• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. ASI Eksklusif

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu yang berguna sebagai makanan utama bagi bayi (Roesli, 2004). ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan, antialergi, serta anti inflamasi. ASI merupakan makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual (Purwanti,

2004). Pemberian ASI pada bayi merupakan cara terbaik untuk peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya (Sunartyo dalam Oki 2009).

2. Stadium ASI

ASI terbagai menjadi beberapa stadium yang terdiri dari ASI stadium I, II, dan III. Stadium I adalah kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke 1 sampai hari ke 4. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi bayi saat kondisinya masih lemah. Kandungan protein dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lisotin sehingga bayi sejak dini sudah terlatih mengolah kolesterol. Kandungan hidrat arang kolostrum lebih rendah dibandingkan susu matur akibat dari aktivitas bayi pada 3 hari pertama masih sedikit dan tidak memerlukan banyak kalori. Total kalori kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum. ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari ke 4 sampai hari ke 10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi, dan

jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke 10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bagi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI (Purwanti, 2004).

3. Kandungan ASI

ASI mengandung berbagai jenis zat diantaranya karbohidrat. Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan pada susu sapi. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Zat lain yang terkandung dalam ASI yaitu karnitin. Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan didalam kolostrum kadar karnitin lebih tinggi lagi (IDIAI Cab. DKI Jakarta, 2008).

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus

bayi. Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi ditemukan dalam ASI. Disamping itu ASI lebih banyak mengandung asam lemak rantai penjang diantaranya asam dokosaheksomik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata (Irawati, 2011).

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. Vitamin D untuk mencegah bayi menderita penyakit tulang. Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata dan juga untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Mineral utama yang terdapat didalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Kandungan zat gizi didalam ASI lebih mudah diserap yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4-7% pada susu formula sehingga bayi yang mendapat ASI eksklusif mempunyai resiko lebih kecil untuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula. Mineral zink dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh (Soehardjo, 2007).

4. Pembentukan ASI

Menurut Manuaba (2001) Pembentukan ASI mempunyai tiga tingkat: 1. Mammogenesis yaitu pengembangan dan persiapan pada mama 2. Laktognenesis yaitu persiapan dan pembuatan ASI

3. Galaktogenensis yaitu mempertahankan pengeluaran ASI.

Pembentukan ASI merupakan proses hormonal yang kompleks dan dapat dijabarkan sebagai berikut: Estrogen berfungsi untuk proliferasi alveoli, duktus lobus mama dan jaringan ikat serta mioepitel, deposit lemak, air, dan garam menjadikan mama tegang dan terasa penuh sehingga menghasilkan jepitan dan tekanan saraf terasa sakit. Progesteron berfungsi meningkatkan kematangan alveoli dan duktus untuk persiapan pengeluaran ASI. pertumbuhan hormon kortisol, insulin, dan tiroksin berfungsi membentuk ASI. Hormon prolaktin bekerja mengeluarkan ASI, tetapi fungsinya dihalangi oleh estrogen (menghalangi ASI ke aveoli), progesteron (menghalangi perubahan laktogen menjadi alfa laktal bumin), dan human placental lactogen hormone mengadakan ikatan dengan APR (alveolar prolactin receptor) sehingga prolaktin tak berfungsi. Oksitosin merangsang mioepitel sehingga ASI diperas dari duktus alveola mamae dan mancur melalui puting susu, serta rangsangan terhadap uterus sehingga mempercepat involusi uteri dapat dirasakan sakit intrasimfisis.

Sucking puting susu menimbulkan let-down refleks:

 Duktus dan alveoli kosong.

 Prolaktin dan oksitosin dengan mioepitel mengisi kembali

 Sucking segera setelah persalinan bahkan sebelum tali pusat dipotong atau sekitar ½ jam.

5. Mekanisme Pengeluaran ASI

Setelah persalinan maka hormon estrogen, progesteron, dan human placental lactogen hormone menurun dan menghilang, sehigga proses pengeluaran ASI ditentukan oleh prolaktin dan oksitosin (neurohipofisis) dengan matarantai hipothalamus dan serat saraf. Konsep pemberian ASI berdasarkan "call feeding" (on demand), artinya bayi sendiri mengukur rasa laparnya. Makin cepat disusukan, makin mantap mata rantai "sucking" proses berlangsung (Manuaba, 2001).

Skema 2.2 Mekanisme pengeluaran ASI Nervus interkostal 4-6 menuju central nervus system:

 Nucleus paraventrikuler

 Nucleus supra optimal

hipotalamus

Neurohipofisis:

Pengeluaran: prolaktin dan oksitosin.

6. Manfaat ASI

Pemberian ASI sangat penting dan dianjurkan karena mempunyai banyak manfaat serta akan menghemat biaya pembelian susu formula. Manfaat-manfaat ASI antara lain ASI dapat menurunkan risiko terjadinya infeksi paru-paru berat pada bayi perempuan yang dirawat di rumah sakit. Penemuan ini berdasarkan studi yang dilakukan pada bayi di Buenos Aires, Argentina (Polack, 2009). Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya (Depkes RI, 2005).

Manfaat ASI yang diungkapkan oleh Roesli (2004) meliputi: ASI sebagai nutrisi, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh, ASI juga dapat meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan tali kasih antara ibu dan bayi. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tubuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia dua tahun atau lebih.

ASI meningkatkan daya tahan tubuh. Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari, namun kadar zat ini akan cepat menurun segera setelah bayi lahir.

Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia 9-12 bulan. Saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi.

ASI meningkatkan kecerdasan. Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi antara lain: taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat di ASI. Laktosa, merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat pada susu sapi. Asam lemak ikatan panjang (3, omega-6) merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi.

Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang. Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.

ASI tidak hanya bermanfaat untuk bayi saja, tetepi juga bermanfaat untuk ibu dan keluarga. Manfaat untuk ibu diantaranya menjalin kasih sayang antara ibu dengan bayi, mengurangi perdarahan setelah persalinan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan berikutnya, mengurangi risiko terkena kanker payudara, lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan setiap saat bayi membutuhkan, dan menumbuhkan rasa

percaya diri ibu untuk menyusui. Manfaat untuk keluarga antara lain tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya, tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu botol misalnya merebus air dan mencuci peralatan, tidak perlu biaya dan waktu untuk merawat dan mengobati anak yang sering sakit karena pemberian susu botol (Depkes, 2007).

7. Pengertian ASI Eksklusif

Beberapa ahli mengungkapkan ASI ekslusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti air putih, susu formula, jeruk, madu, air teh, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim kecuali obat, vitamin, mineral dan ASI yang diperas sejak bayi lahir sampai bayi berumur enam bulan, setelah enam bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun Roesli (2004) & Budiasih (2008). ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik yang harus diberikan pada bayi, karena didalamnya terkandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi yang tidak ada terdapat pada susu sapi. ASI diberikan selama enam bulan pertama kehidupan (Depkes, 2006).

8. Undang-Undang Kesehatan mengenai ASI Eksklusif

Rendahnya pemberian ASI Eksklusif mendapat perhatian berbagai pihak khususnya pemerintah, terbukti dengan ditetapkannya Undang-undang (UU) Kesehatan nomor 36/tahun 2009 tentang ASI eksklusif menyebutkan: Pasal 128

(1) Setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.

(2) Selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.

(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.

Pasal 129

(1) Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan ASI secara eksklusif.

(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 200

Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian ASI eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00.

Disebutkan dalam Pasal 128 ayat (1) bahwa setiap bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali atas indikasi medis. Pasal ini disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

“pemberian ASI eksklusif” adalah pemberian hanya ASI selama 6 bulan, dan dapat terus dilanjutkan sampai dengan 2 tahun dengan memberikan MP-ASI sebagai tambahan makanan sesuai dengan kebutuhan bayi. Lebih lanjut lagi dinyatakan bahwa selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus yang diadakan di tempat kerja dan sarana umum.

Peran pemerintah secara tegas dinyatakan dalam Pasal 129 ayat 1 yang menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan ASI secara eksklusif. Kebijakan yang berupa pembuatan norma, standar, prosedur dan kriteria tersebut selanjutnya akan diatur dalam peraturan pemerintah.

Kelebihan dalam UU Kesehatan ini adalah adanya sanksi pidana yang dinyatakan secara tegas dalam Pasal 200. Sanksi pidana tersebut dikenakan bagi setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian ASI eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat 2. Ancaman pidana yang diberikan adalah pidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00.

KERANGKA TEORI

Dimodifikasi dari Taufik (2010), WHO (1995), Depkes (2006), Efendi (2009), Hamid dkk (2010), dan Roesli (2004) ibu sebelum dan sesudah melahirkan

Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak

Pemberian motivasi dan peragaan tentang gizi

Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan

Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan

Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan kebiasaan sehat secara umum.

Kader Kesehatan masyarakat

Proses Promosi Kesehatan Depkes (2006)

Promosi kesehatan Program ASI eksklusif oleh kader kesehatan

Pemberdayaan Mayarakat Promosi Kesehatan:

Ruang Lingkup

a. pendidikan kesehatan (health education) b. pemasaran sosial (social marketing),

c. upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi)

d. upaya peningkatan (promotif) e. upaya advokasi

f. pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan masyarakat (community development), penggerak masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment)

Masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya (melaksanakan program ASI eksklusif)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DAFTAR ISTILAH

Dokumen terkait