• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menimbang, bahwa melalui jawabanya tertanggal 03 Maret 2016 Tergugat mengajukan eksepsi yaitu pada pokoknya sebagai berikut:

1. Penggugat tidak mempunyai Legal Standing (Persona Standi In Judicio) dan tidak mempunyai kepentingan hukum dalam mengajukan gugatan dalam perkara aquo (Disqualificatore Exceptie)di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) karena permasalahan perselisihan pemilihan Kepala Desa di Tengin Baru Kecamatan Sepaku telah dianggap selesai;

2. Gugatan Penggugat kabur (obscure libel) karena tanpa didasari Fundamentum Petendi atau posita yang menjelaskan keadaan, peristiwa yang berhubungan dengan hukum yang dijadikan dasar atau alasan gugatan Penggugat serta surat gugatan tidak terang isinya (onduidlijk).

3. Gugatan Penggugat salah alamat karena seharusnya gugatan ditujukan kepada Badan Permusyawaratan Desa Tengin Baru;

4. Bukan merupakan kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara (competensi absolud) karena petitum atau tuntutan yang disampaikan Penggugat terkait pemungutan ulang pada Tempat

Putusan : 02/G/2016/PTUN-SMD, halaman 63 dari 92 halaman Pemilihan Suara (TPS) 01 Desa Tengin Baru, maka Petitum atau tuntutan bukan kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara;

Menimbang, bahwa pada pokoknya dalam replik, Penggugat menyatakan agar eksepsi Penggugat tidak dapat diterima;

Menimbang, bahwa terhadap eksepsi-eksepsi yang diajukan Tergugat, Majelis Hakim akan mempertimbangkan berdasarkan ketentuan pasal di dalam Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara tanpa bergantung pada dalil yang diajukan Tergugat di dalam eksepsi;

Menimbang, bahwa terhadap eksepsi ke 1 (satu) yaitu tentang Penggugat tidak mempunyai legal standing ataupun kepentingan, Majelis Hakim akan mempertimbangkan sebagai berikut:

Menimbang, bahwa untuk menentukan apakah Penggugat memiliki legal standing atau kepentingan atau tidak dalam mengajukan gugatan sengketa tata usaha Negara didasarkan pada ketentuan Pasal 53 ayat 1 Undang - Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara;

Menimbang, bahwa Pasal 53 ayat (1) Undang - Undang Nomor 9 Tahun 2004 menyebutkan bahwa :

“Orang atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata usaha negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata usaha negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau direhabilitasi”;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum yaitu penerbitan objek sengketa merugikan Penggugat, dikarenakan dengan penerbitan objek sengketa Surat Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor:141/21/2016, tanggal 21 Januari 2016, tentang Pengesahan Pengangkatan Kepala Desa Tengin Baru, Kecamatan Sepaku, Periode 2016-2022 (vide bukti P-1= T-1 )menyebabkan Penggugat terhalangi untuk terpilih sebagai Kepala Desa Tengin baru dengan demikian Penggugat memiliki kepentingan yang dirugikan;

Putusan : 02/G/2016/PTUN-SMD, halaman 64 dari 92 halaman Menimbang, bahwa oleh karena Penggugat Ahmad Mauladin merupakan orang berbentuk natuurlijk Persoon yang kepentingannya dirugikan, maka Majelis Hakim berpendapat Penggugat mempunyai kedudukan hukum (legal standing) dalam mengajukan gugatan;

Menimbang, bahwa dikarenakan Penggugat memiliki kepentingan yang dirugikan ataupun legal standing dengan demikian eksepsi ke-1 (satu) Penggugat tentang Penggugat tidak memiliki kepentingan ataupun legal standing untuk dinyatakan tidak diterima;

Menimbang, bahwa terhadap eksepsi ke -2 (dua) tentang gugatan kabur Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:

Menimbang, bahwa untuk menentukan apakah gugatan sengketa tata usaha Negara kabur atau tidak didasarkan pada ketentuan pasal 56 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara;

Menimbang, bahwa syarat gugatan sebagaimana diatur pasal 56 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara adalah gugatan harus memuat:

a. Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal dan pekerjaan penggugat atau kuasanya;

b. Nama jabatan dan tempat kedudukan tergugat:

c. Dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan;

Menimbang, bahwa dalam gugatan Penggugat telas jelas identitas Penggugat meliputi, nama, kewarganegaraan, pekerjaan dan tempat tinggal Penggugat dan nama jabatan serta kedudukan Tergugat, selain itu didalam gugatan telah memuat posita sebagai dasar gugatan yang berisi alasan mengajukan gugatan serta petitum yang diminta Penggugat sehingga gugatan

Putusan : 02/G/2016/PTUN-SMD, halaman 65 dari 92 halaman Penggugat telah jelas dan tidak kabur dengan demikian eksepsi Tergugat ke-2 (dua) tentang gugatan kabur (obscure libel) layak secara hukum untuk dinyatakan tidak diterima;

Menimbang, bahwa terhadap eksepsi ke-3 (tiga) tentang gugatan Penggugat salah alamat Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:

Menimbang, bahwa Pasal 1 angka 12 Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara mengatur bahwa Tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata;

Menimbang, bahwa objek sengketa dalam perkara ini adalah Surat Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor:141/21/2016, tanggal 21 Januari 2016, tentang Pengesahan Pengangkatan Kepala Desa Tengin Baru, Kecamatan Sepaku, Periode 2016-2022 (vide bukti P-1= T-1) yang dikeluarkan oleh Bupati Penajam Paser Utara sehingga benar apabila Penggugat menunjuk bupati Penajam Paser Utara sebagai Tergugat, dengan demikian Penggugat tidak salah alamat dalam mengajukan gugatan sehingga eksepsi ke-3 (tiga) Tergugat layak secara hukum untuk dinyatakan tidak diterima;

Menimbang, bahwa terkait eksepsi ke 4 (empat) Tergugat yaitu petitum atau tuntutan yang disampaikan Penggugat terkait pemungutan ulang pada Tempat Pemilihan Suara (TPS) 01 Desa Tengin Baru bukan kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara, Majelis Hakim akan mempertimbangkan sebagai berikut;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat eksepsi adalah tangkisan atau keberatan terkait formal gugatan di luar pokok perkara, sedangkan terkait petitum Penggugat yaitu terkait pemungutan ulang pada

Putusan : 02/G/2016/PTUN-SMD, halaman 66 dari 92 halaman Tempat Pemilihan Suara (TPS) 01 Desa Tengin Baru termasuk Petitum dalam Pokok Perkara sehingga akan dipertimbangkan lebih lanjut dalam pertimbangan pokok perkara;

Menimbang, bahwa karena eksepsi ke 4 (empat) Tergugat akan dipertimbangkan oleh Majelis Hakim di dalam pokok perkara maka layak secara hukum untuk dinyatakan tidak diterima;

Menimbang karena Majelis Hakim telah menyatakan eksepsi-eksepsi tergugat tidak diterima maka selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan Pokok Perkara;

DALAM POKOK PERKARA

Menimbang, bahwa dari dalil-dalil Penggugat dan dalil-dalil Tergugat, menurut hemat Majelis Hakim yang menjadi permasalahan hukum administrasi yang harus dipertimbangkan dalam sengketa a quo adalah apakah objek sengketa yang diterbitkan oleh Tergugat telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak melanggar Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik atau tidak? ;

Menimbang, bahwa dasar pengujian Peradilan Tata Usaha Negara terhadap permasalahan hukum diatas adalah meliputi Aspek Kewenangan yaitu Apakah Tergugat memiliki kewenangan untuk menerbitkan keputusan tata usaha negara yang menjadi objek sengketa, Aspek Prosedur dan substansi yaitu apakah prosedur dan substansi penerbitan objek sengketa telah sesuai dengan ketentuan - ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku dan tidak melanggar Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik atau tidak, yang akan dipertimbangkan secara Alternatif Kumulatif ;

Menimbang, bahwa terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan Aspek Kewenangan penerbitan objek sengketa yaitu

Putusan : 02/G/2016/PTUN-SMD, halaman 67 dari 92 halaman apakah Tergugat memiliki kewenangan untuk menerbitkan objek sengketa aquo, baik dari segi materiil, segi tempat/wilayahnya dan segi waktu, sebagaimana yang akan dipertimbangkan dalam uraian berikut ini;

Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 90 huruf c Peraturan Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Desa menyatakan

“Bupati menetapkan keputusan mengenai pengesahan dan pengangkatan Kepala Desa paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterima laporan dari BPD”;

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 41 ayat (5) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa jo ketentuan Pasal 90 huruf c Peraturan Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Desa

Huruf c: bupati/walikota menerbitkan keputusan mengenai pengesahan dan pengangkatan kepala Desa paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterima laporan dari Badan Permusyawaratan Desa;”

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti-bukti P-1 = T-1, P-3 = T-11, P-4 = T-12 didapatkan fakta-fakta hukum sebagai berikut ;

- Bahwa objek sengketa a quo diterbitkan oleh Bupati Penajam Paser Utara Periode 2013 - 2018 yang bernama Drs. H. Yusran Aspar, M.si pada tanggal 21 Januari 2016;

- Bahwa Desa Tengin Baru Kecamatan Sepaku, terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas dikaitkan dengan ketentuan Pasal 41 ayat (5) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

Putusan : 02/G/2016/PTUN-SMD, halaman 68 dari 92 halaman 2014 Tentang Desa jo ketentuan Pasal 90 huruf c Peraturan Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Desa, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa Bupati Kabupaten Penajam Paser Utara berwenang untuk menerbitkan objek sengketa, oleh karenanya penerbitan objek sengketa oleh Bupati Kabupaten Penajam Paser Utara dari Aspek Kewenangan baik itu segi materiil, segi tempat/wilayahnya dan segi waktu telah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa jo Peraturan Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Desa;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah dari aspek prosedur dan substansi penerbitan objek sengketa telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak melanggar Asas-asas umum pemerintahan yang baik, sebagaimana akan diuraikan sebagai berikut ;

Menimbang bahwa dalam menguji proses penerbitan obyek sengketa a quo, Majelis Hakim akan mengujinya dengan model pengujian derivatif yakni mempertimbangkan keseluruhan tahapan-tahapan pemilihan beserta prosedur pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Sepaku yang merupakan derivasi dari obyek sengketa yang dikeluarkan oleh Tergugat in casu Bupati Penajam Paser Utara;

Menimbang bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Pengaturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 41 ayat 1diatur bahwa:

“Pasal 41 (1) Pemilihan kepala Desa dilaksanakan melalui tahapan: a. persiapan; b. pencalonan; c. pemungutan suara; dan d. penetapan.

Putusan : 02/G/2016/PTUN-SMD, halaman 69 dari 92 halaman Menimbang bahwa sebagaimana pertimbangan di bagian atas bahwa karena obyek sengketa merupakan Keputusan akhir dan final dari keseluruhan prosedur tahapan Pemilihan Kepala Desa yang meliputi Persiapan, Pencalonan, Pemungutan Suara dan Penetapan maka pengujian prosedur dalam pengujian in casu tidak sekedar terbatas pada prosedur penerbitan obyek sengketa dalam konteks penetapan pemenang namun juga menyeluruh yang terkait dengan prosedur Persiapan, Pemungutan Suara dan Penetapan ;

Menimbang bahwa karena keseluruhan tahapan Pemilihan Kepala Desa yakni mulai dari tahapan persiapan berupa Pendataan Pemilih sampai dengan tahapan Pencoblosan dan penetapan pemenang merupakan bagian derivatif yang tidak dapat dipisahkan dari obyek sengketa dan keseluruhan organ penyelenggara tahapan Pemilihan Kepala Desa Tengin Baru, Kecamatan Sepaku menjadi tanggung jawab Bupati Penajam Paser Utara in Casu Tergugat sehingga tindakan seluruh unit-unit penyelenggara dalam semua tahapan Pemilihan Kepala Desa Sepaku dari segi hukum administrasi merupakan representasi dari Bupati Penajam Paser Utara in casu Tergugat:

Menimbang, bahwa Penggugat didalam gugatannya sebagaimana juga termuat dalam Repliknya mendalilkan Bahwa Tergugat didalam menerbitkan objek sengketa telah melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan alasan ;

1. Bahwa objek sengketa telah lewat waktu 5 (lima) hari dalam penerbitannya, hal tersebut melanggar ketentuan Pasal 14 huruf c Peraturan Bupati Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pemilihan Kepala Desa ;

2. Bahwa Ada perbedaan perlakuan aturan/tata tertib di TPS 01 dan TPS 02 dimana di TPS 02 diperbolehkan memberikan hak suaranya dengan memperlihatkan identitas diri sedangkan di TPS 01 tidak diperbolehkan ;-

Putusan : 02/G/2016/PTUN-SMD, halaman 70 dari 92 halaman 3. Bahwa objek sengketa diterbitkan tidak didasari oleh hasil pemungutan

suara yang sesuai hukum dalam pemilihan kepala desa yaitu melanggar ketentuan Pasal 12 huruf (d) angka 3 Peraturan Bupati Penajam Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata cara pemilihan kepala desa karena pada saat pemungutan suara di TPS 01 ditemukan surat suara dari desa Wonosari ; 4. Bahwa Penggugat juga mendalilkan Pemungutan suara di TPS 01 juga

melanggar Pasal 3 ayat (2) huruf a keputusan panitia pemilihan kepala desa nomor 1 tahun 2015 karena panitia pemilihan tidak menjaga netralitas dimana ada 9 surat undangan pemilih, oleh panitia pemilihan diserahkan kepada salah satu calon kepala desa untuk disampaikan kepada pemilih; 5. Bahwa terdapat perbedaan perlakuan panitia pelaksana pemilihan dalam

cara menyebutkan nama dan nomor urut calon kepala desa pada saat perhitungan suara;

Menimbang, bahwa Tergugat didalam surat jawabannya sebagaimana juga termuat dalam dupliknya mendalilkan bahwa tindakan Tergugat menerbitkan objek sengketa telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan asas-asas umum pemerintahan yang baik ;

Menimbang bahwa Majelis Hakim berpendapat terhadap ke -5 (lima) pokok persoalan yang didalikan Penggugat tersebut, beberapa pokok persoalan yang tidak dipertentangkan lagi oleh para Pihak dalam proses persidangan a aquo, Majelis Hakim tidak akan mempertimbangkan lagi dan selanjutnya akan mempertimbangkan hal-hal yang masih dipersengketakan para pihak yakni:

1. Bahwa menurut Penggugat Surat Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor : 141/21/2016, tanggal 21 Januari 2016, tentang Pengesahan Pengangkatan Kepala Desa Tengin Baru, Kecamatan Sepaku, Periode 2016-2022, adalah tidak didasari oleh hasil

Putusan : 02/G/2016/PTUN-SMD, halaman 71 dari 92 halaman pemungutan suara yang sesuai hukum atau peraturan dalam Pemilihan Kepala Desa, oleh karena melanggar pasal 12 huruf (d) angka 3 Peraturan Bupati Penajam Paser Utara Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan Kepala Desa, yang menyatakan bahwa kelancaran pelaksanaan Pemungutan Suara, Panitia Pemungutan Suara (PPS) menyediakan : “surat suara yang memuat tanda gambar Calon yang berhak dipilih dan pada bagian bawahnya ditandatangani oleh Ketua Panitia sebagai tanda sahnya surat suara”, ternyata pada saat pemungutan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 01 pada tanggal 15 Desember 2015 di Desa Tengin Baru, ada ditemukan surat suara yang memuat tanda gambar Calon yang tidak berhak dipilih yakni surat suara dari Desa Wonosari dan ternyata pada bagian bawahnya ditandatangani oleh Ketua Panitia PPS di TPS 01 sebagai tanda sahnya surat suara, dan surat suara tersebut oleh Panitia Pemungutan Suara TPS 01 tetap dihitung sebagai surat suara pada saat perhitungan surat suara, yakni surat suara tidak sah, surat suara yang dimaksud tersebut ketahuan setelah dilakukannya perhitungan suara oleh PPS di TPS 01. Dengan digunakannya surat suara dari Desa Wonosari tersebut, maka pemungutan suara di TPS 01 adalah telah nyata melanggar pasal 12 huruf (d) angka 3 Peraturan Bupati Penajam Paser Utara Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan Kepala Desa, dan karenanya hasil pemungutan suara di TPS 01 adalah tidak sah menurut hukum, dan karena itu maka Pemungutan Suara di TPS 01 Desa Tengin Baru adalah harus diulang demi kepastian hukum;

2. Menurut Penggugat adanya perbedaan perlakuan aturan / tata tertib antara TPS 01 dengan TPS 02 , yang mana ada beberapa Pemilih

Putusan : 02/G/2016/PTUN-SMD, halaman 72 dari 92 halaman yang tidak tercantum didalam Dafar Pemilih Tetap (DPT) diwilayah TPS 02 diperbolehkan untuk memberikan Hak suaranya dengan memperlihatkan identitas dirinya (vide : Pasal 45 ayat (1) dan Ayat (2) tentang Tata Tertib Pemilihan Kepala Desa), sedangkan di TPS 01 dengan hak yang serupa tidak diperbolehkan untuk memberikan hak suaranya;

Menimbang bahwa terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan pokok sengketa yakni pada saat pemungutan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 01 pada tanggal 15 Desember 2015 di Desa Tengin Baru, ada ditemukan surat suara yang memuat tanda gambar Calon yang tidak berhak dipilih yakni surat suara dari Desa Wonosari;

Menimbang bahwa terhadap dalil Penggugat ini, Tergugat dalam jawabannya mendalilkan bahwa terhadap surat suara yang memuat tanda gambar calon yang tidak berhak dipilih yakni surat suara dari Desa Wonosari Kecamatan Sepaku yang pada bagian bawahnya ditandatangani oleh Ketua Panitia Pemunggutan Suara pada Tempat Pemunggutan Suara (TPS) 01, maka pemilih yang bersangkutan dalam melaksanakan pencoblosan surat suara tersebut tidak mengajukan dan meminta pengganti surat suara sebelum melakukan pencoblosan. Menurut Tergugat, berdasarkan Pasal 12 huruf n Peraturan Bupati Penajam Paser Utara Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pemilihan Kepala Desa menyatakan “Setelah menerima surat suara, pemilih memeriksa surat suara dan apabila surat suara cacat atau rusak, pemilih berhak meminta surat suara baru setelah menyerahkan kembali surat suara yang cacat atau rusak tersebut kepada Panitia” dan dengan tersebut, maka surat suara sebagaimana dimaksud tidak dihitung oleh Panitia

Putusan : 02/G/2016/PTUN-SMD, halaman 73 dari 92 halaman Pemunggutan Suara pada Tempat Pemunggutan Suara (TPS) 01 dan dianggap cacat atau rusak;

Menimbang bahwa terhadap pokok sengketa in litis, dalam persidangan a quo telah dihadirkan saksi Miskam yakni saksi dari pihak Penggugat yang menerangkan bahwa ada pelanggaran berupa surat suara dari desa lain, yaitu desa wonosari. Surat suara itu dicoblos tetapi tidak dihitung sebagai suara yang sah. Selanjutnya keterangan Saksi Casita yakni Saksi dari Ketua Pemilihan Kepala Desa Tengin Baru yang diajukan oleh Tergugat yang pada pokoknya menerangkan bahwa Setelah saksi menghitung pada saat Rekapitulasi, memang ada yang protes yaitu Bapak Ahmad Mauladin karena adanya surat suara dari desa lain dan meminta perhitungan ulang dan menurut Saksi Casita, pihaknya mengadakan rapat Internal dengan pihak Kecamatan dan pihak Kepolisian, Panitia dan BPD dan rapat mengambil kesimpulan menolak untuk menghitung ulang karena tidak ada dalam aturannya;

Menimbang bahwa untuk menguji pokok persoalan in litis, Majelis Hakim mempedomani beberapa ketentuan perundang-undangan yang mengatur mekanisme pemilihan kepala desa khususnya yang terkait dengan tahapan pemungutan suara yakni ;

- Pasal 12 huruf (d) angka 3 Peraturan Bupati Penajam Paser Utara Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan Kepala Desa, junto Pasal 42 huruf c Keputusan Panitia Pemilihan Kepala Desa Tengin Baru Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara Nomor 1 Tahun 2015 tentang Tata Tertib Pemilihan Kepala Desa yang menyatakan bahwa kelancaran pelaksanaan Pemungutan Suara, Panitia Pemungutan Suara (PPS) menyediakan :

“surat suara yang memuat tanda gambar Calon yang berhak dipilih dan pada bagian bawahnya ditandatangani oleh Ketua Panitia sebagai tanda

Putusan : 02/G/2016/PTUN-SMD, halaman 74 dari 92 halaman sahnya surat suara”

- Pasal 12 huruf (w) angka 1 dan 5 Peraturan Bupati Penajam Paser Utara Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan Kepala Desa, junto Pasal 52 huruf a dan e Keputusan Panitia Pemilihan Kepala Desa Tengin Baru Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara Nomor 1 Tahun 2015 tentang Tata Tertib Pemilihan Kepala Desa yang menyatakan bahwa;

“ Surat Suara dianggap tidak sah apabila : 1. Tidak memakai surat suara yang telah ditentukan.,……..5. menulis dan memilih calon selain gambar yang telah ditentukan

Menimbang bahwa menurut Majelis Hakim berdasarkan jawab jinawab serta keterangan para saksi di persidangan tersebut terungkap fakta bahwa memang telah terdapat kertas surat suara yang berasal dari wilayah pemilihan Desa Wonosari, Kecamatan Sepaku yang ditanda tangani oleh Petugas TPS 01 Desa Tengin Baru yang ikut tercoblos dalam TPS 01 Desa Tengin Baru dan oleh Petugas Pemilihan pada TPS 01 Desa Tengin Baru pada saat perhitungan suara dinyatakan sebagai Surat Suara Tidak Sah:

Menimbang bahwa Majelis Hakim berpendapat bahwa dengan adanya surat suara yang memuat tanda gambar Calon yang tidak berhak dipilih di TPS 01 Desa Tengin Baru namun pada bagian bawahnya ditandatangani oleh Ketua Panitia TPS 01 Desa Tengin Baru sebagai tanda sahnya surat suara menunjukkan adanya tindakan yang menyimpang dari ketentuan perundang-undangan yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan di TPS 01 karena tindakan tersebut telah nyata menghapus atau menghilangkan hak pilih satu orang warga atau satu pemilih di TPS 01 Desa Tengin Baru mengingat kertas suara tersebut telah dicoblos namun dinyatakan Surat Suara Tidak Sah sehingga kehadiran dan pilihan si pemilih yang kebetulan mencoblos kertas suara yang

Putusan : 02/G/2016/PTUN-SMD, halaman 75 dari 92 halaman tidak sah tersebut akhirnya tidak memiliki bobot electoral vote atau pilihannya tidak memiliki dampak keterpilihan ;

Menimbang bahwa dalam pandangan Majelis Hakim, dalil bantahan Tergugat yang menerangkan bahwa maka pemilih yang bersangkutan dalam melaksanakan pencoblosan surat suara tersebut tidak mengajukan dan meminta pengganti surat suara sebelum melakukan pencoblosan adalah dalil yang menunjukkan sikap tidak professional dan tidak bertanggung jawabnya seorang panitia pemilihan mengingat segala potensi kesalahan dan cacatnya mekanisme pelaksanaan pemilihan sepenuhnya diserahkan kepada reaksi para pemilih bukan pada sikap antisipasi atau tindakan preventif dari Panitia Pemilihan;

Menimbang bahwa Majelis Hakim berpendapat bahwa frasa “kelancaran pelaksanaan Pemungutan Suara, Panitia Pemungutan Suara (PPS) menyediakan : “surat suara yang memuat tanda gambar Calon yang berhak dipilih dan pada bagian bawahnya ditandatangani oleh Ketua Panitia sebagai tanda sahnya surat suara” dalam ketentuan di atas mengandung makna bahwa Petugas TPS wajib memastikan dan memperlihatkan secara teliti bahwa kertas suara yang akan dibawa dan dicoblos sang Pemilih di bilik suara adalah kertas suara yang legal, tidak cacat dan memang memuat gambar pasangan calon yang berhak dipilih pada TPS 01;

Menimbang bahwa Majelis Hakim berpendapat bahwa sistem Pemilihan Kepala Desa tidak bisa dilepaskan oleh prinsip dan asas pemilihan umum secara universal. Dalam pemilihan umum (pemilu) diakui adanya hak pilih secara universal (universal suffrage). Hak pilih ini merupakan salah satu prasyarat fundamental bagi negara yang menganut demokrasi konstitusional modern. Pemilu merupakan institusionalisasi partisipasi dalam menggunakan

Putusan : 02/G/2016/PTUN-SMD, halaman 76 dari 92 halaman