• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : EKSISTENSI DAN FUNGSI GARANTUNG

3.1 Eksistensi Garantung Pada Masyarakat Batak Toba di Kota

Batak adalah salah satu suku di Indonesia. Suku ini kebanyakan bermukim di Sumatra Utara. Mayoritas orang Batak menganut agama Kristen dan Islam.

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang didiami oleh-oleh beberapa sub suku, antara lain, Suku Alas, Suku Karo, Suku Toba, Suku Pak-pak, Suku

Simalungun, Suku Angkola dan Suku Mandailing. Suku Batak Toba bermukim di

wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Samosir, Kabupaten Humbang, dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Pada umumnya masyarakat Batak Toba yang bermukim di Kota Medan, masih tetap berpegang teguh pada falsafah hidup mereka. Misalnya pada sistem kekerabatan mereka yang menganut sistem dalihan na tolu, (tungku yang tiga) yakni, Somba Marhula-hula (hormat pada pihak pemberi istri/ibu), Elek Marboru (ramah/sayang kepada pihak keluarga saudara perempuan), Manat Mardongan Tubu (sopan dengan pihak yang se-marga). Dalam kehidupan sehari-hari, falsafah ini dipegang teguh dan hingga kini tetap menjadi landasan kehidupan sosial dan bermasyarakat di lingkungan masyarakat Batak Toba, khususnya yang bermukim di kota Medan. Dan juga dalam melakukan kegiatan yang memiliki unsur-unsur tradisi atau adat istiadat dalam setiap fase-fase kehidupan mereka, masyarakat Batak Toba masih mempergunakan adat istiadatnya dalam mempertahankan identitasnya, salah

satu di antaranya adalah mereka tetap menggunakan ulos (kain tenunan khas Batak Toba) dalam setiap menghadiri ataupun mengadakan suatu upacara adat Batak Toba. Ada beberapa upacara adat maupun upacara hiburan pada masyarakat Batak Toba yang memiliki hubungan dengan kesenian, antara lain: Tardidi (baptisan atau pemberian nama), Mamongoti si baganding tua (memasuki rumah baru), Pesta

Tambak (pesta tugu), Pasahat Ulos Tondi (memberi ulos kepada wanita yang

sedang hamil tua dengan usia kehamilan sekitar 7 bulan), Mangadati (upacara pernikahan), Na Monding saur matua (upacara meninggal dunia orang yang sudah lanjut usia), Mangongkal Holi (menggali tulang-belulang orang yang telah meninggal dunia dan memindahkan ke dalam Tugu). Dan juga di beberapa acara hiburan, antara lain: Gondang Naposo, Rondang Bintang, Pesta Naposo (pesta hiburan muda-mudi sebelum melepas masa lajangnya), dan pertunujukan Opera

Batak.56

56

Wawancara dengan bapak St. Jan Simbolon (seorang budayawan dan tokoh adat) tanggal 13-mei-2010

Sebagian besar upacara masyarakat Batak Toba tersebut, saat ini tidak lepas dari peranan agama Kristen sebagai agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat Batak Toba. Seperti pada sebuah upacara pernikahan pada masyarakat Batak Toba, dimana sebelum melaksanakan upacara adatnya, kedua mempelai terlebih dahulu memperoleh pemberkatan kudus di gereja sesuai dengan peraturan gereja yang bersangkutan. Begitu juga dengan anak yang diberi nama setelah lahir, terlebih dahulu mendapatkan baptisan kudus di gereja yang bersangkutan, lalu kemudian dilaksanakan upacara adatnya.

Dalam penggunaannya, garantung lebih sering digunakan dalam ansambel

Gondang Hasapi. Ansambel ini terdiri dari hasapi ende, hasapi doal, sarune etek, garantung, dan hesek. Walaupun sering digunakan dalam ansambel, namun

garantung dahulunya juga sering digunakan sebagai instrumen tunggal, misalnya garantung sering digunakan oleh ibu hamil dan dipercayai bahwa kelak anak nya akan lahir dengan sehat.57 Dan setelah adanya opera batak terdapat penambahan instrumen sulim, odap, juga terdapat penambahan vokal, yang merupakan salah satu versi lain dari uning-uningan58

Instrumen garantung pada saat ini tidak hanya dimainkan dalam ansambel uning-uningan saja, tetapi juga sudah ada yang menggabungkannya dengan beberapa instrumen musik modern seperti, keyboard, guitar, bass guitar, drum set,

saxophone, trompet, trombone, yang sering disebut dengan ansambel musik tiup

Di kota Medan banyak kelompok musik tradisional Batak Toba yang menggunakan instrumen garantung dalam setiap pertunjukan yang mereka adakan, tidak hanya dalam pertunjukan untuk tujuan upacara adat saja, bahkan digunakan juga dalam beberapa pertunjukan yang bersifat hiburan.

59

Garantung juga sering digunakan beberapa kelompok musik di kota Medan sebagai instrumen musik dalam garapan yang bersifat eksperimental, maupun kolaborasi, juga sering digabungkan dengan instrumen musik yang bukan dari etnis Batak Toba sendiri, seperti yang dilakukan oleh kelompok musik Sumatra Incidental

Etnik pimpinan Hendrik Peranginangin, yang menggabungkan garantung dengan

57

Abraham Sitompul, harian Global, www.wordpress.com

58

Salah satu versi hasil wawancara dengan Bapak Marsius Sitohang, Dosen praktek musik tradisional Batak Toba, di Departemen Etnomusikologi USU, Medan. Tanggal 4 september 2009.

59

instrumen musik yang sebagian bukan dari etnis Batak Toba, seperti gendang

melayu, marwas, jeembe, cowbell, dol, dan juga dengan biola.

Repertoar atau lagu-lagu yang dibawakanpun tidak hanya repertoar atau lagu-lagu dari etnis Batak Toba saja, tetapi sudah terdapat lagu-lagu dari luar etnis Batak Toba dan juga lagu-lagu pop Indonesia saat ini. Dan juga dipertunjukkan bukan lagi dalam suatu acara yang merupakan upacara adat suku Batak Toba, tetapi dalam acara-acara yang jauh dari upacara tradisional seperti, peresmian suatu lembaga tertentu, penyambutan pejabat atau orang penting, dan bahkan dalam sebuah pagelaran yang merupakan pertunjukan musik modern dan yang bertemakan

world music.60

Dalam dunia pendidikan juga garantung sudah sering dipelajari, seperti yang dilaksanakan oleh SMK 11 (SMM) Medan, yang memasukkan pelajaran praktek musik tradisional Batak Toba sebagai salah satu kegiatan ekstrakulikuler di sekolah tersebut,61 dan garantung adalah salah satu instrumen musik tradisional Batak Toba yang dipelajari. Begitu juga dengan jurusan seni musik di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan (UNIMED), yang memasukkan praktek musik tradisional Batak Toba dalam salah satu mata kuliah, dan garantung juga menjadi salah satu instrumen musik yang dipelajari. Dan garantung yang dipergunakan adalah garantung buatan bapak Junihar Sitohang.62

Pada saat ini garantung juga turut mengambil peranan dalam beberapa upacara keagamaan pada agama Kristen Protestan seperti yang dilakukan oleh salah satu gereja di kota Medan, yaitu GKPI Sriwijaya, dimana mereka mengadakan

60

Wawancara dengan Hardoni Sitohang Spd, salah seorang personil dari Sumatra Incidental Music

61

Penulis adalah salah seorang staf pengajar dan pelatih musik tradisional Batak Toba di SMK 11

62

pelatihan musik tradisional Batak Toba selama kurang lebih 5 bulan yang dilaksanakan sejak Agustus - Desember 2007, kepada anak-anak sekolah minggu, dan hasil dari pelatihan tersebut ditampilkan pada perayaan natal sekolah minggu GKPI Sriwijaya pada 28 Desember 2007 yang lalu, repertoar yang dibawakan adalah beberapa lagu rohani Batak Toba. Dan garantung adalah salah satu instrumen musik yang dilatih dan dipertunjukkan pada saat itu63

1. Upacara Mangadati

Beberapa hal di atas dapat merupakan gambaran mengenai eksistensi atau keberadaan instrumen garantung baik dalam ansambel maupun sebagai instrumen tunggal pada masyarakat Batak Toba di kota Medan saat ini.

Terdapat juga berbagai upacara adat Batak Toba yang bisa kita temui pada masyarakat Batak Toba di kota Medan yang melibatkan kesenian musik tradisional dalam proses pelaksanaannya, antara lain:

Upacara mangadati atau yang biasa dikenal dengan upacara pernikahan, pada masyarakat Batak Toba sering kali dilaksanakan jika ada sepasang manusia (laki-laki dan perempuan) yang akan mengakhiri masa lajangnya dan akan memulai hidup baru sebagai sepasang suami istri, maka dalam adat Batak Toba mereka diwajibkan melaksanakan upacara mangadati, dimana tujuan dari upacara ini adalah untuk mengesahkan mereka sebagai keluarga yang sesuai dan dianggap sah dalam adat istiadat Batak Toba, biasanya upacara mangadati ini diadakan setelah terlebih dahulu diadakan upacara pemberkatan suci (tarpasu-pasu) di gereja yang ditentukan dan disepakati oleh keluarga dari kedua mempelai.

63

Walaupun merupakan upacara yang diwajibkan untuk dilaksanakan jika akan berumah tangga, namun upacara ini dapat juga dilaksanakan setelah beberapa lama berkeluarga, hal ini bisa saja terjadi dikarenakan beberapa hal, antara lain: kekurangan dana atau materi, atau salah satu pihak keluarga dari kedua mempelai ada yang menentang atau tidak menyetujui terjadinya pernikahan tersebut pada saat itu. Selama upacara Mangadati ini belum dilaksanakan sekalipun sudah cukup lama berkeluarga, maka keluarga mereka belum dikatakan sah secara adat, sehingga belum dapat diakui dalam suatu upacara adat tertentu misalnya dalam hal Marbagi

Jabbar64 dan Mangulosi,65 di beberapa daerah tertentu, namun ada juga peraturan

adat di beberapa daerah yang memberi toleransi terhadap hal tersebut Bukan hanya itu saja. Jika orang tua belum Mangadati sampai usia anak mereka menginjak dewasa, maka anak mereka pun belum diperbolehkan untuk Mangadati sebelum orang tuanya Mangadati66

Musik mengambil peranan penting dalam upacara ini, dimana musik bukan saja sebagai media hiburan tetapi menjadi sebuah bagian dari jalannya upacara. Hal ini terlihat dari adanya acara Marsibuha-buhai yang merupakan awal dari sebuah upacara mangadati, dimana pada saat mempelai perempuan dijemput oleh pihak mempelai pria dari rumahnya dan sebelum berangkat ke gereja, kedua mempelai berjalan berdampingan dengan diiringi ansambel musik tiup sampai setibanya di gereja. Pada pelaksanaan acara adat mangadati juga musik memiliki peranan penting, dimana setiap pihak yang akan mangulosi harus diiringi dengan musik dan

.

64

Berbagi bagian kehormatan dalam adat Batak Toba, hal yang dibagi biasany berupa potongan daging sesuai ukuran dan kedudukan sesorang dalm suatu upacara adat

65

Member atau menerima ulos, sebagai perlambangan member atau menerima berkat

66

Wawancara dengan bapak Jan Simbolon (seorang budayawan dan tokoh adat di Dairi) tanggal 13 mei 2010

pemberian ulos tersebut pun sering dilakukan sambil Manor-tor67

2. Upacara Namonding Saor Matua

. Dan beberapa

fungsi lainnya seperti mengiringi nyanyian dan lagu-lagu rohani pada saat upacara diadakan.

Upacara Namonding saor matua atau disebut juga upacara meninggal bagi orang yang sudah lanjut usia, dalam hal ini orang yang lanjut usia tersebut harus sudah memiliki cucu dan semua anaknya sudah menikah. Orang yang meninggal dunia tersebut terlebih dahulu harus diadakan upacara dimana musik memiliki peranan penting di dalamnya. Biasanya upacara ini berlangsung selama satu hari satu malam, pada malam harinya adalah upacara yang lebih bersifat rohani, dimana pihak keluarga dan para undangan dan keluarga lainnya yang turut hadir saling berucap kata-kata terakhir sambil sesekali melantunkan lagu-lagu rohani dari kidung pujian. Kemudian keesokan harinya dilaksanakanlah upacara tersebut dimana setiap anggota keluarga dari orang yang meninggal dunia mengelilingi peti tempat jenazah disemayamkan, manortor mengelilingi peti jenazah tersebut. Demikian juga setiap pihak dan undangan juga kerabat-kerabat yang menghadiri upacara, secara bergiliran akan manortor mengelilingi peti jenazah sambil menyampaikan ucapan turut berdukacita kepada pihak keluarga dari orang yang meninggal dunia tersebut. Setiap pihak yang mengambil bagian dalam acara panortoron68

67

Menarikan tarian tradisional Batak Toba yaitu tor-tor.

68

Susunan atau urutan acara manortor

mamitta goddang69 kepada pihak pargocci70

Tujuan dari diadakannya iringan musik dalam upacara namonding saor

matua ini dipercaya supaya arwah atau roh orang yang meninggal tidak

bergentanyangan di dunia lagi, dan keluarga yang ditinggalkan pun tetap dalam suasana tabah dan ikhlas.

dan musikpun akan dimulai untuk

mengiringi tor-tor mereka.

Di kota Medan saat ini ansambel musik tiup atau yang biasa juga disebut par

brassband adalah ansambel musik yang sering dilibatkan dalam pelaksanaan

upacara tersebut, ansambel yang merupakan penggabungan antara sulim, hasapi,

garantung, sarune etek, ogung, taganing, hesek, dengan instrumen musik modern

seperti keyboard, trumpet, saxophone, trombone, bass guitar dan drum set.

71

3. Gondang Naposo

Upacara ini dahulunya sering dilaksanakan pada malam poltak bulan (bulan yang nampak seutuhnya) dimana para pemuda dan pemudi akan berkumpul di suatu lokasi tertentu dan kesempatan ini akan dimanfaatkan sebagai ajang mencari jodoh dan juga berupa hiburan masyarakat juga sebagai sarana membina hubungan antar generasi muda.72 Di kota Medan saat ini meskipun terbilang sangat jarang tetapi acara ini masih pernah penulis jumpai, seperti yang dilaksanakan oleh Ikatan Mahasiswa Etnomusikologi (IME) dan Ikatan Mahasiswa Sastra Daerah (IMSAD) sekitar November 2007 yang lalu,73

69

Meminta kepada pihak pemain musik (pemain gondang) untuk memainkan gondang yang mereka inginkan

70

Sebutan untuk pemain musik gondang

71

Wawancara dengan bapak St. Jan Simbolon (seorang budayawan dan tokoh adat di Dairi) tanggal 13 mei 2010

72

Menurut sebuah artikel berjudul kebiasaan pemuda batak toba yang tidak diketahui penulisnya

73

Penulis adalah salah seorang panitia pelaksana gondang naposo tersebut

mengundang beberapa perkumpulan pemuda baik dari mahasiswa, pemuda gereja, dan organisasi kepemudaan lainnya. Dalam acara ini terlihat terjalinnya silaturahmi antar pemuda baik panitia maupun para undangannya, dimana setiap kelompok undangan diberi kesempatan untuk manortor dengan panitia dan juga kelompok pemuda-pemudi lainnya. Acara yang berlangsung sejak pukul 10.00 WIB dan berakhir hingga tengah malam ini dirasakan banyak memberi manfaat, disamping sebagai ajang cari jodoh, juga para pemuda dan para undangan yang hadir disuguhi dengan musik gondang dan manortor menggunakan ulos, ternyata banyak yang mengakui hal tersebut merupakan pengalaman baru bagi mereka.

Musik pun memiliki peranan penting dalam upacara ini, dimana setiap kelompok pemuda yang akan manortor terlebih dahulu harus mamitta goddang kepada pihak pargonci dan musik pun akan dimainkan untuk mengiringi tor-tor mereka.

Pada setiap upacara tersebut, pemusik selalu mendapat tempat khusus, tidak jarang juga diberi sebuah panggung sebagai tempat mereka bermain musik, dan garantung pun menjadi sebuah instrumen musik yang kerap mengambil bagian dalam setiap pelaksanaan upacara-upacara tersebut di kota Medan.

Dokumen terkait