• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Eksploitasi Seksual Komersial Anak

Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) merupakan istilah umum yang mencakup berbagai tingkah laku yang berbahaya dan salah secara seksual. Ruang lingkup ESKA adalah semua bentuk penyalahgunaan seksual, kekerasan seksual,

19

pornografi, pelacuran, trafficking untuk tujuan seksual, pariwisata seks, kawin paksa dan pernikahan dini serta perbudakan.

Hal yang penting diingat adalah bahwa wujud kekerasan seksual dan kekerasan seksual tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Eksploitasi seksual komersial sering dilakukan oleh seseorang yang di kenal oleh anak. Kadang-kadang dilakukan oleh salah seorang anggota keluarga, bahkan orang tua kandung (Delaney, 2006: 9). Anak tidak pernah memberi izin terhadap semua bentuk kekerasan seksual dan eksploitasi seksual terhadap mereka. Tidak ada seorang anak pun yang pernah memberi izin ungtuk menjadi korban kekerasan. Anak mungkin dibohongi, ditipu, atau dipaksa oleh situasi-situasi yang berada di luar kendali mereka seperti kemiskinan atau akibat-akibat dari kondisi masyarakat, termasuk teman-teman sebaya (peer groups) yang dapat memaksa anak secara tidak terlihat tetapi bagaimanapun anak-anak tersebut tetap merupakan korban penderaan. Anak-anak berhak atas perlindungan dan membutuhkan perlindungan dan merupakan tanggung jawab orang dewasa untuk menjamin agar anak-anak tidak menjadi korban ESKA.

Dalam (Delaney, 2006: 9) defenisi eksploitasi seksual menurut anak-anak adalah:

“Ketika laki-laki dewasa bercinta dengan anak perempuan yang masih kecil untuk mendapatkan uang. Laki-laki dewasa tersebut dapat bercinta dengan anak-anak perempuan yang masih kecil. Mereka bisa memanggil anak-anak perempuan tersebut ketika dia sedang berjalan di sepanjang jalan, dan kemudian anak perempuan tersebut pergi dan mereka masuk kedalam rumah dan mengunci pintunya. Dan

20

ketika laki-laki yang sudah dewasa tersebut sudah menyelesaikan urusannya, maka dia akan memberi uang atau hadiah kepada anak perempuan tersebut.”

Kekerasan seksual meliputi pemaksaan dan bujukan kepada seorang anak untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas seksual terlepas dari apakah anak tersebut sadar atau tidak dengan apa yang sedang terjadi. Kekerasan seksual didefenisikan sebagai serangkaian hubungan atau interaksi antara seorang anak dengan seseorang yang lebih tua atau anak yang lebih berpengetahuan atau orang dewasa (orang asing, saudara kandung atau orang yang memiliki tanggung jawab untuk memelihara anak tersebut seperti orang tua atau pengasuh) dimana anak tersebut dipergunakan sebagai objek pemuas bagi kebutuhan seksual mereka. ‘Kebutuhan seksual’ yang tidak terkendali dan tidak dapat dikendalikan sering digunakan sebagai alasan untuk melakukan kekerasan seksual.

Aktivitas-aktivitas tersebut dapat berupa kontak fisik, termasuk seks penetratif (seperti pemerkosaan) atau perbuatan non-penetratif dan bisa berupa aktivitas-aktivitas non-kontak seperti melibatkan anak-anak untuk melihat atau melibatkan anak dalam pembuatan bahan-nahan pornografi, menonton aktivitas-aktivitas seksual atau menyuruh anak bertingkah laku yang tidak wajar secara seksual. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual dalam kekerasan tersebut merahasiakannya.

Eksploitasi seksual komersial dapat didefenisikan sebagai kekerasan seksual terhadap anak untuk mendapatkan bayaran atau kebaikan. Bayaran ini bisa berupa uang, kebaikan atau keuntungan-keuntungan lain seperti makanan, perlindungan atau tempat tinggal. Ada tiga bentuk dasar ESKA yang saling berkaitan antara yang satu

21

dengan lainnya, yaitu: pelacuran, pornografi dan perdagangan anak untuk tujuan seksual.

Pelacuran anak terjadi ketika seseorang mengambil keuntungan dari sebuah transaksi komersial dimana seorang anak dipergunakan untuk tujuan-tujuan seksual. Beberapa orang yang mendapat keuntungan dari transaksi komersial tersebut adalah mucikari atau germo, perantara atau agen, orang tua dan sektor-sektor bisnis terkait seperti hotel, kafe, dan tempat hiburan lainnya.

Anak-anak tersebut juga dilibatkan dalam pelacuran ketika mereka melakukan hubungan seks dengan imbalan kebutuhan-kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal atau keamanan atau bantuan untuk mendapatkan nilai yang tinggi di sekolah atau uang saku ekstra untuk membeli barang-barang konsumtif. Khusus dalam situasi gawat darurat, anak-anak dilacurkan oleh orang-orang dewasa yang tak bermoral demi mendapatkan kebutuhan-kebutuhan dasar atau uang untuk membeli kebutuhan-kebutuhan tersebut atau agar mereka dapat melewati daerah perbatasan atau masuk ke dalam daerah-daerah yang aman atau daerah-daerah terlarang.

Pornografi anak berarti pertunjukan apapun atau dengan cara apa saja yang melibatkan anak di dalam aktivitas seksual yang nyata atau eksplisit atau yang menampilkan bagian tubuh anak demi tujuan-tujuan seksual. Ciri-ciri utama pornografi anak adalah bahwa pornografi anak dibuat untuk mendapatkan kepuasan seksual. Yang termasuk pornografi anak adalah foto, negatif film, slide, majalah, buku, gambar, rekaman, film, kaset video, USB atau file komputer dan foto-foto atau video yang disimpan dalam telepon genggam.

22

Trafficking adalah perekrutan, pemindahan, pengiriman, atau penerimaan anak-anak (dan orang dewasa) untuk tujuan eksploitasi. Anak-anak yang diperdagangkan dengan izin dari keluarga mereka dan kadang-kadang mereka ditipu, dipaksa atau diculik. Tapi sama dengan semua bentuk kekerasan seksual dan eksploitasi seksual, persoalan tentang pemberian izin dari anak merupakan sesuatu yang tidak relevan.

Pariwisata Seks Anak (PSA) merupakan ESKA yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, baik di negara lain maupun di dalam wilayah yang berbeda di negaranya sendiri, dan di tempat tersebut mereka melakukan hubungan seks dengan anak-anak. Para wisatawan seks anak secara khusus memiliki pilihan untuk menjadikan anak-anak sebagai pasangan seks mereka atau mereka mungkin hanya sekedar memanfaatkan sebuah situasi dimana seorang anak memang tersedia untuk mereka untuk melakukan eksploitasi seksual.

Dalam situasi gawat darurat atau bencana, eksploitasi seksual anak dapat terjadi karena masuknya berbagai macam pengunjung yang sekali-sekali maupun secara teratur mendatangi daerah tersebut untuk memberikan bantuan atau pertolongan. Salah satunya adalah supir truk yang membawa bantuan atau pertolongan atau mengirimkan bahan-bahan yang sangat penting. Para pengunjung tersebut kemudian memanfaatkan situasi tersebut untuk mendapatkan akses terhadap anak-anak yang kurang mendapat pengawasan dan anak-anak yang lebih rentan terhadap kekerasan seksual.

Dalam tahap rekonstruksi, tanpa adanya pilihan mata pencaharian alternatif yang menjanjikan, remaja dapat menjadi korban para wisatawan seks yang

23

mengunjungi daerah tersebut untuk tujuan seksual dan rekreasi ketika situasinya sudah stabil atau menjadi korban para pengunjung sementara lain seperti orang-orang yang bekerja untuk pembangunan (konstruksi). Sangat sulit untuk memisah-misahkan berbagai bentuk kekerasan seksual tersebut yang berbeda-beda, khususnya karena bentuk-bentuk kekerasan seksual tersebut terjadi secara terpisah dan arena mereka saling terkait. Tidak semua anak-anak yang diperdagangkan di eksploitasi secara seksual dan begitu juga tidak semua anak-anak yang mengalami kekererasan seksual (seperti di perkosa) di eksploitasi secara komersial dan seksual. Tetapi setiap anak yang telah mengalami bentuk kekerasan apapun pasti akan lebih rentan terhadap kekerasan berikutnya, baik kekerasan yang memiliki sifat yang sama ataupun sifat yang berbeda dengan kekerasan sebelumnya.

Gambar 1: Kekerasan Seksual dan Eksploitasi Seksual (Catatan: ukuran sektor tidak menjunjukkan rasio atau besaran dari fenomena tersebut, tetapi hanya dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan antara berbagai sektor tersebut).

Keterangan: A= Populasi anak-anak yang mengalami semua bentuk kekerasan

B= Anak-anak yang mengalami kekerasn seksual

C= Anak-anak yang dieksploitasi secara seksual komersial

24

Baik anak perempuan maupun anak laki-laki dapat menjadi korban kekerasan seksual dan eksploitasi seksual walaupun sifat resiko dan jenis kekerasannya berbeda. Bagi anak perempuan, kekerasan seksual merupakan sebuah bentuk kekerasan berbasis gender dan sering terkait erat dengan posisi lemah mereka dalam masyarakat. Sedangkan bagi anak laki-laki, kekerasan seksual dipergunakan secara khusus terkait dengan isu-isu kejantanan dan seksualitas, juga turut memberikan kontribusi terhadap sulitnya bagi anak laki-laki untuk mengungkapkan tentang pengalaman-pengalaman mereka dan bagi orang-orang dewasa untuk menyadari bahwa anak laki-laki juga membutuhkan perlindungan.

2.2.1 Pelacuran Anak

Pelacuran anak terjadi ketika seseorang mengambil keuntungan dari sebuah transaksi komersial dimana seorang anak disediakan untuk tujuan-tujuan seksual. Anak-anak tersebut dikendalikan oleh seorang perantara yang mengatur atau mengawasi transaksi tersebut atau oleh seorang pelaku eksploitasi yang bernegosiasi langsung dengan anak tersebut.

Anak-anak tersebut juga dilibatkan dalam pelacuran ketika mereka melakukan hubungan seks dengan imbalan kebutuhan-kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal atau keamanan atau bantuan untuk mendapatkan nilai yang tinggi di sekolah atau uang saku ekstra untuk membeli barang-barang konsumtif. Semua perbuatan ini dapat terjadi diberbagai tempat yang berbeda seperti lokalisasi, bar, klub malam, rumah, hotel, atau di jalanan. Pelacuran anak kadang-kadang bukan sebuah aktivitas yang terorganisir (tetapi biasanya memang sebuah aktivitas yang terorganisir) baik dalam skala kecil melalui germo perorangan atau dalam skala besar melalui jaringan kriminal.

25

Komite Hak Anak telah menemukan bahwa banyak negara yang belum memiliki ketentuan-ketentuan hukum yang layak untuk mendefenisikan dan mengkriminalkan pelacuran anak sesuai dengan defenisi yang ada dalam Protokol Operasional KHA tentang Penjualan Anak, Pelacuran Anak, dan Pornografi Anak.

Ketika istilah ‘pelacur anak’ atau ‘pekerja seks anak’ dipergunakan, kesannya adalah bahwa seorang anak seolah-olah telah memilih pelacuran sebagai sebuah pekerjaan atau profesi. Garis pemikiran ini menutupi kenyataan bahwa orang-orang dewasalah yang sebenarnya menciptakan permintaan atas anak-anak sebagai objek seks dan mereka siap untuk menyalahgunakan kekuasaan dan keinginan mereka untuk mengambil keuntungan. Setiap negara yang telah meratifikasi KHA harus menyadari bahwa anak-anak yang terlibat dalam pelacuran merupakan korban kejahatan eksploitasi seksual.

Perbedaan ini harus tercermin dalam hukum nasional. Di negara-negara dimana pelacuran dilegalkan atau tidak dianggap sebagai sebuah kejahatan, hukum nasional harus berisi ketentuan-ketentuan yang berbeda yang melarang pelacuran anak dan memberikan hukuman terhadap orang-orang yang melakukan eksploitasi terhadap anak-anak.

Pelacuran anak dan perdagangan anak sangat erat kaitannya. Anak-anak bisa berakhir dengan dilacurkan karena proses trafficking jika mereka di angkut di dalam atau melintasi batas negara untuk tujuan eksploitasi seksual. Pelacuran anak juga bisa menjadi tujuan sebuah proses trafficking.

26

Anak-anak yang dieksploitasi dalam pelacuran juga bisa dimanfaatkan dalam pembuatan bahan-bahan pornografi atau semakin dieksploitasi dengan dimandaatkan dalam pertunjukan-pertunjukan pornografi (KONAS PESKA, 2010:58).

Tindakan yang ada dalam Protokol Opsional KHA tentang penjualan anak, pelacuran anak dan pornografi anak

Penafsiran

Menawarkan Menanyakan kepada seseorang apakah

dia ingin melakukan hubungan seks dengan seseorang anak; mengiklankan ketersediaan anak-anak sebagai mitra seks. Sebuah tawaran bisa terjadi dengan berbagai cara, termasuk secara verbal atau melalui surat kabar, internet, handphone atau bentuk komunikasi lain.

Mendapatkan Larangan untuk mendapatkan seorang

anak untuk pelacuran ditujukan bagi klien atau pelanggan seorang anak yang dilacurkan. Hal ini merujuk pada transaksi dimana seseorang mendapatkan layanan seksual dari seorang anak.

Membeli Mengatur seorang korban anak agar

Dokumen terkait