• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PERLINDUNGAN TERHADAP KREDITUR

B. Upaya-upaya Kreditur Dalam Melindungi Kepentingannya

120

119

Sebab menurut ketentuan Pasal-221 KUHPerdata, bila keputusan perceraian yang sudah berkekuatan pasti itu tidak didaftarkan ke Kantor Catatan Sipil yang berwenang melampaui dari tenggang waktu yang ditentukan oleh Undang-Undang, maka perkawinan mereka menjadi utuh kembali atau dengan kata lain secara praktis tanpa disadari oleh para pihak yang merasa sudah bercerai itu, secara otomatis sudah dianggap rujuk kembali dan perceraian tak dapat lagi dituntut dengan alasan yang sama. Nampak bahwa kelalaian mendaftarkan keputusan perceraian ini oleh pembuat undang-undang diberi sanksi hukum atau konsekwensi hukum yang berat atau besar sekali.

120

Hasil Wawancara dengan Bapak Muksin Alidin, Staf Legal (Divisi Bagian Kredit) PT. Bank Sumut, Medan, pada tanggal 5 Juni 2009

Setiap Bank menginginkan dan berusaha keras agar kualitas risk asset ini sehat dalam arti produktif. Namun kredit yang diberikan kepada para Debitur selalu ada resiko berupa kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya yang dinamakan kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL).

Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan Bank karena Bank tidak mungkin menghindarkan adanya kredit bermasalah. Bank hanya berusaha menekan seminimal mungkin besarnya kredit bermasalah agar tidak melebihi ketentuan Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/6PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, memberikan penggolongan mengenai kualitas kredit sebagai berikut:

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

1) Kredit performing loan (tidak bermasalah), terdiri dari Kredit Lancar dan Kredit Dalam Perhatian Khusus

2) Kredit bermasalah (non performing loan), terdiri dari Kredit Kurang Lancar, Kredit Diragukan dan Kredit Macet.

Untuk menentukan suatu kualitas kredit masuk lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan macet, dapat dinilai dari tiga aspek yaitu prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan arus kas dan kemampuan membayar

Tiga aspek penilaian tersebut merupakan satu kesatuan untuk menilai kualitas kredit, tidak secara parsial misalnya hanya dari kemampuan membayar saja. Meskipun kemampuan membayar lancar tetapi kalau prospek usaha tidak ada maka kredit tersebut dapat dinilai non performing loan. Namun untuk menilai kualitas kredit dari prospek usaha dan kondisi keuangan agak sulit dibanding menilai kemampuan membayar. Menilai kemampuan membayar lebih mudah karena ukurannya jelas yaitu:121

1. Pembayaran dilakukan tepat pada waktunya, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit.

)

2. Kredit digolongkan dalam perhatian khusus, jika terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga sampai dengan 90 hari (3 bulan).

121

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

3. Kredit digolongkan kurang lancar jika terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari (6 bulan).

4. Kredit digolongkan diragukan jika terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari (9 bulan).

5. Kredit digolongkan macet jika terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari (9 bulan lebih).

Untuk menghindarkan kredit bermasalah atau non performing loan, Bank sebenarnya telah melakukan pengamanan preventif dengan melakukan analisa yang mendalam terhadap usaha dan penghasilan serta kemampuan debitur. Analisa dari aspek hukum juga telah dilakukan misalnya legalitas debitur, legalitas usaha debitur, kewenangan orang bertindak mewakili perusahaan, keabsahan hukum dari barang yang menjadi agunan, penjamin (borgtocht) dan pemantauan serta pengawasan secara terus menerus. Meskipun pengamanan preventif telah dilakukan, banyak debitur tidak mampu menyelesaikan hutangnya tepat pada waktunya sesuai perjanjian kredit sehingga menjadi kredit bermasalah. Hal ini menurut keterangan responden disebabkan oleh:122

Debitur mengalami kemerosotan usaha dan gagalnya usaha yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan usaha debitur. Debitur sengaja tidak mau

122

Hasil Wawancara dengan Bapak Marcel Soekendar Staf Legal PT.Bank Dipo International, Cabang Medan pada tanggal 09 Juni 2009

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

membayar karena karakter debitur tidak baik. Kredit macet merupakan beban bank karena kredit macet menjadi salah satu faktor dan indikator penentu kinerja sebuah bank, oleh karena itu adanya kredit bermasalah apalagi dalam golongan macet menuntut : 123

1. Penyelesaian yang cepat, tepat, dan akurat dan segera mengambil tindakan hukum jika sudah tidak ada jalan lain penyelesaian melalui restrukturisasi. Untuk menjaga agar kredit yang telah diberikan kepada debitur memiliki kualitas performing loan maka harus dilakukan pemantauan dan pengawasan untuk mengetahui secara dini bila terjadi deviasi (penyimpangan) dan langkah-langkah memperbaikinya.

2. Dilakukan penilaian ulang (review) secara periodik agar dapat diketahui sedini mungkin baik actual loan problem, maupun potential problem sehingga Bank dapat mengambil langkah-langkah pengamanannya (action

program).

3. Dilakukan penyelamatan dan penyelesaian segera, baik kredit

menunjukkan bermasalah (non performing loan).

Berdasarkan penelitian di lapangan, dapat diketahui secara umum, Bank- Bank Pemberi Kredit di Kota Medan yang menjadi objek penelitian tesis ini, mempunyai suatu sistem pengamanan kredit yang terbagi atas tiga bagian besar yaitu:

123

Hasil Wawancara dengan Bapak Marcel Soekendar Staf Legal PT. Bank Dipo International, cabang Medan, pada tanggal 09 Juni 2009

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

1. Tindakan pencegahan terjadinya kredit bermasalah

Bank-Bank pemberi kredit di kota Medan dalam memberikan kredit kepada nasabahnya adalah dilakukan dengan cara melakukan pengikatan kredit dalam bentuk tertulis dengan mengunakan akta notaril, yang mana akta tersebut berjudul akta ”Perjanjian Kredit”. 124

Pengikatan kredit dengan akta notaris adalah suatu hal yang logis, karena setiap orang yang mengikat perjanjian yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi mereka, sehingga hal yang sangat penting mengikat kepastian hukum yang lebih besar yang mengikat bagi mereka yang mengadakan persetujuan tersebut.125

Setelah ditandatangani perjanjian kredit, maka akan dilanjutkan dengan pengikatan perjanjian tambahan yaitu melakukan pengikatan tambahan yang berupa Akta Pengakuan Hutang maupun Akta Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan atau Akta Pemberian Hak Tanggungan.

126

Dengan menggunakan grosse akta dalam perjanjian utang piutang akan diperoleh banyak manfaat dan keuntungan bagi kreditur terutama dalam hal pelaksanaan penyelesaian utang-piutang.

124

Dasar hukum yang mengharuskan perjanjian kredit harus berbentuk tertulis adalah Instruksi Presidium Kabinet nomor 115/EK/IN/10/1966 tanggal 10 Oktober 1966, menegaskan: “Dilarang melakukan pemberian kredit tanpa ada perjanjian kredit yang jelas antar Bank dengan Debitur. Bentuk Perjanjian Kredit dapat dibuat dengan akta dibawah tangan atau dengan akta notaril “

125

Hasil Wawancara dengan Bapak Muksin Alidin, Staf Legal PT.Bank Sumut, Cabang Medan, pada tanggal 09 Juni 2009

126

Hasil wawancara dengan Notaris Diana Nainggolan, Notaris di Medan pada tanggal 06 Juni 2009

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Adapun yang menjadi alasan dari penggunaan grosse akta bagi bank-bank pemberi kredit di Kota Medan dalam melakukan pengikatan kredit adalah:

a. Grosse akta itu mempunyai kekuatan eksekutorial

Yang dimaksud dengan kekuatan eksekutorial disini adalah yang dapat dilaksanakan eksekusinya tanpa lebih dulu melalui pengajuan gugatan ke pengadilan dan kekuatan hukumnya sama seperti putusan hakim pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Dengan terdapatnya kekuatan eksekutorial dari grosse akta ini, jelas akan memberi manfaat bagi para pihak yang berperkara, karena dalam pelaksanaan cara eksekusi dirasakan sangatlah efisien sesuai dengan tuntutan kemajuan zaman yang membutuhkan segala sesuatu berjalan cepat dan tepat dengan hasil yang baik. 127

Bila dibandingkan dengan penyelesaian perkara melalui proses pengadilan (memerlukan waktu yang lama) maka dengan mengunakan grosse ini b. Kearsipan dari grosse akta lebih terjamin

Kearsipan dari grosse akta sangatlah penting, apabila grosse akta pertama yang telah diperoleh hilang, maka dengan mudah dan cepat diperoleh grosse (turunan) yang kedua atas perintah pengadilan negeri setempat. c. Menghemat Waktu

127

Hasil Wawancara dengan Bapak Marcel Soekendar, Staf Legal PT. Bank Dipo International, Cabang Medan pada tanggal 09 Juni 2009

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

pelaksanaan putusannya lebih cepat dan tidak berbelit-belit di mana terdapat hak privilege (didahulukan).

d. Menghemat Biaya

Dilihat dari segi prosedur permohonan akan pelaksanaan perjanjian sangat sederhana yakni tanpa proses gugatan perdata biasa, sehingga dapat menghemat biaya.

e. Menimbulkan Kepastian Hukum

Dengan adanya izin hakim pengadilan untuk melaksanakan eksekusi dalam waktu relatif singkat, sehingga hal ini akan menimbulkan rasa percaya pada masyarakat dalam mengunakan cara grosse akta ini.

Bertitik tolak dari manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan grosse akta ini, sungguh merupakan hal yang sangat diharapkan dalam menghadapi debitur yang melakukan wanprestasi, karena kreditur menginginkan pelaksanaan perwujudan dari sanksi atas pelanggaran perjanjian yang telah mereka sepakati sebelumnya.

2 . Penyelamatan Kredit

Penyelamatan adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan kembali antar kreditur dan debitur dengan memperingan syarat-syarat pengembalian kredit sehingga dengan memperingan syarat-syarat pengembalian

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

kredit tersebut diharapkan debitur memiliki kemampuan kembali untuk menyelesaikan kredit itu.128

a. Memperkenankan Debitur menjual sendiri barang jaminan

Penyelamatan kredit tersebut dapat dilakukan dengan:

Kreditur dapat meminta debitur melakukan penjualan jaminan kredit, karena dengan cara ini dapat menghemat waktu, biaya dan hasilnya akan lebih baik dari pada lelang, secara teori penjualan jaminan melalui lelang bertujuan untuk memperoleh harga yang tinggi tetapi dalam pelaksanaannya justru sebaliknya biaya mahal, memerlukan waktu lama untuk menuju lelang dan hasil penjualan lelang rendah.

Bank sebagai kreditur harus membantu debitur dalam melakukan penjualan jaminan tersebut, dengan cara mencarikan calon pembeli dan kalau perlu ikut berunding dengan calon pembeli untuk memperlancar penjualan tersebut. Meskipun debitur sebagai pemilik yang berhak menentukan nilai penjualan tersebut, tetapi bank atau kreditur sebagai pemegang jaminan juga berhak untuk mengatur nilai penjualan agar tidak terlalu rendah sehingga tidak sesuai dengan penilaian bank atau terlalu tinggi sehingga tidak laku. Bank juga harus mengatur agar hasil penjualan barang jaminan tidak jatuh ke debitur tetapi langsung disetor ke bank guna pembayaran atas hutang debitur. Kalau perlu dibuat kesepakatan

128

Hasil Wawancara dengan Bapak Ardiman Zebua, Staf Legal PT. Bank Century, Cabang Medan, pada 05 Juni 2009

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

tertulis antara bank, debitur dan calon pembeli mengenai transfer pembayaran jual beli melalui bank untuk membayar hutang debitur. 129

b. Bank menjual barang-barang jaminan dibawah tangan berdasarkan Surat Kuasa Jual

Jika terjadi kredit macet, atas permintaan kreditur, debitur memberi kuasa kepada bank/kreditur untuk menjual barang jaminan karena debitur kesulitan atau tidak mampu menjual sendiri atau mungkin debitur tidak ingin dibebani kewajiban yang tidak mudah itu. Secara yuridis dengan surat kuasa tersebut, debitur telah melimpahkan wewenang kepada bank dan karenanya bank memiliki kewenangan untuk melakukan penjualan jaminan berdasarkan surat kuasa dan hasil penjualan tersebut digunakan untuk melunasi hutangnya.130

Untuk mempertanggungjawabkan harga penjualan itu wajar maka jaminan itu perlu dilakukan penilaian oleh konsultan independen sehingga nilai penjualan tersebut dapat diterima oleh debitur dan kreditur.131

129

Hasil Wawancara dengan Bapak Ardiman Zebua, Staf Legal PT. Bank Century, Cabang Medan, pada 05 Juni 2009

130

Hasil Wawancara dengan Bapak Marcel Soekendar, Staf Legal PT.Bank Dipo, cabang Medan pada tanggal 05 Juni 2009

131

Hasil Wawancara dengan Bapak Ardiman Zebua, Staf Legal PT.Bank Century, Cabang Medan pada tanggal 05 Juni 2009

Hal ini menunjukkan adanya upaya penyelamatan kredit macet yang dilakukan dengan cara bank menjual barang jaminan dibawah tangan dengan surat kuasa jual oleh bank-bank yang menjadi objek penelitian.

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Dalam prakteknya, penjualan jaminan atas dasar surat kuasa jual tersebut tidak mudah dilaksanakan karena notaris menghendaki Debitur hadir dihadapan notaris guna menyaksikan penandatanganan akta jual beli karena notaris mempunyai kekhawatiran bila debitur tidak ikut menyaksikan penandatangan akta jual beli maka dikemudian hari debitur dapat menuntut pembatalan jual beli tersebut karena penjualan jaminan tersebut ternyata harganya di bawah pasar sehingga merugikan debitur/pemilik jaminan. Meskipun dalam praktek ada kesulitan untuk menjual barang jaminan berdasarkan surat kuasa menjual, petugas penyelamat kredit harus tetap mengusahakan penggunaan surat kuasa dari debitur kepada kreditur untuk menjual barang jaminan.132

1. Debitur dapat menyelesaikan permasalahan kredit macet yang dialaminya. Usaha-usaha penyelamatan kredit tersebut di atas tergolong sebagai usaha yang masih lunak karena bila usaha tersebut bisa dilaksanakan maka :

2. Debitur terlepas dari sanksi berupa dimasukkan ke dalam Black List nasabah perbankan. Bila debitur telah dimasukkan ke dalam Black List perbankan maka debitur tidak dimungkinkan lagi untuk melakukan hubungan dengan perbankan.

Dokumen terkait