mengacu kepada undang-undang sehingga penafsiran grosse akta menjadi lebih luas
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
dilihat bahwa pandangan yang luas ini sangatlah realistik dan aktual bila bertitik tolak
kepada asas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.
Pada tahun 1985 Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui surat Nomor
: 213/229/85/II/Um.Tu/Pdt. tertanggal 16 April 1985 telah memberi suatu fatwa
grosse akta, yang menyebutkan bahwa dalam suatu grosse akta hanya berisi
kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu saja. Mahkamah Agung Republik
Indonesia sampai saat ini tetap pada pendiriannya yaitu pengertian grosse akta tidak
perlu diperluas demi untuk melindungi kepentingan debitur, jika ada debitur yang
tidak mampu melunasi kewajibannya maka penyelesaian hutangnya dapat melalui
Badan Urusan Piutang Dan Lelang Negara (BUPLN). Namun bagi bank swasta
penyelesaian permasalahan kredit macet diselesaikan melalui Pengadilan Negeri.
Secara terserak-serak atau sporadis istilah “Grosse” disebutkan dalam
berbagai peraturan perundang-undangan yang ada. Undang-Undang Dasar Hindia
Belanda (Het Indische Staatsregeling, disingkat IS)4 sendiri juga ada menyebutkan
istilah Grosse dalam rumusan pasalnya, demikian juga dalam peraturan lain yang
ada5
4
Sumber yang ada yaitu Kitab-Kitab Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan Republik Indonesia (De Wetboeken Wetten en Verordeningen beneens de Grodwet van 1945 vn de Republiek Indonesie) bewerkt door Mr. E.M.L Engelbrecht, N.V. Uitgeverij W. Van Hoeve’s-Gravenhage,unchanged reprint 1964, pada halaman 215 menyajikan rumusan asli dari Pasal 159 het Indische Staat regeling (Wet van 2 September 1854,Stb. 1855/2), Syahril Sofyan, Grosse Akta Notaris:
Paradigma Baru Pasca Undang-Undang Nomor 30/2004 Tentang Jabatan Notaris, Makalah
pelengkap dalam menempuh Kuliah dalam mata kuliah Hukum Perbankan Pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan 2005, hal 12
5
Syahril Sofyan, ibid, hal 12
dan kemudian diikuti oleh Peraturan Jabatan Notaris dan sekarang oleh
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Ciri kasat mata yang diperlihatkan oleh akta notaris yang menurut hukum
dikenal dengan sebutan “grosse akta” adalah dicantumkannya irah-irah atau sebutan
“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” pada
kepala akta sebelum penulisan judul akta atau kepala akta.6
Dengan kata lain grosse merupakan salinan yang berfungsi untuk melakukan
tindakan eksekusi atas objek hukum tertentu yang dimaksudkan sebagai jaminan atas
hutang debitor dalam akta pengakuan hutang. Sesuai dengan ketentuan UUJN, grosse
Menurut Peraturan Jabatan Notaris (PJN) grosse merupakan salinan atau
(secara pengecualian) kutipan, dengan memuat di atasnya (judul akta) kata-kata:
"Demi Keadilan Berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa” dan dibawahnya
dicantumkan kata-kata: "Diberikan sebagai grosse pertama" dengan menyebutkan
nama dari orang, yang atas permintaannya grosse itu diberikan dan tanggal
pemberiannya. Grosse tersebut diberikan pada setiap orang yang memiliki
kepentingan secara langsung. Masih menurut PJN, fungsi grosse tidak selalu
dikeluarkan dengan tujuan eksekusi. Namun dengan berlakunya Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (UUJN), PJN dinyatakan secara tegas
dicabut dan dinyatakan tidak lagi berlaku, sehingga arti dari grosse seperti tercantum
dalam pasal 1 angka (11) UUJN adalah salah satu salinan akta untuk pengakuan
hutang dengan kepala akta "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA", dimana salinan tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial.
6
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
hanya dapat dikeluarkan untuk jenis akta pengakuan hutang saja. Sedangkan
mengenai kekuatan eksekutorial grosse akta berdasar pasal 224 HIR/258 RBg yang
saat ini tidak berlaku.
Secara teori menurut UUJN, berdasarkan grosse tersebut kreditor dapat
melakukan eksekusi secara langsung atas objek jaminan, akan tetapi eksekusi oleh
kreditor berdasarkan grosse kembali akan ditinjau berkaitan dengan tingkat
kedudukan hak kreditornya. Dalam hal ini disebabkan adanya peraturan mengenai
prosedur pengikatan atau pembebanan hak atas benda jaminan yang telah diatur
dalam Undang nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dan
Undang-Undang nomor 42 tahun 1999 tentang Fidusia.. Oleh karenanya selama benda
jaminan belum sampai pada prosedur pendaftaran maka grosse dapat digunakan
sebagai dasar eksekusi benda jaminan akan tetapi kedudukan kreditor belum tentu
sebagai kreditor preferen, melainkan dapat pula sebagai kreditor konkuren.
Grosse akta notaris selalu diidentikkan dengan akta otentik, yang diatur dalam
Pasal 1868 KUH.Perdata juncto Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris yang dahulu diatur dalam Peraturan Jabatan Notaris (Stbl 1860:3).
Pasal 1868 KUH.Perdata memberikan batasan mengenai akta otentik, dimana
dikatakan akta otentik adalah
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Menurut Pasal ini agar suatu akta mempunyai kekuatan otentisitas, maka
harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut yaitu:
a. Akta yang dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang ditunjuk oleh undang- undang. 7
b. Bentuk akta ditentukan oleh undang-undang dan cara membuat akta menurut ketentuan yang ditetapkan undang-undang.8
c. Ditempat dimana pejabat yang berwenang membuat akta tersebut
Pasal ini tidak menyebutkan siapa pejabat umum itu dan dimana batas
wewenangnya serta bagaimana bentuk aktanya. Hal ini dapat diketahui dalam Pasal 1
ayat 1 UU Jabatan Notaris yang mengatakan bahwa Notaris adalah Pejabat umum
yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang ini. Sedangkan dalam Pasal 15 ayat 1 UU Jabatan
Notaris mengatakan Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua
perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan
perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan
dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan
7
Lihat Pasal 1868 KUHP jo Pasal 1 angka 7 UUJN
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang
lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
Jika diperhatikan bunyi Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 15 ayat 1 UU Jabatan
Notaris, maka jelas bahwa notaris yang ditunjuk sebagai pejabat umum yang
berwenang membuat akta otentik dan juga mengenai grosse aktanya, sehingga
keberadaan akta otentik identik dengan akta Notaris.
Mengenai bentuk akta otentik harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam UU jabatan Notaris, khusus untuk grosse akta harus dibuat dalam bentuk
yang ditentukan dalam Pasal 55 UU Jabatan Notaris, yang selengkapnya berbunyi:
(1) Notaris yang mengeluarkan Grosse akta membuat catatan pada minuta akta mengenai penerima Grosse Akta dan tanggal pengeluaran dan catatan tersebut ditandatangani oleh Notaris.
(2) Grosse akta pengakuan utang yang dibuat dihadapan notaries adalah Salinan Akta yang mempunyai kekuatan eksekutorial;
(3) Grosse Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada bagian kepala akta memuat frasa “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, Dan pada bagian akhir atau penutup akta memuat frasa “diberikan sebagai grosse pertama”, dengan menyebutkan nama orang yang memintanya dan untuk siapa grosse dikeluarkan serta tanggal pengeluarannya.
(4) Grosse Akta kedua dan selanjutnya hanya dapat diberikan kepada orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 berdasarkan penetapan Pengadilan.
Jika syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi artinya terdapat kekurangan pada
bagian atas atau bagian bawah dari grosse akta itu, maka akta itu tidak dapat
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Penugasan yang diberikan UU Jabatan Notaris kepada Notaris tidak saja
untuk memberikan perantaraan dalam membuat akta-akta otentik atas permintaan
pihak-pihak yang bersangkutan atau karena undang-undang menentukan. Untuk
perbuatan hukum tertentu mutlak harus dengan akta otentik, tetapi juga sebagai
pejabat umum yang merupakan organ Negara, notaris diperlengkapi dengan
kekuasaan umum, untuk menjalankan sebagian kekuasaan penguasa (Negara) yaitu
antara lain dengan kewenangan memberikan grosse akta yang memakai judul “DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MASA ESA” dan
mempunyai kekuatan eksekutorial.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diangkat permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah eksekusi terhadap objek jaminan kredit dapat dilakukan kreditur
berdasarkan grosse akta pengakuan hutang yang dibuat oleh notaris?
2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap kreditur dalam pelaksanaan
eksekusi objek jaminan kredit berdasarkan grosse akta yang dibuat oleh notaris?
3. Bagaimanakah kepastian hukum terhadap grosse akta dalam pelaksanaan
eksekusi sebagai penyelesaian kredit macet?
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui eksekusi terhadap objek jaminan kredit berdasarkan grosse
akta pengakuan hutang yang dibuat oleh notaris.
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap kreditur dalam pelaksanaan
eksekusi objek jaminan kredit berdasarkan grosse akta yang dibuat oleh notaris.
3. Untuk mengetahui kepastian hukum terhadap grosse akta dalam pelaksanaan
eksekusi sebagai penyelesaian kredit macet.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian dan penulisan ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis :
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan tentang grosse
akta pengakuan hutang dalam perkembangan ilmu hukum yang erat kaitannya
dalam menciptakan perkembangan ekonomi khususnya dibidang kredit
perbankan di Indonesia.
2. Manfaat Praktis :
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi kalangan praktisi
yakni Notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah, dan kalangan perbankan
mengenai sejauh mana peranan suatu grosse akta pengakuan hutang dalam
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran kepada
kalangan praktisi tentang akibat hukum yang timbul dari grosse akta
pengakuan hutang dalam perjanjian kredit perbankan.
E. Keaslian Penulisan
Sepanjang yang diketahui dan berdasarkan informasi, maupun data yang ada
dan penelusuran pendahuluan yang dilakukan pada kepustakaan khususnya Sekolah
Pascasarjana, Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara terhadap judul ini
belum ada dilakukan penelitian sebelumnya. Namun ada beberapa judul yang
membahas mengenai grosse akta pengakuan hutang.
Adapun Judul-judul penelitian terdahulu yang membahas tentang Grosse Akta
Notaris antara lain :
1. Hambatan Pelaksanaan Lelang Eksekusi Grosse Akta Notaris di Pengadilan
Negeri Medan, yang diteliti oleh Indrani Lusinta (NIM 017011029) dengan
permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah suatu grosse akta agar dapat dilaksanakan eksekusinya oleh
pengadilan negeri?
b. Bagaimanakah Prosedur eksekusi terhadap grosse akta tersebut?
c. Apa saja kendala dan hambatan yang dihadapi oleh Pengadilan Negeri
Medan dalam pelaksanaan lelang eksekusi terhadap grosse akta tersebut
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa semua hal-hal yang
menyangkut dengan grosse akta notaris dan jaminan hutang serta kuasa untuk
menjamin sesuatu benda guna pembayaran pelunasan hutang debitur tidak
banyak dipermasalahkan dan pada umumnya lancar, jarang terdapat
kendala-kendala/hambatan-hambatan dalam pelaksanaan eksekusinya apabila dibuat
sesuai dengan bentuk (Form) yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 224 HIR
atau Pasal 258 RBG.
2. Paradigma Grosse Akta sesudah berlakunya Undang-Undang Jabatan Notaris
nomor 30 tahun 2004 yang diteliti oleh Sabarina (NIM 047011058) dengan
permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah paradigma grosse akta dan kaitannya dengan penegakan
hukum di Indonesia?
b. Apakah lembaga grosse akta dapat mendukung upaya penegakan hukum
di Indonesia?
c. Bagaimanakah eksekusi grosse akta notaris sesudah berlakunya
Undang-Undang nomor 30 Tahun 2004?
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa penerbitan grosse
akta pengakuan hutang oleh notaris masih memakan waktu yang lama,
sehingga peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan di Indonesia masih
belum bisa direalisasikan. Perlawanan/verzet yang diajukan debitur/pihak
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
hukum dan sejak berlakunya Undang-Undang nomor 30 Tahun 2004, yang
dapat diterbitkan grosse aktanya oleh notaris hanya akta pengakuan hutang
saja.
3. Tinjauan Yuridis Akta Pengakuan Hutang Yang Dibuat Oleh Notaris Dan
Pelaksanaannya Dalam Praktek, yang diteliti oleh Eddy Susanto (NIM
047011015), dengan permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah akta pengakuan hutang dapat dikatagorikan sebagai akta
perjanjian hutang piutang yang bersifat riil menurut Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
b. Mengapa ada grosse akta pengakuan hutang yang dibuat oleh notaris
tidak dapat langsung dieksekusi pada saat debitur wanprestasi ?
4. Grosse Akta Dan Pelaksanaannya Dalam Praktek, yang diteliti oleh Kalam
Liano (NIM 002111049), dengan permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana kekuatan eksekutorial grosse akta yang diterbitkan notaris
dapat dijalankan ?
b. Upaya-upaya hukum apakah yang dapat dilakukan untuk menghalangi
eksekusi grosse akta ?
c. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam melakukan eksekusi grosse
akta dan bagaimana cara pemecahannya ?
Pembahasan ataupun penulisan tesis ini judul Analisis Yuridis
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), oleh karena itu proposal
penelitian yang diajukan ini adalah asli dan aktual maka dengan demikian
penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori.
Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi,
aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.9
Kerangka Teori yang dimaksud adalah suatu kerangka pemikiran atau
butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang dijadikan
bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak
disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam
penulisan.10
Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan
arahan/petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.
11
9
Soerjono Sukanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia UI-Press, 1986), hal. 6.
10
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 80. 11
Snelbecker dalam Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 35.
Teori yang
menjadi pedoman dalam penulisan tesis ini adalah bahwa grosse akta pengakuan
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
eksekutorial yang erat hubungannya dengan perkembangan kredit perbankan di
Indonesia.
Kegiatan kredit perbankan di Indonesia pada saat ini sudah tidak bisa
dilepaskan dari ikatan hubungan persetujuan yang dituangkan dalam bentuk grosse
akta. Luasnya frekuensi dan intensitas perjanjian pinjaman uang dalam lalu lintas
dunia bisnis dan industri pada lima belas tahun terakhir ini telah menyeret Pasal 224
HIR/258 RBg ke kancah arena perputaran hubungan dunia keuangan dan perbankan.
Dalam menganalisa gejala tersebut di atas yang terjadi dalam praktek
perbankan dan perundang-undangan khususnya dalam permasalahan kredit maka
diperlukan adanya suatu pendekatan sistem.
Suatu sistem adalah kumpulan asas-asas yang terpadu, yang merupakan
landasan, di atas mana dibangun tertib hukum.12
12
Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, (Bandung: Alumni, 1983), hal. 15.
Maksud menggunakan pendekatan
sistem adalah mengisyaratkan terdapatnya kompleksitas masalah hukum grosse akta
yang dihadapi dengan tujuan untuk menghindarkan pandangan yang
menyederhanakan persoalan grosse akta sehingga menghasilkan pendapat yang keliru
mengenai hubungan antara pemberian kredit, penyelesaian kredit dengan grosse akta.
Berdasarkan pendekatan sistem ini, dapat diketahui bahwa esensi dari
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
a. Collateral (agunan) yaitu kemampuan si calon debitur memberikan agunan
yang berharga secara ekonomis dan legal secara hukum.13
Oleh karena itu dalam pemberian kredit, salah satu upaya preventif
b. Credit Repayment yaitu kemampuan si calon debitur untuk melakukan
pengembalian kredit kepada bank tepat pada waktu yang telah
diperjanjikan.
14
Grosse akta merupakan salah satu unsur dalam sistem pengamanan kredit
bank, yang dilahirkan dengan didahului perjanjian pokok
dalam
mengatasi kredit macet adalah melakukan pengikatan kredit secara notaril, karena
secara yuridis akan memberikan suatu efek hukum yang positif sebab salah satu
fungsi suatu akta notaril adalah guna pembuktian dikemudian hari.
15
13
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 394-395.
14
Usaha preventif berarti segala upaya mencegah terjadinya suatu masalah dikemudian hari. Pengawasan yang dilakukan harus bersifat preventif artinya harus dapat mencegah timbulnya penyimpangan. Suyatno, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), hal. 9.
15
Konstruksi ini menunjukkan bahwa grosse akta memiliki karakter assesor, seperti yang dianut dalam Fidusia, yakni Pasal 4 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia yang berbunyi “Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi”
yakni perjanjian
pinjam-meminjam uang.
Mengenai definisi dari perjanjian itu sendiri oleh para sarjana juga diartikan
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
a. Subekti: Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada
seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal.16
b. R.Wirjono Prodjodikoro: Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum
mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji
untuk melakukan sesuatu prestasi, sedangkan pihak lain berhak menuntut
pelaksanaan prestasi tersebut.17
c. Abdulkadir Muhammad: Perjanjian adalah suatu Persetujuan dengan mana
dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu
hal dalam lapangan harta kekayaan.
18
d. KUHPerdata Indonesia, Perjanjian adalah suatu perbuatan, dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau
lebih.19
Dari rumusan perjanjian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
perjanjian itu adalah:
1) adanya para pihak.
2) adanya persetujuan antara para pihak.
16
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 1987), hal. 122. 17
R.Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, (Jakarta:Sumur Bandung, 1992), hal 9
18
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990), hal 78
19
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
3) adanya tujuan yang akan dicapai.
4) adanya prestasi yang akan dilaksanakan.
Mengenai definsi perjanjian pinjam meminjam, KUHPerdata Indonesia ada
mengaturnya yakni sebagai berikut :
Perjanjian pinjam meminjam adalah perjanjian dimana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang meminjam akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula 20
1) Kewajiban untuk tidak dapat meminta kembali apa yang dipinjamkannya
sebelum lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian.
Adapun hak dan kewajiban dari para pihak dalam perjanjian pinjam
meminjam adalah:
a. Pihak yang meminjamkan, mempunyai :
21
2) Hak untuk memperjanjikan bunga atas peminjaman uang atau lain barang
yang menghabis karena pemakaian.
22
1) Hak untuk menjadi pemilik sementara atas barang yang dipinjamkan. b. Pihak Peminjam, mempunyai :
23
2) Kewajiban untuk mengembalikan barang pinjaman dalam jumlah dan keadaan
yang sama pada waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian. 24
20
Pasal 1754 KUHPerdata 21
Pasal 1759 KUHPerdata 22
Pasal 1765 KUH Perdata 23
Pasal 1755 KUH Perdata 24
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Perjanjian pinjam meminjam dalam dunia perbankan di Indonesia lebih
dikenal dengan sebutan perjanjian kredit bank.25
Syarat-syarat dalam kontrak tersebut secara nyata telah digunakan dan ditentukan oleh salah satu pihak tanpa negosiasi dengan pihak lain, dan mengikatnya syarat baku tersebut bagi para pihak adalah didasarkan pada tanda-tangan pada dokumen kontrak tersebut secara keseluruhan, sekurang-kurangnya selama syarat-syarat tersebut direproduksi diatas tanda-tangan itu misalnya dibagian belakang dari dokumen kontrak tersebut.
Pada kenyataannya perjanjian kredit
bank biasanya berbentuk perjanjian sepihak saja atau berbentuk syarat baku yang
berarti bahwa:
26
1. Untuk menjamin pembayaran kembali sebagaimana-mestinya segala sesuatu yang terhutang dan harus dibayar oleh Peminjam kepada Bank berdasarkan perjanjian kredit, baik untuk hutang pokok, bunga, provisi dan biaya-biaya lainnya, maka dengan perjanjian jaminan yang dimaksud dalam ayat 2 pasal ini atau dengan surat atau akta lainnya yang dipandang perlu oleh bank, kepada bank diberikan jaminan untuk melunasi kewajiban-kewajiban peminjam tersebut, yang mana kesemuanya itu merupakan kesatuan yang tidak terpisah dan merupakan bagian yang terpenting dari perjanjian kredit ini, yang mana dengan tidak adanya pemberian jaminan ini dalam perjanjian jaminan dan/atau akta dan/atau surat lainnya tersebut, maka perjanjian kredit tidak akan diterima dan dilangsungkan diantara kedua belah pihak, karenanya perjanjian jaminan atau pemberian jaminan lainnya tersebut tidak dapat dicabut kembali dan tidak akan berakhir karena alasan apapun juga yaitu selama dan sepanjang semua jumlah uang yang terhutang oleh peminjam kepada bank berdasarkan perjanjian kredit belum dibayar lunas seluruhnya.
Bahwa dalam praktek dilapangan, bank dalam memberikan kredit kepada
debitur, bank memerlukan benda jaminan kredit. Contoh klasula perjanjian kredit
bank yang menunjukkan bank memerlukan benda jaminan dalam pemberian kredit:
25
Perjanjian kredit bank adalah perjanjian yang isinya telah disusun oleh bank secara sepihak dalam bentuk baku mengenai kredit yang memuat hubungan hukum antara bank dengan nasabah debitur,Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, (Bandung: Alumni, 2006), hal 33.
26
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
2. Guna menjamin lebih jauh lagi pembayaran kembali secara tertib dan
sebagaimana mestinya semua hutang-pokok, bunga,provisi dan biaya-biaya serta denda-denda yang wajib dibayar oleh debitur kepada bank berdasarkan akta ini dan surat perjanjian kredit yang telah dan/atau yang akan dibuat diantara debitur dan bank, maka debitur dengan ini memberikan jaminan kepada bank.
3. Guna menjamin lebih jauh segala sesuatu yang wajib dibayar oleh debitur kepada bank berdasarkan akta ini, maka debitur dan penjamin dengan ini mengikatkan diri menyerahkan sebagai jaminan hutang yang dapat dibuktikan dengan suatu akta-akta dan/atau surat-surat- yang dibuat secara terpisah dari akta ini, yaitu berupa:
4. Untuk menjamin lebih jauh pembayaran kembali hutang debitur kepada kreditur baik hutang pokok, bunga, denda provisi dan biaya-biaya lainnya atau pembayaran apapun- juga yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur secara tertib dan sebagimana mestinya berdasarkan surat hutang ini termasuk perpanjangan-perpanjangan, penambahan-penambahan dan/ atau perubahan perubahannya yang telah maupun yang akan dibuat antara kreditur dan- debitur, maka debitur yang selanjutnya dalam akta ini disebut juga pemberi jaminan, dengan ini memberi kuasa kepada kreditur sebagai penerima kuasa atau penerima hak tanggungan yang bersangkutan didaftar pada kantor pertanahan setempat akan bertindak sebagai pemegang hak tanggungan, khusus untuk membebankan hak tanggungan peringkat I (pertama).
Pemberian jaminan selalu berupa penyediaan bagian dari harta kekayaan si
pemberi untuk pemenuhan kewajibannya. Artinya, pemberi Jaminan telah
melepaskan hak kemilikan secara yuridis untuk sementara waktu. 27
Menurut Subekti, memberikan suatu barang sebagai jaminan kredit berarti
melepaskan sebagian kekuasaan atas barang tersebut. Kekuasaan yang dimaksud
27
Konsep harta kekayaan meliputi aspek ekonomi dan aspek hukum. Dari aspek ekonomi, harta kekayaan menitikberatkan pada nilai kegunaan sedangkan dari aspek hukum, harta kekayaan selain mempunyai nilai ekonomi juga merupakan benda modal dapat dialihkan kepada pihak lain karena ada peraturan hukumnya,Abdulkadir Muhammad, Hukum Harta
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
bukanlah melepaskan kekuasaan benda secara ekonomis melainkan secara
yuridis.28
Benda yang dijadikan jaminan adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan
dialihkan, baik berwujud maupun tidak berwujud, yang terdaftar maupun tidak
terdaftar, yang bergerak maupun tidak bergerak yang dapat dibebani dengan hak
tanggungan, hipotik dan/atau fidusia.29
1. Hak atas hak kebendaan (real right). Sifat hak kebendaan adalah absolut, artinya hak ini dapat dipertahankan pada setiap orang. Pemegang hak benda berhak menuntut setiap orang yang mengganggu haknya. Sifat lain dari hak kebendaan adalah droit de suite, artinya hak kebendaan mengikuti bendanya di dalam tangan siapapun dia berada. Di dalam karakter ini terkandung asas hak yang tua didahulukan dari hak yang muda (droit de preference). Jika beberapa kebendaan diletakkan di atas suatu benda, berarti kekuatan hak itu ditentukan oleh urutan waktunya. Selain itu, sifat hak kebendaan adalah memberikan wewenang yang kuat kepada pemiliknya, hak itu dapat dinikmati, dialihkan, dijaminkan, disewakan.
Mengenai jaminan yang objeknya benda haruslah memperhatikan beberapa
asas-asas Hukum Jaminan sebagaimana yang dikatakan oleh Mariam Darus
adalah :
2. asas asesor artinya hak jaminan ini bukan merupakan hak yang berdiri sendiri (zelfstandingrecht), tetapi ada dan hapusnya bergantung (accessorium) kepada perjanjian pokok.
3. hak yang didahulukan artinya hak jaminan merupakan hak yang didahulukan pemenuhannya dari piutang lain.
4. objeknya adalah benda yang tidak bergerak, terdaftar atau tidak terdaftar.
5. asas asesi yaitu perlekatan antara benda yang ada di atas tanah dengan tapak tanahnya.
6. asas pemisahan horisontal yaitu dapat dipisahkan benda yang ada di atas tanah dengan tanah yang merupakan tapaknya.
28
Subekti, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, (Bandung: Alumni, 1982), hal. 27.
29
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
7. asas terbuka artinya ada publikasi sebagai pengumuman agar masyarakat mengetahui adanya beban yang diletakkan di atas suatu benda.
8. asas spesifikasi/pertelaan dari benda jaminan. 9. asas mudah dieksekusi.30
Yang namanya perjanjian itu, baik itu perjanjian kredit maupun perjanjian
apapun juga, pasti melakukan suatu prestasi. Yang dimaksud dengan prestasi dalam
ilmu hukum adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.31
Para pihak dalam perjanjian harus saling menunaikan prestasi
masing-masing.
Akta pengakuan hutang merupakan suatu bentuk prestasi yaitu tidak berbuat
sesuatu, yang berarti bahwa dalam akta pengakuan hutang, kreditur tidak berbuat
sesuatu karena kreditur hanya bersifat diam, kreditur hanya menerima pengakuan dari
debitur bahwa benar debitur mengaku telah berhutang kepada kreditur atas sejumlah
uang atau benda.
32
30
Mariam Darus Badrulzaman,”Kerangka Hukum Jaminan Indonesia”, Kertas Kerja
Dalam Workshop Hukum Jaminan, diselenggarakan oleh Elips Project bekerjasama dengan
USU, Medan, tanggal 2 Desember 1993. Bandingkan dengan asas-asas umum hukum benda dan ciri-ciri hukum benda yang dikemukakan oleh Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata,
Hukum Benda, (Yogyakarta: Liberty, 1981), hal. 21.
31
Pasal 1234 KUHPerdata. 32
Dalam perjanjian berlaku asas pacta sun servanda yang berarti setiap perjanjian adalah mengikat dan para pihak harus saling menepati janji yang telah dibuatnya, Sudarsono,
Kamus Hukum, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2002), hal 335
Apabila debitur tidak melakukan prestasinya sebagaimana yang telah
diperjanjikan, yakni membayar kredit maupun angsuran kredit tepat pada waktunya
maka kreditur tidak dapat secara langsung mengatakan debitur telah melakukan
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Pada umumnya, suatu wanprestasi baru terjadi jika debitur dinyatakan telah
lalai untuk memenuhi prestasinya. Apabila dalam pelaksanaan pemenuhan prestasi
telah ditentukan tenggang waktunya, maka menurut Pasal 1238 KUHPerdata33
Wanprestasi dapat timbul karena kesengajaan atau kelalaian Debitur itu
sendiri dan karena adanya keadaan memaksa, kedua hal ini yang menyebabkan : Indonesia, debitur dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan, dan suatu
somasi harus diajukan secara tertulis yang menerangkan apa yang dituntut, atas dasar
apa serta pada saat kapan diharapkan pemenuhan presetasi.
Hal ini berguna bagi kreditur apabila ingin menuntut debitur di muka
pengadilan maupun untuk memohon fiat eksekusi dari pengadilan untuk melakukan
eksekusi benda jaminan maupun melakukan eksekusi grosse akta. Oleh karena itu
somasi merupakan suatu alat bukti yang membuktikan bahwa debitur betul-betul
telah melakukan wanprestasi.
34
d. Debitur memenuhi prestasi, tetapi melakukan yang dilarang dalam
perjanjian.
a. Debitur tidak memenuhi prestasinya sama sekali.
b. Debitur memenuhi prestasinya, tetapi tidak sebagaimana mestinya.
c. Debitur memenuhi prestasi, tetap tidak tepat pada waktunya.
33
Pasal 1238 KUHPerdata Indonesia berbunyi Debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.
34
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 1267 KUHPerdata Indonesia,35
a. Pemenuhan perjanjian
maka
kreditur dapat memilih tuntutan-tuntutan haknya berupa :
b. Pemenuhan perjanjian disertai dengan ganti rugi.
c. Ganti rugi saja
d. Pembatalan perjanjian.
e. Pembatalan perjanjian disertai dengan ganti rugi.
Upaya kreditur dalam menjalankan haknya sebagaimana yang diberikan
dalam Pasal 1267 KUHPerdata Indonesia tersebut diatas, yakni pemenuhan perjanjian
disertai dengan ganti rugi, maka kreditur dapat melakukan eksekusi terhadap grosse
akta maupun eksekusi terhadap benda jaminan debitur.
Grosse akta dapat dieksekusi karena memuat titel eksekutorial yaitu terdapatnya kalimat irah-irah yang berbunyi :Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga demikian grosse akta disamakan dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, yang dengan demikian dapat dieksekusi.36
Mengenai eksekusi ini dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yakni sebagai
berikut:37
35
Pasal 1267 KUHPerdata berbunyi Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih memaksa pihak yang lain untuk memenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau menuntut pembatalan persetujuan, dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga.
36
Soedikno Merto Kusumo, Eksekusi Objek Hak Tanggungan Permasalahan dan
Hambatannya. Makalah yang disajikan pada penataran Dosen Hukum Perdata, diselenggarakan
oleh Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 16-23 Juli 1996, hal. 6. 37
Henry Lee A. Weng, Peraturan Peradilan di Daerah Luar Jawa dan Madura
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
a. Eksekusi putusan yang menghukum pihak yang dikalahkan untuk membayar sejumlah uang. Eksekusi ini diatur di dalam Pasal 196 HIR.
b. Eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melakukan suatu perbuatan. Ini diatur dalam Pasal 225 HIR. Orang tidak dapat dipaksakan untuk memenuhi prestasi yang berupa perbuatan. Akan tetapi, pihak yang dimenangkan dapat minta kepada hakim agar kepentingan yang akan diperolehnya dinilai dengan uang.
c. Eksekusi riil, yaitu merupakan pelaksanaan prestasi yang dibebankan kepada debitur oleh putusan hakim secara langsung. Jadi eksekusi riil itu adalah pelaksanaan putusan yang menuju kepada hasil yang sama seperti apabila dilaksanakan secara sukarela oleh pihak yang bersangkutan. Eksekusi riil ini tidak diatur dalam HIR akan tetapi diatur dalam Pasal 1033 Rv yang merupakan pelaksanaan putusan yang berupa pengosongan benda tetap. HIR hanya mengenal eksekusi riil dalam penjualan lelang (Pasal 200 ayat (11) HIR).
d. Eksekusi parate (parate executie), yaitu merupakan pelaksanaan perjanjian tanpa melalui gugatan atau tanpa melalui pengadilan. Parate executie ini terjadi apabila seorang kreditur menjual barang tertentu milik debitur tanpa mempunyai titel eksekutorial (Pasal 1155, 1175 (2) BW).
Agar suatu jaminan kredit dapat dieksekusi berdasarkan kekuatan eksekutorial
grosse akta maka proses pembuatan grosse akta harus dilakukan secara sempurna,
mulai dari tahap pembuatan akta perjanjian kredit yang diikuti dengan pembuatan
akta tambahan yang melengkapi perjanjian kredit yakni akta pengikatan jaminan, dan
akta pengakuan hutang yang dibuat secara sepihak oleh debitur. Tahapan ini
mempunyai arti yang penting karena akan memberikan karakter tersendiri dengan
segala akibatnya.
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi
dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara
abstraksi dan realitas.38
38
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal. 4.
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi
diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang
konkrit, yang disebut dengan operational definition.39 Pentingnya definisi operasional
adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius)
dari suatu istilah yang dipakai.40
Akta autentik yaitu suatu akta yang di dalam bentuk menurut ketentuan
undang-undang dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu
di tempat mana akta itu dibuat.
Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan
dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara
operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan, yaitu:
41
Grosse akta adalah suatu turunan atau salinan dari akta notaris yang diberi
titel eksekutorial “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.42
Grosse akta pengakuan hutang adalah pernyataan pengakuan sepihak dari
debitur tentang hutangnya kepada pihak kreditur yang dirumuskan notaris dalam
grosse akta.43
39
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang
Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir
Indonesia, 1993), hal. 10. 40
Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan
Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, (Medan, PPs-USU, 2002), hal 35
41
Pasal 1867 KUH Perdata. 42
Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Grosse Akta dalam Pembuktian
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.44
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak;45
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga;46
Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank;
47
Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada
bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah;48
43
M. Yahya Harahap, Perlawanan Terhadap Eksekusi Grosse Akta Serta Putusan
Pengadilan Dan Arbitrase Dan Standar Hukum Eksekusi,(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996) ,
hal. 207. 44
Pasal 1 angka 1 undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
45
Pasal 1 angka 2 undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
46
Pasal 1 angka 11 undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
47
Pasal 1 angka 16 undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
48
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
Jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan
keyakinan, bahwa debitur akan memenuhi kewajibannya, yang dapat dinilai dengan
uang yang timbul dari suatu perikatan.49
Jaminan kebendaan merupakan hak mutlak atas suatu benda tertentu yang
menjadi objek jaminan suatu hutang, yang suatu waktu dapat diuangkan bagi
pelunasan hutang debitur apabila debitur ingkar janji.50
Pemberi jaminan adalah orang atau badan usaha yang memiliki benda
jaminan.51
Penerima jaminan adalah bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang
mempunyai piutang terhadap pemberi jaminan yang pembayarannya dijamin dengan
benda jaminan dan harta kekayaan lainnya dari pemberi jaminan.52
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka sifat penelitian ini
adalah deskriptif analitis maksudnya adalah suatu analisis data yang berdasarkan pada
G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
49
Tan Kamello, ibid, hal.33
50
H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, The Bankers Hand Book, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005), hal. 213
51
Tan Kamelo, Op. Cit., hal. 34 52
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
teori hukum yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang
seperangkat data yang lain.53
Dilihat dari pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis
normatif.54
a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas
Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan hukum dengan melihat
peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau
pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan, maka pengumpulan data
dilakukan dengan cara studi kepustakaan (Library Research), yaitu pengumpulan data
dengan menelaah bahan kepustakaan yang meliputi :
55
b. Bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer
dan peraturan perundang-undangan lainnya
yang berhubungan dengan obyek penelitian.
56
53
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hal.38
54
Roni Hantijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, (Semarang,Ghalia Indonesia,1998), hal 11
55
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta:Kencana, 2006), hal 141 56
Bambang Sunggono, ibid, hal 114
, misalnya buku-buku teks, hasil penelitian para
ahli, kamus hukum, jurnal hukum, kamus ekonomi, kamus Bahasa Inggris
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
3. Cara Pengumpulan data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan:
Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan
dengan objek penelitian dan peraturan perundang-undangan dalam hal ini yang
menyangkut tentang jaminan kebendaan.
Wawancara (interview), yaitu melakukan wawancara dengan para informan
atau nara sumber dengan menggunakan pedoman wawancara bebas agar data
diperoleh langsung dari sumbernya dan lebih mendalam karena jumlah informan
sedikit. Para informan atau narasumber yang akan diwawancarai, yaitu:
a. Hakim Pengadilan Negeri Medan 1 (satu) orang
b. Staff Bank yaitu Bank Century, Bank Sumut dan Bank DIPO International
c. Notaris Medan 8 (delapan) orang
4. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian
dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas.
Analisa data adalah proses mengatur urutan data/mengorganisasikannya ke
dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan metode kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.57
57
Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
EKSEKUSI OBJEK JAMINAN KREDIT BERDASARKAN GROSSE AKTA NOTARIS
A. Perjanjian Kredit Dengan Jaminan 1. Perjanjian Pada Umumnya
Hartkamp, menyatakan bahwa: “perjanjian adalah tindakan hukum yang
terbentuk dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan perihal aturan
bentuk formal atau perjumpaan pernyataan kehendak yang saling bergantung satu
sama lain sebagaimana dinyatakan oleh dua pihak atau lebih, dan dimaksud untuk
menimbulkan akibat hukum demi kepentingan salah satu pihak serta atas beban pihak
lainnya, atau demi kepentingan dan atas beban kedua belah pihak (semua) pihak
bertimbal balik.58
Suatu perjanjian adalah semata-mata suatu persetujuan yang diakui oleh
hukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok dalam dunia usaha, dan
menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang.
59
Menurut Roscou Pound, perjanjian bagian dari harta kekayaan. Sebagian
kekayaan terdiri atas janji-janji. Sebagian yang penting dari harta benda seseorang
adalah keuntungan yang dijanjikan oleh orang lain bahwa akan disediakan atau
58
Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 139.
59
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, (Bandung : Alumni, 2006), hal.93.